TENTANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada saat ini perkembangan teknologi semakin banyak masalah K3 yang dihadapi
terutama dalam pekerjaan pada ketinggian, masih banyak kecelakaan yang terjadi
karena pekerja belum memiliki kompetensi yang memadai. Apalagi di era global saat ini
untuk menghadapi persaingan nasional maupun internasional sangat dibutuhkan
keahlian yang berbasis kompetensi.
Undang Undang No. 1 tahun 1970 menyatakan bahwa salah satu kegiatan kerja yang
perlu mendapat perhatian dari sisi keselamatan kerja adalah kegiatan kerja yang
dilakukan pada ketinggian, yaitu kegiatan yang mempunyai potensi bahaya jatuh bagi
pekerja yang melakukannya kegiatan itu dapat dilakukan pada ketinggian.
Untuk melakukan kegiatan kerja pada ketinggian yang mempunyai tingkat risiko yang
sangat tinggi diperlukan SDM yang mempunyai kompetensi yang memadai untuk
1
membantu memperkecil peluang terjadinya jatuh atau mengurangi dampak jika terjadi
kecelakaan jatuh tersebut.
Untuk memenuhi tuntutan dunia usaha baik untuk nasional maupun internasional
diperlukan standar kompetensi bagi pekerja pada ketinggian tersebut yang diakui baik
nasional maupun internasional sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja dari luar
negeri.
B. Tujuan
Tujuan dibentuknya Standar Kompetensi Bekerja Pada Ketinggian adalah diperolehnya
suatu rujukan kompetensi minimal bagi pengembangan SDM yang bekerja pada
ketinggian. Jika telah terdapat Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia bekerja
pada ketinggian, maka hal itu akan memberikan banyak kemudahan bagi berbagai
lembaga berikut:
2
4. Penyandang dana
Dengan standar kompetensi, pihak penyandang dana dapat mengetahui secara jelas
kompetensi yang akan dikuasai oleh pihak peserta didik yang didanainnya. Sehingga
hal ini merupakan suatu bentuk akuntabilitas publik.
5. Peserta didik
Standar kompetensi bekerja pada ketinggian dapat digunakan oleh peserta didik
untuk mengetahui sejak awal kompetensi yang harus dikuasainya diakhir
pendidikan/pelatihan. Dengan demikian proses pendidikan/pelatihan diharapkan
dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Bekerja pada ketinggian adalah kegiatan kerja pada tempat atau titik kerja yang bila
seorang bekerja ditempat tersebut, mempunyai potensi bahaya jatuh karena adanya
perbedaan elevasi. Pengertian lainnya adalah pekerjaan yang membutuhkan pergerakan
tenaga kerja untuk bergerak secara vertikal naik, mau pun turun dari suatu platform.
Dari pengertian di atas, batasan bekerja pada ketinggian yang dimaksud dalam
kompetensi ini adalah sebagai berikut:
1. Ruang terbuka: dilakukan pada struktur buatan pada ruang terbuka seperti menara
(tower), tiang, perancah (scaffolding), atau atap.
2. Ruang terbatas: dilakukan pada struktur buatan pada ruang tertutup seperti sumur
atau cerobong.
D. Pengertian SKKNI
1. Pengertian Kompetensi
Berdasar pada arti estimologi kompetensi diartikan sebagai kemampuan yang
dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja.
Sehingga dapatlah dirumuskan bahwa kompetensi diartikan sebagai kemampuan
seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan
3
sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan
standar performa yang ditetapkan.
3. Konsep SKKNI
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SKKNI
adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan
tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perUndang Undangan yang berlaku.
4
dan Kesehatan Kerja yang dikembangkan harus mengacu kepada Regional
Model of Competency Standard (RMCS).
2. Kompatibilitas
Memiliki kompatibilitas dengan standar-standar yang berlaku di dunia usaha
atau dunia industri untuk bidang pekerjaan yang sejenis dan kompatibel
dengan standar sejenis yang berlaku dinegara lain ataupun secara
internasional.
3. Fleksibilitas
Memiliki sifat generik yang mampu mengakomodasi perubahan dan
penerapan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang diaplikasikan
dalam bidang pekerjaan yang terkait.
4. Keterukuran
Meskipun bersifat generik standar kompetensi harus memiliki kemampuan
ukur yang akurat, untuk itu standar harus :
5
6. Transferlibilitas
Terfokus pada keterampilan dan pengetahuan yang dapat dialihkan
kedalam situasi maupun di tempat kerja yang baru.
Aspek pengetahuan , keterampilan dan sikap kerja , terumuskan secara
holistik (menyatu).
E. Penggunaan SKKNI
Standar Kompetensi dibutuhkan oleh beberapa lembaga atau institusi yang berkaitan
dengan pengembangan sumber daya manusia, sesuai dengan kebutuhan masing-
masing :
1. Untuk institusi pendidikan dan pelatihan
a. Memberikan informasi untuk pengembangan program dan kurikulum
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian, sertifikasi
2. Untuk dunia usaha atau industri dan penggunaan tenaga kerja
a. Membantu dalam rekruitmen
b. Membantu penilaian unjuk kerja
c. Membantu dalam menyusun uraian jabatan
d. Untuk mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar kebutuhan
dunia usaha atau industri
3. Untuk institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi
a. Sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai
dengan kulifikasi dan levelnya.
b. Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian dan sertifikasi
.
F. Bentuk dan Format Unit Kompetensi
Struktur Standar Kompetensi model Regional Model of Competencies Standards
(RMCS) pada setiap standar kompetensi minimal memuat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Kode
Kode unit diisi dan ditetapkan dengan mengacu pada format kodifikasi SKKNI.
Kode unit kompetensi mengacu format kodefikasi Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor. PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata Cara Penetapanan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, Yaitu :
x X x . x X 0 0 . 0 0 0 . 0 0
(1) (2) (3) (4) (5)
a) Sektor :
Diisi dengan singkatan 3 huruf kapital dari nama Sektor.
b) Sub Sektor :
Diisi dengan singkatan 2 huruf kapital dari Sub Sektor.
c) Bidang :
6
Diisi dengan 2 digit angka untuk masing-masing kelompok, yaitu :
1 : Kelompok kompetensi dasar atau umum dibutuhkan di seluruh
subbidang keahlian tertentu
2 : Kolompok kompetensi inti dibutuhkan hanya di subbidang keahlian
tertentu
3 : Kelompok kompetensi khusus atau spesialisasi dibutuhkan sebagai
alternatif atau tambahan subbidang keahlian tertentu
d) Nomor unit-unit kompetensi
Diisi dengan nomor unit-unit kompetensi dengan menggunakan 3 digit
angka.
e) Versi unit kompetensi
Diisi dengan 2 digit angka.
2. Judul
Mendefinisikan tugas atau pekerjaan suatu unit kompetensi yang
menggambarkan sebagian atau keseluruhan standar kompetensi.
3. Deskripsi Unit
Menjelaskan Judul Unit yang mendeskripsikan pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan dalam mencapai standar kompetensi.
4. Elemen Kompetensi
Mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk mencapai
kompetensi berupa pernyataan yang menunjukkan komponen-komponen
pendukung unit kompetensi sasaran apa yang harus dicapai.
6. Batasan Variabel
Ruang lingkup, situasi dan kondisi dimana kriteria unjuk kerja diterapkan.
Mendefinisikan situasi dari unit dan memberikan informasi lebih jauh tentang
tingkat otonomi perlengkapan dan materi yang mungkin digunakan dan mengacu
pada syarat-syarat yang ditetapkan, termasuk peraturan dan produk atau jasa
yang dihasilkan.
7. Panduan Penilaian
Membantu menginterpretasikan dan menilai unit dengan mengkhususkan
petunjuk nyata yang perlu dikumpulkan, untuk memperagakan kompetensi sesuai
tingkat keterampilan yang digambarkan dalam kriteria unjuk kerja, yang meliputi :
7
- Pengetahuan dan keterampilan yang yang dibutuhkan untuk seseorang
dinyatakan kompeten pada tingkatan tertentu.
- Ruang lingkup pengujian menyatakan dimana, bagaimana dan dengan
metode apa pengujian seharusnya dilakukan.
- Aspek penting dari pengujian menjelaskan hal-hal pokok dari pengujian
dan kunci pokok yang perlu dilihat pada waktu pengujian.
8. Kompetensi kunci
Keterampilan umum yang diperlukan agar kriteria unjuk kerja tercapai pada
tingkatan kinerja yang dipersyaratkan untuk peran atau fungsi pada suatu
pekerjaan. Kompetensi kunci meliputi:
- Memecahkan masalah.
- Menggunakan teknologi.
a. Mengelola proses
8
TINGKAT 1 TINGKAT 2 TINGKAT 3
KOMPETENSI KUNCI “Melakukan “Mengelola “Mengevaluasi dan
Kegiatan” Kegiatan” Memodifikasi Proses”
2. Mengkomunikasikan Menerapkan bentuk Menerapkan Memilih model dan
informasi dan ide- komunikasi untuk gagasan bentuk yang sesuai dan
ide mengantisipasi informasi dengan memperbaiki dan
konteks komunikasi memilih gaya mengevaluasi jenis
sesuai jenis dan yang paling komunikasi dari
gaya sesuai. berbagai macam jenis
berkomunikasi. dan gaya cara
berkomunikasi.
3. Merencanakan dan Bekerja di bawah Mengkoordinir Menggabungkan
mengorganisasikan pengawasan atau dan mengatur strategi, rencana,
kegiatan supervisi proses pekerjaan pengaturan, tujuan dan
dan menetapkan prioritas kerja.
prioritas kerja
4. Bekerjasama Melaksanakan Melaksanakan Bekerjasama untuk
dengan orang lain & kegiatan-kegiatan kegiatan dan menyelesaikan
kelompok yang sudah membantu kegiatan-kegiatan yang
dipahami atau merumuskan bersifat komplek.
aktivas rutin tujuan
5. Menggunakan Melaksanakan Memilih gagasan Bekerjasama dalam
gagasan secara tugas-tugas yang dan teknik menyelesaikan tugas
matematis dan sederhana dan bekerja yang yang lebih komplek
teknis telah ditetapkan tepat untuk dengan menggunakan
menyelesaikan teknik dan matematis
tugas-tugas yang
komplek
6. Memecahkan Memecahkan Memecahkan Memecahkan masalah
masalah masalah untuk masalah untuk yang komplek dengan
tugas rutin di bawah tugas rutin secara menggunakan
pengawasan atau mandiri pendekatan metoda
supervisi berdasarkan yang sistematis
pedoman atau
panduan
7. Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan
teknologi teknologi untuk teknologi untuk teknologi untuk
membuat barang mengkonstruksi, membuat desain atau
dan jasa yang mengorganisasik merancang,
sifatnya berulang- an atau membuat menggabungkan,
ulang pada tingkat produk barang memodifikasi dan
dasar di bawah atau jasa mengembangkan
pengawasan atau berdasarkan produk barang atau
supervisi desain jasa
9
Kodefikasi Unit Kompetensi
Kodefikasi unit pada Teknisi Bekerja Pada Ketinggian diisi dan ditetapkan dengan
mengacu pada format kodifikasi SKKNI.
Versi Tahun
Nomor Urut
Unit Umum/Dasar
Common Core
Bekerja pada
ketinggian
Sektor Keselamatan
Kesehatan Kerja
Keterangan :
01 = Kelompok Umum/Dasar/Common Care
02 = Kelompok Inti /Functional Competency Unit
03 = Kelompok Pendukung/Supporting Competency unit
H. Kelompok Kerja
10
JABATAN DALAM
NO NAMA INSTANSI / INSTITUSI
PANITIA/TIM
Susunan tim penyusun RSKKNI Bekerja Pada Ketinggian adalah sebagai berikut :
11
3. Peserta konvensi RSKKNI sub bidang Kerja Pada Ketinggian
Peserta konvensi sub bidang kerja Pada Ketinggian adalah sebagai berikut : .
JABATAN
NO NAMA INSTANSI KETERANGAN
DALAM TIM
1 2 3 4 5
1 DR. Dr. Andi Armyn FK Unhas/ Peserta
Nurdin Kemenkoke
sra
2 M. Yusuf, ST, M.Si Ditjen PPK Peserta
14 Mulyahardi Peserta
12
26 Ir. Enny Herawati, MM Pusat K3 Peserta
13
BAB II
Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat luas, selain yang bersifat
umum seperti Ahli K3, terdapat juga bidang profesi yang bersifat spesialis misalnya
kesehatan kerja, higiene industri, kebakaran, konstruksi, mekanik, listrik, kimia dan
bekerja pada ketinggian
Pola sertifikasi profesi K3 secara nasional dapat dilihat pada tabel berikut.
IX
AHLI K3 Spesialis
AHLI UTAMA
VIII UTAMA Ahli Utama
ADVANCE DIPLOMA
Advance Diploma Manajer
VII
VI Yunior Manajer
AHLI K3 MADYA AHLI MADYA
Supervisor
Diploma DIPLOMA
Officer
V
III
II TEKNISI TEKNISI
Operator
GENERALIS SPESIALIS
Landasan pemikiran dipilihnya tingkat teknisi adalah agar SKKNI ini dapat
dimasukkan sebagai salah satu prasyarat atau pun kompetensi khusus bagi profesi
lainnya jika akan bekerja pada ketinggian.
14
PEMAKETAN SKKNI
I. Kompetensi Umum (General)
15
UNIT-UNIT KOMPETENSI
BATASAN VARIABEL:
1. Konteks Variabel
Unit ini berlaku untuk menyiapkan perUndang Undangan K3, melaksanakan pemenuhan
perUndang Undangan K3 dan persyaratan kerja lainnya pada ketinggian, yang digunakan
untuk membantu pemenuhan perUndang Undangan K3 dan persyaratan lainnya bekerja
pada ketinggian.
2. Perlengkapan untuk membantu pemenuhan perUndang Undangan K3 dan persyaratan
lainnya bekerja pada ketinggian, mencakup tidak terbatas pada:
1.1 Prosedur K3 pada ketinggian
1.2 Peraturan K3 Perusahaan
1.3 Tata Kerja Operasi (Standard Operation Procedures;SOP) pekerjaan
16
1.4 Sarana identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja
3. Tugas pekerjaan untuk membantu pemenuhan perUndang Undangan K3 dan
persyaratan lainnya bekerja pada ketinggian, meliputi:
3.1 Menyiapkan perUndang Undangan K3 dan persyaratan kerja lainnya pada ketinggian
3.2 Melaksanakan pemenuhan perUndang Undangan K3 dan persyaratan kerja lainnya
pada ketinggian
PANDUAN PENILAIAN
17
2. Kondisi Penilaian:
2.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi tersebut terkait dengan membantu pemenuhan perUndang
Undangan K3 dan persyaratan lainnya bekerja pada ketinggian
2.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara penilaian mandiri, wawancara atau lisan
atau tes tertulis, simulasi atau demontrasi.
3. Pengetahuan yang dibutuhkan:
Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini, adalah sebagai
berikut:
3.1. PerUndang Undangan dan Peraturan K3
3.2. Prosedur kerja.
4. Keterampilan yang dibutuhkan:
Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini adalah sebagai
berikut:
1.1 Mengidentifikasi prosedur yang digunakan pada pekerjaan Pada Ketinggian
5. Aspek Kritis Penilaian
1.1 Ketepatan dalam menentukan perUndang Undangan bekerja pada ketinggian
KOMPETENSI KUNCI
18
KODE UNIT : KKK.TG01.002.01
JUDUL UNIT : Mengidentifikasi Potensi Bahaya (Hazard) Kerja
DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) kerja.
BATASAN VARIABEL:
1. Konteks Variabel
Unit ini berlaku untuk mempersiapkan, melakukan identifikasi potensi bahaya (hazard)
kerja dan menyarankan upaya pengendalian potensi bahaya (hazard) kerja, yang
digunakan untuk mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) kerja.
Potensi bahaya (hazard) kerja adalah sumber, situasi kerja, postur tubuh, atau tindakan
yang berpotensi merusak dalam bentuk cedera badan atau gangguan kesehatan
(OHSAS 18001:2007).
2. Perlengkapan yang dibutuhkan
Perlengkapan untuk mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) kerja, mencakup tidak
terbatas pada:
2.1 Prosedur K3 pada ketinggian
2.2 Peraturan K3 Perusahaan
2.3 Prosedur Operasi Standar (POS) pekerjaan
2.4 Sarana identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja
3. Tugas pekerjaan untuk mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) kerja, meliputi :
3.1 Mempersiapkan identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja.
3.2 Melakukan identifikasi potensi bahaya (hazard) kerja
3.3 Menyarankan upaya pengendalian potensi bahaya (hazard) kerja
19
4. Peraturan-peraturan untuk mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) kerja meliputi :
4.1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.01/MEN/1980
tentang Pekerjaan pada Konstruksi
4.3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.01/Men/1980
tentang K3 pada Konstruksi Bangunan
4.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.05/Men/1985
tentang Pesawat Angkat Angkut.
4.5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor KEP.174/MEN/1986 dan Nomor KEP.104/KPTS/1986 tentang Keselamatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi
4.6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.02/Men/1989
tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
4.7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/Men/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
4.8 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas
4.9 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bekerja
Pada Ketinggian Dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access ).
PANDUAN PENILAIAN:
20
3.2 Prosedur kerja.
3.3 Metode identifikasi potensi bahaya kerja pada ketinggian
4. Keterampilan yang dibutuhkan:
Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini adalah sebagai
berikut:
4.1 Identifikasi prosedur potensi bahaya kerja
4.2 Identifikasi potensi bahaya kerja
4.3 Mengendalikan potensi bahaya kerja
4.4 Melaporkan potensi bahaya kerja.
5. Aspek kritis :
Aspek kritis yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini, adalah :
5.1 Kecermatan menentukan prosedur identifikasi potensi bahaya kerja.
5.2 Kecermatan mengidentifikasi tahap-tahap kegiatan kerja pada ketinggian
5.3 Kecermatan mengidentifikasi potensi bahaya kerja pada ketinggian
5.4 Kecermatan mengendalikan potensi bahaya kerja pada ketinggian
KOMPETENSI KUNCI:
21
KODE UNIT : KKK.TG01.003.01
JUDUL UNIT : Menggunakan Alat Pelindung Diri
DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
BATASAN VARIABEL:
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk menjelaskan mengidentifikasi, menyiapkan, menerapkan, merawat
dan melaporkan jenis-jenis alat pelindung diri (APD), yang digunakan untuk
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Unit kompetensi ini berlaku untuk seluruh kegiatan kerja yang mempunyai potensi
bahaya (hazard) kerja dalam rangka penerapan K3.
2. Perlengkapan untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) mencakup tidak terbatas
pada:
2.1 Prosedur K3
2.2 Prosedur Operasi Standar (POS) pekerjaan
2.3 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri yang digunakan di industri.
3. Tugas pekerjaan untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) meliputi :
3.1 Mengidentifikasi APD yang sesuai dengan potensi bahaya kerja
22
3.2 Menyiapkan APD yang akan digunakan
3.3 Menerapkan penggunaan APD
3.4 Merawat APD setelah digunakan.
3.5 Melaporkan penggunaan APD.
4. Peraturan-peraturan untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) meliputi:
4.1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.01/MEN/1980
tentang Pekerjaan pada Konstruksi.
4.3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.01/Men/1980
tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.
4.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.05/Men/1985
tentang Pesawat Angkat Angkut.
4.5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor KEP.174/MEN/1986 dan Nomor KEP.104/KPTS/1986 tentang Keselamatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
4.6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.02/Men/1989
tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
4.7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/Men/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
4.8 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas
4.9 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja
pada Ketinggian dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access).
PANDUAN PENILAIAN
1. Penjelasan prosedur penilaian
Alat, bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya
yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi
yang terkait:
1.1. Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi :
1.1.1. KKK.TG01.001.01 Membantu Pemenuhan PerUndang Undangan dan
Persyaratan K3 Lainnya.
1.1.2. KKK.TG02.001.01 Mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) kerja
1.2. Unit kompetensi yang terkait, meliputi :
1.2.1 -
2. Kondisi penilaian
Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi ini terkait dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
Penilaian dapat dilakukan dengan cara: penilaian mandiri, wawancara, tes tertulis,
demonstrasi, dan simulasi di bengkel (workshop) kerja atau di tempat kerja.
23
3. Pengetahuan yang dibutuhkan:
Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini, adalah sebagai
berikut:
3.1 PerUndang Undangan dan Peraturan K3
3.2 Potensi Bahaya Kerja di tempat kerja.
3.3 Jenis dan fungsi APD
4. Keterampilan yang dibutuhkan:
Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini adalah sebagai
berikut:
4.1 Menggunakan APD
5. Aspek kritis:
Aspek kritis yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini, adalah :
5.1 Ketelitian memeriksa APD
5.2 Ketepatan menggunakan APD
KOMPETENSI KUNCI:
24
KODE UNIT : KKK.TG01.004.01
JUDUL UNIT : Memasang Tangga-Portabel di Level Dasar
untuk Digunakan Naik-Turun.
DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan
dalam memasang tangga portabel untuk kegiatan
naik-turun.
BATASAN VARIABEL:
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk mengidentifikasi tangga, permukaan tumpuan tangga dan tempat
yang akan dicapai, menyiapkan tangga portabel yang akan digunakan, dan memasang
tangga-portabel untuk digunakan yang digunakan untuk memasang tangga portabel
untuk kegiatan naik-turun.
Tangga portabel adalah tangga yang dapat dipindahkan dan bertumpu pada permukaan.
2. Perlengkapan untuk memasang tangga portabel untuk kegiatan naik-turun mencakup
tidak terbatas pada:
2.1 Prosedur Operasi Standar (POS) Pekerjaan
2.2 Prosedur K3
2.3 Tangga portabel
3. Tugas pekerjaan untuk memasang tangga portabel untuk kegiatan naik-turun, meliputi:
3.1 Mengidentifikasi tangga, permukaan tumpuan tangga dan tempat yang akan dicapai
25
3.2 Menyiapkan tangga portabel yang akan digunakan
3.3 Memasang tangga-portabel untuk digunakan
4. Peraturan-peraturan untuk memasang tangga portabel untuk kegiatan naik-turun,
meliputi:
4.1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.01/MEN/1980
tentang Pekerjaan pada Konstruksi.
4.3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.01/Men/1980
tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.
4.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.05/Men/1985
tentang Pesawat Angkat Angkut.
4.5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor KEP.174/MEN/1986 dan Nomor KEP.104/KPTS/1986 tentang Keselamatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
4.6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.02/Men/1989
tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
4.7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/Men/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
4.8 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas
4.9 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja
pada Ketinggian dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access).
PANDUAN PENILAIAN:
26
2.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara: penilaian mandiri, wawancara, tes tertulis,
demonstrasi, dan simulasi di bengkel (workshop) kerja atau di tempat kerja.
3. Pengetahuan yang dibutuhkan:
Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini, adalah sebagai
berikut:
3.1. PerUndang Undangan dan Peraturan K3
3.2. Potensi Bahaya Kerja di tempat kerja.
4. Keterampilan yang dibutuhkan:
Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini adalah sebagai
berikut:
4.1 Kemampuan mengidentifikasi tangga portabel
4.2 Kemampuan memasang tangga portabel
5. Aspek kritis:
Aspek kritis yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini, adalah:
5.1 Kecermatan memasang tangga portabel
KOMPETENSI KUNCI:
27
KODE UNIT : KKK.TG02.001.01
JUDUL UNIT : Menggunakan Alat Penahan Jatuh Perorangan
DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja yang dibutuhkan dalam menggunakan Alat Penahan Jatuh
Perorangan.
1. Menentukan alat penahan jatuh 1.1 Jenis-jenis alat penahan jatuh perorangan
perorangan yang sesuai. diidentifikasi
1.2 Alat penahan jatuh perorangan dijelaskan
3. Menggunakan alat penahan jatuh 3.1 Prosedur penggunaan alat penahan jatuh
perorangan perorangan dijelaskan
3.2 Tahapan pemakaian alat penahan jatuh
perorangan dilakukan sesuai prosedur
3.3 Alat penahan jatuh perorangan digunakan
sesuai prosedur
4. Merawat alat penahan jatuh setelah 4.1. Alat penahan jatuh perorangan
digunakan. dibersihkan sesuai prosedur.
4.2. Alat penahan jatuh perorangan disimpan
sesuai prosedur.
5. Melaporkan penggunaan alat 5.1 Alat penahan jatuh perorangan yang telah
penahan jatuh digunakan dilaporkan sesuai prosedur.
5.2 Formulir laporan penggunaan alat
penahan jatuh perorangan diisi sesuai
prosedur.
BATASAN VARIABEL:
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk menentukan alat penahan jatuh perorangan yang sesuai,
menyiapkan alat penahan jatuh perorangan, menggunakan alat penahan jatuh
perorangan, merawat alat penahan jatuh setelah digunakan dan melaporkan penggunaan
alat penahan jatuh, yang digunakan untuk menggunakan Alat Penahan Jatuh
Perorangan. Unit kompetensi ini berlaku untuk seluruh kegiatan kerja yang mempunyai
potensi bahaya jatuh dalam rangka penerapan K3 di tempat kerja.
2. Perlengkapan untuk menggunakan Alat Penahan Jatuh Perorangan, mencakup tidak
terbatas pada:
2.1 Prosedur K3 di tempat kerja
2.2 POS penggunaan Alat Penahan Jatuh
28
2.3 Jenis-jenis Alat Penahan Jatuh yang digunakan di tempat kerja.
2.4 Formulir laporan penggunaan alat penahan jatuh.
3. Tugas pekerjaan untuk menggunakan Alat Penahan Jatuh Perorangan, meliputi:
3.1 Menentukan alat penahan jatuh perorangan yang akan digunakan.
3.2 Menyiapkan alat penahan jatuh perorangan yang akan digunakan.
3.3 Menggunakan alat penahan jatuh perorangan.
3.4 Merawat alat penahan jatuh perorangan setelah digunakan.
3.5 Melaporkan penggunaan alat penahan jatuh.
4. Peraturan-peraturan untuk menggunakan Alat Penahan Jatuh Perorangan, meliputi:
4.1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.01/MEN/1980
tentang Pekerjaan pada Konstruksi.
4.3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.01/Men/1980
tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.
4.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.05/Men/1985
tentang Pesawat Angkat Angkut.
4.5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor KEP.174/MEN/1986 dan Nomor KEP.104/KPTS/1986 tentang Keselamatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
4.6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.02/Men/1989
tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
4.7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/Men/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
4.8 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas.
4.9 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja
pada Ketinggian dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access).
PANDUAN PENILAIAN:
1. Penjelasan prosedur penilaian
Alat, bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya
yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi
yang terkait:
1.1. Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi:
1.1.1. KKK.TG01.001.01 Membantu Pemenuhan PerUndang Undangan dan
Persyaratan K3 Lainnya
1.1.2. KKK.TG01.002.01 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
1.2. Unit kompetensi yang terkait, meliputi:
1.2.1 .-
29
2. Kondisi penilaian
2.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi ini terkait dengan menggunakan Alat Penahan Jatuh
Perorangan.
2.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : wawancara, ujian tulis, demonstrasi,
simulasi di bengkel kerja atau di tempat kerja.
3. Pengetahuan yang dibutuhkan
Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini, adalah sebagai
berikut:
3.1. Jenis dan fungsi alat penahan jatuh perorangan.
3.2. Prosedur pemeriksaan alat penahan jatuh perorangan.
3.3. Prosedur penggunaan alat penahan jatuh perorangan.
3.4. Prosedur perawatan alat penahan jatuh perorangan.
3.5. Prosedur pelaporan penggunaan alat penahan jatuh perorangan.
4. Keterampilan yang dibutuhkan
Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini adalah sebagai
berikut:
4.1 Menentukan bahaya di tempat kerja
4.2 Menginspeksi alat penahan jatuh perorangan
4.3 Melaporkan penggunaan alat penahan jatuh perorangan
5. Aspek kritis
Aspek kritis yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini, adalah:
5.1. Kecermatan menggunakan alat penahan jatuh.
5.2. Kecermatan merawat alat penahan jatuh setelah digunakan
KOMPETENSI KUNCI:
30
KODE UNIT : KKK.TG02.002.01
JUDUL UNIT : Bergerak Sederhana Mencapai Lokasi Kerja pada
Ketinggian
DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam bergerak sederhana
mencapai lokasi kerja pada ketinggian.
BATASAN VARIABEL:
1. Konteks Variabel
Unit ini berlaku untuk mengidentifikasi pergerakan sederhana untuk mencapai lokasi
kerja pada ketinggian. Bergerak sederhana pada ketinggian adalah pergerakan naik,
turun dan menyamping dengan memanfaatkan tangga atau jalur yang telah disediakan.
Unit kompetensi ini berlaku untuk seluruh kegiatan kerja yang dilakukan pada ketinggian
dalam rangka penerapan K3 di tempat kerja
2. Perlengkapan untuk bergerak sederhana mencapai lokasi kerja pada ketinggian,
mencakup tidak terbatas pada:
2.1 Prosedur K3 di tempat kerja
2.2 Prosedur Operasi Standar (POS) pekerjaan
2.3 Sarana pergerakan
2.4 Sarana pengaman pergerakan
2.5 Tali pengait penahan jatuh
3. Tugas pekerjaan untuk bergerak sederhana mencapai lokasi kerja pada ketinggian,
meliputi:
3.1 Mengidentifikasi pergerakan sederhana pada ketinggian
3.2 Melakukan pergerakan sederhana pada ketinggian
31
4. Peraturan-peraturan untuk bergerak sederhana mencapai lokasi kerja pada ketinggian,
meliputi:
4.1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.01/MEN/1980
tentang Pekerjaan pada Konstruksi.
4.3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.01/Men/1980
tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.
4.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.05/Men/1985
tentang Pesawat Angkat Angkut.
4.5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor KEP.174/MEN/1986 dan Nomor KEP.104/KPTS/1986 tentang Keselamatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
4.6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.02/Men/1989
tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
4.7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/Men/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
4.8 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas.
4.9 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja
pada Ketinggian dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access).
PANDUAN PENILAIAN:
32
3. Pengetahuan yang dibutuhkan:
Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini, adalah sebagai
berikut:
3.1 Prosedur Operasi Standar (POS) di tempat kerja
3.2 Prosedur K3
3.3 Pergerakan sederhana dan fungsi alat pelindung jatuh
3.4 Sarana dan prinsip pergerakan sederhana
3.5. Prinsip pengamanan sederhana
4. Keterampilan yang dibutuhkan:
Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini adalah sebagai
berikut:
4.1 Bergerak naik pada struktur vertikal dan horisontal
4.2 Mengaitkan tali pengait penahan jatuh (fall arrester tali pengait) pada sarana
pengaman yang tersedia
5. Aspek kritis:
Aspek kritis yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini, adalah :
5.1 Kecermatan melakukan pergerakan sederhana
KOMPETENSI KUNCI:
33
KODE UNIT : KKK.TG02.003.01
JUDUL UNIT : Bergerak Bebas pada Ketinggian
DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam bergerak bebas pada
ketinggian.
2. Melakukan pergerakan bebas pada 2.1. Prinsip pergerakan bebas yang aman
ketinggian pada ketinggian dijelaskan
2.2 Sarana pengamanan pergerakan
sementara dengan menggunakan tali
kerja dan tali pengaman sementara
(temporary working and safety line)
dipasang sesuai prosedur
2.3 Penahan jatuh (fall arrester) dikaitkan
sesuai prosedur pada sarana
pengamanan dan pergerakan.
2.4 Naik, turun dan berjalan menggunakan
sarana pergerakan dilakukan sesuai
prosedur
BATASAN VARIABEL:
1. Konteks Variabel
Unit ini berlaku untuk mengidentifikasi pergerakan bebas pada ketinggian dan melakukan
pergerakan bebas pada ketinggian. Bergerak bebas pada ketinggian adalah pergerakan
naik, turun maupun menyamping yang dilakukan pada struktur pada struktur bangunan.
Bergerak bebas pada ketinggian yang dilakukan dengan menggunakan sarana tali
pengaman kerja sementara (temporary safety and working line).
2. Perlengkapan untuk bergerak bebas pada ketinggian, mencakup tidak terbatas pada:
2.1 Prosedur K3 di tempat kerja
2.2 Prosedur Operasi Standar (POS) Perusahaan pergerakan bebas pada ketinggian
2.3 Sarana pergerakan bebas
2.4 Sarana pengamanan pergerakan bebas
2.5 Alat penahan jatuh perorangan (Fall arrester)
3. Tugas pekerjaan untuk bergerak bebas pada ketinggian meliputi
3.1 Mengidentifikasi pergerakan bebas pada ketinggian
3.2 Melakukan pergerakan bebas pada ketinggian
34
4. Peraturan-peraturan untuk bergerak bebas pada ketinggian, meliputi :
4.1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.01/MEN/1980
tentang Pekerjaan pada Konstruksi.
4.3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.01/Men/1980
tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.
4.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.05/Men/1985
tentang Pesawat Angkat Angkut.
4.5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor KEP.174/MEN/1986 dan Nomor KEP.104/KPTS/1986 tentang Keselamatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
4.6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.02/Men/1989
tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
4.7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/Men/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
4.8 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas.
4.9 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja
pada Ketinggian dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access).
PANDUAN PENILAIAN:
35
3. Pengetahuan yang dibutuhkan:
Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini, adalah sebagai
berikut:
3.1 Prosedur Operasi Standar (POS) di tempat kerja.
3.2 Prosedur K3 di tempat kerja.
3.3 Sarana dan prinsip pergerakan bebas.
3.4 Prinsip pengamanan pergerakan bebas.
3.5 Standard prosedur pemasangan tali kerja dan tali pengaman sementara
(Temporary working and safety line).
4. Keterampilan yang dibutuhkan:
Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini adalah sebagai
berikut:
4.1 Bergerak naik dan turun serta berjalan dengan sarana pergerakan
4.2 Memasang sarana tali pengaman sementara (temporary working and safety line)
4.3 Mengaitkan tali pengait alat penahan jatuh (fall arrester tali pengait) pada
pengaman sementara.
5. Aspek kritis
Aspek kritis yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini, adalah:
5.1 Kecermatan menggunakan tali pengaman dan tali kerja sementara
5.2 Ketertiban bergerak bebas pada struktur bangunan
KOMPETENSI KUNCI:
36
KODE UNIT : KKK.TG02.004.01
JUDUL UNIT : Melakukan Penyesuaian Posisi Kerja pada Ketinggian
(work positioning)
DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam melakukan
penyesuaian posisi kerja pada ketinggian (work
positioning)
BATASAN VARIABEL:
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk mengidentifikasi alat penyesuaian posisi kerja dan menggunakan
peralatan penyesuaian posisi kerja, yang digunakan untuk melakukan penyesuaian posisi
kerja pada ketinggian (work positioning). Alat penyesuaian posisi kerja (Work positioning)
adalah alat bantu kerja pada ketinggian agar aktifitas kerja dapat dilakukan dengan
nyaman untuk waktu yang lebih lama.
2. Perlengkapan untuk melakukan penyesuaian posisi kerja pada ketinggian (work
positioning), mencakup tidak terbatas pada :
2.1 Prosedur Operasi Standar (POS) di tempat kerja
2.2 Prosedur K3 di tempat kerja
2.3 Petunjuk penggunaan tali pengait penyesuaian posisi kerja
2.4 Tali pengait penyesuaian posisi kerja
37
2.5 Full body harness
3. Tugas pekerjaan untuk melakukan penyesuaian posisi kerja pada ketinggian (work
positioning) meliputi :
3.1 Mengidentifikasi alat penyesuaian posisi kerja
3.2 Menggunakan peralatan penyesuaian posisi kerja
4. Peraturan-peraturan untuk melakukan penyesuaian posisi kerja pada ketinggian (work
positioning), meliputi
4.1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.01/MEN/1980
tentang Pekerjaan pada Konstruksi.
4.3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.01/Men/1980
tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.
4.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.05/Men/1985
tentang Pesawat Angkat Angkut.
4.5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor KEP.174/MEN/1986 dan Nomor KEP.104/KPTS/1986 tentang Keselamatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
4.6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.02/Men/1989
tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
4.7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/Men/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
4.8 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas.
4.9 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja
pada Ketinggian dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access).
PANDUAN PENILAIAN:
38
2. Kondisi penilaian
2.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi ini terkait dengan melakukan penyesuaian posisi kerja pada
ketinggian (work positioning)
2.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : cara wawancara, ujian tulis, demonstrasi,
simulasi di workshop atau bengkel kerja atau di tempat kerja.
3. Pengetahuan yang dibutuhkan
Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini, adalah sebagai
berikut:
3.1 Prosedur Operasi Standar (POS) di tempat kerja
3.2 Prosedur K3 di tempat kerja
3.3 Alat penyesuaian posisi kerja
3.4 Prosedur pemasangan dan penggunaan alat penyesuaian posisi kerja
3.5 Cara kerja tali pengait penyesuaian posisi kerja
4. Ketrampilan yang dibutuhkan
Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini adalah sebagai
berikut:
4.1 Memasang tali pengait penyesuaian posisi kerja pada harness
4.2 Menambahkan alat bantu
5. Aspek kritis
Aspek kritis yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini, adalah :
5.1. Ketepatan mengatur posisi kerja dengan menggunakan alat penyesuaian posisi
kerja
KOMPETENSI KUNCI:
39
KODE UNIT : KKK.TG02.005.01
JUDUL UNIT : Menerapkan Prosedur Bekerja pada Ketinggian
DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam menerapkan
Prosedur Bekerja pada Ketinggian
3. Mengisi buku kerja (log book) 3.1. buku kerja (log book) diisi
BATASAN VARIABEL:
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk mengidentifikasi syarat-syarat yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan pada ketinggian, melakukan komunikasi kerja pada ketinggian dan mengisi buku
kerja (log book), yang digunakan untuk menerapkan Prosedur Bekerja pada Ketinggian
1.1 Menerapkan prosedur kerja pada ketinggian adalah kemampuan pekerja dalam
menerapkan keahliannya pada ketinggian.
1.2 Buku kerja (log book) adalah sarana untuk pencatatan kegiatan yang dilakukan
pekerja pada ketinggian.
1.3 Unit kompetensi ini berlaku untuk menentukan syarat-syarat kerja, melakukan
komunikasi kerja pada ketinggian dan mengisi buku kerja (log book).
2. Perlengkapan untuk menerapkan Prosedur Bekerja pada Ketinggian, mencakup tidak
terbatas pada:
2.1 Prosedur K3 di tempat kerja
2.2 Prosedur Operasi Standar (POS) pekerjaan
2.3 Prosedur komunikasi
40
2.4 Alat bantu komunikasi
2.5 Buku kerja (log book)
3. Tugas pekerjaan untuk menerapkan Prosedur Bekerja pada Ketinggian, meliputi:
3.1 Menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan kerja pada
ketinggian.
3.2 Melakukan komunikasi kerja pada ketinggian
3.3 Mengisi buku kerja (log book)
4. Peraturan-peraturan untuk menerapkan Prosedur Bekerja pada Ketinggian, meliputi:
4.1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.01/MEN/1980
tentang Pekerjaan pada Konstruksi.
4.3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.01/Men/1980
tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.
4.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.05/Men/1985
tentang Pesawat Angkat Angkut.
4.5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor KEP.174/MEN/1986 dan Nomor KEP.104/KPTS/1986 tentang Keselamatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
4.6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.02/Men/1989
tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
4.7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/Men/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
4.8 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas.
4.9 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja
pada Ketinggian dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access).
PANDUAN PENILAIAN:
1. Penjelasan prosedur penilaian
Alat, bahan dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya
yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi
yang terkait :
1.1. Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi :
1.1.1 KKK.TG01.001.01 Membantu Pemenuhan PerUndang Undangan dan
Persyaratan K3 Lainnya
1.1.2 KKK.TG01.001.01 - Mengidentifikasi Potensi Bahaya (hazard) Kerja
1.2. Unit kompetensi yang terkait, meliputi :
1.2.1 -
41
2. Kondisi Pengujian
2.1. Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas
tercapainya kompetensi ini terkait dengan menerapkan Prosedur Bekerja pada
Ketinggian.
2.2. Penilaian dapat dilakukan dengan cara: wawancara, ujian tulis, demonstrasi,
simulasi di bengkel kerja atau di tempat kerja.
3. Pengetahuan yang dibutuhkan
Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini, adalah sebagai
berikut:
3.1 Prosedur Operasi Standar (POS) di tempat kerja
3.2 Prosedur K3 di tempat kerja
3.3 Prosedur bekerja Pada Ketinggian
3.4 Prosedur komunikasi kerja pada ketinggian
3.5 Alat Bantu komunikasi Pada Ketinggian
3.6 Prosedur pengisian buku kerja (log book)
4. Ketrampilan yang dibutuhkan
Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini adalah sebagai
berikut:
4.1 Berkomunikasi dengan isyarat tangan
4.2 Berkomunikasi dengan alat bantu
4.3 Mengisi buku kerja (log book)
5. Aspek kritis
Aspek kritis merupakan sikap kerja yang harus diperhatikan, yaitu:
5.1. Kecermatan menerapkan syarat-syarat kerja
5.2. Kefektifan melakukan komunikasi
KOMPETENSI KUNCI:
42
KODE UNIT : KKK.TG03.001.01
JUDUL UNIT : Menggunakan Alat Angkat Barang Ringan pada
Ketinggian
DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam menggunakan alat
angkat barang ringan pada ketinggian
1. Mempersiapkan alat angkat yang 1.1. Alat angkat barang yang akan
akan dipasang. dipasang diidentifikasi
1.2 Alat angkat diidentifikasi
BATASAN VARIABEL:
1. Konteks variabel
Unit ini berlaku untuk mempersiapkan alat angkat yang akan dipasang, memasang alat
angkat, mengangkat barang ringan menggunakan alat angkat dan melaporkan
43
penggunaan alat angkat, yang digunakan untuk menggunakan alat angkat barang ringan
pada ketinggian.
1.1. Ruang gerak pengangkatan adalah ruang bebas yang memungkinkan pengangkatan
dilakukan secara aman.
1.2. Barang ringan adalah barang dengan berat kurang dari 10 kg
2. Perlengkapan untuk menggunakan alat angkat Barang Ringan pada Ketinggian,
mencakup tidak terbatas pada
2.1 Prosedur Operasi Standar (POS) di tempat kerja
2.2 Prosedur K3 Perusahaan
2.3 Alat angkat
3. Tugas pekerjaan untuk menggunakan alat angkat Barang Ringan pada Ketinggian
meliputi :
3.1 Mempersiapkan alat angkat yang akan dipasang.
3.2 Memasang alat angkat.
3.3 Mengangkat barang ringan menggunakan alat angkat
3.4 Melaporkan pemasangan alat angkat
4. Peraturan-peraturan untuk menggunakan alat angkat Barang Ringan pada Ketinggian,
meliputi:
4.1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.01/MEN/1980
tentang Pekerjaan pada Konstruksi.
4.3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.01/Men/1980
tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.
4.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.05/Men/1985
tentang Pesawat Angkat Angkut.
4.5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor KEP.174/MEN/1986 dan Nomor KEP.104/KPTS/1986 tentang Keselamatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
4.6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.02/Men/1989
tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
4.7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/Men/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
4.8 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas.
4.9 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja
pada Ketinggian dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access).
44
PANDUAN PENILAIAN:
KOMPETENSI KUNCI:
45
KODE UNIT : KKK.TG03.002.01
JUDUL UNIT : Melakukan Pertolongan Pertama
Kegawatdaruratan (PPGD) pada Ketinggian
DESKRIPSI UNIT : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan
dalam melakukan pertolongan pertama
kegawatdaruratan (PPGD) pada ketinggian
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
BATASAN VARIABEL:
1. Konteks variabel.
Unit ini berlaku untuk menilai situasi kegawatdaruratan, mencegah memburuknya
keadaan dan melaporkan kegawatdaruratan, yang digunakan untuk melakukan
pertolongan pertama kegawatdaruratan (PPGD) pada ketinggian.
Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan adalah upaya perawatan atau pertolongan
pertama sementara yaitu orang yang pertama kali tiba di tempat kejadian terhadap
korban kecelakaan, sebelum mendapatkan pertolongan yang lebih sempurna dari dokter
atau tenaga medik lainnya, berupa tindakan medik dasar.
Tujuannya:
- Mencegah maut
- Mencegah bahaya cacat yang lebih berat
-Mencegah infeksi
- Mengurangi rasa sakit dan takut
2. Perlengkapan untuk melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan (PPGD) pada
ketinggian, mencakup tidak terbatas pada:
2.1 Prosedur komunikasi
2.2 Prosedur pelaporan
2.3 Prosedur PPGD
3. Tugas pekerjaan untuk melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan (PPGD) pada
ketinggian, meliputi:
3.1 Menilai situasi kegawatdaruratan,
46
3.2 Mencegah memburuknya keadaan
3.3 Melaporkan kegawatdaruratan
4. Peraturan-peraturan untuk melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan (PPGD)
pada ketinggian, meliputi:
4.1 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
4.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.01/MEN/1980 tentang
Pekerjaan pada Konstruksi.
4.3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.01/Men/1980
tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.
4.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.05/Men/1985
tentang Pesawat Angkat Angkut.
4.5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor KEP.174/MEN/1986 dan Nomor KEP.104/KPTS/1986 tentang Keselamatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
4.6 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.02/Men/1989
tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
4.7 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/Men/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri.
4.8 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman K3 Bekerja Pada Ruang Terbatas.
4.9 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
45/DJPPK/IX/2008 tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja
pada Ketinggian dengan Menggunakan Akses Tali (Rope Access).
PANDUAN PENILAIAN:
47
3. Pengetahuan yang dibutuhkan.
Pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini, adalah sebagai
berikut:
3.1 Prosedur PPGD
3.2 Prosedur komunikasi
3.3 Prosedur pelaporan
4. Keterampilan yang dibutuhkan.
Keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung unit kompetensi ini adalah sebagai
berikut:
4.1 Menilai kondisi korban
4.2 Mengidentifikasi lokasi kejadian
4.3 Mencegah kondisi memburuk
4.4 Melakukan komunikasi
4.5 Melaporkan kegawatdaruratan
5. Aspek kritis.
Aspek kritis yang perlu diperhatikan dalam kompetensi ini, adalah
5.1 Kecermatan mencegah kondisi korban memburuk
KOMPETENSI KUNCI:
48