Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK II

“Patofisiologi Kelainan Kongenital Pada Sistem Hematologi

Dan Asuhan Keperawatan Pada Anak Hemofilia”

Oleh:

Kelompok 8

Puja junia faselfa (183310818)

Restika margaret hutabarat (183310819)

Rita Agnes Nainggolan (183310820)

Dosen Pembimbing:
Ns. Delima, S.Kep, S.Pd,M.Kes

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yaang Maha Esa yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yaang Maha Esa atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah “keperawatan anak II”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Padang, 5 Oktober 2020

Kelompok 8
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................


Daftar Isi .................................................................................................................
Bab I Pendahuluan ..................................................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
C. Tujuan .........................................................................................................
Bab II Tinjauan Teoritis ..........................................................................................
A. Pengertian hemofilia ..................................................................................
B. Tanda dan gejala hemofilia .........................................................................
C. Jenis-jenis hemofilia ...................................................................................
D. Penyebab hemofilia .....................................................................................
E. Woc hemofilia .............................................................................................
F. Pemeriksaan hemofilia ................................................................................
G. Penatalaksanaan hemofilia ..........................................................................
H. Asuhan keperawatan pasien hemofilia........................................................
Bab III Penutup ......................................................................................................
A. Kesimpulan .................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................
Daftar Pustaka .........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hemo berarti darah
Filia berarti sukar
Hemofilia merupakan penyakit keturunan dengan manifestasi berupa kelainan
pembekuan darah atau darah sukar membeku.
Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang disebabkan terutama oleh defisiensi VIII
(hemofilia A atau hemofilia klasik) sejumlah 85% dan sisanya 15 % disebabkan
defisiensi faktor IX (hemofilia B). Penyakit ini sering dijumpai pada laki-laki karena
gen hemofilia dibawa oleh kromosom X secara autosomal resesif. Hemofilia A lebih
sering dijumpai yaitu 4-5 kali lebih sering dibandingkan hemofilia B (firani.2018).

B. Rumusan masalah
1. Apa dari Pengertian hemofilia ?
2. Apa saja Tanda dan gejala hemofilia?
3. Apa saja dari Jenis-jenis hemofilia?
4. Apa Penyebab dari hemofilia?
5. Bagaimana Woc hemofilia?
6. Bagaimana Pemeriksaan hemofilia?
7. Bagaimana Penatalaksanaan hemofilia?
8. Bagaimana proses Asuhan keperawatan pasien hemofilia?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian hemofilia
2. Mengetahui Tanda dan gejala hemofilia
3. Mengetahui Jenis-jenis hemofilia
4. Mengetahui Penyebab dari hemofilia
5. Mengetahui Woc hemofilia
6. Mengetahui proses Pemeriksaan hemofilia
7. Mengetahui proses Penatalaksanaan hemofilia
8. Mengetahui proses Asuhan keperawatan pasien hemofilia

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Hemofilia adalah penyakit keturnan dengan gejala perdarahan yang sukar dihentikan
(suryanah. 1996).
Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang disebabkan terutama oleh defisiensi VIII
(hemofilia A atau hemofilia klasik) sejumlah 85% dan sisanya 15 % disebabkan
defisiensi faktor IX (hemofilia B). Penyakit ini sering dijumpai pada laki-laki karena gen
hemofilia dibawa oleh kromosom X secara autosomal resesif. Hemofilia A lebih sering
dijumpai yaitu 4-5 kali lebih sering dibandingkan hemofilia B (firani.2018).

B. Tanda dan gejala


1. Mudah terjadi perdarahan
2. Perdarahan dibawah kulit seperti hematom
3. Perasaan sakit pada perut
4. Perdarahan pada sendi dengan gejala sendi merah dan kebiruan dan bengkak
serta skar digerakkan
5. Kadang-kadang kencing campur darah
6. Suhu badan tinggi (suryanah. 1996).

C. Jenis-jenis hemofilia
1. Hemofilia A
Merupakan jenis yang tersering . terdapat defek pada gen yang mengkode
faktor pembekuan VIII
2. Hemofilia B
Terdapat defek pada faktor pembekuan IX, penyakit ini hanya mengenai pria
dan mereka dapat meninggal karena memar yang tidak tertangani atau
perdarahan internal akan tetapi perempuan merupakan karier penyakit ini.
(James, Baker, Swain. 2008).
D. Penyebab hemofilia
Hemofilia dan semua penyakit gen resesif terkait kromosom X dicirikan dengan
fakta bahwa lebih banyak pria yang terkena dari pada wanita.wanita sebagai karier
tampak sehat dan membawa penyakit ini dalam populasi. Dari keturuannya anak
perempuanya memiliki kemungkinan 50% menderita gangguan. Namun demikian
pada sepertiga kasus tidak terdapat riwayat hemofilia pada keluarga, sehingga
diasumsikan bahwa hal ini disebabkan oleh mutasi gen spontan. Pria penderita
hemofilia tidak menurunkan penyakt ini kepada anak laki-lakinya tetapi semua
anak perempuannya akan menjadi karier. (James, Baker, Swain. 2008).

E. Woc hemofilia
Faktor gen

Penurunan sintesis faktor VIII dan IX

Trombin lama terbentuk

Trjadinya perdarahan

Darah sukar membeku

hemofilia

Kehilangan banyak darah Trombosit menurun Vasokontriksi pada


pembuluh darah otak

Hb menjadi turun Sirkulasi darah


kejantung menurun Nekrosis jaringan
otak
O2 dan darah ke otak iskemik
menurun
letargis

dispneu Co2 menurun


MK: resiko
cedera
MK: pola nafas tidak MK: perfusi perifer
tidak efektif
efektif
F. Pemeriksaan hemofilia
Uji laboratatorium dan diagnostik:
1. Uji skrining untuk koagulasi darah
a. Jumlah trombosit
b. Masa protrombin
c. Masa tromboplastin parsial
d. Masa pembekuan trombin
2. Biopsi hati
3. Uji fungsi hati

G. Penatalaksanaan
1. Suportive
a. Menghindari luka
b. Merencanakan tindakan operasi
c. Pemberian kartiko steroid
d. Pemberian analgetik
2. Penggantian faktor pembekuan
3. Terapi gen
4. Pemberian vitamin K
5. Pemebrian rekombinan faktor VIII
6. Pembedahan

H. Asuhan keperawatan pasien hemofilia


1. Pengkajian
a. Aktivitas
Kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas, kelemahan
otot.
b. Sirkulasi
Palpitasi, klit dan mukosa pucat, tanda perdarahan cerebral.
c. Elimminasi
Hematuria
d. Integritas ego
Perasaan tidak ada harapan, tidak berdaya, ansietas
e. Nutrisi
Penurunan BB
f. Nyeri
Nyeri tulang, sendi, kram otot, dan gelisah.
g. Keamanan
Riwayat trauma ringan, hematoma.

2. Diagnosis
a. pola nafas tidak efektif
b. perfusi perifer tidak efektif
c. Resiko cedera

3. Intervensi keperawatan
SDKI SLKI SIKI

pola nafas tidak Pola nafas (95): Manajemen jalan napas (187):
efektif Kriteria hasil: Tindakan:
1. Ventilasi semenit Observasi:
meningkat 1. Monitor selang
2. Kapasitas vital endotrakeal (ETT)
meningakat terutama setelah
3. Tekanan eksipirasi mengubah posisi
meningkat 2. Monitor tekanan alon
4. Tekanan insiprasi ETT sekitar 4-8 jam
meningkat 3. Monitor kulit stoma
5. Dispnea menurun trakeostomi (mis:
6. Frekuensi napas kemerahan, drainase,
membaik pendarahan.)
7. Kedalaman napas Terapeutik:
membaik 1. Kurangi tekanan balon
secara periodik tiap
shift
2. Lakukan perawatan
mulut
3. Lakukan perawatan
stoma
Edukasi:
1. Jelaskan pasien dan/
keluarga tujuan dan
prosedur pemasangan
jalan napas buatan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi intubasi
lang jika terbentuk
mucoos plug yang tidak
dapat dilakukan
penghisap.
perfusi perifer tidak Perfusi perifer (84) Perawatan sirkulasi (345)
efektif Kriteria hasil: Tindakan
1. Denyut nadi perifer Observasi:
membaik 1. Periksa sirkulasi perifer
2. Penyembuhan luka 2. Identifikasi faktor
meningkat resiko gangguan
3. Warna kulit pucat sirkulasi
menurun 3. Monitor panas,
4. Edema perifer kemerahan, nyeri atau
menurun bengkak pada
5. Nekrosis menurun ekstremitas
6. Akral membaik Terapeutik:
7. Turgor kulit 1. Hindari pemasangan
membaik infus atau pengambilan
darah diarea
keterbatasan perfusi
2. Lakukan pencegahan
infeksi
3. Lakukan perawatan
kaki dan kuku
Edukasi:
1. Anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
2. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
benar
Resiko cedera Tingkat cedera (135) Pencegahan cedera (275)
Kriteria hasil: Tindakan:
1. Toleransi aktivitas Observasi:
meningkat 1. Identifikasi area
2. Kejadian cedera lingkungan yang
menurun berpotensi
3. Perdarahan menurun menyebabkan cedera
4. Tekanan darah 2. Identifikasi obat yang
membaik berpotensi
5. Frekuensi nadi menyebabkan cedera
membaik Terapeutik:
6. Frekuensi nadi 1. Sediakan pencahayaan
membaik yang memadai
7. Pola istirahat/tidur 2. Gunakan lampu tidur
membaik selama jam tidur
Edukasi:
1. Jelaskan alasan
intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga
2. Anjurkan berganti
posisi secara perlahan
dan duduk selama
beberapa menit
sebelum berdiri.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemofilia merupakan penyakit menurun/ genetik yang sampai saat ini cukup
berbahaya bagi anak-anak. hemofilia A dan B dapat menyebabkan komplikasi
berbahaya bagi anak-anak seperti kerusakan sendi, dan penyakit lainnya. Hemofilia
pada anak tidak hanya berdampak fisik bagi anak namun juga psikologisnya

B. Saran

Dengan riwayat keluarga ada yang menderita penyakit hemophilia,probabilitas


anak tersebut menderita hemophilia banding anak tersebut normal adalah 50% :
50%. Disarankan bagi anak tersebut terlebih dahulu menjalankan pemeriksaan
kadar faktornya untuk mengetahui jenis dan tingkat hemophilia.
Jika setelah melalui tes anak tersebut dinyatakan penderita hemophilia maka anak
tersebut dapat disunat dengan konsekuensi harus menjalani prosedur
khusus.Namun jika ternyata anak tersebut normal maka sircumsisi dapat dengan
prosedur sepertibiasanya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Firani, Novi. (2018). Mengenali Sel-Sel Darah Dan Kelainan Darah. Malang: UB
Press.
2. suryanah. (1996). Keperawatan anak untuk siswa SPK. Jakarta: EGC.
3. James, Baker, Swain. (2008). Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
4. Handayani, Haribowo. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
5. Indonesia, P. P. N. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
6. PPNI, D., & Tim, S. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
7. PPNI, D. SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi.
Analisa Jurnal berdasarkan PICO:

Judul Jurnal:

Terapi Profilaksis Versus On-Demand Pada Pasien Hemofilia Berat Dengan Hemartosis

P= untuk Patient, Population, Problem Problem: Terapi Profilaksis Versus On-Demand


o Kata-kata ini mewakili pasien, populasi, dan Pada Pasien Hemofilia Berat Dengan Hemartosis
masalah yang diangkat dalam karya ilmiah yang
ditulis
Populasi: anak laki-laki usia 14 tahun.
I= untuk Intervention, Prognostic Factor, Terapi Profilaksis Versus On-Demand Pada
atau Exposure
Pasien Hemofilia Berat Dengan Hemartosis
o Kata ini mewakili intervensi, faktor prognostik
atau paparan yang akan diangkat dalam karya
ilmiah

C=untuk Comparison atau Intervention (jika ada -


atau dibutuhkan)
o Kata ini mewakili perbandingan atau intervensi
yang ingin dibandingkan dengan intervensi atau
paparan pada karya ilmiah yang akan ditulis

O= untuk Outcome yang ingin diukur atau ingin Terapi profilaksis telah terbukti menurunkan
dicapai
frekuensi dan derajat pendarahan sendi, sehingga
dapat memelihara fungsi sendi dan
o Kata ini mewakili target apa yang ingin dicapai
dari suatu penelitian misalnya pengaruh atau mempertahankan kualitas hidup.
perbaikan dari suatu kondisi atau penyakit
tertentu.
Artikel Asli

Terapi Profilaksis versus On-Demand pada


3DVLHQ+HPRÀOLD%HUDWGHQJDQ+HPDUWURVLV
Ayi Dilla Septarini, Endang Windiastuti
Departemen Ilmu Kesehatan Anak , RS Dr Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta

Hemartrosis merupakan komplikasi perdarahan sendi yang paling sering terjadi pada pasien dengan hemofilia
A, bila penanganan tidak adekuat maka kelainan sendi akan menjadi kronik dan menetap bahkan memburuk.
Dilaporkan seorang anak lali-laki 14 tahun dengan diagnosis Hemofilia A sejak berusia 4 bulan. Keluhan
nyeri dan bengkak sendi lutut dirasakan sejak tujuh tahun yang lalu. Pengobatan dengan pemberian faktor
VIII konsentrat diberikan sesuai dengan kebutuhan, bila ada perdarahan (on-demand). Pada evaluasi foto
radiologis menunjukkan gambaran artropati kronis lutut kanan. Artropati kronis seyogyanya dapat dicegah
bila pemberian faktor VIII konsentrat secara rutin sebagai pencegahan hematrosis. Namun terdapat kesulitan
karena keterbatasan penyediaan obat di Indonesia. (Sari Pediatri 2010;11(5):311-6).

Kata kunci: hemofilia, hemartrosis, terapi

H
emofilia merupakan penyakit gangguan Anak dengan hemofilia berat memiliki risiko
pembekuan darah herediter yang mengalami berbagai macam tipe perdarahan baik spontan
diturunkan secara x-linked recessive maupun karena trauma, dengan jenis perdarahan tersering
dengan frekuensi sekitar satu kasus dari adalah hemartrosis (70%-80%).1 Hemartrosis sering
10.000 kelahiran. Hemofilia disebabkan oleh defisiensi berulang dan pada akhirnya dapat menyebabkan nyeri
faktor pembekuan VIII (hemofilia A) atau faktor serta kelumpuhan (artropati).4 Pasien hemofilia berat dapat
IX (hemofilia B). Hemofilia A merupakan bentuk diobati dengan pemberian konsentrat faktor pembekuan
terbanyak dijumpai, sekitar 80%-85%.1,2 Klasifikasi 2-3 kali per minggu (profilaksis) untuk mencegah
hemofilia bergantung pada kadar faktor pembekuan timbulnya perdarahan, atau hanya pada saat terjadi
dalam plasma, yaitu hemofilia berat apabila kadar perdarahan (on-demand).4 Beberapa studi menunjukkan
kurang dari 1%, sedang di antara 1%-5%, dan ringan bahwa terapi profilaksis memberikan keuntungan dalam
5%-30%.1-3 mencegah perdarahan dan kerusakan sendi. Kerugian
terapi profilaksis adalah diperlukan konsentrat dalam
jumlah besar dan biaya yang dibutuhkan meningkat.
Alamat korespondensi:
Dr. Endang Windiastuti, SpA(K). Divisi Hematologi Onkologi Oleh karena itu, pilihan regimen terapi yang digunakan
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI- RSCM Jl. Salemba no. 6, harus disesuaikan dengan fasilitas kesehatan yang ada serta
Jakarta 10430. Telepon: 021-3907744, 31901170 Fax.021-3913982 kondisi pasien dan keluarga.

Sari Pediatri, Vol. 11, No. 5, Februari 2010 311


Ayi Dilla Septarini dkk: Terapi profilaksis vs on-demand hemofilia berat dengan hemartrosis

Kasus Pertanyaan klinis

Seorang anak lelaki berusia 14 tahun datang dengan Mengingat belum diterapkan terapi profilaksis
keluhan utama lutut kiri bengkak hilang-timbul sejak faktor VIII pada hemofilia dengan hemartrosis di
tiga bulan yang lalu. Lutut juga terasa “ngilu” dan nyeri Indonesia, maka diformulasikan pertanyaan klinis
jika digerakkan serta pergerakan terbatas. Pasien berjalan sebagai berikut, “Pada anak hemofilia berat dengan
menggunakan dua tongkat. Tidak ada riwayat trauma hemartrosis, apakah terapi profilaksis lebih baik dalam
sebelumnya dan tidak ada perdarahan lain. Di rumah, mencegah kerusakan sendi dibandingkan dengan
pasien melakukan prinsip RICE (rest, ice, compression, terapi on-demand?”
elevation). Sejak tujuh tahun yang lalu, pasien sering
mengalami bengkak di lutut hilang-timbul, pasien
tidak berobat ke dokter, tidak ditransfusi, lutut hanya Metode/strategi penelusuran bukti
diistirahatkan, dan bengkak sembuh dengan sendirinya.
Sejak dua bulan yang lalu, jika lutut bengkak, pasien Prosedur pencarian literatur untuk menjawab
berobat rutin ke Poliklinik Hematologi Departemen masalah klinis telah ditelusuri pustaka secara online
Ilmu Kesehatan Anak RSCM, untuk kemudian dengan mempergunakan instrumen pencari Pubmed,
mendapatkan transfusi konsentrat faktor VIII 20 IU/kg Google, Yahoo, dan Cochrane Library dengan
(1000 IU) setiap duapuluh empat jam selama dua hari memakai kata kunci “hemophilia”, “hemarthrosis”,
berturut-turut. Setelah mendapatkan transfusi, bengkak “prophylaxis”, dan “on-demand”. Penelusuran lebih
di lutut dan nyeri berkurang, namun pasien masih lanjut secara manual pada daftar pustaka yang
berjalan menggunakan dua tongkat untuk mengurangi relevan. Levels of evidence ditentukan berdasarkan
beban tubuh. Pasien didiagnosis menderita hemofilia klasifikasi Oxford Centre for Evidence-based Medicine
sejak usia 4 bulan, namun belum pernah diperiksa kadar Levels of Evidence.5
faktor VIII dan faktor IX karena ketiadaan biaya.
Pasien adalah anak kedua dari tiga bersaudara,
berasal dari keluarga golongan sosial ekonomi menengah. Hasil penelusuran
Selama berobat pasien mendapatkan pengobatan
konsentrat faktor VIII dengan menggunakan kartu Melalui metode pencarian literatur, pada awalnya
Asuransi Kesehatan (Askes). Kakak laki-laki pasien didapatkan 105 artikel yang memenuhi kriteria. Dalam
juga menderita hemofilia, meninggal pada usia 2 tahun penelusuran abstrak artikel, didapatkan 16 artikel yang
karena perdarahan intrakranial. Riwayat kehamilan, relevan dengan masalah, yaitu satu artikel meta-analisis,
persalinan, dan tumbuh kembang normal, saat ini dua artikel uji klinis acak terkontrol, enam artikel
pasien duduk di sekolah menengah pertama kelas 3. review, dan tujuh artikel kohort.
Imunisasi dasar lengkap, asupan nutrisi kesan cukup. Data yang menunjang kelebihan terapi profilaksis
Pada pemeriksaan fisis didapatkan berat badan pada hemofilia sebagian besar merupakan studi
48 kg dan tinggi badan 169 cm (gizi kurang). Tanda retrospektif yang rentan terhadap confounding by
vital dan status generalis pediatrik dalam batas indication, yakni perancu yang terjadi akibat indikasi
normal. Pada status lokalis, di regio genu sinistra pemberian terapi profilaksis ditentukan oleh dokter yang
didapatkan hemartrosis, nyeri tekan, fleksi sendi genu merawat. Studi tersebut tersebut mengevaluasi dampak
sinistra terbatas (range of motion 900). Pemeriksaan perbedaan regimen terapi pada frekuensi perdarahan
laboratorium yang dilakukan satu bulan yang lalu terutama perdarahan sendi, dan outcome klinis jangka
menunjukkan kadar faktor VIII <1% (40%-140%), panjang terhadap terjadinya artropati. Penilitian menilai
sedangkan kadar faktor IX 52% (51%-137%). Pada klinis dan skor radiologis, sedangkan pada beberapa
pemeriksaan radiologis genu sinistra didapatkan kasus, dinilai kualitas hidup pasien dengan melaporkan
gambaran hemartrosis kronik. jumlah kunjungan dan perawatan di rumah sakit, dan
Pasien didiagnosis hemofilia A berat dengan absensi di sekolah/tempat kerja.6-10
hemartrosis genu sinistra, mendapatkan terapi transfusi Pada pasien dengan hemofilia berat, terapi
konsentrat faktor VIII 20 IU/kg setiap duapuluh empat profilaksis telah digunakan lebih dari empatpuluh
jam selama dua hari berturut-turut. tahun di Eropa Utara, dewasa ini di negara-negara

312 Sari Pediatri, Vol. 11, No. 5, Februari 2010


Ayi Dilla Septarini dkk: Terapi profilaksis vs on-demand hemofilia berat dengan hemartrosis

Eropa lainnya dan Amerika Utara. Terapi profilaksis desain penelitian lainnya.11,12 Uji klinis acak terkontrol
merupakan pilihan pertama yang direkomendasikan sulit dilakukan pada penyakit kronik seperti hemofilia,
oleh World Health Organisation (WHO) dan World dengan perspektif seumur hidup, yang bertujuan untuk
Federation of Haemophilia (WFH) sejak 1994 (level mengetahui efektifitas terapi jangka panjang, dengan
of evidence: 2b).6 Tujuan terapi profilaksis untuk memperhatikan rasio cost-effectiveness (outcome sendi,
mencegah perdarahan berat atau yang mengancam kecacatan, biaya kesehatan untuk perawatan di rumah
nyawa, serta mencegah artropati sehingga pasien sakit, fisioterapi, prosedur ortopedi dan kualitas hidup
dapat hidup normal tanpa proteksi yang berlebihan.7 pasien).11 Kesimpulan Cochrane Reviewers tampaknya
Pasien yang diberi terapi profilaksis dilaporkan terlalu dini karena saat ini telah dilaporkan dua uji klinis
memiliki perbedaan kualitas hidup yang bermakna acak terkontrol (RCT randomized controlled trial) yang
dibandingkan terapi on-demand yaitu kondisi umum membandingkan terapi profilaksis dan on-demand.
yang lebih baik, nyeri berkurang, dan skor yang lebih Uji klinis acak terkontrol pertama mengenai
tinggi pada fungsi psikis, kesehatan mental, dan fungsi terapi profilaksis versus on-demand dipublikasi pada
sosial (level of evidence: 2b).8 bulan Agustus 2007 oleh Manco-Johnson dkk.4 Studi
Kreuz dkk9 melaporkan bahwa tidak ada artropati tersebut memiliki outcome primer yang menekankan
yang terdeteksi pada anak yang telah mendapatkan pada pencegahan kerusakan sendi dengan terapi
terapi profilaksis sebelum usia dua tahun dan tidak profilaksis yang dimulai sebelum atau saat terjadinya
lebih dari satu perdarahan sendi (level of evidence: 2b). perdarahan sendi yang kedua (antara usia 6-30 bulan).
Van den Berg dkk10 melaporkan bahwa jika terapi Dari studi Manco-Johnson dkk didapatkan enam
profilaksis dimulai pada usia empat tahun maka terjadi kali penurunan risiko kerusakan sendi pada anak
penurunan bermakna frekuensi perdarahan sendi, dengan terapi profilaksis (25 IU/kg selang sehari)
namun tidak mencegah timbulnya artropati pada dibandingkan dengan anak yang mendapatkan terapi
sebagian besar pasien (level of evidence: 2b). on-demand, penilaian dilakukan melalui gambaran
Mengingat penyakit hemofilia relatif dijumpai dan radiologis dan atau magnetic resonance imaging (MRI)
kesulitan untuk melakukan uji klinis acak terkontrol sendi pada usia enam tahun (level of evidence: 1b).
menyebabkan Cochrane reviewers pada tahun 20053 Outcome yang didapatkan pada studi Manco-Johnson
mengidentifikasi hanya empat uji klinis menyilang dkk4 dilaporkan pada Tabel 1.
(cross-over trials) berskala kecil (tiga studi dilakukan Dari studi Manco-Johnson dkk dilaporkan terdapat
pada tahun 1970-an, satu studi dilakukan pada tahun perbedaan bermakna pada pemeriksaan MRI sendi
1997), membandingkan terapi profilaksis dengan yang, dari separuh abnormalitas sendi tidak terdeteksi
plasebo atau dua regimen profilaksis yang berbeda. dengan pemeriksaan radiologis standar. Pemeriksaan
Heterogenitas desain studi, intervensi dan karakteristik MRI lebih baik digunakan pada anak hemofilia untuk
pasien menghambat meta-analisis, sehingga hanya mendeteksi kerusakan sendi daripada pemeriksaan
melibatkan 44 pasien. Pada tahun 2005, belum ada radiologis, walaupun tanpa riwayat hemartrosis
uji klinis acak terkontrol yang membandingkan terapi atau abnormalitas pada pemeriksaan fisis.4 Tabel 2
profilaksis dengan on-demand. Sebagai kesimpulan, membandingkan studi Manco-Johnson dkk dengan uji
Cochrane reviewers menyimpulkan bahwa tidak ada klinis acak terkontrol lainnya yang dilakukan di Italia
bukti yang cukup untuk mendukung kelebihan klinis (studi Gringeri A13). Hasil akhir dari studi Gringeri A
dari terapi profilaksis dibandingkan on-demand, oleh akan segera dipublikasikan dengan menyajikan data
karena itu diperlukan uji klinis acak terkontrol untuk outcome jangka panjang (sepuluh tahun) pada anak
menjawab masalah ini (level of evidence: 1a). yang menerima terapi profilaksis.
Kesimpulan tersebut menggarisbawahi ketidak-
pastian implementasi terapi profilaksis pada anak,
yang memerlukan evidence yang sahih untuk dapat Pembahasan
diterapkan dalam sistem kesehatan. Namun, banyak
kritik disampaikan terhadap penekanan yang terlalu Pasien hemofilia pada kasus kami mengalami
kaku pada uji klinis acak terkontrol, sehingga dapat hemartrosis genu sinistra yang merupakan jenis
menghalangi perkembangan terapi, yakni terapi perdarahan tersering pada hemofilia (70%-80%),
profilaksis yang aman dan efektif yang terbukti dengan dan predileksi tersering adalah sendi lutut (45%).1

Sari Pediatri, Vol. 11, No. 5, Februari 2010 313


Ayi Dilla Septarini dkk: Terapi profilaksis vs on-demand hemofilia berat dengan hemartrosis

Tabel 1. Hasil studi Manco-Johnson dkk4


Parameter outcome Profilaksis On-demand p
Jumlah pasien yang mengikuti penelitian 32 33
Jumlah pasien yang dievaluasi (primary end-point)* 28 29

Data outcome
sPerdarahan sendi (n per tahun, median) 0.2 4.35 <0.001
sTotal perdarahan (n per tahun, median) 1.15 17.1 <0.001
sJumlah konsentat faktor VIII (IU per tahun, rata-rata) 325,793 113,237 <0.001
sTidak ada kerusakan sendi pada Röntgen (n, %) 27/28 (96) 22/27 (81) 0.1
sTidak ada kerusakan sendi pada MRI (n, %) 25/27 (93) 16/29 (55) 0.002

Efek samping berat


sInhibitor titer tinggi (n) 2 0 0.24
sPerdarahan masif (n) 0 3 0.24
sDirawat di rumah sakit (n per tahun, median)# 0.25 0.24 0.9
sAkses vena sentral (n %) 29 (91) 25 (76) 0.2
sInfeksi akibat akses vena sentral (n) 6 6 0.95
Keterangan: MRI: magnetic reconance imaging; * Data radiologis dan/atau MRI pada akhir studi, pada usia 6 tahun; #
’›Š ŠȱŽ—Š—ȱ’—’”Šœ’ȱ¢Š—ȱ‹Ž›‘ž‹ž—Š—ȱŽ—Š—ȱ‘Ž–˜ę•’Šǯ

Tabel 2. Perbandingan studi Manco-Johnson dkk4 dan studi Gringeri A13


Manco-Johnson dkk Gringeri A#
Desain Uji klinis acak terkontrol Uji klinis acak terkontrol
Waktu penelitian 08/1996-04/2005 12/1996-2008
Jumlah pasien 65 45
n (profilaksis/on-demand) (32/33) (23/22)
Jumlah pasien yang dievaluasi* 57 40
n (profilaksis/on-demand) (28/29) (20/20)
Usia rata-rata, (tahun) 1.6 4.0
Follow-up, (bulan) 49 120

Kriteria inklusi
Usia (bulan) <30 <84
Kadar faktor VIII (%) <2 <1
Perdarahan sendi d2 t1**

Intervensi
Terapi profilaksis, faktor VIII 25 IU/kg, selang sehari 25 IU/kg, 3 kali seminggu
(target faktor VIII>1%)
Terapi on-demand, faktor VIII 40 IU/kg (loading dose), dan 20 IU/ t25 IU/kg, diulang sampai
kg pada 24 dan 72 jam sesudahnya, sembuh
serta selang sehari sampai sembuh
*Keterangan studi Manco-Johnson dkk, jumlah pasien dengan data radiologis pada akhir penelitian. Studi Gringeri A, jumlah pasien yang mengikuti jenis
terapi sesuai randomisasi; **minimal satu perdarahan sendi atau otot pada 6 bulan sebelum randomisasi; #Hasil studi belum dipublikasi

314 Sari Pediatri, Vol. 11, No. 5, Februari 2010


Ayi Dilla Septarini dkk: Terapi profilaksis vs on-demand hemofilia berat dengan hemartrosis

Selama dua bulan terakhir pasien mendapatkan terapi jangka panjang sangat cost-effective, karena dapat
on-demand, yaitu pengobatan diberikan jika terjadi mengurangi biaya tinggi yang diperlukan jika terjadi
hemartrosis berulang. Pengobatan konsentrat faktor kerusakan sendi. Studi cost-efficacy diperlukan untuk
VIII 20 IU/kg (1000 IU) yang diberikan selama dua mengidentifikasi dosis minimum konsentrat faktor
hari berturut-turut. Dosis diberikan sesuai dengan pembekuan yang diperlukan untuk menurunkan
protokol terapi di Indonesia maupun di negara lain.14-17 biaya terapi dan memungkinkan penerapan terapi
Namun idealnya, pasien mendapatkan transfusi 1000 profilaksis di negara berkembang. Perubahan
IU konsentrat faktor VIII setiap 12 jam, sampai gejala kebijakan Askes untuk menambah ‘jatah’ pemberian
hilang. Pengobatan tidak memungkinkan pada pasien konsentrat faktor pembekuan, program-program
karena dengan ditanggung oleh Askes, pasien hanya Pemerintah lainnya untuk pasien yang tidak mampu,
mendapatkan 8 vial (@250 IU) dalam 1 minggu serta lembaga swadaya masyarakat yang peduli
sehingga hanya bisa diberikan 2x1000 IU dalam 1 terhadap pasien hemofilia kiranya dapat mempercepat
minggu. penerapan terapi profilaksis pada setiap pasien yang
Menurut protokol WFH untuk negara berkembang, memerlukannya, sehingga dapat memperbaiki
jika terdapat perdarahan sendi diberikan konsentrat kualitas hidup pasien.
faktor pembekuan selama 1-2 hari atau lebih jika
respons tidak adekuat. Sedangkan untuk negara maju
jika terdapat perdarahan berulang pada sendi, pasien Daftar Pustaka
diberikan konsentrat faktor pembekuan sebagai
profilaksis jangka pendek selama 4-8 minggu untuk 1. World Federation of Hemophilia. Guidelines for the
menghentikan siklus perdarahan, dan dikombinasikan management of hemophilia. Montreal: World Federation
dengan fisioterapi. Disarankan pemberian profilaksis of Hemophilia, 2005.
konsentrat faktor pembekuan sebelum beraktivitas 2. Bell B, Canty D, Audet M. Hemophilia: An updated
yang berisiko tinggi. Saat ini, protokol yang dianjurkan review. Pediatr Rev 1995;16:290-8.
untuk terapi profilaksis adalah transfusi konsentrat 3. Stobart K, Iorio A, Wu JK. Clotting factor concentrates
faktor pembekuan 25-40 IU/kg, tiga kali seminggu given to prevent bleeding and bleeding related
pada pasien hemofilia A dan dua kali seminggu complications in people with hemophilia A or B.
pada pasien hemofilia B.1 Protokol terapi profilaksis Cochrane Database of Syst Rev. 2006;2:CD003429.
sampai saat ini belum dapat diterapkan di Indonesia, 4. Manco-Johnson MJ, Abshire TC, Shapiro AD, Riske
penghambat utama adalah masalah biaya yang B, Hacker MR, Kilcoyne R, dkk. Prophylaxis versus
diperlukan untuk pemberian konsentrat faktor VIII. episodic treatment to prevent joint disease in boys with
severe hemophilia. N Engl J Med 2007;6:535-44.
5. Oxford Centre of Evidence-based Medicine. Oxford
Kesimpulan Centre for Evidence-based Medicine Levels of Evidence
(March 2009). Diunduh dari: http://www.cebm.net/index.
Bukti mutakhir studi uji klinis acak terkontrol asox?o=1025. Diakses tanggal 9 Juni 2009.
(meskipun jumlahnya terbatas) menegaskan 6. Nillson IM, Berntorp E, Löfqvist T, Pettersson H.
keunggulan pemberian terapi profilaksis konsentrat Twenty-five years experience of prophylactic treatment in
faktor pembekuan pada hemofilia, yang sudah lama severe haemophilia A and B. J Intern Med 1992;232:25-
dianjurkan berdasarkan studi dengan level of evidence 32.
yang lebih rendah. Terapi profilaksis telah terbukti 7. Ljung R. Prevention of bleeding in haemophilia: Trends,
menurunkan frekuensi dan derajat perdarahan overcoming barriers and future treatment options.
sendi, sehingga dapat memelihara fungsi sendi dan Haemophilia 2007;13 (Suppl 2):1-3.
mempertahankan kualitas hidup. 8. Royal S, Schramm W, Berntorp E, Giangrande P,
Masalah ketersediaan konsentrat faktor Gringeri A, Ludlam C, dkk. Quality-of-life differences
pembekuan dan biaya yang diperlukan merupakan between prophylactic and on-demand factor replacement
penghambat utama penerapan terapi profilaksis di therapy in European haemophilia patients. Haemophilia
negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun 2002;8:44–50.
perlu ditegaskan bahwa terapi profilaksis dalam 9. Kreuz W, Escuriola-Ettingshausen C, Funk M, Schmidt

Sari Pediatri, Vol. 11, No. 5, Februari 2010 315


Ayi Dilla Septarini dkk: Terapi profilaksis vs on-demand hemofilia berat dengan hemartrosis

H, Kornhuber B. When should prophylactic treatment An Italian approach. Haemophilia 2003;9(Suppl 1):38-
in patients with haemophilia A and B start? The German 43.
experience. Haemophilia 1998;4:413-7. 14. Indonesian Hemophilia Society. The golden standard
10. Van den Berg HM, Fischer K, Mauser-Bunschoten theraphy for hemophilia A (Factor VIII). Diunduh dari
EP, Beek FJA, Roosendaal G, van der Bom JG. Long- http://www.hemofilia.or.id/koate.php. Diakses tanggal 11 Juni
term outcome of individualized prophylactic treatment 2009.
of children with severe haemophilia. Br J Haematol 15. Srivastava A, You SK, Ayob Y, Chuansumrit A, de Bosch
2001;112:561-5. N, Bianco RP, dkk. Hemophilia treatment in developing
11. Fischer K, Grobbee DE, van den Berg HM. RCTs countries: Products and protocols. Semin Thromb
and observational studies to determine the effect Hemost 2005;31:495-500.
of prophylaxis in severe haemophilia. Haemophilia 16. Gilham A. Guideline for the Treatment of Haemophilia
2007;13:245-50. in South Africa. SAMJ 2007;97:1296-311.
12. Manucci PM. Need for randomized trials in haemophilia. 17. Petrini P. What factors should influence the dosage and
J Thromb Haemost 2006;4:501-2. interval of prophylactic treatment in patients with severe
13. Gringeri A. Prospective controlled study on prophylaxis: hemophilia A and B? Haemophilia 2001;7:99-102.

316 Sari Pediatri, Vol. 11, No. 5, Februari 2010

Anda mungkin juga menyukai