Dosen Pembimbing
Dian Aby Restanty, M.Keb
Disusun oleh:
i
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas penyusunan studi kasus yang berjudul “Remaja” ini telah dibaca, diperiksa dan
disetujui oleh:
Kasniti, Amd.Keb
NIP.19790712 200801 2 019
Perseptor Akademik
KATA PENGANTAR
i
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul
“Remaja” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan laporan studi kasus ini.
Dan semoga laporan studi kasus ini dapat bermanfaat dan berguna bagi yang
membacanya. Kami menyadari bahwa laporan studi kasus ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan laporan studi kasus
ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii
ii
DAFTAR ISI …..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
iii
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB I
Saat ini masalah narkoba atau napza sudah menjadi masalah yang menggejala di
lingkungan kita, terutama dikalangan remaja. Dikatakan, remaja merupakan golongan
yang rentan terhadap penyalahgunaan narkoba karena selain memiliki sifat dinamis,
energik, selalu ingin mencoba. Mereka juga mudah tergoda dan putus asa sehingga
mudah jatuh pada masalah penyalahgunaan narkoba.Narkoba bahkan sudah dikonsumsi
oleh anak-anak di bawah usia remaja. Berdasarkan data BNN (Badan Narkotika
Nasional), jumlah pengguna narkoba di Indonesia tiap tahun terus meningkat sehingga
mengancam masa depan generasi muda. Tercatat pada tahun 2007, 81.702 pelajar di
lingkungan SD, SMP dan SMA menggunakan narkoba.Data ini setiap tahun terus
meningkat.
Pada awalnya narkotika hanya digunakan sebagai alat bagi ritual keagamaan dan
disamping itu juga dipergunakan untuk pengobatan, adapun jenis narkotika pertama yang
digunakan pada mulanya adalah candu ata lazim disebut sebagai madat atau
opium.NARKOBA atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi
kejiwaan / psikologis seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis.Yang termasuk dalam NAPZA, yaitu
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.Narkoba dapat menimbulkan
ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.
1
keputusan.Penyalahgunaan narkoba yang sudah sampai pada level kronis dapat
mengakibatkan perubahan jangka panjang dalam sel-sel otak, yang mendorong
terjadinya paranoia, depresi, agresi dan halusinasi.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui konsep dasar Remaja.
1.3.2 Mengetahui pengertian dari NAPZA.
1.3.3 Mengetahui Perkembangan Psikologis pada Remaja Laki-Laki dan Perempuan
1.3.4 Mengetahui Perkembangan Otak Remaja
1.3.5 Mengetahui jenis-jenis NAPZA.
1.3.6 Mengetahui faktor penyebab remaja dapat menyalahgunakan NAPZA.
1.3.7 Mengetahui gejala yang timbul pada remaja yang menyalahgunakan NAPZA.
1.3.8 Mengetahui tahapan penyalahgunaan NAPZA.
1.3.9 Mengetahui dampak yang berakibat pada remaja.
1.3.10 Mengetahui solusi bagi remaja yang telah ketergantugan NAPZA.
1.3.11 Mengetahui Sasaran perubahan remaja bagi yang telah ketergantungan NAPZA.
1.3.12 Mengetahui upaya pencegahan untuk remaja.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa
Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja
tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah
dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali & Asrori, 2006).
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua
akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja
awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria usia masa
remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun.
Kriteria usia masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada
laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan
yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010).
Menurut Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah masa
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau
awal dua puluhan tahun.
2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai
otoritas.
3
3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul
dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kolompok.
Menurut Rice (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa peralihan, ketika
individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki kematangan.Pada
masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian
diri.Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan
lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri
remaja yang membuat remaja relatiflebih bergejolak dibandingkan dengan masa
perkembangan lainnya (storm and stress period).
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya,
meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi
fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004).
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh orang
yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada
seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat
atau NAPZA lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010).
4
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal
sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari
perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi
sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi
bari yang berbeda dari masa-masa yang sebelumnya. Pada fase ini banyak tuntutan
dan tekanan yang ditujukan kepada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak
lagi bertingkah laku seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan bertanggung
jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya
waktu, dan akan tampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah
di Perguruan Tinggi.
2. Perubahan yang cepat secara fisik juga disertai dengan kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan
internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan
eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh
terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungannya dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa
kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga
dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja
diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih
penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungannya dengan orang lain. Remaja tidak
lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga
dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak
menjadi kurang penting, karena telah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan
tanggung jawab yang menyertai kebebasan itu, serta meragukan kemampuan mereka
sendiri untuk memikul tanggung jawab itu.
2.4 Perkembangan Otak Remaja
Masa remaja adalah masa yang galau, labil ataupun alay. Menghadapi anak remaja
itu, orang tua perlu mengenali dan memahami perkembangan psikologis dan juga
perkembangan otak saat remaja. Pasalnya, di dalam otak dan kepala para remaja ini, ada
5
beberapa perubahan yang perlu diperhatikan. Perubahan-perubahan ini dapat
menjelaskan perilaku remaja yang acapkali penuh drama, tak rasional dan agresif tanpa
alasan yang jelas. Namun, di sisi lain, para remaja juga memiliki kebutuhan yang besar
akan kebebasan dan kasih sayang. Seperti dilansir LiveScience, adalah 10 perubahan
yang terjadi pada otak para remaja:
1. Otak remaja sedang dalam tahap perkembangan
Pada rentang usia antara 11 - 19 tahun, dianggap sebagai masa kritis
pembangunan. Ketika melalui masa pertumbuhan ini, ketrampilan kognitif dan
kemampuan baru akan muncul. Meskipun fisiknya tumbuh besar, remaja masih
berada dalam masa perkembangan yang akan mempengaruhi kehidupannya
selanjutnya.
2. Otak Mulai Mekar
Pada bayi, otak mengalami pertumbuhan koneksi yang amat besar. Namun
ketika memasuki usia 3 tahun, beberapa sambungan tersebut kemudian dipangkas
agar lebih lebih efisien. Ledakan pertumbuhan saraf terjadi untuk kedua kalinya tepat
menjelang pubertas. Puncaknya adalah saat usia sekitar 11 tahun untuk anak
perempuan dan 12 tahun untuk anak laki-laki.
3. Memiliki Kemampuan Berpikir yang Baru
Remaja mulai memiliki kemampuan komputasi dan belajar mengambil
keputusan. Sayangnya, remaja masih terlalu dipengaruhi oleh emosi karena otaknya
lebih mengandalkan sistem limbik yang mengedepankan emosi ketimbang korteks
prefrontal yang mengolah informasi secara rasional.
4. Rewel Kepada Orangtua
Remaja berada di tengah kesenangan memperoleh keterampilan baru yang luar
biasa, terutama yang berkaitan dengan perilaku sosial dan pemikiran abstrak. Tapi
karena belum pandai menggunakan, remaja harus melakukan percobaan. Terkadang
orangtuanya sendiri dijadikan sebagai kelinci percobaan. Banyak remaja melihat
konflik sebagai sarana untuk mengekspresikan diri dan mengalami kesulitan untuk
berfokus pada hal-hal abstrak atau memahami sudut pandang orang lain.
5. Sangat Memperhatikan Kata Teman
Karena remaja mulai mampu berpikir abstrak, kecemasan sosialnya pun
meningkat, sehingga remaja memperhatikan bagaimanakah dirinya dilihat oleh orang
lain.
6
6. Tak Pandai Mengukur Risiko
Kewaspadaan remaja bisa dibilang lambat bergarak karena dominasi sistem
limbik yang mengedepankan emosi. Akibatnya remaja memiliki toleransi risiko yang
lebih tinggi dibanding orang dewasa, sehingga remaja rentan terlibat perilaku berisiko
seperti mencoba narkoba, terlibat perkelahian atau perilaku lain yang tidak aman.
7. Membutuhkan Figur Orangtua
Remaja masih membutuhkan orangtuanya untuk mempelajari bagaimanakah
hidup mandiri dan menyiapkan diri untuk membentuk rumah tangganya sendiri.
8. Butuh Tidur Lebih Banyak
Mitosnya adalah remaja lebih banyak membutuhkan waktu tidur ketimbang
saat masih kanak-kanak. Namun sebenarnya kebanyakan masalah tidur yang dialami
remaja adalah pergeseran ritme sirkadian selama masa remaja. Remaja cenderung
bangun siang namun terjaga sampai larut malam.
9. Narsis
Perubahan hormon saat pubertas berdampak besar bagi otak, salah satunya
adalah memacu reseptor oksitosin diproduksi lebih banyak. Oksitosin meningkatkan
kepekaan sistem limbik dan berkaitan dengan perasaan kesadaran diri, sehingga
membuat remaja merasa seolah-olah ada orang yang mengawasi. Hal ini mungkin
membuat remaja jadi tampak egois. Di sisi lain, perubahan hormon dalam otak remaja
ini juga dapat membuat remaja menjadi lebih idealis..
7
Dampak : kokain ini timbul rasa gembira, senang, nikmat. Penggunaan
yang terus menerus menyebabkan sel otak akan
ketergantungan, penggunaan kokain yang kronis apabila
berhenti akan ketagihan karena tidak dapat merasakan
kenikmatan apapun. Kokain ini menimbulkan gejala
gangguan mental, keluar ingus, pusing-pusing dan muntah-
muntah.
b. Opiat (morfin dan heroin)
Opiat/opium adalah senyawa bersifat depresan, yang berfungsi mengurangi
aktifitas fungsional tubuh. Obat ini merupakan golongan narkotika alami yang
sering digunakan dengan cara dihisap.
Opioda terdapat 3 golongan besar:
1. Opioda alamiah (Opiat) : Morfin, opium, codein
2. Opioda semisintetik : Heroin/putau, hidromorfin
3. Opioda sintetik : Metadon
Morfin
Morfin berbentuk bahan aktif pada semua obat yang ditemukan dalam
berbagai bentuk tablet, kapsul dan larutan. Efek morfin yaitu ketika
pemakaian dalam dosis tinggi, pengguna narkoba akan merasakan
gembira, senang, nikmat, bahkan pengguna juga akan merasakan
toleransi dan ketergantungan, bahkan dapat menimbulkan kematian
karena overdosis akibat terhambatnya pernapasan. Ketika seorang
pecandu morfin berhenti mengkonsumsi zat ini maka akan menimbulkan
gejala seperti rasa nyeri tubuh, demam, berkeringat, mengigil (BNN,
2013, hal. 29).
Heroin
Heroin berbentuk seperti serbuk putih dengan rasa pahit jika di konsumsi
melaui mulut. Efek dari obat ini sangat kuat yang akan menimbulkan efek
ketagihan yang sangat cepat.
Dampak negatif penggunaan heroin adalah ketergantungan,badan kurus,
pucat, kurang gizi, impotensi, infertilitas pada wanita, pemakaian dengan
alat suntik dapat menyebabkan HIV/AIDS, hepatitis B dan C, sakaw
terjadi bila si pecandu putus menggunakan heroin. (BNN, 2013, hal. 28).
8
c. Cannabis
Cannabis adalah daun pucuk tanaman canabis yang meliputi bunga dan biji yang
dikeringkan.
Nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, dan
bhang.
Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok
atau menggunakan pipa rokok.
Dampak : Kandungan cannabis setelah dihisap oleh pemakai,beredar
menuju otak dan berefek pada perasaan, dan bekerja di otak
secara cepat, selanjutnya timbul perasaan senang, hilang rasa
sakit (Soetjingsih, 2010, hal. 172).Efek yang ditimbulkan
segera setelah pemakaian yaitu timbulnya gangguan tingkah
laku atau terjadi perubahan psikologis seperti gangguan
koordinasi, euforia, cemas, gangguan pertimbangan.
2. Psikotoprika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintetis, yang
memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku.Psikotropika adalah
obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa (psyche).
a. Amfetamin
Bentuknya ada yang berbentuk bubuk putih dan keabuan.
Nama jalanan : seed, meth, christal, whiz
Cara penggunaan : dihirup, sedangkan yang tablet dengan diminum
Dampak : Amfetamin adalah salah satu bentuk narkoba yang bersifat
merangsang otak. Remaja yang mengkonsumsi amfetamin
umumnya merasa kuat, tahan bergadang di malam hari, merasa
gembira, hilangnya rasa susah, nafsu makan berkurang
sehingga mereka yang terbiasa memakai amfetamin akan
menjadi kurus dan sering berkeringat berlebihan.
Jenis amfetamin diantaranya yaitu:
Methamfetamine (shabu)
Bentuknya seperti bubuk mengkilat berbentuk kristal kasar mirip dengan
garam dapur.
Nama jalanan : shabu, SS, ic
9
Cara penggunaan : dibakar dengan menggunakan aluminium foildan
asapnya dihisap atau dibakar dengan menggunakan botol
kaca yang dirancang khusus.
Dampak : otak sulit berpikir dan berkonsentrasi, perilaku
menjurus pada kekerasan, berat badan menyusut,
halusinasi, curiga berlebihan dan kerusakan pembuluh
darah otak yang dapat berlanjut menjadi stroke (BNN,
2013, hal. 24).
Ekstasi/ Metildioksimetamfetamin (MDMA)
Metildioksimetamfetamin atau biasa disebut ekstasi.
Nama jalanan : inex, xtc
Cara penggunaan : dikemas dalam bentuk tablet dan capsul sehingga
penggunaannya dengan diminum.
Dampak : reaksi penggunaan obat yaitu pemakai merasa
gembira berlebihan, hilang rasa sedih, hilang rasa
malu, hilang rasa lapar, pusing dan kantuk. Pemakai
akan merasa fit, sehat dan kuat.
Dampak negatif yang ditimbulan yaitu rasa senang dan
euphoria/gembira, nafsu makan berkurang, banyak
berkeringat, mual, gerak badan tak terkendali, tekanan
darah naik dan denyut jantung dan nadi bertambah
cepat.
LSD (Lysergic Acid Diethylamide)
LSD adalah salah satu psikotropika yang bersifat halusinogen yang dapat
meningkatkan dopamin dan serotin di otak.
Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas
Bentuk : biasa didaptkan dalam bentuk kertas berukuran kotak
kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna
dan gambar. Ada juga dalam bentul pil dan capsul.
Cara penggunaan : meletakkan LSD pada lidah, dan bereaksi setelah 30-60
menit kemudian, menghilang 8-12 jam.
Dampak : Akibat keracunan halusinogen akan timbul gejala
tingkah laku dan perubahan psikologis seperti timbulnya
10
rasa cemas, depresi, ketakutan, dan kehilangan.
(Soetjingsih, 2010, hal. 171)
Benzodiazepin
Benzodiazepin adalah jenis psokotropika yang digunakan sebagai obat
tidur/penenang yang dapat mengurangi rasa gelisah.
Nama jalanan : BK, dum, lexo, MG, rohyp, diazepam (valium),
nitrazepam (mogadon, pil BK, pil koplo).
Cara penggunaan : diminum, disuntikkan, atau dimasukkan lewat anus.
Digunakan bidang medis untuk pengobatan pada
pasien kejang, cemas, susah tidur, dan stres.
Dampak : Mengurangi rasa gelisah (anti-anxiety),
mempermudah tidur, penggunaan berlebihan dapat
menimbulkan kekacauan pikiran (delirium, pengaruh
presepsi jarak dan gerakan, penggunaan dalam waktu
lama dapat menimbulkan tolerans, ketergantungan fisik
dan gejala putus zat (tremor, muntah, insomnia,
kecemasan, gampang marah, depresi) (BNN, 2013, hal.
30)
Barbiburat (depresan/obat tidur)
Jenis psikotropika tergolong kelompok depresan.Depresan adalah
psikotropika yang menghambat kerja otak dan memperlambat aktivitas
tubuh, efek dari obat ini menjadi tenang, rasa sters hilang, mengantuk dan
rasa nyeri (BNN, 2013, hal. 28).
3. Zat Adiktif Lainnya
a. Tembakau
Tembakau merupakan bahan yang paling adiktif dimana ketergantungan
tembakau dapat terjadi setelah seseorang menghisap 3-20 batang rokok.Dampak
negatif dari pemakaian tembakau menyebabkan kanker paru, penyempitan
pembuluh darah, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, zat nikotin sangat
berbahaya bagi tubuh manusia, 2 tetes kandungan nikotin murni dapat membunuh
orang secara instan. (BNN, 2013, hal. 27)
Bahan penting di dalam rokok adalah tembakau, merokok adalah suatu
kebiasaan hampir sebagian besar penduduk didunia.Zat yang tergantung dalam
rokok adalah nikotin, setiap batang rokok mengandung 6-11 mg
11
nikotin.Mekanisme kerja nikotin ini berhubungan dengan pengendalian setres.
(Soetjingsih, 2010, hal. 167)
b. Kafein
Cara kerja kafein adalah dengan menekan stimulan sistem saraf pusat dengan
meningkatkan norepineprin, dopamine, asetilkolin dan serotonin. Apabila sesorang
secara rutin minum kopi kemudian dihentikan maka antara 30-50% akan
mengalami sindrom putus kafein yang terjadi berkisar 18-24 jam kemudian.
Efek utama kafein ada di otak, dan bekerja dengan cara melemahkan otak dan
membuat kita merasa lelah. Biasanya, kadar adenosin akan meningkat sepanjang
hari, inilah yang membuat kita semakin lelah dan menyebabkan ingin tidur.
c. Alkohol
Alcoholism adalah keadaan penyalahgunaan serta ketergantungan
alkohol.Golongan : Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusia.
Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi – umbian yang
mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %,setelahitu dilakukan proses
penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkoholyanglebih tinggi, bahkan 100 %.
Nama jalanan : booze, drink.
Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan kesadaran
Alcoholism adalah suatu penyakit kronis progesif yang ditandai dengan
hilangnya kontrol akibat memakai alkohol dengan konsekuensi timbulnya masalah
sosial, hukum, psikologi dan juga fisik.Molekul sederhana alkohol, yang sangat
mudah diserap dalam saluran percernaan mulai dari mulut, esofagus, lambung
sampai usus halus.Daerah saluran pencernaan yang paling banyak menyerap
alkohol adalah bagian proksimal usus halus. Anggur, bir, wiski, gin dan vodka
adalah jenis-jenis minuman dengan kandungan alkohol sekitar 3% samapi 20%.
Alkohol diserap sekitar 2-10% alkohol diekskresi melalui paru-paru, ginjal dan
juga melaui keringat.
Konsentrasi alkohol dalam darah dan efeknya
12
pertimbangan emosi labil, gangguan
kognisi menurun
200-300 mg/dl Nistagmus, bicara cadel, black out
>300 mg/dl Gangguan tanda vital dan bisa fatal
d. Solvent / Inhalasi
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup.
Contohnya : Aerosol, Lem, Isikorek api gas, Tiner, Cairan untuk dry cleaning, Uap
bensin.Biasanya digunakan dengan cara coba– coba oleh anak di bawah umur,
pada golonganyang kurang mampu.
Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala berputar, halusinasi ringan, mual, muntah
gangguanfungsi paru, jantung dan hati.
1) Faktor Internal
a) Faktor individu
Masa remaja merupakan masa transisi, yaitu suatu fase perkembangan antara
masa anak-anak dan masa dewasa.Masalah utama remaja pada umumnya adalah
pencarian jati diri.Mereka mengalami krisis identitas karena untuk dikelompokkan ke
dalam kelompok anak-anak merasa sudah besar, namun kurang besar untuk
dikelompokkan dalam kelompok dewasa.Hal ini merupakan masalah bagi setiap
remaja.Oleh karena itu, seringkali memiliki dorongan untuk menampilkan dirinya
13
sebagai kelompok tersendiri.Dorongan ini disebut sebagai dorongan
originalitas.Namun dorongan ini justru seringkali menjerumuskan remaja pada
masalah-masalah yang serius, seperti narkoba.Penyebab dari diri sendiri yaitu
Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan Kepribadian yang lemah
Kurangnya percaya diri Tidak mampu mengendalikan diri Dorongan ingin tahu,ingin
mencoba,ingin meniru Dorongan ingin berpetualang Mengalami tekanan jiwa Tidak
memikirkan akibatnya dikemudian hari Ketidaktahuan akan bahaya narkoba. Tiap
individu memiliki perbedaan tingkat resiko untuk menyalahgunakan NAPZA.Faktor
yang mempengaruhi individu terdiri dari faktor kepribadian dan faktor konstitusi.
a. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang
mengenai akibatnya
b. Keinginan untuk bersenang-senang
c. Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya
d. Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok
e. Lari dari kebosanan, masalah atau kesusahan hidup
f. Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak menimbulkan
ketagihan
g. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau
kelompok pergaulan untuk menggunakan NAPZA
h. Tidak dapat berkata TIDAK terhadap NAPZA
b) Faktor pengaruh PFC (Pre Frontal Korteks)
Otak adalah bagian terpenting dalam tubuh manusia.Tepat didahi, ada bagian
otak yang sangat istimewa. Bagian tersebut adalah Pre Frontal Cortex atau biasa
disebut PFC. Prefrontal area merupakan bagian terdepan dari lobus frontal, lobus
korteks terbesar yang berisi lima bidang utama untuk fungsi neuropsikiatri
(planning, organizing, problem solving, selective attention, personality) dan fungsi
motorik serta memediasi fungsi intelektual yang lebih tinggi (higher cognitive
functions) yakni termasuk emosi dan perilaku. PFC berfungsi sebagai pemimpin.
Yaitu, dapat berkonsentrasi, bertanggung jawab, memilih mana yang benar mana
yang salah, mengendalikan diri, menunda kepuasan, berfikir kritis, dan
merencanakan masa depan. PFC adalah pusat pertimbangan dan keputusan.PFC
14
yang membentuk kepribadian dan perilaku sosial.PFC adalah bagian otak yang
paling mudah mengalami kerusakan. Jika PFC rusak, maka kepribadian seseorang
akan berubah. Rusaknya PFC dapat disebabkan oleh benturan fisik, bisa juga oleh
zat kimia. Yaitu Narkotika, Psikotoprika , dan Zat Adiktif. Penyebab yang paling
rusak adalah Pornografi.Biasa disebut NARKOLEMA (Narkotika Lewat Mata).
2) Faktor Eksternal, meliputi:
a. Lingkungan Keluarga
Hubungan ayah dan ibu yang retak, komunikasi yang kurang efektif antara
orang tua dan anak, dan kurangnya rasa hormat antar anggota keluarga
merupakan faktor yang ikut mendorong seseorang pada gangguan penggunaan
zat.Penyebab yang bersumber dari keluarga (orang tua).Salah satu atau kedua
orang tua adalah pengguna narkoba.Tidak mendapatkan perhatian, dan kasih
sayang dan orang tua.Keluarga tidak harmonis (tidak ada komunikasi yang
terbuka dalam keluarga).Orang tua tidak memberikan pengawasan kepada
anaknya.Orang tua terlalu memanjakan anaknya.Orang tua sibuk mencari
uang/mengejar karir sehingga perhatian kepada anaknya menjadi terabaikan.
b. Lingkungan Sekolah dan Teman Sebaya
Sekolah yang kurang disiplin, terletak dekat tempat hiburan, kurang memberi
kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif,
dan adanya murid pengguna NAPZA merupakan faktor kontributif terjadinya
penyalahgunaan NAPZA. Penyebab dari teman/kelompok sebaya Adanya satu
atau beberapa teman kelompok yang menjadi pengguna narkoba Adanya
anggota kelompok yang menjadi pengedar narkoba Adanya ajakan atau rayuan
dari teman kelompok untuk menggunakan narkoba Paksaan dari teman
kelompok agar menggunakan narkoba karena apabila tidak mau menggunakan
akan dianggap tidak setia kawan Ingin menunjukan perhatian kepada teman.
Adanya kebutuhan akan pergaulan teman sebaya mendorong remaja untuk
dapat diterima sepenuhnya dalam kelompoknya. Ada kalanya menggunakan
NAPZA merupakan suatu hal yng penting bagi remaja agar diterima dalam
kelompok dan dianggap sebagai orang dewasa.
c. Penyebab yang bersumber dari lingkungan Masyarakat tidak acuh atau tidak
peduli, longgarnya pengawasan sosial masyarakat, sulit mencari pekerjaan
Penegakan hukum lemah, banyaknya pelanggaran hokum, kemiskinan dan
pengangguran yang tinggi, menurunnya moralitas masyarakat, banyaknya
15
pengedar narkoba yang mencari konsumen. Banyaknya pengguna narkoba
disekitar tempat tinggal.
1) Perubahan Fisik
Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis
(acuh tak acuh), mengantuk, agresif. Bila terjadi kelebihan dosis (overdosis) : nafas
sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal. Saat
sedang ketagihan (sakau) : mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa sakit
seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun. Pengaruh jangka panjang :
penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi
keropos, bekas suntikan pada lengan.
2) Perubahan Sikap dan Perilaku
Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos,
pemalas, kurang bertanggung jawab.Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan
pagi hari, mengantuk di kelas.Sering berpergian sampai larut malam, kadang tidak
pulang tanpa ijin. Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi, menghindar
bertemu dengan anggota keluarga yang lain.
Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan, tapi tidak jelas
penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau keluarga,
mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan dengan polisi.Sering bersikap
emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan, pencurigaan, tertutup
dan penuh rahasia.
16
1. Tahap pemakaian coba-coba (eksperimental)
Karena pengaruh kelompok sebaya sangat besar, remaja ingin tahu atau coba-
coba.Biasanya mencoba mengisap rokok, ganja, atau minum-minuman
beralkohol.Jarang yang langsung mencoba memakai putaw atau minum pil ekstasi.
2. Tahap pemakaian sosial
Tahap pemakaian NAPZA untuk pergaulan (saat berkumpul atau pada acara tertentu),
ingin diakui/diterima kelompoknya.Mula-mula NAPZA diperoleh secara gratis atau
dibeli dengan murah.Ia belum secara aktif mencari NAPZA.
3. Tahap pemakaian situasional
Tahap pemakaian karena situasi tertentu, misalnya kesepian atau stres. Pemakaian
NAPZA sebagai cara mengatasi masalah. Pada tahap ini pemakai berusaha
memperoleh NAPZA secara aktif.
4. Tahap habituasi (kebiasaan)
Tahap ini untuk yang telah mencapai tahap pemakaian teratur (sering), disebut juga
penyalahgunaan NAPZA, terjadi perubahan pada faal tubuh dan gaya hidup. Teman
lama berganti dengan teman pecandu.Ia menjadi sensitif, mudah tersinggung,
pemarah, dan sulit tidur atau berkonsentrasi, sebab narkoba mulai menjadi bagian dari
kehidupannya. Minat dan cita-citanya semula hilang.Ia sering membolos dan prestasi
sekolahnya merosot. Ia lebih suka menyendiri daripada berkumpul bersama keluarga.
5. Tahap ketergantungan
Ia berusaha agar selalu memperoleh NAPZA dengan berbagai cara. Berbohong,
menipu, atau mencuri menjadi kebiasaannya.Ia sudah tidak dapat mengendalikan
penggunaannya. NAPZA telah menjadi pusat kehidupannya.Hubungan dengan
keluarga dan teman-teman rusak. Pada ketergantungan, tubuh memerlukan sejumlah
takaran zat yang dipakai, agar ia dapat berfungsi normal. Selama pasokan NAPZA
cukup, ia tampak sehat, meskipun sebenarnya sakit. Akan tetapi, jika
pemakaiannya dikurangi atau dihentikan, timbul gejala sakit. Hal ini disebut gejala
putus zat (sakaw).Gejalanya bergantung pada jenis zat yang digunakan.Orang pun
mencoba mencampur berbagai jenis NAPZA agar dapat merasakan pengaruh zat yang
diinginkan, dengan risiko meningkatnya kerusakan organ-organ tubuh.
Gejala lain ketergantungan adalah toleransi, suatu keadaan di mana jumlah NAPZA
yang dikonsumsi tidak lagi cukup untuk menghasilkan pengaruh yang sama seperti
yang dialami sebelumnya. Oleh karena itu, jumlah yang diperlukan meningkat.Jika
17
jumlah NAPZA yang dipakai berlebihan (overdosis), dapat terjadi kematian (Harlina,
2008).
18
g) Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak
haid)
h) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan
HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
i) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu
konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis
bisa menyebabkan kematian
2. Dampak Psikis
Selain fisik, ada juga dampak psikis yang mungkin terjadi, seperti :
a) Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
b) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
c) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
d) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
e) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
3. Dampak Sosial
Dampak sosial yang mungkin terjadi antara lain :
a) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
b) Merepotkan dan menjadi beban keluarga
c) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Seringkali orang berpikir bagaimana seseorang bisa terlibat dalam penggunaan
narkoba sementara orang lain tidak.
19
melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi
komplikasi medik, antara 1 - 3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan
bahan-bahan adiktif secara bertahap.
3. Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan dalam
proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12
bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi
dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan
kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan
konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan
alternatif, dll.
Terapi dan Rehabilitasi :
1. Terapi
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoksifikasi. Detoksifikasi
adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat, dengan dua
cara yaitu:
a. Detoksifikasi Tanpa Subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang
mengalami gajala putus zat tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala putus
zat tersebut.Klien hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti
sendiri.
b. Detoksifikasi dengan Substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat misalnya
kodein, bufremorfin, dan metadon.Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan
alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi
adalah dengan cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali.
Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan
gejala simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri, rasa mual, dan obat
tidur atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan akibat putus zat tersebut (Purba,
2008).
2. Rehabilitasi
Yang dimaksud dengan rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan mengembalikan
kondisi para mantan penyalahguna NAPZA kembali sehat dalam arti sehat fisik,
20
psikologik, sosial, dan spiritual. Dengan kondisi sehat tersebut diharapkan mereka
akan mampu kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari.
Menurut Hawari (2006) jenis-jenis rehabilitasi antara lain :
a. Rehabilitasi Medik
Dengan rehabilitasi medik ini dimaksudkan agar mantan penyalahguna NAPZA
benar-benar sehat secara fisik.Termasuk dalam program rehabilitasi medik ini
ialah memulihkan kondisi fisik yang lemah, tidak cukup diberikan gizi makanan
yang bernilai tinggi, tetapi juga kegiatan olahraga yang teratur disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing yang bersangkutan.
b. Rehabilitasi Psikiatrik
Rehabilitasi psikiatrik ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi yang semula
bersikap dan bertindak antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat
bersosialisasi dengan baik dengan sesama rekannya maupun personil yang
membimbing atau mengasuhnya.Termasuk rehabilitasi psikiatrik ini adalah
psikoterapi/konsultasi keluarga yang dapat dianggap sebagai “rehabilitasi”
keluarga terutama bagi keluarga-keluarga broken home. Konsultasi keluarga ini
penting dilakukan agar keluarga dapat memahami aspek-aspek kepribadian
anaknya yang terlibat penyalahgunaan NAPZA, bagaimana cara menyikapinya
bila kelak ia telah kembali ke rumah dan upaya pencegahan agar tidak kambuh.
c. Rehabilitasi Psikososial
Dengan rehabilitasi psikososial ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi dapat
kembali adaptif bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya, yaitu di rumah, di
sekolah/kampus dan di tempat kerja.Program ini merupakan persiapan untuk
kembali ke masyarakat.Oleh karena itu, mereka perlu dibekali dengan pendidikan
dan keterampilan misalnya berbagai kursus ataupun balai latihan kerja yang dapat
diadakan di pusat rehabilitasi.Dengan demikian diharapkan bila mereka telah
selesai menjalani program rehabilitasi dapat melanjutkan kembali ke
sekolah/kuliah atau bekerja.
d. Rehabilitasi Psikoreligius
Rehabilitasi psikoreligius memegang peranan penting.Unsur agama dalam
rehabilitasi bagi para pasien penyalahguna NAPZA mempunyai arti penting
dalam mencapai penyembuhan. Unsur agama yang mereka terima akan
memulihkan dan memperkuat rasa percaya diri, harapan dan keimanan.
Pendalaman, penghayatan dan pengamalan keagamaan atau keimanan ini akan
21
menumbuhkan kekuatan kerohanian pada diri seseorang sehingga mampu
menekan risiko seminimal mungkin terlibat kembali dalam penyalahgunaan
NAPZA.
e. Forum Silaturahmi
Forum silaturahmi merupakan program lanjutan (pasca rehabilitasi) yaitu
program atau kegiatan yang dapat diikuti oleh mantan penyalahguna NAPZA
(yang telah selesai menjalani tahapan rehabilitasi) dan keluarganya.Tujuan yang
hendak dicapai dalam forum silaturahmi ini adalah untuk memantapkan
terwujudnya rumah tangga/keluarga sakinah yaitu keluarga yang harmonis dan
religius, sehingga dapat memperkecil kekambuhan penyalahgunaan NAPZA.
Ketiga upaya di atas dapat dilakukan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
saat itu, apakah perlu dilakukan upaya primer, sekunder atau tertier.
Selain itu, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa permasalahan remaja tersebut
dapat diupayakan dengan tiga pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan Agama, dengan menanamkan ajaran-ajaran agama. Yang diutamakan
bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang
terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pendekatan Psikologis, dengan mengenali dan memahami karakteristik
kepribadian. Mengenali remaja beresiko tinggi menyalahgunaan NAPZA dan
melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan NAPZA.
3. Pendekatan Sosial, dengan menciptakan lingkungan keluarga dan masyarakat
yang positif. Hal ini dapat dilakukan melalui komunikasi dua arah, bersikap terbuka
dan jujur, mendengarkan dan menghormati pendapat anak.
Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas dari
sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama.Upaya pencegahan
penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan
pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut.Peran orang tua dalam
keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar bagi pencegahan
penaggulangan terhadap NAPZA.
22
Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan unutk mengelola
kehidupannya sehingga terbentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-
norma yang berlaku di masyarakat.Bentuk aplikasinya adalah residen harus mentaati
semua peraturan yang ada di wisma terutam aturan utama (cardinal rules).
(2) Emosional dan Psikologikal Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan
kemampuan penyesuaian diri secara emosional dan psikologis, seperti murung,
tertutup, cepat marah, perasaan bersalah dan lain-lain ke arah perilaku positif.
Penerapannya pada saat psikologi terapi yang diberikan oleh psikolog, kemudian
konselor juga berperan dalam pembentukan emosional dengan cara sharing atau
curhat tentang masalah pribadi pada kegiatan static group.
(3) Intelektual dan Spiritual; Budaya ini bertujuan merubah cara pola pikir residen yang
dulunya serba instan, mendapatkan segala sesuatu dengan cepat tanpa menghiraukan
proses yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Sedangkan
spiritualnya memberikan pencerahan dan wawasan dari nilai-nilai keagamaan.
Aplikasinya yaitu pada kegiatan seminar session dan religious class.
(4) Keterampilan dan Pertahanan Diri; Perubahan perilaku diarahkan pada peningkatan
kemampuan dan keterampilan residen yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan
tugas-tugas sehari-hari dan tugas-tugas kehidupannya (life skills). Seperti function,
prepare personality and room, chores dan kegiatan keseharian lainnya.
23
b. Jadilah Dirimu Sendiri
Sayangilah dan hormatilah dirimu sendiri apapun bentuknya, belajar bersyukur
dengan merasa puas dengan dirimu sendiri dan buatlah yang terbaik dengan segala
yang kamu miliki.
c. Hidup Sehat
Kebiasaan hidup yang sehat seperti makan makanan bergizi, olahraga yang teratur
dengan lingkungan yang sehat mempengaruhi kesehatan yang baik.Orang yang sehat
tidak memerlukan obat.Sebaliknya, orang yang sering sakit lama-lama bisa
menimbulkan ketergantungan obat.Hidup sehat serta keterampilan untuk hidup tanpa
menyalahgunakan narkoba jauh lebih murah daripada tindakan pengobatan dan
rehabilitasi.
d. Isilah Waktu Luang Dengan Kegiatan Positif
Dengan mengisi waktu luang dengan kegiatan positif dapat menolong kamu untuk
lebih mandiri, lebih dapat mengembangkan jati dirimu, membuat hidupmu lebih
menarik dan berbahagia.iatasi dengan baik.
2. Kedua, dengan mengikutsertakan keluarga. Banyak penelitian telah menunjukkan
bahwa sikap orangtua memegang peranan penting dalam membentuk keyakinan akan
penggunaan narkoba pada anak-anak. Strategi untuk mengubah sikap keluarga
terhadap penggunaan narkoba termasuk memperbaiki pola asuh orangtua dalam
rangka menciptakan komunikasi dan lingkungan yang lebih baik di rumah.
Kelompok dukungan dari orangtua merupakan model intervensi yang sering
digunakan.
3. Ketiga, dengan menekankan secara jelas kebijakan tidak pada narkoba. Mengirimkan
pesan yang jelas tidak menggunakan membutuhkan konsistensi sekolah-sekolah
untuk menjelaskan bahwa narkoba itu salah dan mendorong kegiatan-kegiatan anti
narkoba di sekolah. Untuk anak sekolah harus diberikan penjelasan yang terus-
menerus diulang bahwa narkoba tidak hanya membahayakan kesehatan fisik dan
emosi namun juga kesempatan mereka untuk bisa terus belajar, mengoptimalkan
potensi akademik dan kehidupan yang layak.
4. Keempat atau terakhir, meningkatkan kepercayaan antara orang dewasa dan anak-
anak. Pendekatan ini mempromosikan kesempatan yang lebih besar bagi
interaksipersonal antara orang dewasa dan remaja, dengan demikian mendorong
orang dewasa menjadi model yang lebih berpengaruh.
24
Oleh sebab itu, mulai saat ini pendidik, pengajar, dan orang tua, harus sigap serta
waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak
sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas, mari kita jaga dan awasi anak didik
dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan untuk menelurkan generasi yang
cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik.
25
BAB 3
MANAJEMEN ASUHAN
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas pasien.
a. Nama Pasien : dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untukmenghindari adanya
kekeliruan atau untukmembedakan dengan klien atau pasien yang lalu.
b. Umur : ditulis dalam tahun
c. Suku/bangsa : ditujukan untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan
merugikan.
d. Agama: untuk mempermudah dalam melakukan pendekatan di dalam melaksanakan
asuhan.
e. Pendidikan: untuk mengetahui tingkat intelektual karena tingkat pendidikan
mempengaruhiperilaku kesehatan seseorang.
f. Pekerjaan : untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan pasien terhadap
permasalahan keluarga pasien atau klien, untuk mengetahui social ekonomi.
g. Alamat : untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam keadaan mendesak
sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien.
2. Keluhan
a. Jika pasien sadar : sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, diare, suhu tubuh
meningkat, dan sulit tidur
b. Jika pasien tidak sadar : keluarga /teman pasien mengeluh pasien mengamuk,
pingsan, atau kejang-kejang
26
5. Riwayat kebiasaan sehari-hari.
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan pasien sehari-hari terkait faktor pencetus seperti
pola tidur yang tidak baik yaitu sering begadang dan pola makan karena pecandu sering
tidak nafsu makan sehingga badan kurus kering, tidak memperhatikan kebersihan diri
seperti badan terlihat kotor
6. Riwayat psikososial.
Menerapkan pola asuh kepada anaknya dimana bapak memberikan perlakuan yang berbeda
dengan perlakuan dari ibu.Selain itu pola asuh permissive-indulgent, yaitu pola asuh yang
terlalu memanjakan, terlalu terlibat dalam kehidupan anak tetapi sedikit kendali terhadap
anak. Hal ini membuat anak melakukan apa saja yang mereka inginkan dan akibatnya anak
tidak pernah belajar untuk mengendalikan diri mereka sendiri. Pola asuh permissive-
indifferent yaitu gaya pengasuhan ini membuat anak memperlihatkan sebuah pengendalian
yang buruk dari anak.
DATA OBJEKTIF
1. Kesadaran menurun
2. Tanda vital
Bila terjadi kelebihan dosis (overdosis) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat,
kulit teraba dingin, bahkan meninggal.
Tensi : < 110/60 mmHg (Batas normal 110/60 – <140/90 mmHg)
Suhu : <36,5o C(Batas normal 36,5–37,5 o)
Nadi : <60x/menit (Batas normal 60 - 90 x/menit)
Respirasi : >24x/menit (Batas normal 16 - 24 x/menit)
BBsaat ini : (cenderung kurus)
3. Pemeriksaan fisik
Secara fisik, penyalahgunaan narkoba menyebabkan :
a) Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
b) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot
jantung, gangguan peredaran darah
c) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
d) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
27
e) Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan
fungsi seksual
4. Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pengambilan spesimen darah, urin, cairan oral, rapid test ataupun batang rambut.
ANALISA
1. Diagnosa : dengan penyelahgunaan narkotika
2. Masalah :
1. Gangguan sensori persepsi..
2. Gangguan proses berfikir.
3. Gangguan protes keluarga
3. Diagnosa potensial
- Resiko mencederai diri sendiri
- Intoksikasi
- Harga diri rendah
- Koping mal adaptif
PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada keluarga kondisi klien
2. Memperbaiki keadaan umum klien
3. Strategi Pertemuan 1 dengan klien
a. Mendiskusikan dampak penggunaan narkotika bagi kesehatan,
b. Meningkatkan motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan.
c. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat untuk membantu klienmengatasi
rasa nagih (keinginan untuk menggunakan kembal) adalah sebagai berikut
4. Identifikasi rasa nagih muncul
5. Ingat diri sendiri, rasa nagih normal muncul saat kita berhenti
6. Ingatlah rasa nagih seperti kucing lapar, semakin lapar, semakin diberi makansemakin
sering muncul
7. Cari seseorang yang dapat mengalihkan dari rasa nagihe.
28
8. Coba menyibukkan diri saat rasa nagih datang
9. Tundalah penggunaan sampai beberapa saat.
10. Bicaralah pada seseorang yang dapat mendukung
11. Lakukan sesuatu yang dapat membuat rileks dan nyaman
12. Asuhan pada keluarga dengan tujuan
o Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota keluarganya berhenti
menggunakan
o Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti
o Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien
o Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk
13. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada keluarga antara lain
o Diskusikan tentang masalah yang dialami keluarga dalam merawat klien.
o Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan dan ketergantungan zat (tanda,
gejala, penyebab, akibat) dan tahapan penyembuhan klien seperti pencegahan,
pengobatan, dan rehabilitas.
o Diskusikan tentang kondisi klien yang perlu segera dirujuk seperti intoksikasi berat,
misalnya penurunan kesadaran, jalan sempoyongan, gangguan penglihatan dan
kehilangan pengendalian diri, curiga yang berlebihan, melakukankekerasan sampai
menyerang orang lain. Kndisi lain dari klien yang perlumendapat perhatian keluarga
adalah gejala putus asa seperti nyeri (Sakau), mualsampai muntah, diare, tidak dapat
tidur, gelisah, tangan gemetar, cemas yang berlebihan, depresi. murung yang
berkepanjangan.
o Diskusikan dan latih keluarga merawat klien dengan caramenganjurkan keluarga
meningkatkan motivasi klien untuk berhenti ataumenghindari sikap-sikap yang dapat
mendorong klien untuk memakai zat kembali misalnya menuduh klien sembarangan
atau terus menerus mencurigai klien.
EVALUASI
BAB 4
30
PEMBAHASAN
32
Berdasarkan etiologinya dapat di Tarik beberapa inti bahasan yang harus di cari guna
untuk menentukan langkah penatalaksanaan yang tepat yakni:
1. Motif Siswi Mengkonsumsi Minuman Keras
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa siswi “H” mengkonsumsi
minuman keras karena ingin tahu dan mengikuti temannya dan terpengaruh oleh
ajakan temannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agnes
Siswendi dimana didapatkan hasil Sebanyak 20 orang (66,6%) memulai minuman
keras dari pengaruh temannya. Aktivitas remaja dalam membentuk perkumpulan
maupun anggota genk merupakan hal yang sudah biasa dilakukan sekumpulan remaja
yang dimana juga bisa mempengaruhi remaja tersebut untuk melakukan tindakan
negatif bahkan menjerumus ke tindakan kriminal. Ini perlu diwaspadai dimana remaja
tersebut membentuk suatu kelompok yang akan berpengaruh terhadap rasa percaya
diri maupun mental yang tinggi yang akan memicu remaja tersebut akan melakukan
tindakan negatif (Siswendi,2014).
Biasanya anak muda mencoba sesuatu karena ingin membuktikan
keberaniannya pada teman-temannya, ingin melepaskan diri dari masalah yang ada,
ingin menemukan arti hidup, dan solidaritas terhadap kawan. Rasa ingin tahu adalah
kebutuhan setiap individu yang berasal dari dalam dirinya, terutama bagi generasi
muda dimana salah satu sifatnya adalah ingin mencoba hal-hal yang baru. Rasa ingin
tahu terhadap minuman keras yang oleh mereka dianggap sebagai sesuatu yang baru
dan kemudian mencobanya, akibat ingin tahu itulah akhirnya menjadi pengkonsumsi
tetap (Rori,2015).
Selain itu didapatkan pula pada pre intervensi pengetahuan anak yang kurang
tentang NAPZA dan kandungan serta dampak yang bisa terjadi jika mengkonsumsi
minuman keras. Hal ini sesuai juga dengan pernyataan bahwa Pendidikan adalah hal
yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Karena perkembangan dan kemajuan suatu
bangsa dapat diukur melalui tingkat dan kualitas pendidikan serta tingkat kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan yang baik pada seseorang sangat
mempengaruhi cara berpikir, dia tahu benar mana yang baik dan mana yang buruk
(Rori,2015).
Yang tak kalah berperan penting adalah banyak sekali remaja dibawah umur
yang menggunakan minuman keras. Sebagian besar remaja menggunakan minuman
beralkohol tersebut terbawa dengan pergaulannya dan lingkungan sekitar tempat
tinggalnya, pergaulan dengan teman-teman yang sering mengkonsusmsi minuman
33
keras dan untuk menyelesaikan masalahnya mereka berpikir dengan menggunakan
minuman keras akan sedikit meringankan pikiran. Beraneka ragam tingkah laku atau
perbuatan remaja yang menyimpang dari moral sering menimbulkan kegelisahan dan
permasalahan terhadap orang lain. Pergaulan remaja juga berpotensi menimbulkan
keresahan sosial karena tidak sedikit para remaja terlibat pergaulan negatif mabuk-
mabukan. Perilaku remaja seperti itu mengandung resiko dan dampak negatif yang
berlipat ganda baik terhadap kesehatan dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya.
Khususnya di daerah pedesaan dampak ini mengakibatkan para remaja semakin
dikucilkan dan mendapat reputasi buruk dimasyarakatnya. Minuman keras sangat
mempengaruhi kehidupan seseorang jika kita sudah terlibat di dalamnya.
2. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Remaja
Berdasarkan hasil pengkajian responden dikategorikan memiliki pengetahuan
yang kurang oleh karena itu pengkaji memutuskan untuk memberikan pendidikan
kesehatan tentang NAPZA dan melakukan penekanan utamanya pada minuman keras,
dampak dan bagaimana responden harus bertindak kedepannya.
Diharapkan setelah diberikan pendidikan kesehatan tersebut responden
menjadi paham dan mengerti tentang NAPZA secara umum serta mengetahui dampak
yang dapat terjadi dan akhirnya dapat memutuskan perilaku yang baik untuk dirinya
agar terhindar dari perilaku negative yang berdampak negative pula untuk
kesehatannya. Meski usaha ini merupakan sebagian kecil usaha yang dapat dilakukan
namun patut di kerjakan.
Berdasarkan pendapat Notoatmodjo (2003), Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah Faktor Internal yaitu faktor dari dalam diri sendiri,
misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik, Faktor Eksternal yaitu faktor dari luar diri,
misalnya keluarga, masyarakat, sarana, Faktor pendekatan belajar yaitu faktor upaya
belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran. Hal tersebut menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan mempunyai peranan besar dalam menunjang pengetahuan
remaja tentang perilaku penggunaan minuman keras.
Pengetahuan dari hasil pendidikan kesehatan juga menitik beratkan pada
perubahan perilaku pada output yang bisa dilakukan meski banyak factor yang
mempengaruhi perilaku dari remaja itu sendiri. Menurut Azwar (1995) menyimpulkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, serta faktor
emosi dalam diri individu. Tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap,
34
yaitu suatu tingkatan afek/perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungannya
dengan obyek. Selain itu, perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh kepercayaan yang
dimiliki seseorang. Jika kepercayaan tersebut positif, maka akan muncul perilaku
positif. Kepercayaan dan sikap akan sangat mendasari perilaku seseorang (Kusmiati,
1990). Namun dalam hal ini pendidikan kesehatan akan menjadi langkah awal untuk
memperbaiki penyimpangan pada sikap remaja yang berawal dari ketidaktahuannya.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam masa remaja, penampilan anak berubah, sebagai hasil peristiwa pubertas
yang hormonal, mereka mengambil bentuk tubuh orang dewasa. Pikiran mereka juga
berubah; mereka lebih dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis. Perasaan mereka
35
berubah terhadap hampir segala hal. Semua bidang cakupan perkembangan sebagai
identitas seksual- yang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa (Papalia, Old, &
Feldman; 2008). Sehingga besar dampaknya jika pada masa ini terjadi hal-hal yang
membawa pengaruh yang negatif terhadap masa depan dan kepribadian yang tengah
remaja bangun. Perlu dukungan dari berbagai pihak , utamanya dari lingkungan yang
paling dekat dengan remaja itu sendiri yakni keluarga, teman sebaya, lingkungan
5.2 Saran
Sebagai seorang bidan dan tenaga kesehatan , kita wajib memperhatikan kesehatan
baik fisik maupun psikis wanita secara keseluruhan sejak dini. Selain dapat menurunkan
angka resiko kesehatan reproduksi wanita juga dapat menurunkan angka kematian ibu
maupun bayi pada akhirnya sehingga tercipta generasi-generasi penerus yang berkualitas
yang lahir dari ibu yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
36
Badan Narkotika Nasional. 2013. Perkembangan Ancaman Bahaya Narkoba di Indonesia
Tahun 2008-2012 Nasional 12 April 2014. Available from:
http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/post
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2013/07/23/704/faktor-penyebab-penyalahgunaan-
narkotika
Jaji. 2009. Hubungan Faktor Sosial dan Spiritual dengan Resiko Penyalahgunaan NAPZA
Pada Remaja SMP dan SMA di Kota Palembang. Thesis: Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
Kemenkes RI. 2017. Kasus NAPZA Kendari Menkes RI: NAPZA Rugikan Bangsa.Jakarta :
Kemenkes RI
Saputro.2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja tentang NAPZA dengan Sikap dalam
Penyalahgunaan NAPZA pada Siswa di SMA Al-Islam 3 Surakarta. Skripsi: Hal
66
Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp :
0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id
Wilis SS. 2012. Remaja dan Masalahnya Edisi 2. Bandung: CV. Alfabeta
38