Anda di halaman 1dari 57

Modul Operator - 1

SELAMAT
DATANG
DI
ASH HANDLING

Ash handling Hal.1 / 57


Modul Operator - 1

Pendahuluan.

Ash Handling Plant adalah peralatan bantu dari sebuah PLTU berbahan bakar batubara. Ash
Handling Plant berada dalam system aliran gas buang, memiliki peralatan penangkap abu
yang dibangun menyatu dengan aliran bahan bakar/gas buang.

Ash Handling Plant mempunyai alat yang berfungsi sebagai penangkap abu sisa
pembakaran, Electrostatic Precipitator (EP).Batubara yang dialirkan ke dalam ruang bakar
sebagai bahan bakar PLTU akan menghasilkan gas buang yang mengandung partikel abu.
Sebelum dibuang ke atmosfir, gas buang yang mengandung partikel abu akan melewati
suatu ruang yang di dalamnya terdapat pelat-pelat yang dapat menangkap partikel abu.Pelat
tersebut dialiri listrik searah (DC) dengan tegangan hingga 70 kv.Abu hasil tangkapan EP di
tampung di Hopper dan disalurkan melalui Transporter / Transmitter maupun Ban-ban
berjalan ke pembuangan terakhir atau ditampung di dalam penampung (Silo) untuk
dimanfaatkan / dijual. Abu sisa pembakaran (Fly Ash) dapat digunakan sebagai bahan
campuran pembuat batako, semen dll.

Transporter / Transmitter adalah tabung yang berfungsi sebagai pemindah abu hasil
tangkapan EP, abu dipindah ke penampung (Silo) dengan cara dihembus oleh udara yang
berasal dari Compressor yang dikeringkan terlebih dahulu.
Selain itu, Ash Handling Plant juga mempunyai peralatan yang berfungsi sebagai
penampung dan penyalur abu sisa pembakaran yang berasal dari ruang bakar (furnace).
Batubara (serbuk) yang dimasukan ke dalam ruang bakar sebagian tidak terbakar dan abu
yang tidak terhisap oleh ID Fan akan jatuh dan ditampung di bagian bawah ruang bakar
(Bottom Ash). Bak penampung abu yang berada di bagian bawah ruang bakar (SDCC /
SSC) juga berfungsi sebagai perapat (seal) ruang bakar, sehingga ruang bakar tidak
bertekanan positif, abu yang terkumpul akan dibuang ke pembuangan terakhir melalui
Conveyor-conveyor (Ban Berjalan) yang sebelumnya di saring dan dihaluskan oleh Vibrating
Screen dan Crusher.
SDCC / SSC diisi air yang berasal dari discharge CWP (air laut), dapat juga berasal dari
sungai atau air tawar, untuk menjaga level dan temperature air, maka perlu disirkulasikan
dan disupply terus menerus.SDCC / SSC dilengkapi dengan pompa-pompa yang berfungsi
mensirkulasikan air perapat tersebut. Supply air laut lebih ekonomis dibandingkan dengan air
tawar. Air laut lebih ekonomis karena ketersediaan air laut yang banyak, cukup disirkulasikan
dan langsung dibuang ke kanal. Jika pendingin/perapat menggunakan air tawar perlu
diperhatikan ketersediaan air tawar dan untuk menghemat (tidak langsung dibuang) perlu
dilengkapi dengan cooler.

Ash handling Hal.2 / 57


Modul Operator - 1

gas flow

Superheater econo
reheater mizer

Coal
bunker EP

Coal Boiler

furnace
AIR HEATER
DDCC Transporter

ID Fan STACK

SDCC

mill reject
PULVERIZER
FD Fan
UNIT BISNIS SURALAYA
SURALAYA STEAM POWER PLANT #567
ASH AND DUST HANDLING PLANT #567
PA Fan FLOW GAS
SUDIRMAN MARET 2007

Gambar 1: Aliran Udara masuk / keluar dan bahan baker (batubara)

Ash Handling System dan Alat Bantunya

Dari pendahuluan di atas, Ash Handling Plant mempunyai 2 (dua) bagian / system, yaitu :

2.1. Fly Ash System.

Fly Ash system adalah peralatan Ash Handling yang berfungsi menyalurkan abu
sisa pembakaran yang berasal dari ruang bakar. Bahan bakar (batubara) yang sudah
dihaluskan dimasukan ke dalam ruang bakar dengan cara dihembus oleh PA Fan dan
dihisap oleh ID Fan untuk selanjutnya dibuang ke Atmosfir melalui cerobong asap (stack).
Sisa pembakaran yang mengandung partikel-partikel abu dialirkan ke Atmosfir melalui ruang
yang telah dipasang EP (Electrostatic Precipitator). Partikel abu yang terdapat dalam sisa
pembakaran akan ditangkap oleh EP dan disalurkan ke pembuangan melalui Transporter-
Transporter / Conveyor-Conveyor.

Ash handling Hal.3 / 57


Modul Operator - 1

gas flow

Superheater econo
reheater mizer

Coal
bunker EP

Coal Boiler ash


EP
Air hopper
furnace heater
AIR HEATER
DDCC
Transporter
ash ID Fan
dryer STACK
Transfer 250 m3
SDCC AIR HEATER
udara Compressor Bin
masuk Silo
mill reject 2x2500m3
PULVERIZER Jumbo
screen
Truck Transporter
capsole
crusher DUST
DRY
CONDITIONING 1
UNLOADING
PA Fan

DUM TRUCK TRUCK CAPSULE


CONVEYOR CO DUST
NVE CONDITIONING 2
FD Fan YOR
ASH VALLEY
ASH VALLEY
UNIT BISNIS SURALAYA
SURALAYA STEAM POWER PLANT #567
ASH AND DUST HANDLING PLANT #567
FLOW GAS AND ASH HANDLING PLANT
SUDIRMAN MARET 2007

Gambar 2: Posisi Ash Handling Plant dalam sebuah PLTU

Peralatan Fly Ash System meliputi :

2.1.1. EP (Electrostatic Precipitator).

Salah satu cara untuk mengatasi limbah abu di PLTU adalah dengan
dipasangnya Electrostatic Precipitator (EP). Keunggulan Electrostatic Precipitator (EP)
dibandingkan dengan metode yang lain adalah tingkat keeffisiensiannya yang tinggi/besar,
yakni bisa mencapai lebih dari 90%..

Electrostatic Precipitator (EP) adalah peralatan yang berfungsi menangkap abu


sisa pembakaran yang berada dalam gas buang yang akan dibuang ke atmosfir melalui
stack, sehinga gas buang yang akan dibuang tidak mengandung partikel-partikel abu yang
dapat mencemari lingkungan.

Prinsip kerja Electrostatic Precipitator (EP) adalah partikel – partikel abu dari
boiler yang belum bermuatan, akan diberi muatan – ( negative ) oleh Electroda dan
selanjutnya dengan teori Electric magnet akan ditangkap oleh Collecting Plate. Abu pada
Collecting Plate akan jatuh ke Hopper setelah proses rapping.

Proses penangkapan partikel abu dari gas buang menggunakan prinsip gaya
electrostatic.Gas dialirkan pada suatu ruangan (chamber) yang bagian dalamnya terdiri dari
”DISCHARGE ELECTRODA (WIRE)” dengan tegangan tinggi (DC 50 KV) sebagai kutup

Ash handling Hal.4 / 57


Modul Operator - 1

negatif dan ”COLLECTING ELECTRODA PLATE” yang digroundingkan sebagai kutup


positif. Electroda electroda ini dipasang secara vertical dan saling berhadapan.Discharge
electroda (wire) dipasangkan pada suatu rangka sebagai suatu pengaman, setiap rangka
dihubungkan satu dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan kerja.

Di dalam daerah penangkapan yang terdiri dari collecting plate dan discharge
electrode (kawat) akan dibangkitkan suatu medan listrik yang cukup besar. Selain itu juga
akan menyebabkan molekul molekul udara dipercepat gerakannya sehingga bertabrakan
yang mengakibatkan electronnya terlepas dari orbitnya dan menjadi electron bebas.Bila
tegangan yang dibangkitkan semakin besar maka akan tercipta suatu corona dan electron
bebas yang terbentuk semakin banyak.

Abu terbang yang melewati medan corona ini akan bertabrakan dengan ion ion
dan electron bebas, sehingga partikel abu yang tidak bermuatan akan menjadi bermuatan.
Karena pengaruh medan listrik partikel partikel tersebut bergerak menuju collecting plate.
Partikel abu ini akan jatuh ke bawah karena gravitasi dan di tampung di Hopper.

Sisa abu yang masih menempel pada collecting plate dan discharge electroda
akan dibersihkan dengan system penghentakan (rapping). Mekanisme penghentakan
bekerja dalam selang waktu tertentu. Abu yang telah terkumpul ini harus dibuang agar tidak
menimbulkan masalah pada internal penangkap abu electrostatic precipitator.

Ash handling Hal.5 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 3: Electrostatic Precipitator

ELECTROSTATIC
ELECTROS PRECIPITATOR
TATIC PRECIP ITATOR
+ +

GAS
FLOW CLEAN
GAS

- - - - -
BUANG
FLOW
GAS GAS
BERSIH
EXIT

+ +
DISCHARGE
DISCHARGE
ELECTRODE
ELECTRODE

COLLECTING
COLLECTING PLATE
PLATE

Ash handling Hal.6 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 4: Prinsip Kerja Elctrostatic Precipitator

Bagian-bagian utama dari EP adalah :

2.1.1.1. Transformer Rectifier.

Adalah peralatan utama EP yang berfungsi mensuply daya sehinga EP bisa bekerja.
Tegangan input : 0- 380 Volt output :40- 70 KV DC.

2.1.1.2. Collecting Plate.

Pelat baja yang dipasang sejajar berfungsi sebagai penangkap abu.

Ash handling Hal.7 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 5: Collecting Plate ESP

2.1.1.3. Electroda Wire

Berfungsi sebagai pemberi kontribusi arus yang diberikan kepada abu dari boiler yang
belum bermuatan, yang selanjutnya ditangkap oleh Collecting Plate.

Gambar 6: Discharge wire ESP

2.1.1.4. Colecting Rapper Motor .

Berfungsi untuk memukul/merapping Collecting Plate secara periodik agar abu yang
menempel pada Collecting jatuh ke Hopper.Apabila Collecting Plate bersih maka proses
penangkapan abu di dalam EP akan lebih baik

2.1.1.5. Discharge Rapper Motor

Berfungsi untuk memukul/merapping Electroda Wire secara periodic agar abu yang
menempel pada Electroda Wire jatuh ke Hopper. Apabila Electroda Wire bersih maka
kontribusi Arus yang diberikan oleh Electroda Wire pada Collecting Plate akan lebih baik.

Ash handling Hal.8 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 7: Salah satu Rapper

Ash handling Hal.9 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 8: Salah satu Penggerak Rapper

2.1.1.6. Gas Distribution System.

Untuk mendapatkan effsiensi EP yang optimal Gas Distribution System mempunyai peranan
yang sangat penting yaitu untuk mendistribusikan fly ash ke seluruh field area. Gas
distribution system terdiri dari plat-plat baja yang tersusun sedemikian rupa searah dengan
gas flow, sehingga fly ash dapat tersebar ke seluruh field area.

Gambar 9: Gas Distribution Sistem

2.1.1.7. Control Power .

Berfungsi sebagai pengatur / pengendali kerja EP , hingga EP bekerja secara otomatis


sesuai dengan fungsinya.

Ash handling Hal.10 / 57


Modul Operator - 1

2.1.1.8. Hopper

Berfungsi sebagai penampung abu yang jatuh dari Collecting Plate dan Electroda setelah
proses rapping.Pada sebuah Electrostatic Precipitator dipasang Hopper-hopper yang
menampung abu hasil tangkapan EP, jumlah Hopper sesuai dengan jumlah EP yang
terpasang.

Gambar 10: EP Hopper


2.1.2. Transporter / Transmitter,

Transporter / Transmitter berfungsi sebagai pemindah abu hasil tangkapan EP (electrostatic


Precipitator), dari EP Hopper ke Silo.

Prinsip kerja Transporter adalah menampung dan menyalurkan/memindahkan abu yang


berasal dari EP Hopper ke Silo, Tabung Transporter terisi oleh abu dari EP Hopper, setelah
level Tabung penuh.

Pada kondisi pengisian (Filling Time) : Vent Valve open, Ash Inlet Valve open, Air Inlet Valve
dan Ash Outlet Valve tetap posisi close. Setelah Tabung terisi abu (berdasarkan level sw.)
Ash Inlet Valve Close, Vent Valve Close.

Pada kondisi Transporting (Transporting Time) : Ash Outlet Valve open, Air inlet Valve open.
Tekanan di tabung transporter akan naik sampai +/- 2,5 kg/cm2 dan akan turun mendekati
tekanan 0 kg/cm2 dengan waktu +/- 6 menit. Setelah tekanan tabung Transporter mendekati
0 (0,5 kg/cm2) Air Inlet Valve close, Ash Outlet Valve Close. Transporting selesai, mulai lagi
ke Pengisian (Filling Time). Dst.

Selanjutnya transporter akan mulai pengisian dan transporting secara auto, transporter akan
transporting bila tabung transporter penuh. Khusus Transporter Row 3 dan 4 (Transporter 17
sd 32) akan transporting berdasarkan timer selain berdasarkan level sw.

Bagian-bagian utama dari Transporter / Transmitter adalah :

Ash handling Hal.11 / 57


Modul Operator - 1

2.1.2.1. Tabung.
Tabung transporter berada tepat di bawah EP Hopper yang berfungsi sebagai penampung
abu yang berasal dari EP Hopper yang selanjutnya dipindahkan (transfer) ke Silo. Di dalam
tabung Transporter terdapat membrane (aramid) sebagai pemisah antara abu dan udara
transporting.
Tabung Transporter yang berada pada barisan depan biasanya berukuran lebih besar dari
pada tabung yang berada pada barisan belakang, karena abu hasil tangkapan EP pada
bagian lebih banyak dari bagian belakang.
Tabung Transporter dilengkapi Main hole dan safety valve

Ash handling Hal.12 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 11: Tabung Transporter ukuran 0,85 m3 dan 0,25 m3

2.1.2.2. Ash Inlet Valve.


Ash inlet valve adalah katup yang berfungsi membuka dan menutup aliran abu yang datang
dari EP Hopper.

Ash handling Hal.13 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 12: Bagian luar ash inlet valve

EP Hopper

Aliran abu

Gerakan ash inlet


valve

tabung

Gambar 13: Bagian dalam ash inlet valve

Ash handling Hal.14 / 57


Modul Operator - 1

2.1.2.3. Ash Outlet Valve.


Ash Outlet valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran abu yang
keluar dari tabung. Type valve adalah Ball valve.

Gambar 14: Ash outlet valve

2.1.2.4. Vent Valve


Vent valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup pipa (line) venting
agar abu dari EP hopper mudah mengalir/turun ke tabung Transporter.Line venting
diarahkan ke bagian atas EP hopper yang mempunyai tekanan negative.

Gambar 15: Line Venting dan Vent valve

Ash handling Hal.15 / 57


Modul Operator - 1

2.1.2.5. Air Inlet Valve


Air Inlet valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran udara yang
berfungsi sebagai media pendorong abu.

2.1.2.6. Membran / Aramid


Membran berada di dalam tabung transporter berfungsi sebagai pemisah antara abu dan
udara transporting.

Hopper
level
Hopper
L EP HOPPER L level
EP HOPPER

EMERGENCY
VALVE
MANUAL VALVE
DOWN COMER
ASH KE
OUTLET TRANSFER
ASH INLET VALVE BIN
VALVE

L L
VENT
VALVE

TABUNG
TRANSPORTER

MEMBRAN

PI
P

AIR INLET VALVE


PI
P

DARI
COMPRESSOR

Gambar 16: Bagian-bagian Transporter

2.1.2.7. Line Ash Outlet.


Adalah pipa sebagai jalur mengalirnya abu keluar dari Transporter menuju Silo

2.1.2.8. Line Ash Inlet (Down Comer)


Adalah pipa sebagai jalur mengalirnya abu masuk ke Tabung Transporter dari EP Hopper.

Ash handling Hal.16 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 17: Line Ash Inlet dan Line Ash Outlet

2.1.2.9. Emergency Valve


Emergency valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran abu yang
akan dikeluarkan melalui line Emergency, jika Transporter mengalami gangguan sehingga
tidak bisa beroperasi. Abu dialirkan melalui saluran Emergency dan diarahkan ke Vacuum
Truck.

2.1.2.10. Main Valve (Isolating Valve)


Main valve adalah katup yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran abu yang
keluar dari EP Hopper. Pada keadaan normal operasi valve ini selalu dalam keadaan
terbuka. Penutupan valve dilakukan bila akan ada perbaikan pada Tabung transporter.

Ash handling Hal.17 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 18: Line Emergency dan Valve / Main Valve

SUSUNAN TRANSPORTER/PUMP # 8

Ash handling Hal.18 / 57


Modul Operator - 1

Silo.

Silo adalah penampung abu yang berasal dari Transporter / Transmitter ,Dari Silo abu akan
dipindahkan / dibuang ke pembuangan akhir melalui conveyor /Truck Capsul yang tertutup
ke (Ash Valley).

Di lokasi Silo dilengkapi Bag filter, Blower / Fan,Dust Conditioning.


Dan juga dilengkapi perlengkapan untuk melayani konsumen Fly Ash, yaitu Dry Unloading
System.

2.1.3. Dust Conditioning / Mixer, Conveyor.

Dust Conditioning / Mixer dan Conveyor adalah peralatan Fly Ash System yg berfungsi
memindahkan dan menyalurkan abu dalam Silo ke pembuangan akhir. Abu dalam Silo di
fluidzing oleh Blower atau Fan sehingga mudah turun / mengalir ke Dust Conditioning /
Mixer.

Sebelum dialirkan ke Conveyor, abu di spray dengan air sehingga tidak menimbulkan polusi
dalam perjalanan ke Ash Valley.
Pengaturan air untuk spray sangat diperlukan agar campuran tidak lengket maupun tidak
kekurangan. Abu yang lengket akan menimbulkan masalah di Conveyor system, terutama
pada bagian-bagian chute / Diverter gate.

Ash handling Hal.19 / 57


Modul Operator - 1

Peralatan pengeluaran dipasang di bawah Silo. Dilengkapi mixer rotary dust conditioner
(gambar 12) untuk mencampur dan melembabkan debu sehingga dapat ditransportasikan
dengan kendaraan terbuka atau Conveyor tanpa menyebabkan gangguan debu.

Rotary dust conditioner terdiri atas pelat dengan permukaan yang miring/ seperti baling-
baling bersusun dan berputar dengan diatasnya dipasang pemancar air dan scraper.

Nozzle penyemprot dipasang di atas tangki conditioner. Operasi dust conditioner /


Condioning Unloader tidak akan pernah tepat karena aliran debu yang bervariasi, karena itu
diperlukan operasi dengan tingkatan yang lebih tinggi dan disiplin operator. Dengan kata lain
kelembaban yang tepat susah dicapai, kalau tidak terlalu basah maka akan terlampau
kering.

Gambar 19: Mixer / Condioning Unloader

Karena lokasi Ash Valley jauh dari unit pembangkit maka untuk mencapai lokasi tersebut
perlu dibangun Conveyor-conveyor yang saling berhubungan. Antar Conveyor dihubungkan
oleh chute / corong yang mempunyai gate yang dapat dipindahkan arahnya.

Untuk menjaga keandalan peralatan dan agar kesiapannya selalu terjamin, setiap peralatan
dibuat rangkap, sehingga jika terjadi kerusakan atau ada perbaikan pada satu alat dapat
menggunakan peralatan pasangannya.

Penggerak conveyor biasanya terdiri dari motor induksi gear box dan kopling fluida yang
menggerakan drive pulley conveyor.

Ash handling Hal.20 / 57


Modul Operator - 1

Ash handling Hal.21 / 57


Modul Operator - 1

HEAD
Chute
PULLEY SNUB conveyor
PULLEY BELT Daerah
CONVEYOR curahan
scrapper
Skirt rubber

DRIVE
BAND BAND
PULLEY
PULLEY PULLEY

DIVERTER TAIL PULLEY


GATE

SPEED
SWITCH

TAKE UP
PULLEY

CHUTE
VIBRATOR PEMBERAT

Gambar 20: Conveyor dan bagian-bagiannya

2.1.4. Compressor dan Dryer

Bagian dari Fly Ash System yang berfungsi sebagai pensupply udara Transporting adalah
Compressor dan Dryer.
Untuk menjaga kecukupan udara bertekanan pada masing-masing unit biasanya dipasang
beberapa Compressor yang dilengkapi Dryer dan Receiver Tank.

Udara yang akan digunakan sebagai media transporting abu dari Transporter / Transmitter
dikeringkan oleh Dryer, sehingga tidak terjadi penggumpalan dalam line Transporter /
Transmitter.

Ada 3 jenis kompresor yang paling umum digunakan dalam industri, yaitu jenis centrifugal,
reciprocating dan Rotary screw. Tiap jenis kompresor memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing :

2.1.4.1. Kompresor Jenis Centrifugal


Udara bertekanan tinggi dihasilkan dengan mengkonversi momentum sudut
akibat putaran tinggi dari impeller (dynamic displacement). Biaya instalasi
kompresor relatif rendah dan penurunan efisiensinya hanya sebesar 60 %
dari output keluarannya namun biaya pembeliannya relatif tinggi.

Ash handling Hal.22 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 21: Centrifugal Compressor Impeller Diagram

2.1.4.2. Kompresor Jenis Reciprocating


Merupakan kompresor positive displacement yang menghasilkan udara
kompresi melalui perubahan volume udara terhadap terjadinya peningkatan
tekanan. Kompresor jenis ini menghasilkan penggunaan energi yang paling
efisien, baik pada saat Full Load maupun Part Load.

Gambar 22: Reciprocating Compressor Schematic

2.1.4.3. Kompresor Jenis Rotary Screw


Termasuk positive displacement, dimana dua rotor berbentuk helical saling
bertautan dan membentuk ruang yang semakin mengecil secara axial
sehingga dapat memampatkan udara yang terjebak. Kompresor jenis ini biaya
operasinya relatif tinggi apabila digunakan pada kondisi part load.

Ash handling Hal.23 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 23: Double Helical Rotary Screw Compressor

CLOSED
COOLING
WATER AIR COOLER

KE RECEIVER TANK
LINE PRESS.
P2= 8.7-9.5 bar
INJECTION OIL
T2= 54-65 deg C
OIL COOLER
P3= 4.7- 6.5 bar
> 70 c
CHECK
VALVE
AIR
FILTER BLOW
DOWN
VALVE
THERMO
OIL FILTER VALVE SILENCER
SEPARATOR
INLET VALVE dP2= <1.4 bar
OIL dP1=< 0.7 bar
TANK
SCREW
MOTOR COMPRESSOR T1= 70-96 deg C
3,3 KV P1= max 10.5 bar

UNIT BISNIS SURALAYA


SURALAYA STEAM POWER PLANT #567
ASH AND DUST HANDLING PLANT #567
SULLAIR AIR COMPRESSOR #567
SUDIRMAN MARET 2007

Gambar 24: Flow Diagram Sebuah Compressor SULLAIR

Ash handling Hal.24 / 57


Modul Operator - 1

FILTER2

DARI
RECEIVER
TANK

PEMAKAIAN

COMPRESSOR

BY PASS

COOLER

UNIT BISNIS SURALAYA


CLOSED
SURALAYA STEAM POWER PLANT #567
ASH AND DUST HANDLING PLANT #567 DRYER COOLING
FLOW DRYER
SUDIRMAN MARET 2007

Gambar 25 : Flow Diagram Dryer

2.2. Bottom Ash System.

Bottom Ash System adalah system Ash Handling Plant yang khusus
menangani/menyalurkan abu sisa pembakaran dari bagian bawah ruang bakar. Selain
menangani dan menyalurkan abu dari dalam furnace Bottom Ash System juga menyalurkan
abu yang berasal dari Ruang Economizer dan coal reject dari Pulverizer.

Ash handling Hal.25 / 57


Modul Operator - 1

gas flow

Superheater econo
reheater mizer

Coal
bunker EP

Coal Boiler

furnace
AIR HEATER
DDCC Transporter

ID Fan STACK

SDCC

mill reject
PULVERIZER
FD Fan
UNIT BISNIS SURALAYA
SURALAYA STEAM POWER PLANT #567
ASH AND DUST HANDLING PLANT #567
PA Fan FLOW GAS
SUDIRMAN MARET 2007

Gambar 26 : Posisi Bottom Ash Sistem dalam sebuah PLTU

Bottom Ash System meliputi peralatan-peralatan :

2.2.1. SDCC / SSC system.

SDCC / SSC adalah peralatan yang berfungsi sebagai penampung (bak SDCC) dan
penyaluran abu sisa pembakaran yang berasal dari dalam ruang bakar, Boiler Economizer
Hopper dan coal reject.

SDCC / SSC menampung dan menyalurkan / memindahkan abu ke pembuangan terakhir


melalui Vibrating Screen (penyaring), Crusher (penghancur) dan menggunakan alat angkut
ban-ban berjalan maupun menggunakan truck jika system Conveyor mengalami gangguan.
Bak SDCC / SSC diisi air yang berasal dari discharge CWP, selain berfungsi sebagai
pendingin abu yang jatuh dari ruang bakar air dalam bak juga berfungsi sebagai perapat
ruang bakar agar udara luar tidak masuk (ruang bakar bertekanan negative).

Agar terjaga level air di bak SDCC, bak SDCC disupply air secara terus menerus dan
dilengkapi pompa-pompa yang mensirkulasikan airnya (Cooling water system), sehingga
level dan temperaturenya tetap terjaga (suhu tidak tinggi).

SDCC dilengkapi service water supply yang berfungsi sebagai seal bearing roller SDCC,
chain spray SDCC dan seal bearing Sludge Pump.

Abu dari SDCC/SSC diangkut dengan ban berjalan (Conveyor-conveyor) setelah melalui
Vibrating Screen dan Crusher.

Ash handling Hal.26 / 57


Modul Operator - 1

Vibrating Screen adalah sebuah alat yang tak terpisahkan dari SDCC dan system, yang
berfungsi sebagai penyaring abu bottom ash yang datang dari SDCC yang akan menuju ke
Conveyor, Vibrating Screen memisahkan material-material (abu Bottom ash) yang berukuran
besar untuk diarahkan ke Crusher (penghancur) maupun material-material asing non abu
sehingga tidak merusak Belt Conveyor.

Crusher juga sebuah alat yang dapat mempengaruhi lancar tidak nya system SDCC, yang
berfungsi sebagai penghancur abu yang berukuran besar yang tidak lolos oleh penyaring
(Vibrating Screen)

Vibrating Screen
SDCC # 5
Crusher
Diverter Gate

Chute #6 #7

Conveyor 7B

Conveyor 8B # 3-4

# 1-2

Line Emergency

Dump Truck

Ash Valley
UNIT BISNIS SURALAYA
SURALAYA STEAM POWER PLANT #567
ASH AND DUST HANDLING PLANT #567

Line SDCC ke Ash Valley LINE CONVEYOR


SUDIRMAN MARET 2007

Gambar 27: Jalur Abu dari SDCC ke Ash Valley

Ash handling Hal.27 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 28 : SDCC

2.2.2. Cooling Water system

Cooling Water system adalah bagian dari Bottom Ash System yang berfungsi
mencirkulasikan dan menjaga level dan temperartur air dalam bak SDCC / SSC.

Bak SDCC / SSC disupply air laut dari CWP, air dari Bak SDCC / SSC mengalir (over flow)
ke Settling Tank. Air di bagian bawah Settling Tank (berlumpur) dihisap oleh Sludge Pump
dan dialirkan kembali ke bak SDCC / SSC, pada bagian atas Settling Tank dihisap oleh
Transfer Pump dan dibuang ke kanal (bersih).

Supply air yang berasal dari CWP juga men supply bak Sluice Tank.

Ash handling Hal.28 / 57


Modul Operator - 1

MILL
REJECT Boiler Eco. Hopper
BOILER
HOPPER

DDCC

JET furnace
PUMP

SEA WATER SUPPLY


DISCHARGE OVER Settling Tank
CWP FLOW
SLUICE
TANK Chain Bak SDCC
spray

SLUICE PUMP
Seal bearing Seal bearing
Sludge Pump

Transfer Pump

SLUICE PUMP
SERVICE WATER
SUPPLY

kanal

UNIT BISNIS PEMBANGKITAN SURALAYA

ASH AND DUST HANDLING PLANT #567

COOLING WATER SYSTEM

SUDIRMAN MARET 2007

Gambar 29 : Cooling Water System

Pengoperasian Peralatan Ash Handling Plant.


Prinsip kerja dari SDCC dan Sistem adalah menampung abu yang berasal dari ruang bakar
di bak SDCC, kemudian SDCC menyalurkan abu yang tertampung menuju Conveyor setelah
melalui penyaringan (Vibrating Screen) dan penggilingan (Crusher) sehingga abu tidak
merusak belt conveyor. Selanjutnya Conveyor mengangkut abu menuju pembuangan
terakhir (Ash Valley). Jika system pembuangan (conveyor) mengalami gangguan abu dapat
dibuang ke Ash Valley menggunakan truck. Untuk menjaga keandalan SDCC dan Sistem,
Conveyor dibuat 2 jalur.

3.1. Persiapan Operasi (start ) :


3.1.1. Pada peralatan yang akan dioperasikan harus kondisi siap operasi (release)
tidak dalam pemeliharaan atau Tagging, Petugas operator harus melakukan
pengecheckan di lapangan/visual atau log book. Sebelum Power Suply di
masukan (ON)
3.1.2. Koordinasi dengan Bidang terkait : Pemeliharaan Mekanik, Listrik, Kontrol,
Operator Unit untuk klarifikasi peralatan yang akan di operasikan.
3.1.3. Kesiapan sarana komunikasi operator control room dengan operator local.

3.2. Release Tagging Sistem.

Ash handling Hal.29 / 57


Modul Operator - 1

3.2.1. Kartu Tagging warna merah artinya dalam kondisi apapun suatu peralatan
tersebut tidak boleh dioperasikan.
3.2.2. Kartu Taging warna kuning artinya bahwa peralatan tersebut dikondisikan
darurat, dimana alat tersebut dapat dioperasikan berdasarkan ijin dari si
pembuat tagging dan kondisinya sangat mendesak.
3.2.3. Kartu Taging warna putih artinya bahwa peralatan tersebut dinyatakan laik
operasi.
3.2.4. Persiapan Power Suply masuk : Operator harus meyakinkan tidak ada breaker –
breaker motor yang masuk (close) sebelum power supply utama masuk (close)

3.3. Pelaksanaan START.


3.3.1. Start Bottom Ash System.
Setelah dinyatakan bahwa peralatan tersebut bebas dari kartu tagging baik
tagging warna merah, kuning, putih baru dilakukan koordinasi dengan operator
local bahwa peralatan tersebut siap di operasikan, aba aba start dengan
hitungan satu, dua, tiga start.

Pelaksanaan pengoperasian suatu system harus mengacu / sesuai dengan SOP

3.3.1.1. Persiapan Udara Instrument.


 Informasikan kepada Petugas Main Unit bahwa peralatan Ash handling akan
menggunakan Udara Instrument yang berasal dari Compressor Main Unit.
 Jika tidak ada masalah pada system Compressor Main Unit, Buka Manual
Valve Udara instrument untuk peralatan di Bottom Ash System yang berasal
dari Compressor Main Unit.
 Periksa apakah ada aliran dan pastikan tidak ada kebocoran sepanjang pipa
yang menuju peralatan Bottom Ash.
 Buka Manual valve pada masing-masing peralatan Bottom Ash, perhatikan
tekanannya (+/- 5 – 6 kg/cm2) dan pastikan tidak ada kebocoran.
 Persiapan udara instrument selesai.

Ash handling Hal.30 / 57


Modul Operator - 1

MANUAL
VALVE PI
di Conveyor

P
MANUAL
VALVE
dekat SDCC
Tr. 8
JUMBO TR
MILL REJECT F
33 - 34

P
AREA SUPPLY
TRANS.BIN UDARA INSTRUMENT
DRYER DARI MAIN UNIT
1&2 TRANSPORTER MILL REJECT E
1 SD 32

SLUDGE MILL REJECT D


PUMP
BLOWER ROOM
COMPRESSOR
ROOM

MILL REJECT C

MILL REJECT B
TRANSFER
PUMP
AREA TRANSPORTER

AREA MILL REJECT A


UNIT BISNIS SURALAYA SDCC
SURALAYA STEAM POWER PLANT #567
ASH AND DUST HANDLING PLANT #567
LINE UDARA INSTRUMENT
SUDIRMAN MARET 2007

SEA/SERVICE SLUICE PUMP


WATER SEA WATER
SUPPLY VALVE SUPPLY TO
SLUICE TANK

Gambar 30 : Line diagram Supply Udara Instrument

3.3.1.2. Sea Water Supply to SDCC.


 Buka Manual Valve untuk Sea water supply (open 100%), perhatikan
alirannya (alarm Pressure Water Low bisa di reset jika tekanan normal/flow
cukup)
 Sea water supply to SDCC diambilkan dari discharge CWP, adakan
koordinasi dengan petugas Control Room Main Unit jika air laut tidak keluar
atau aliran kecil.
 Open Suction Valve dan Discharge Valve (manual) untuk Sea water
supply Valve to SDCC. Close By Pass Valve untuk Sea water supply
valve to SDCC (manual).
 Informasikan ke Operator Kontrol Panel bahwa Sea water supply to SDCC
sudah siap.
 Selector Water Supply To SDCC posisikan INLOCK (di kontrol Panel).
 Selector Sea Water Supply valve To SDCC posisikan OPEN. (di kontrol
panel).
 Perhatikan aliran air lautnya pada saat Sea Water Supply valve To SDCC
dibuka.
 Jika bak SDCC sudah penuh atur pembukaan Suction Valve (manual) untuk
Sea water supply Valve to SDCC agar supply air laut tidak berlebihan (over
flow), tetapi jangan sampai kekurangan.
 Secara periodic periksa level air Bak SDCC dan pastikan supplynya cukup.
 Perhatian : kurangnya level air di Bak SDCC mengakibatkan Boiler Trip.

Ash handling Hal.31 / 57


Modul Operator - 1
sea water B. POMPA/MOTOR HYDROLIK/
supply GEAR BOX
valve
to SDCC
CHAIN SPRAY
sea water supply DARI SLUDGE PUMP ke sluice tank
DARI MILL REJECT

sea water
supply SPROCCKET
valve
to SDCC
TEMP. SW.
CW DUCT

SPRING

WATER LEVEL

A. BAK SDCC

GUIDE ROLL
GUIDE ROLL RANTAI/FLIGH BAR
SPEED SW.

VIBRATING SCREEN

GUIDE ROLL GUIDE ROLL

over flow ke settling tank

service water supply

ke Sludge Pump
UNIT BISNIS PEMBANGKITAN SURALAYA

ASH AND DUST HANDLING PLANT #567


dir@. #567 WATER SUPPLY
SEA/SERVICE

SUDIRMAN MARET 2007

Gambar 31 : Line Diagram Sea/service water supply

3.3.1.3. Service water supply.


 Informasikan kepada Petugas Main Unit bahwa peralatan Ash handling akan
menggunakan Service water yang berasal dari Main Unit.
 Buka manual valve yang menuju peralatan Bottom Ash, perhatikan alirannya,
tekanan normal 4 – 5 kg/cm2 .
 Open Suction Valve dan Discharge Valve (manual) untuk Service water
supply Valve.
 Close By Pass Valve untuk Service water supply valve (manual).
 Informasikan ke Operator Kontrol Panel bahwa Service water supply sudah
siap.
 Selector Service Water Supply valve posisikan OPEN. (di kontrol panel).
 Buka semua manual valve menuju Guide Roll SDCC dan perhatikan
tekanannya.
 Buka manual valve menuju Chain Spray (Cleaner), atur pembukaannya
sehingga tidak berlebihan, tutup jika tidak diperlukan.
 Service Water Supply valve interlock dengan beroperasinya SDCC, SDCC
tidak bisa dioperasikan jika Service Water Supply valve tertutup/tidak
dibuka.

 CATATAN : SDCC tidak dapat dioperasikan jika SERVICE WATER


SUPPLY VALVE tertutup. (interlock)

Ash handling Hal.32 / 57


Modul Operator - 1

3.3.1.4. Sea Water Supply to Sluice Tank.


 Open Suction Valve dan Discharge Valve (manual/di lokal) untuk Sea
water supply Valve to Sluice Tank. (di atas Sluice Tank)
 Close By Pass Valve (jika terbuka) untuk Sea water supply valve to
Sluice Tank (manual).
 Informasikan ke Operator Kontrol Panel bahwa Sea water supply valve to
Sluice Tank sudah siap.
 Selector Sea Water Supply valve to Sluice Tank posisikan INLOCK. (di
kontrol panel)
 Sea Water Supply valve to Sluice Tank akan terbuka bila level Sluice
Tank berkurang dan akan close bila level penuh. (Close/open berdasarkan
level sw./auto).

Ash handling Hal.33 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 32 : Tampilan Bottom Ash System di Kontrol Panel dan HMI

Gambar 33 : Selector dan Tombol di KOntrol Panel

Ash handling Hal.34 / 57


Modul Operator - 1

3.3.1.5. Start SDCC.


Start Posisi Lokal :
 Periksa kesiapan Conveyor 7B/8B meliputi : Motor Penggerak, gear
box/minyak pelumas, pulley-pulley, scrapper, roller-roller sepanjang
Conveyor, kebersihan chute dan arah Diverter Gate.
 Sebelum ke local siapkan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan
kondisi lingkungan dan bahaya yang mungkin timbul, serta gunakan APD
dengan baik dan benar.
 Mengoperasikan Conveyor 7B/8B, dengan syarat Conveyor sebelumnya
sudah running- Conv. 7A/8A atau chute Conv. 7B/8B mengarah ke
Emergency Chute (darurat/conv. 7A/8A ada gangguan).
 Selector Conveyor 7B atau 8B posisikan MAINT. (di kontrol desk) (pilih
yang akan dioperasikan dan perhatikan arah diverter Gate nya)
DIVERTER GATE BOTTOM ASH MODE
CONV. 7 CONV. 8 AUTO MANUAL

INLOCK MAN INLOCK


INLOCK MAN
MAN

CONVEYOR 7B CONVEYOR 8B

Gambar 34 : Selector Conv. 7B-8B di Kontrol Panel

Gambar 35 : Indikator Diverter Gate di Kontrol Panel

 Tekan Tombol Start untuk alarm kemudian tekan tombol Start untuk
motor conveyor (dilokal).

Ash handling Hal.35 / 57


Modul Operator - 1

Tombol Lokal
Conveyor

Lampu indikator
lokal

Tombol start
alarm

Tombol start motor


penggerak
Tombol stop
emergency

Gambar 36 : Tombol Lokal Conveyor

 Perhatikan gerakan/putaran sepanjang Conveyor, bila ada kelainan


segera matikan, jika tidak masalah lanjutkan dengan : Mengoperasikan
Conveyor 15/16.
 Periksa kesiapan Conveyor 15/16 meliputi : Motor Penggerak, gear
box/minyak pelumas, pulley-pulley, scapper, roller-roller sepanjang
Conveyor, kebersihan chute dan arah Diverter Gate.

1 2 3 4 INLOCK MAINT INLOCK MAINT INLOCK MAINT INLOCK MAINT INLOCK MAINT

PATH SELECTION CONVEYOR 15 DIVERTER CHUTE VIBRATOR CHUTE VIBRATOR


CONVEYOR 16
GATE CONV. 15 CONV. 15 TO 7B CONV. 15 TO 8B

INLOCK MAINT INLOCK MAINT INLOCK MAINT INLOCK MAINT INLOCK MAINT INLOCK MAINT

CHUTE VIBRATOR
DIVERTER CHUTE VIBRATOR CHUTE VIBRATOR CHUTE VIBRATOR CHUTE VIBRATOR VIB. SCREEN TO
GATE CONV. 16 CONV. 16 TO 7B CONV. 16 TO 8B CRUSHER TO CONV. 15 CRUSHER TO CONV. 16 CONV. 15

INLOCK MAINT INLOCK MAINT INLOCK MAINT INLOCK MAINT INLOCK MAINT

CHUTE VIBRATOR
VIB. SCREEN TO DIVERTER GATE DIVERTER GATE
CRUSHER VIB. SCREEN VIBRATING
CONV. 16 CRUSHER SDCC
SCREEN

Gambar 37 : Selector-selector di kontrol panel

 Selector Conveyor 15 atau 16 posisikan MAINT. (di kontrol desk) (pilih


yang akan dioperasikan dan perhatikan arah diverter Gate nya)
 Tekan Tombol Start untuk alarm kemudian tekan tombol Start untuk
motor conveyor (dilokal).

Ash handling Hal.36 / 57


Modul Operator - 1

 Perhatikan gerakan/putaran sepanjang Conveyor, bila ada kelainan


segera matikan, jika tidak masalah lanjutkan dengan : Mengoperasikan
Crusher/Vibrating Screen.
 Selector Crusher/Vibrating Screen posisikan MAINT. (di kontrol desk)
(perhatikan arah diverter Gate nya).

Gambar 38 : Indikator Diverter gate

 Periksa kesiapan Crusher/Vibrating Screen meliputi : Motor


Penggerak, gear box/minyak pelumas, pulley-pulley, jumlah dan
kekencangan V belt, kebersihan screen/chute dan arah Diverter Gate.
 Tekan Tombol Forward untuk mengoperasikan Crusher dan tekan
tombol Start untuk mengoperasikan Vibrating Screen (dilokal).
 Semua peralatan di atas (Conveyor, Crusher, Vibrating Screen) bila
dioperasikan posisi Lokal (MAINT.) tombol Start harus selalu ditekan bila
ingin peralatan tetap running, bila tombol start dilepas peralatan akan
stop lagi.
 Start posisi local hanya digunakan/lakukan apabila dalam keadaan
darurat atau dalam rangka penge test an.
 Perhatikan gerakan/putaran sepanjang Conveyor, bila ada kelainan
segera matikan, jika tidak masalah lanjutkan dengan : Start SDCC.
 Periksa kesiapan SDCC meliputi : Motor Penggerak, gear box/minyak
pelumas, minyak hydrolik, sprocket, roller-roller, kekencangan chain,
Flight bar, sea water supply, service water supply.
 Selector SDCC posisikan local (di LCP).
 Tekan tombol hijau I untuk mengoperaskan Motor Hydrolic (tombol
merah untuk mematikan).
 Tekan tombol hijau II untuk mengoperaskan Motor Kipas Pendingin
Minyak Hydrolic (tombol merah untuk mematikan).
 Tekan Tombol SLOW FORWARD untuk mengoperasikan SDCC
kecepatan rendah (tombol merah untuk mematikan).
 Tekan Tombol FAST FORWARD untuk mengoperasikan SDCC
kecepatan tinggi (tombol merah untuk mematikan).
 SDCC dalam keadaan start posisi local harus selalu di monitor, karena
pada posisi ini semua alat protection tidak berfungsi kecuali motor over
load.

Ash handling Hal.37 / 57


Modul Operator - 1

 Perhatikan gerakan/putaran sepanjang SDCC, perhatikan pressure


hydroliknya bila ada kelainan segera matikan,
 Start posisi local hanya digunakan/laksanakan apabila dalam keadaan
darurat atau dalam rangka penge TEST an.
HIGH PRESS.

LOW PRESS.
LOCAL CONTROL PANEL
SDCC
LOW SPEED

MOTOR FAN FILTER


COOLER ON
REVERSE
MOTOR FAST SPEED
HYDROLIC ON
SLOW SPEED

TOMBOL START ALARM


MOTOR HYDROLIC
TOMBOL START
FORWARD SLOW
TOMBOL START
MOTOR FAN COOLER
TOMBOL START
TOMBOL REMOTE LOCAL SLOW REVERSE
STOP
TOMBOL START
SELECTOR
JOGG. REVERSE
LOCAL/REMOTE
EMERGENCY
STOP
TOMBOL STOP TOMBOL START
EMERGENCY FORWARD FAST

Gambar 39 : Lokal Kontrol Panel SDCC

Start Posisi Remote :


 Pilih PATH SELECTION yang akan digunakan.

PATH SELECTION 1 SDCC–Vibrating Screen–Crusher–Conv. 15–


Conv. 7B.
PATH SELECTION 2 SDCC–Vibrating Screen–Crusher–Conv. 15–
Conv. 8B.
PATH SELECTION 3 SDCC–Vibrating Screen–Crusher–Conv. 16–
Conv. 7B.
PATH SELECTION 4 SDCC–Vibrating Screen–Crusher–Conv. 16–
Conv. 8B

Ash handling Hal.38 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 40 : Tampilan Path Sel. di kontrol Panel

 Periksa kesiapan Conveyor 7B/8B 15/16/17/18/19/20 - Vibrating


Screen/Crusher meliputi : Motor Penggerak, gear box/minyak pelumas, pulley-
pulley, scapper, roller-roller sepanjang Conveyor, jumlah dan kekencangan V
belt, minyak hydrolik, sprocket, roller-roller, kekencangan chain, Flight bar, sea
water supply, service water supply. kebersihan chute dan arah Diverter Gate.
 Arahkan Diverter Gate sesuai Path Sel.
 Selector Conveyor 7B/8B, Conveyor 15/16 17/18 19/20, Vibrating Screen dan
Crusher posisikan INLOCK (di kontrol panel), pilih yang akan
digunakan/operasikan dan perhatikan arah Diverter gate nya).
 Open Service Water supply Valve (di kontrol desk)
 Selector BOTTOM ASH MODE posisi MANUAL (MAN)
 Tekan tombol Start satu persatu mulai dari Conveyor 7B atau 8B, kemudian
Conveyor 15 atau 16 selanjutnya Crusher, Vibrating Screen dan SDCC.
 Selector BOTTOM ASH MODE posisi AUTO.
 Tekan tombol Start pada selestor PATH SELECTION dan peralatan akan
running mulai dari Conveyor 7B atau 8B, kemudian Conveyor 15 atau 16
selanjutnya Crusher, Vibrating Screen dan SDCC.
 Secara rutin periksa keadaan Conveyor 7B/8B 15/16/17/18/19/20 - Vibrating
Screen/Crusher meliputi : Motor Penggerak, gear box/minyak pelumas, pulley-
pulley, scapper, roller-roller sepanjang Conveyor, jumlah dan kekencangan V
belt, minyak hydrolik dan tekanannya, sprocket, putaran guide roll, kekencangan
chain, Flight bar, abu yang turun dari furnace bentuk maupun jumlahnya, speed
protection, sea water supply, service water supply. kebersihan chute dan arah
Diverter Gate.
 Bila SDCC system dioperasikan secara remote, secara auto akan stop bila salah
satu peralatan yang termasuik dalam peralatan BOTTOM ASH SYSTEM ada
yang di stop EMERGENCY. (inter lock)

Ash handling Hal.39 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 41 : Tampilan indikator peralatan Ash Handling

3.3.2. Start Fly Ash Sistem, meliputi :


3.3.2.1. Start Electrostatic Precipitator :
Persiapan start setelah perbaikan (O/H) :
 Periksa dan pastikan tidak ada orang/pekerja yang masih berada di dalam
EP Hopper maupun di sekitar Collecting plate.
 Periksa dan pastikan tidak ada alat alat kerja yang tertinggal di dalam EP
Hopper maupun di sekitar Collecting Plate.
 Adakan koordinasi dengan petugas Maintenance maupun Pihak ke 3
(kontraktor) yang bekerja di dalam EP (sekitar Collecting Plate dan EP
Hopper).
 Tutup semua Main Hole (4 buah pintu samping dan beberapa pintu di lantai
ruang DRM/CRM-rapper-rapper) dan kunci dengan Kunci Interlock Main
Hole (kunci interlock yang tersedia/37 buah tiap sisi EPTR).
 Setelah semua Main Hole terkunci, kumpulkan semua kunci Interlocknya (37
buah) dan masukkan ke Tempat Kunci di ruang Trafo.

3.3.2.2. Start Transporter :


Persiapan Udara Instrument :
 Buka Main Valve Udara instrument yang disupply dari Main Unit
 Buka Valve Udara Instrument untuk mensupply peralatan Transporter 1
sampai 32.
 Perhatikan tekanan udara instrument di Pressure Indikatornya (+/- 6 kg/cm2)

Ash handling Hal.40 / 57


Modul Operator - 1

 Alarm di Control Rom Ash Handling “TRANS. ROW 1-4 AIR INSTRUMENT
PRESSURE LOW” akan hilang, jika di reset dan tekanannya cukup/tidak low.
 Buka Valve Udara Instrument untuk masing-masing Transporter (Trans. 1-32)
dan atur tekanannya dari regulator sesuai kebutuhan masing masing
transporter (5-6 kg/cm2).
 Periksa semua line udara instrument, jika ada kebocoran tutup valve menuju
line yang bocor tersebut, informasikan kepada Petugas Maintenance agar
segera memperbaiki.
 Buka Valve Udara Instrument untuk peralatan Compressor dan Dryer (berada
dalam Blower room #5).
 Buka valve udara instrument untuk peralatan Dryer dan atur tekanannya dari
regulator sesusai kebutuhan peralatan Dryer (berada dalam Blower room #5).
 Periksa semua line udara instrument, jika ada kebocoran tutup valve menuju
line yang bocor tersebut, informasikan kepada Petugas Maintenance agar
segera memperbaiki.
MANUAL
VALVE PI
di Conveyor

P
MANUAL
VALVE
dekat SDCC
Tr. 8
JUMBO TR
MILL REJECT F
33 - 34

P
AREA SUPPLY
TRANS.BIN UDARA INSTRUMENT
DRYER DARI MAIN UNIT
1&2 TRANSPORTER MILL REJECT E
1 SD 32

SLUDGE MILL REJECT D


PUMP
BLOWER ROOM
COMPRESSOR
ROOM

MILL REJECT C

MILL REJECT B
TRANSFER
PUMP
AREA TRANSPORTER

AREA MILL REJECT A


UNIT BISNIS SURALAYA SDCC
SURALAYA STEAM POWER PLANT #567
ASH AND DUST HANDLING PLANT #567
LINE UDARA INSTRUMENT
SUDIRMAN MARET 2007

SEA/SERVICE SLUICE PUMP


WATER SEA WATER
SUPPLY VALVE SUPPLY TO
SLUICE TANK

Gambar 42 : line diagram Supply Udara Instrument

Persiapan Udara Transporting :


 Periksa kesiapan Compressor meliputi : volume minyak pelumas,
pastikan minyaknya cukup, lihat pada level indicator, supply water cooler.
 Periksa supply water cooler, buka manual valve nya dan perhatikan
tekanannya pada pressure indicatornya (normal : 5 – 6 kg/cm2).
 Tutup Discharge valve Compressor yang menuju Receiver Tank, (valve
ini dibuka jika Compressor telah normal operasi).

Ash handling Hal.41 / 57


Modul Operator - 1

 Tutup valve antar Receiver tank (Valve ini dibuka jika unit lain
memerlukan/kekurangan tekanan udara transporting atau unit ini
kekurangan udara transporting).
 Hidupkan (ON kan) power supply kontrol untuk Compressor dan Dryer (di
MCC room).
 Hubungi Operator Kontrol Panel untuk mempersiapkan Power Supply
untuk Compressor (Petugas Control Panel akan menghubungi Petugas
control Room Main Unit agar mempersiapkan Power Supply untuk
Compressor, 3,3 KV) .
 Start Compressor 1, 2 atau 3 (di LCP/Local Control Panel Compressor)
dan perhatikan indicator tekanan dan temperatur nya.
 Perhatikan Inlet Valve (Dumper) saat ONLOAD/OFFLOAD (harus open
saat ONLOAD dan close saat OFFLOAD).
 Buka Outlet Valve Compressor menuju Receiver Tank. (manual)
 Udara yang dihasilkan Compressor akan terkumpul di dalam RECEIVER
TANK.
 Buka Manual Valve dari Receiver Tank yang menuju Dryer.
 Buka Suction dan Discharge Valve Air Pendingin Dryer, perhatikan
Pressure Indikator nya (normal 5-6 kg/cm2).
 Buka Suction dan Discharge Valve Dryer.
 Buka Suction dan Discharge Valve Filter.
 Tutup By Pass Valve Filter.
 Tutup Emergency Valve antar Filter.
 Buka Discharge Valve yang menuju pemakaian (Transporter).
 Operasikan Dryer A atau B (di LCP/Local Control Panel Dryer).
 Perhatikan Indikator-indikatornya.

Besarnya Tekanan Udara Transporting bisa dilihat di Panel Compressor dan


Pressure Indikator di Transporter 5. Bila Udara Transporting sudah mencapai +/-
7 kg/cm2 alarm “TRANS. ROW 1-4 AIR TRANSPORTING PRESSURE LOW” di
control room akan hilang.

Ash handling Hal.42 / 57


Modul Operator - 1

cooling water UNIT 5


discharge
cooling water
supply

DRYER 1 & 2

PEMAKAIAN
Transporter
Jumbo Trans.
unit 5

RECEIVER TANK 5A

COMPRESSOR FILTER
A, B, C cooler ke dryer 1 - 2

crossing ke unit 5

UNIT 6

DRYER 1 & 2

PEMAKAIAN
6A Transporter
Jumbo Trans.
unit 6

RECEIVER TANK

COMPRESSOR FILTER
A, B, C cooler ke dryer 1 - 2

UNIT 7 crossing ke unit 6

DRYER 1 & 2

7A PEMAKAIAN
Transporter
Jumbo Trans.
unit 7

RECEIVER TANK

COMPRESSOR FILTER
A, B, C
cooler ke dryer 1 - 2

Gambar 43 : Line diagram compressor / Dryer

Start Posisi Lokal (LCP/Local Control Panel) :


 Sebelum mengoperasikan Transporter, yang harus dilaksanakan dahulu
adalah mengoperasikan Exhaust Fan Transfer Bin dan periksa apakah
pembersih Filter nya beroperasi dengan baik. Exhaust Fan Transfer Bin di
operasi kan dari kontrol room. Kemudian :
 Pastikan Emergency Valve semua Transporter tertutup.
 Buka Isolating Valve Down Comer.

Pengisian Tabung Transporter :


 Selector switch Transporter Row 1 – 4 di control room posisikan local (LOC.)
 Buka Vent Valve (Transporter Row 1 – 2, row 3 – 4 tidak ada Vent
Valve)/(untuk membuang tekanan sisa dalam Tabung transporter dan

Ash handling Hal.43 / 57


Modul Operator - 1

mempermudah abu turun ke tabung transporter, dengan bantuan daya hisap


ID Fan)
 Buka Ash Inlet Valve.
 Ash Outlet valve dan Air Inlet Valve tetap tertutup.
 Setelah Tabung Transporter terisi abu, tutup Ash Inlet Valve.
 Tutup Vent Valve.

Mulai Transporting :
 Buka Ash Outlet Valve.(Ash Outlet Valve dibuka terlebih dahulu untuk
menghindari ausnya Ball Valve, Ash Outlet Valve dibuka pada saat Tabung
Transporter belum bertekanan)
 Buka Air Inlet Valve, tekanan Tabung Transporter akan naik +/- sampai 2,5
kg/cm2.
 Setelah kira-kira 5 menit tekanan Tabung Transporter akan turun mendekati 0
kg/cm2.
 Tutup Air Inlet Valve, setelah tekanan tabung transporter mendekati 0 kg/cm2.
 Tutup Ash Outlet Valve.
 Transporting selesai.
 Mulai lagi dari Pengisian Tabung Transporter.

Gambar 44 : Transporter dan bagian-bagiannya

Start Posisi Remote (Auto/Control Room) :


Posisi Remote (Auto) hanya bisa dilakukan dari kontrol room. Sebelum Start
Transporter posisi remote yang perlu dipersiapkan adalah memastikan bahwa abu
dari EP Hopper bisa turun ke Tabung Transporter atau laksanakan Start Posisi
Lokal, 2 – 3 kali.
Kemudian :
 Setelah tekanan Tabung Transporter mendekati 0 kg/cm2, close
semua valve.
 Close Air Inlet Valve
 Close Ash Outlet Valve
 Close Ash Inlet Valve
 Close Vent Valve (Transporter Row 1 dan 2), Transporter Row 3 dan 4
tidak ada Vent Valve.
 Selector Switch Transporter 1 – 32 di Control Room posisikan remote
(REM.)
 Tekan tombol START, lampu indicator akan menyala merah.

Pada saat tombol START ditekan yang terjadi di local adalah sbb :
Mulai Pengisian (Filling Time)
 Vent Valve open.
 Ash Inlet Valve open.
 Air Inlet Valve dan Ash Outlet Valve tetap posisi close.

Ash handling Hal.44 / 57


Modul Operator - 1

 Setelah Tabung terisi abu (berdasarkan level sw.) Ash Inlet Valve Close.
 Vent Valve Close.

Mulai Transporting (Transporting Time)


 Ash Outlet Valve open.
 Air inlet Valve open.
 Tekanan di tabung transporter akan naik sampai +/- 2,5 kg/cm2 dan akan
turun mendekati tekanan 0 kg/cm2 dengan waktu +/- 6 menit.
 Setelah tekanan tabung Transporter mendekati 0 (0,5 kg/cm2) Air Inlet Valve
close.
 Ash Outlet Valve Close.
 Transporting selesai, mulai lagi ke Pengisian (Filling Time). Dst.

Selanjutnya transporter akan mulai pengisian dan transporting secara auto,


transporter akan transporting bila tabung transporter penuh. Khusus Transporter
Row 3 dan 4 (Transporter 17 sd 32) akan transporting berdasarkan timer selain
berdasarkan level sw.

Ash handling Hal.45 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 45 : Selector / Tombol Transporter di kontrol Panel dan di HMI

3.3.2.3. Start Conditioning Unloader 2 :


Start Fly Ash Belt Conveyor (FA BC) posisi Lokal :
 Periksa kesiapan Fly Ash Belt Conveyor A atau B meliputi : Motor
Penggerak, gear box/minyak pelumas, pulley-pulley, scapper, roller-roller
sepanjang Conveyor, kebersihan chute dan arah Diverter Gate.
 Sebelum ke local siapkan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan
kondisi lingkungan dan bahaya yang mungkin timbul, serta gunakan APD
dengan baik dan benar.
 Selector Fly Ash Belt Conveyor A atau B posisikan local / MAINT. (di
Control Room Ash Handling) (pilih yang akan dioperasikan dan perhatikan
arah diverter Gate nya).
 Tekan Tombol Start untuk alarm kemudian tekan tombol Start untuk motor
conveyor (dilokal).
 Perhatikan gerakan/putaran Conveyor, bila ada kelainan segera matikan.
 Fly Ash Belt Conveyor akan stop bila tombol start tidak ditekan, Start posisi
local hanya digunakan/laksanakan apabila dalam keadaan darurat atau
dalam rangka penge TEST an.

Start Fly Ash Belt Conveyor (FA BC) posisi Remote :


 Periksa kesiapan Fly Ash Belt Conveyor A atau B meliputi : Motor
Penggerak, gear box/minyak pelumas, pulley-pulley, scapper, roller-roller
sepanjang Conveyor, kebersihan chute dan arah Diverter Gate.
 Selector UNLODING MODE posisikan CONT. (di kontrol panel/control room
ash handling)

Ash handling Hal.46 / 57


Modul Operator - 1

 Selector Fly Ash Belt Conveyor A atau B posisikan Remote (INLOCK) (di
kontrol desk/control room ash handling) (pilih yang akan dioperasikan dan
perhatikan arah diverter Gate nya).
 Informasikan kepada Petugas di local sebelum mengoperasikan
peralatan,Tekan tombol START (di kontrol panel/control room ash handling)
untuk mengoperasikan dan tekan tombol STOP untuk mematikan.
 Pada saat tombol START ditekan di local Conveyor yang terjadi adalah
Alarm berbunyi (+/- 30 detik) baru kemudian Motor Conveyor running.
 Perhatikan gerakan/putaran Conveyor (Petugas Lokal), bila ada kelainan
segera matikan, dengan PullCord atau Emergency Stop.
 MCC Fly Ash Belt Conveyor A atau B dilengkapi pengaman Timer, perlu
waktu +/- 5 menit untuk mengoperasikan Fly Ash Belt Conveyor A atau B
(FA BC A atau B) lagi bila FA BC A atau B dimatikan/stop atau MCC baru di
standby kan.

Start Chain Conveyor Posisi Lokal :


 Selector CHAIN CONV. & COND. UNLOADER posisikan local / MAINT. (di
kontrol desk/ control room ash handling).
 Periksa kesiapan Chain Conveyor meliputi : Motor Penggerak, gear
box/minyak pelumas, baut baut dudukan motor, chain dan alat alat proteksi
(speed protection/pullcord).
 Sebelum ke local siapkan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan
kondisi lingkungan dan bahaya yang mungkin timbul, serta gunakan APD
dengan baik dan benar.
 Tekan tombol START (di LCP) untuk mengoperasikan dan tekan tombol
STOP PUSH BUTTON untuk mematikan.
 Perhatikan gerakan/putaran motor penggerak maupun chain nya, bila ada
kelainan segera matikan, dengan Emergency Stop.
 Start posisi local hanya digunakan/laksanakan apabila dalam keadaan
darurat atau dalam rangka penge TEST an.

Start Exhaust Fan Distribution Box Posisi Lokal :


 Periksa kesiapan Exhaust Fan Distribution Box meliputi : Motor
Penggerak, gear box/minyak pelumas, baut baut dudukan motor/fan, jumlah
dan kekencangan V belt, dansupply udara bag wash (filter cleaner).
 Sebelum ke local siapkan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan
kondisi lingkungan dan bahaya yang mungkin timbul, serta gunakan APD
dengan baik dan benar.
 Selector Exhaust Fan Distribution Box posisikan local / MAINT. (di kontrol
desk/ control room Silo).
 Tekan tombol START (di LCP) untuk mengoperasikan dan tekan tombol
STOP PUSH BUTTON untuk mematikan.
 Perhatikan gerakan/putaran motor penggerak/fan, bila ada kelainan segera
matikan, dengan Emergency Stop.

Ash handling Hal.47 / 57


Modul Operator - 1

 Start posisi local hanya digunakan/laksanakan apabila dalam keadaan


darurat atau dalam rangka penge TEST an.

Start Fan / heater Posisi Lokal :


 Periksa kesiapan Fan/heater meliputi : Motor Penggerak, gear box/minyak
pelumas, baut baut dudukan motor/fan, jumlah dan kekencangan V belt.
 Sebelum ke local siapkan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan
kondisi lingkungan dan bahaya yang mungkin timbul, serta gunakan APD
dengan baik dan benar.
 Selector Fan/heater 3 atau 4 yang akan dioperasikan posisikan local /
MAINT. (di kontrol desk/ control room Silo).
 Buka Discharge Valve AIR FAN/HEATER yang akan dioperasikan. (manual)
dan tutup Discharge Valve AIR FAN/HEATER yang tidak dioperasikan.
 Tekan tombol START (di LCP) untuk mengoperasikan dan tekan tombol
STOP PUSH BUTTON untuk mematikan.
 Perhatikan gerakan/putaran motor penggerak/fan, bila ada kelainan segera
matikan, dengan Emergency Stop.
 Fan/heater akan stop bila tombol start tidak ditekan, Start posisi local hanya
digunakan/laksanakan apabila dalam keadaan darurat atau dalam rangka
penge TEST an.

Start (OPEN-CLOSE) Chain Conveyor Control Valve (Cut Of Valve Chain


Conveyor) Posisi Lokal LCP :
 Selector CHAIN CONV. & COND. UNLOADER posisikan local / MAINT. (di
kontrol desk/ control room Ash handling).
 Selector FAN AERATION VALVE (di LCP) posisikan open/close untuk
membuka atau menutup FAN AERATION VALVE (di LCP), dan perhatikan
Lampu indikatornya, MERAH untuk open/HIJAU untuk close.
 Selector BLOWER AERATION VALVE (di LCP) posisikan open/close untuk
membuka atau menutup BLOWER AERATION VALVE (di LCP), perhatikan
Lampu indikatornya, MERAH untuk open/HIJAU untuk close.
 Tekan tombol OPEN dan tahan untuk membuka Chain Conveyor Control
Valve (di LCP), Chain Conveyor Control Valve akan terbuka 0 – 100%,
 Tekan tombol CLOSE dan tahan untuk menutup Chain Conveyor Control
Valve (di LCP), Chain Conveyor Control Valve akan tertutup 100 – 0%,
adakan koordinasi dengan Petugas Kontrol Panel (Control Room Ash
Handling) untuk mengetahui persentase pembukaan valve atau lihat
langsung pada indicator.

Start (OPEN-CLOSE) Posisi Lokal di Peralatan (Khusus Chain Conveyor Control


Valve) :
 Selector CHAIN CONV. & COND. UNLOADER posisikan local / MAINT. (di
kontrol desk/ control room Ash handling).
 Buka pengunci selector dan Selector Chain Conveyor Control Valve
posisikan LOCAL (di Chain Conveyor Control Valve).

Ash handling Hal.48 / 57


Modul Operator - 1

 Tekan tombol OPEN dan tanpa ditahan untuk membuka Chain Conveyor
Control Valve (di Chain Conveyor Control Valve), Chain Conveyor
Control Valve akan terbuka 0 – 100%, untuk stop tekan tombol stop (valve
berhenti terbuka pada posisi tersebut antara 0 – 100%)
 Tekan tombol CLOSE dan tanpa ditahan untuk menutup Chain Conveyor
Control Valve (di Chain Conveyor Control Valve), Chain Conveyor
Control Valve akan menutup 100 – 0 %, untuk stop tekan tombol stop (valve
berhenti menutup pada posisi tersebut, antara 100 – 0%)

Start (OPEN-CLOSE) Cut Of Valve 1/2 3/4 5/6 (Control Valve 1/2 3/4 5/6) Posisi
Lokal :
 Selector Cut Of Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6 (Control Valve 1/2-3/4-5/6)
posisikan local / MAINT. (di kontrol desk/ control room Silo A atau B).
 Selector Cut Of Valve 1/2 3/4 5/6 posisikan open/close untuk membuka atau
menutup (di LCP), hindari memegang COV saat dibuka/ditutup (bahaya
terjepit)
 Tekan tombol OPEN dan tahan untuk membuka Control Valve 1/2 atau 3/4
atau 5/6 (di LCP), Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6 akan terbuka 0 –
100%
 Tekan tombol CLOSE dan tahan untuk menutup Control Valve 1/2 atau 3/4
atau 5/6 (di LCP), Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6 akan menutup 100
– 0%

Start (OPEN-CLOSE) Posisi Lokal Peralatan(Khusus Control Valve 1/2 3/4 5/6 ) :
 Selector Cut Of Valve 1/2 3/4 5/6 posisikan local / MAINT. (di kontrol desk/
control room Silo A atau B).
 Selector Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6 posisikan LOKAL (di Control
Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6).
 Tekan tombol OPEN dan tanpa ditahan untuk membuka Control Valve 1/2
atau 3/4 atau 5/6 (di Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6), Control Valve
1/2 atau 3/4 atau 5/6 akan terbuka 0 – 100%, untuk stop tekan tombol stop
(valve berhenti terbuka pada posisi tersebut)
 Tekan tombol CLOSE dan tanpa ditahan untuk menutup Control Valve 1/2
atau 3/4 atau 5/6 (di Control Valve 1/2 atau 3/4 atau 5/6), Control Valve
1/2 atau 3/4 atau 5/6 akan menutup 100 – 0 %, untuk stop tekan tombol
stop (valve berhenti menutup pada posisi tersebut)

Start Blower / heater posisi Lokal :


 Periksa kesiapan Blower/heater meliputi : Motor Penggerak, gear
box/minyak pelumas, baut baut dudukan motor/blower, jumlah dan
kekencangan V belt
 Selector Blower/heater posisikan local / MAINT. (di kontrol desk/ control
room Silo A atau B).
 Buka Discharge Valve Air Blower/heater yang akan dioperasikan. (manual)
dan tutup Discharge Valve Air Blower/heater yang tidak dioperasikan.

Ash handling Hal.49 / 57


Modul Operator - 1

 Tekan tombol START (di LCP) untuk mengoperasikan dan tekan tombol
STOP PUSH BUTTON untuk mematikan.
 Perhatikan gerakan/putaran motor penggerak/blower, bila ada kelainan
segera matikan, dengan Emergency Stop.
 Blower/heater akan stop bila tombol start tidak ditekan, Start posisi local
hanya digunakan/laksanakan apabila dalam keadaan darurat atau dalam
rangka penge TEST an.

Start Conditioning Unloader 2 Posisi Lokal :


 Periksa kesiapan Conditioning Unloader 2 meliputi : Motor Penggerak,
gear box/minyak pelumas, kebersihan bak mixer dan kebersihan chute.
 Sebelum ke local siapkan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan
kondisi lingkungan dan bahaya yang mungkin timbul, serta gunakan APD
dengan baik dan benar.
 Selector UNLODING MODE posisikan CONT. (di kontrol panel/control room
ash handling)
 Selector CHAIN CONV. & COND. UNLOADER posisikan local / MAINT. (di
kontrol desk/ control room ash handling).
 Tekan tombol START (di LCP) untuk mengoperasikan dan tekan tombol
STOP PUSH BUTTON untuk mematikan.
 Start posisi local hanya digunakan/laksanakan apabila dalam keadaan
darurat atau dalam rangka penge TEST an.
 Perhatikan gerakan/putaran mixer/conditioning unloader (Petugas Lokal), bila
ada kelainan segera matikan, dengan Emergency Stop.
 MCC Conditioning Unloader dilengkapi pengaman Timer, perlu waktu +/- 5
menit untuk mengoperasikan Conditioning Unloader (CU) lagi bila CU
dimatikan/stop atau MCC baru di standby kan.

Ash handling Hal.50 / 57


Modul Operator - 1

Dari # 3/4

SILO
2500 m3

UNIT BISNIS SURALAYA


SURALAYA STEAM POWER PLANT #567
Exhaust Fan ASH AND DUST HANDLING PLANT #567
Distribution Box SILO SYSTEM
SUDIRMAN MARET 2007

COV COV

Distribution Box
Blower

heater
COV COV
heater
Blower

heater

Chain Conveyor
heater Dry Unloading Conditioning
Unloader 1
Conveyor

Conditioning
Unloader 2
Dump Truck
Truck Capsole Ash Valley

Gambar 46 : Line diagram Silo dan sistem

Start Conditioning Unloader 2 Posisi Remote :


 Selector UNLODING MODE posisikan CONT.
 Periksa kesiapan peralatan Conditioning Unloader 2 dan sistemnya
meliputi :
1. FLY ASH BELT CONVEYOR
2. CONDITIONING UNLOADER 2
3. CHAIN CONVEYOR.
4. EXHAUST FAN DISTRIBUTION BOX
5. AIR FAN/HEATER
6. AIR BLOWER/HEATER
7. CUT OFF VALVE/CONTROL VALVE 1 – 6 dan line-line nya (PGC)
 Motor Penggerak, gear box/minyak pelumas, kebersihan bak mixer dan
kebersihan chute.
 Selector CHAIN CONV. & COND. UNLOADER posisikan Remote/INLOCK.
(di kontrol desk/ control room ash handling).
 Selector EXHAUST FAN DISTRIBUTION BOX posisikan remote (INLOCK)
(di kontrol desk silo/control room silo).

Ash handling Hal.51 / 57


Modul Operator - 1

 Selector AIR FAN/HEATER arahkan ke posisi 3 atau 4 (pilih yang akan


dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).
 Buka Discharge Valve AIR FAN/HEATER yang akan dioperasikan. (manual)
dan tutup Discharge Valve AIR FAN/HEATER yang tidak dioperasikan.
 Selector AIR FAN/HEATER 3 atau 4 posisikan remote (INLOCK)-(pilih yang
akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).
 Selector AIR BLOWER/HEATER 1 atau 2 posisikan remote (INLOCK)-(pilih
yang akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).
 Buka Discharge Valve AIR BLOWER/HEATER yang akan dioperasikan.
(manual) dan tutup Discharge Valve AIR BLOWER/HEATER yang tidak
dioperasikan.
 Selector COV 1-2 , 3-4 atau 5-6 (atau semuanya) posisikan remote
(INLOCK) -(pilih yang akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room
silo).
 Buka Manual Valve COV 1-2, 3-4 dan 5-6 (manual, di local).
 Buka Suction dan Discharge Valve Spray Water Control Valve (manual),
Tutup By Pass Valve Spray Water.
 Tekan tombol START CHAIN CONV. & COND. UNLOADER di kontrol room
ash handling.
 Berturut-turut peralatan Silo akan running .
CONDITIONING UNLOADER running (auto).
Water spray valve open > 30% (auto).
CHAIN CONVEYOR running.
EXHAUST FAN DISTRIBUTION BOX running (auto).
COV CHAIN CONVEYOR open (auto).
AIR FAN/HEATER running (auto).
COV SILO open (auto).
AIR BLOWER/HEATER running (auto).
Control Valve Chain Conveyor open +/- 30% (auto).
Control Valve Silo open +/- 30% (auto).
 Untuk menghindari ketidak sesuai an antara abu yang masuk dan keluar
DISTRIBUTION BOX, open Control Valve Chain Conveyor hingga 100%.
(dari Control room ash handling).
 Atur pembukaan Manual Valve water spray untuk mengatur kebasahan abu
yang keluar dari Conditioning Unloader.
 Monitor sampai abu yang keluar dari Conditioning Unloader dianggap
normal, hindari memberi water spray yang berlebihan tetapi juga tidak terlalu
sedikit/kurang.
 Monitor terus abu yang keluar dari CU 2 dan secara rutin bersihkan
chutenya.
 Adakan komunikasi/koordinasi dengan Petugas Kontrol Panel.

Ash handling Hal.52 / 57


Modul Operator - 1

Gambar 47 : Tampilan silo dan selector di kontrol Panel

Ash handling Hal.53 / 57


Modul Operator - 1

Stop Conditioning Unloader 2 Posisi Remote :


 Tekan tombol STOP CHAIN CONV. & COND. UNLOADER di kontrol room
ash handling.
 Berturut-turut peralatan Silo akan stop/berhenti adalah sbb :
1. COV SILO close (auto).
2. Control Valve Silo close hingga 0 % (auto).
3. AIR BLOWER/HEATER stop (auto).
4. AIR FAN/HEATER stop (auto).
5. COV CHAIN CONVEYOR close (auto)..
6. Control Valve Chain Conveyor close hingga 0 % (auto).
7. EXHAUST FAN DISTRIBUTION BOX stop (auto)..
8. CHAIN CONVEYOR stop (auto).
9. CONDITIONING UNLOADER stop (auto)..
10. Stop Fly Ash Belt Conveyor (tekan tombol STOP di control room ash
handling).
Selesai.

3.3.2.4. Start Dry Unloading Silo :


Persiapan :
 Sebelum mulai melaksanakan pekerjaan, yakinkan bahwa APD telah
digunakan dan sesuai dengan lokasi dan kemungkinan bahaya yang
timbul.
 Yakinkan kesiapan peralatan hilirnya, Conveyor 7/8, Mobile Conveyor,
emergency Conveyor.
 Periksa dan bersihkan lubang-lubang chute/peralatan : chute conveyor
silo, chute Conditioning Unloader, chute Chain Conveyor dan saluran
Screw Conveyor.
 Periksa dan yakinkan bahwa peralatan yang akan dioperasikan dalam
keadaan siap, Conveyor Silo, Dust Conditioning, Chain Conveyor dan
Sistem Dust Collector.
 Informasikan kepada Pengemudi Truck Konsumen untuk menyiapkan
kendaraannya.
 Pasang Inlet Dust Collector pada lubang Venting Truck Capsole dengan
baik dan benar.

Start SISTEM DRY UNLOADING/MELAYANI KONSUMEN :


 Yakinkan bahwa Truck Konsumen sudah pada posisi yang benar.
 Pastikan bahwa Corong Inlet Dust Collector sudah berada pada lubang
venting Truck Konsumen pada posisi yang benar.
 Mintalah pada Petugas konsumen abu, Surat-surat
kelengkapan/perizinan pengambilan abu : DO dan Izin Kerja
 Selector UNLODING MODE posisikan INTER (di Control room Ash
handling).
 Selector EXHAUST FAN DISTRIBUTION BOX posisikan remote
(INLOCK) (di kontrol desk silo/control room silo).

Ash handling Hal.54 / 57


Modul Operator - 1

 Selector AIR FAN/HEATER posisikan 3 atau 4 (pilih yang akan


dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).
 Buka Discharge Valve AIR FAN/HEATER yang akan dioperasikan.
(manual) dan tutup Discharge Valve AIR FAN/HEATER yang tidak
dioperasikan.
 Selector AIR FAN/HEATER 3 atau 4 posisikan REMOTE (INLOCK)-(pilih
yang akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).
 Selector AIR BLOWER/HEATER posisikan 1 atau 2 (pilih yang akan
dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).
 Selector AIR BLOWER/HEATER 1 atau 2 posisikan remote (INLOCK)-
(pilih yang akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control room silo).
 Buka Discharge Valve AIR BLOWER/HEATER yang akan
dioperasikan. (manual) dan tutup Discharge Valve AIR
BLOWER/HEATER yang tidak dioperasikan.
 Selector COV 1-2 , 3-4 atau 5-6 (atau semuanya) posisikan REMOTE
(INLOCK) -(pilih yang akan dioperasikan) - (di kontrol desk silo/control
room silo).
 Buka Manual Valve COV 1-2, 3-4 dan 5-6 (manual, di local).
 Selector UNLOADING SELECT posisikan DU (di Control room Silo)
 Selector DRY UNLOADING posisikan REMOTE (di Control room Silo)
 Tekan tombol DOWN untuk menurunkan chute Dry Unloading sampai ke
lubang TRUCK CAPSUL dan indicator DU POSITION REACHED akan
menyala (merah).
 Pastikan bahwa abu tidak akan menimbulkan polusi saat pengisian Truck
Kapsul, adakan koordinasi dengan petugas Truck Kapsul.
 Tekan tombol START pada UNLOADING SELECT.
 Pada saat tombol START pada UNLOADING SELECT di tekan (start)
urutan peralatan yang beroperasi adalah sbb :
i. EXHAUST FAN DISTRIBUTION BOX running.
ii. AIR FAN/HEATER 3 atau 4 running.
iii. COV 1-2 , 3-4 atau 5-6 open.
iv. AIR BLOWER/HEATER 1 atau 2 running.
v. DU telah beroperasi komplet (lengkap)
vi. Buka (open) SILO FLOW CONTROL VALVE 1-2 , 3-4 atau 5-6
dan perhatikan banyaknya abu yang keluar (0 – 100%).
vii. Atur aliran abu agar tidak terjadi overflow.
viii. Tunggu dan perhatikan sampai TRUCK CAPSUL penuh.

STOP DRY UNLOADING SISTEM.


 Tunggu dan perhatikan sampai TRUCK CAPSUL penuh.
 Setelah TRUCK CAPSUL penuh, secara otomatis system akan stop
atau tekan tombol STOP pada UNLOADING SELECT.
 Pada saat tombol STOP pada UNLOADING SELECT distop (tekan),
urutan peralatan yang stop adalah sbb :
i. SILO FLOW CONTROL VALVE 1-2 , 3-4 atau 5-6 close (0%).
ii. COV 1-2 , 3-4 atau 5-6 close.

Ash handling Hal.55 / 57


Modul Operator - 1

iii. AIR BLOWER/HEATER 1 atau 2 stop.


iv. AIR FAN/HEATER 3 atau 4 stop.
v. EXHAUST FAN DISTRIBUTION BOX akan stop setelah chute
DRY UNLOADING dinaikkan (tekan UP).

 Pengisian selesai, lanjutkan pada konsumen berikutnya.


 Secara berkala periksa Sistem Dust Collector.
 Matikan Sistem Dust Collector jika Sistem Dry Unloading tidak
dioperasikan.

SELAMAT

BEKERJA

TERIMA
KASIH
Ash handling Hal.56 / 57
Modul Operator - 1

BY : Weriyanto # 8

Ash handling Hal.57 / 57

Anda mungkin juga menyukai