Anda di halaman 1dari 5

Fisiologi Pengeluaran Keringat

Berkeringat adalah proses pengeluaran panas evaporatif aktif di bawah


kontrol saraf simpatis. Laju pengeluaran panas evaporatif dapat diubah-ubah
dengan mengubah banyaknya keringat, yaitu mekanisme homeostatik penting
untuk mengeluarkan kelebihan panas sesuai kebutuhan. Pada kenyataannya,
ketika suhu lingkungan melebihi suhu kulit, berkeringat adalah satu-satunya cara
untuk mengeluarkan panas karena pada keadaan ini tubuh memperoleh panas
melalui radiasi dan konduksi. Pada suhu normal, sekitar 100 mL keringat
dihasilkan setiap hari; jumlah ini meningkat menjadi 1,5 liter selama cuaca panas
dan meningkat menjadi 4 liter selama olahraga berat. Keringat adalah larutan
garam encer yang dikeluarkan secara aktif ke permukaan kulit oleh kelenjar
keringat ekrin yang tersebar di seluruh tubuh. Keringat yang asin dan jernih ini
adalah cara penting dalam mendinginkan tubuh. Kelenjar keringat apokrin, yang
terletak di ketiak dan area genital, menghasilkan keringat yang tebal dan kental
yang kaya bahan-bahan organik, seperti protein dan lipid. Bau tubuh dihasilkan
ketika bakteri yang ada di sekitarnya menguraikan komponen organik ini. Tidak
ada kegunaan fisiologis yang diketahui dari kelenjar keringat apokrin. Kelenjar ini
merupakan kelenjar bau seksual yang ditemukan pada spesies lain. Keringat ekrin
harus diuapkan dari kulit agar terjadi pengeluaran panas. Jika keringat hanya
menetes dari permukaan kulit atau diseka, tidak terjadi pengeluaran panas. Faktor
terpenting yang menentukan tingkat penguapan Gambar 1 Jalur-jalur utama
termoregulasi. keringat adalah kelembapan relatif udara sekitar (persentase uap
H2O yang sebenarnya ada di udara dibandingkan dengan jumlah terbanyak yang
dapat ditampung udara pada suhu tersebut; sebagai contoh, kelembapan relatif
70% berarti bahwa udara mengandung 70% uap H2O yang mampu
ditampungnya). Ketika kelembapan relatif tinggi, udara hampir jenuh oleh H2O
sehingga kemampuan udara menerima tambahan kelembapan dari kulit menjadi
terbatas. Karena itu, pada hari yang panas dan lembap, tidak banyak kehilangan
panas evaporatif yang dapat terjadi. Kelenjar keringat terus mengeluarkan
cairannya, tetapi keringat hanya menempel di kulit atau menetes dan tidak
menguap dan menimbulkan efek mendinginkan. Sebagai ukuran untuk rasa tidak
nyaman yang berkaitan dengan kombinasi panas dan kelembapan yang tinggi,
para ahli meteorologi mengembangkan indeks suhu- kelembaban, atau indeks

panas (seberapa panas yang di- rasakan).1


Gambar 1 Jalur-jalur utama termoregulasi.
Sumber : Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. 8th ed. Jakarta:
EGC; 2014.
Mekanisme Sekresi Keringat

Pada Gambar 2, kelenjar keringat diperlihatkan berbentuk tubular yang terdiri dari
dua bagian: (1) bagian yang bergelung di subdermis dalam yang menyekresi
keringat, dan (2) bagian duktus yang berjalan keluar melalui dermis dan epidermis
kulit. Seperti juga pada kelenjar lain, bagian sekretorik kelenjar keringat
menyekresi cairan yang disebut sekret primer atau sekret prekursor; kemudian
konsentrasi zat-zat dalam cairan tersebut dimodifikasi sewaktu cairan itu mengalir
melalui duktus. Sekret prekursor adalah hasil sekresi aktif sel-sel epitel yang
melapisi bagian yang bergelung dari kelenjar keringat. Serat saraf simpatis
kolinergik berakhir pada atau dekat sel-sel kelenjar yang mengeluarkan sekret
tersebut. Komposisi sekret prekursor mirip dengan yang terdapat pada plasma,
namun tidak mengandung protein plasma. Konsentrasi natrium sekitar 142 mEq/L
dan klorida sekitar 104 mEq/L, dengan konsentrasi zat terlarut lain yang lebih
kecil bila dibandingkan di dalam plasma. Saat larutan prekursor ini mengalir di
bagian duktus kelenjar, larutan ini mengalami modifikasi melalui reabsorpsi
sebagian besar ion natrium dan klorida. Tingkat reabsorpsi ini bergantung pada
kecepatan berkeringat, seperti diuraikan berikut ini. Apabila kelenjar keringat
hanya sedikit dirangsang, cairan prekursor mengalir melalui duktus dengan
lambat. Dalam hal ini, pada dasarnya semua ion natrium dan klorida direabsorbsi,
dan konsentrasi masing-masing ion ini turun menjadi 5 mEq/L. Hal ini
mengurangi tekanan osmotik cairan keringat tersebut sampai nilai yang sangat
rendah sehingga sebagian besar cairan kemudian juga direaosorbsi, yang
memekatkan sebagian besar kandungan unsur lainnya. Oleh karena itu, pada
kecepatan berkeringat yang rendah, kandungan unsur seperti ureum, asam laktat,
dan ion kalium biasanya konsentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya, bila kelenjar
keringat dirangsang dengan kuat oleh sistem saraf simpatis, sekret prekursor
dibentuk dalam jumlah yang banyak, dan duktus kini hanya mereabsorbsi natrium
klorida dalam jumlah yang lebih sedikit dari setengahnya; konsentrasi ion-ion
natrium dan klorida kemudian biasanya meningkat (pada orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan iklim) sampai tingkat maksimum sekitar 50 sampai 60
mEq/L, sedikit lebih rendah dari setengah konsentrasinya di dalam plasma. Lebih
lanjut lagi, keringat mengalir melalui tubulus kelenjar sedemikian cepatnya
sehingga hanya sedikit air yang direabsorbsi. Oleh karena itu, konsentrasi unsur
terlarut lainnya dari keringat hanya sedikit meningkat- ureum menjadi sekitar dua
kali dari plasma, asam laktat sekitar 4 kali, dan kalium sekitar 1,2 kali. Bila orang
belum menyesuaikan diri dengan iklim panas, ia akan mengalami kehilangan
natrium klorida di dalam keringat dalam jumlah yang bermakna. Kehilangan
elektrolit akan jauh lebih sedikit, meskipun kemampuan berkeringat telah

ditingkatkan, bila orang telah terbiasa dengan iklim tersebut, seperti berikut ini.2
Gambar 2 Kelenjar keringat yang dipersarafi oleh saraf simpatis yang menyekresi
asetilkolin. Sekret primer bebas protein dibentuk oleh bagian kelenjar, tetapi sebagian
besar elektrolit direabsorpsi di dalam duktus, menghasilkan sekret yang encer dan cair.
Sumber : Guyton and Hall. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. 12th ed. Philadelphia:
Elsevier saunders.2014.
Referensi
1. Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. 8 th ed. Jakarta: EGC;
2014. Page 688.
2. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 12 th ed.
Philadelphia: Elsevier saunders.2014. Page 942-3.

Anda mungkin juga menyukai