Anda di halaman 1dari 144

PEMBERIAN OBAT YANG

LAZIM DIGUNAKAN DALAM


PELAYANAN KEBIDANAN

OLEH :

Indah Zahara, S.Farm.,


M.Farm., Apt.
1. UTEROTONIKA
2. TOKOLITIK
3. ANTI
PERDARAHAN
4. ANTI KONVULSI
5. OBAT ANASTESI
1.
Uterotonika
Pengertian

Uterotonika adalah obat-obat yang


memberikan pengaruh kontraksi
pada rahim atau uterus.
Obat-obat Uterotonika
1. Alkaloid ergot (Methergin)
Berdasarkan efek dan struktur kimia
alkaloid ergot di bagi menjadi 3
kelompok :
a. Alkaloid asam amino (ergotamin)
b.Derivat dehidro alkaloid asam
amino (dihidro ergotamin)
c. Alkaloid amin (ergonovin)
Injeksi
Tablet
Mekanisme/ Cara Kerja
1. Mempengaruhi otot uterus
berkontraksi terus menerus sehingga
memperpendek kala III
2. Menstimulasi otot-otot polos terutama
dari pembuluh darah perifer dan
rahim
3. Pembuluh darah mengalami
vasokonstriksi sehingga tekanan darah
naik dan terjadi efek oksitosik pada
kandungan mature
Efek Samping
1. Kontraksi uterus
Kontraksi dapat terjadi dengan kuat
sehingga resiko retensio plasenta
akan meningkat keadaan ini di
sebabkan oleh kontraksi segmen
bawah uterus yang terjadi berurutan
sehingga perlepasan plaenta
terhalang.
2. Diare dan Muntah
Kerja methergin menyerupai kerja
dopamin yang sering kali
menimbulkan mual dan muntah pada
20-30 % ibu melahirkan
3. Penglihatan kabur
4. Sakit kepala
5. Kejang
6. Hipotermi
7. Nadi lemah dan cepat
8. Bingung
9. Koma
10. Meninggal
KONTRA INDIKASI
1. Persalinan kala 1 dan 2
2. Hipersensitif
3. Penyakit vascular
4. Penyakit jantung parah
5. Penurunan fungsi paru
6. Penurunan hati dan ginjal
7. Hipertensi yang parah
a. ORAL
CARA PAKAI
Mulai kerja setelah 10 menit

b. Injeksi
IV : mulai kerja 40 detik
IM : mulai kerja 7-8 menit
DOSIS
I. ORAL
0,2 – 0,4 mg , 2 – 4 kali sehari selama 2 hari
II. IV
0,2 mg

III. IM
0,2 mg, boleh diulang 24 jam bila perdarahan
hebat

ALKALOID ERGOT

Sediaan
ergotamin tartrat:
tablet oral 1 mg, tablet sublingual 2 mg , larutan obat
suntik 0,5 mg /ml dalam ampul 1 ml .
Ergonovin maleat :
suntikan 0,2 mg/ml, tablet 0,2 mg , disimpan pada suhu dingin .
Metilergonovin maleat (methergin):
ampul 0,2 mg/ml,tablet oral 0,2
mg.
Metisergid maleat :
tablet oral 2 mg
Ergotamin tartrat:
1 atau 2 mg + 100 mg kafein
OKSITOSIN
Hipofisis posterior menyimpan dan
melepaskan oksitosin dan hormon ADH.
Oksitosin merangsang frekuensi dan
kekuatan kontraksi otot polos uterus dan
kelenjar mamae .
Efek ini tergantung dari kadar estrogen
Uterus imatur kurang peka terhadap oksitosin
Reseptor oksitosin terletak pada miometrium
dalam membran plasma sel otot polos .
Oksitosin
 sediaan
1) Suntikan pitocin berisi 10 unit USP /
ml dapat diberikan dengan cara
IM/IV
2) Semprot hidung berisi 40 unit USP/ml
3) Sub lingual berisi 200 unit USP
per tablet
nasal injeksi
Indikasi Oksitosin
• Induksi partus aterm
10 unit oksitosin dilarutkan dalam 1 L dekstrose 5 %
= 10 mili unit / ml diberikan melalui infus
dengan kecepatan 0,2 ml per menit
Jika tidak ada respon selama 15 menit keepatan
dinaikan sampai 2 ml/menit.

• PPH  40 unit dalam 1 liter dextrose 5%

• Penanganan aktif kala III  10 unit,IM


• Uji oksitosin
untuk menentukan ada tidaknya insufisiensi
utero plasenta

dilakukan pada kehamilan dengan high risk,


misal DM, Pre-eklmpsia dilakukan pada minggu
terakhir sebelum persalinan

oksitosin diberikan per infus dengan kecepatan


0,5 ml Unit/menit kemudian ditingkatkan
sampai terjadi kontraksi uterus tiap 3-4 menit
• Menghilangkan
pembengkakan payudara

pada gangguan ejeksi susu oksitosin


diberikan intranassal 1 (satu) tiupan
(puff) disemprotkan ke dalam tiap
lubang hidung ibu dalam posisi
duduk 2-3 menit sebelum menyusui
Prostaglandin
• Terbagi 2 jenis:
- PGF  merangsang uterus hamil dan tidak
- PGE  merelaksasi uterus tidak hamil
dan merangsang kontraksi uterus
hamil

 penggunaan prostaglandin di kebidanan terbatas


pada PGE2 dan PGF2α

PGE2 merelaksasi jaringan uterus tidak hamil tetapi


memperlihatkan efek oksitosik lebih kuat dari pada PGF2α
pada kehamilan TM II dan III
Efek samping
• Meningkatkan suhu tubuh

• Dosis besar PGF2αmenyebabkan


hipertensi melalui kontraksi
pembuluh darah, sebaliknya
PGE2 menimbulkan vasodilatasi
Sediaan
• Dinoproston
- PGE2 suppositoria vaginal,
20 mg; jelly
- Indikasi: pematangan
serviks/induksi
persalinan
- Aksi: 10 menit
setelah dimasukkan ke
vagina
- Absorpsi: dinding vagina
• Karboprost trometamin
-15-metil PGF2α  suntikan,
250 μg/ml
• Gmeprost
- Analog alprostadil yg berefek oksitosik

• Sulproston  derivat dinoproston

• Misoprostol
- PGE1  tablet, 200 μg
- Indikasi: pematangan serviks/induksi persalinan,
penatalaksanaan kala III persalinan
Misoprostol
• Adalah suatu analog protaglandin elsintetik
yang menghambat sekresi asam lambung dan
menaikan proteksi mukosa lambung

• Diindikasikan sebagai pengobatan


ulkus lambung karena induksi AINS

• Kontraindikasi :
untuk wanita hamil  uterotonik
Mekanisme/cara kerja
• Penggunaan secara oral 
diabsorpsi secara ekstensif  dide-
esterifikasi
 asam misoprostol
• Jika diminum bersama makanan 
kadar puncak asam misoprostol ↑
• Untuk induksi bisa
digunakan intravagina atau
lewat anus
Sediaan
• Cytotec, Gastrul, Invitec,
Cytostol, Noprostol

• Kemasan : Tablet 200 mcg


2. Tokolitik
PENGERTIAN
• Tokolitik merupakan obat yang digunakan
untuk menekan kontraksi uterus
sehingga dapat menunda persalinan
sampai tujuh hari sejak terapi diberikan.

• Berbagai obat yang mempunyai efek


sebagai tokolitik adalah beta-agonist,
calcium channel blockers, prostaglandin
synthetase inhibitors,nitric oxide
donors, dan oxytocins receptor
antagonist.
PENDAHULUAN
• Persalinan prematur adalah penyebab tertinggi
angka morbiditas dan mortalitas perinatal, dimana
komplikasi yang diakibatkan oleh persalinan pretem
lebih dari 10% dari seluruh kehamilan oleh karena
itu persalinan prematur merupakan hal yang patut
mendapat perhatian khusus mengenai
penatalaksanaannya disamping upaya
pencegahannya.

• Tujuan penanganan persalinan dan kelahiran


prematur adalah untuk mencegah dan
menghentikan terjadinya kontraksi uterus dengan
obat-obatan tokolitik sampai kehamilan se-aterm
mungkin atau sampai janin mempunyai maturitas
paru yang dinggap cukup mampu untuk hidup di
luar kandungan.
MEKANISME KERJA OBAT
• Kalsium pada sel myometrium berasal dari
intraseluler maupun ekstraseluler dimana sebagian
besar kalsium yang digunakan sel myometrium
untuk berkontraksi berasal dari konsentrasi kalsium
intraseluler.
• Peningkatan kalsium intraseluler dari berbagai
macam mekanisme yang berbeda dan berikatan
dengan calmodulin dan memulai aktivasi dari
calcium-dependent myosin light chain kinase (CDMLK)
• Sub grup dari obat-obat tokolitik bekerja dengan
cara yang berbeda-beda untuk menghambat
terjadinya kontraksi uterus, ini terjadi melalui
mekanisme persalinan yang spesifik (antagonis
oksitosin, penghambat prostaglandin) atau melalui
aksi non spesifik pada kontraktilitas sel (β agonis,
INDIKASI
Persalinan prematur merupakan penyebab utama
dari morbiditas dan mortalitas perinatal. Obat-obat
tokolitik sangat efektif dalam menurunkan angka
persalinan yang sepertinya akan terjadi dalam 24
sampai 48 jam, tetapi tidak akan menurunkan
seluruh resiko akibat persalinan prematur.

Pertimbangan untuk memberikan terapi tokolitik pada


wanita yang pernah mengalami persalinan prematur
ketika ada perlunya untuk menunda persalinan
prematur seperti :
1. ketika akan merujuk pasien ke tempat rujukan
untuk lebih mendapatkan pelayanan yang
sempurna.
2. untuk pemberian terapi kortikosteroid selama 48
RASIONALISASI PENGGUNAAN
TOKOLITIK
1. Pastikan pasien benar-benar mengalami ancaman
persalinan prematur karena obat ini merupakan obat
yang berbahaya dan poten.
2. Pasien yang menerima tokolitik harus diawasi ketat,
terutama pada saat terapi intravena.
3. Keseimbangan cairan harus hati-hati diawasi untuk
mencegah edema pulmonal, yang merupakan satu
dari komplikasi yang paling serius dan berbahaya
dari terapi tokolitik.
4. Mengetahui kapan harus menghentikan tokolitik.
5. Denyut nadi ibu harus diperiksa hati-hati, terutama
pada pasien yang menerima obat-obat β-adrenergik
agonis parenteral.
6. Mereka yang merawat pasien-pasien ini harus sangat
terbiasa dengan obat-obat tokolitik dalam jumlah
8. Penggunaan terapi tokolitik pemeliharaan
menggunakan β agonis yang lama setelah tokolitik
intravena telah terbukti tidak efektif dalam
mengurangi insiden berulangnya persalinan prematur
atau insiden kelahiran prematur atau
memperpanjang interval menuju kelahiran.
9. Persalinan prematur yang dialami oleh sebagian
besar pasien dapat dikontrol melalui terapi intravena
dalam waktu 24-48 jam.
10. Pasien seringkali ”gagal” tokolitik dan melahirkan.
Pasien yang melahirkan selagi menerima terapi
tokolitik atau segera setelah dihentikan
pemakaiannya akan mengalami peningkatan resiko
untuk terjadinya perdarahan postpartum menyangkut
obat yang digunakan, sehingga kita harus siap
dengan kemungkinan atonia uteri.
11. Jika pasien diberikan terapi tokolitik, maka juga
diberikan kortikosteroid untuk mempercepat
1. β AGONIS SEBAGAI TOKOLITIK
• β Agonis adalah golongan tokolitik yang secara
struktur sama dengan katekolamin endogen, epinefrin
dan nor-epinefrin. Obat ini bekerja dengan
merangsang reseptor β adrenergik pada uterus.
• Terbutalin dan Ritodrin sekarang yang paling banyak
digunakan sebagai tokolitik pada golongan ini di
Amerika Serikat dibandingkan dengan Hexoprenalin,
Fenoterol, Salbutamol dan lain-lain, tetapi hanya
Ritodrin yang direkomendasikan oleh FDA sebagai
tokolitik dari golongan ini.
• Ritodrin dan Terbutalin diketahui dapat menembus
plasenta dengan cepat dan menginduksi stimulasi β
Adrenergik pada fetus. Konsentrasi pada fetus ± 30%
lebih rendah dibanding dengan konsentrasi maternal
setelah 2 jam pemberian secara intra vena, tetapi
menjadi sama setelah periode yang lebih lama. Pada
pemberian yang konstan melalui intravena Ritodrin
Kontraindikasi dan Penggunaan Klinik
Maternal :
• Penyakit jantung
• Diabetes melitus yang tidak terkontrol
• PEB dan eklampsia
• Hipertiroid
• Perdarahan ante partum

Fetal :
• Gawat janin
• Korioamnionitis
• Janin mati
• IUGR
Pemberian dosis obat haruslah mulai dari dosis
terkecil.Ritodrin biasanya diberikan intravena dengan
dosis awal 50-100μg/m dan ditingkatkan 50μg/m
setiap 15-20 menit sampai kontraksi uterus berhenti,
dengan dosis maksimum 350μg/m
Efek-efek Terhadap Ibu
Berikut adalah efek-efek maternal akibat terapi
tokolitik dengan golongan β- Adrenergik agonis :
Fisiologi :
• Agitasi
• Sakit kepala
• Mual
• Muntah
• Demam
• Halusinasi

Metabolik :
• Hiperglisemia
• Diabetik ketoasidosis
• Hiperinsulinemia
• Hiperlaktasidemia
• Hipokalemia
• Hipokalsemia
Jantung :
• Edema pulmonum
• Takikardi
• Palpitasi
• Hipotensi
• Gagal jantung
• Aritmia, dll

Efek Terhadap Janin dan Neonatus


Fetal :
• Takikardi
• Aritmia
• Iskemik otot jantung
• Hipertropi otot jantung
• Gagal jantung
• Hiperglisemia
• Hiperinsulinemia
Neonatal :
• Takikardi
• Hipokalsemia
• Hiperbilirubinemia
• Hipoglikemi
• Hipotensi
• Aritmia
2. OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID
SEBAGAI TOKOLITIK
Farmakokinetik
OAINS bekerja primer sebagai penghambat
cyclooxygenase. Indomethacin adalah obat dari
golongan ini yang memiliki potensi untuk digunakan
sebagai tokolitik. Obat ini dimetabolisme di hati
dan diekskresi melalui urin.
Kontraindikasi dan Penggunaan Klinik
Indomethacin dapat dapat diberikan peroral atau
peranal, dosis yang digunakan sebagai terapi pada
persalinan prematur adalah 150-300 mg/hari,
dengan dosis awal adalah 100-200 mg peranal atau
50-100 mg peroral dan kemudian 25-50 mg setiap 4-
6 jam. Setelah pemberian dosis awal kadar optimal
dicapai dalam 1-2 jam yang dapat dicapai oleh
pemberian dengan cara peranal.
Efek-efek Terhadap Ibu
Bila dibandingkan dengan magnesium sulfat atau ritodrin,
efek samping maternal indomethacin lebih minimal dan
jarang terjadi. Kemungkinan efek yang paling sering terjadi
adalah iritasi gastrointestinal termasuk mual, sakit lambung,
heartburn, dan muntah yang berkaitan dengan terapi oral obat
ini. Antasida dapat membantu bila gejala-gejala ini terjadi.
Akan tetapi, kebanyakan pasien dapat mentoleransi
indomethacin oral dan hanya mengalami sedikit efek samping.
Efek Terhadap Janin dan Neonatus
Indomethacin telah ditemukan berkaitan dengan adanya
morbiditas pada bayi baru lahir, terutama jika terapi
tokolitik tidak berhasil dan bayi dilahirkan prematur atau
obat digunakan lebih dari 2 hari. Laporan-laporan ini dan
lainnya menunjukkan bahwa bila terapi indomethacin ini
melebihi 48 jam, maka terjadi peningkatan resiko bagi
neonatus untuk mengalami enterokolitis nekrotikans,
perdarahan intraventrikuler, peningkatan resiko displasia
bronkhopulmoner, gagal napas, disfungsi ginjal, dan insiden
yang lebih tinggi untuk terjadinya penutupan duktus
arteriosus yang dini akibat indomethacin setelah lahir.
3. OAINS Lain Sebagai Tokolitik
• Seperti yang kita ketahui OAINS bekerja primer
sebagai penghambat cyclooxygenase (COX) yang
mempunyai 2 tipe yaitu COX-1 dan COX-2.
Indomethacin adalah OAINS yang bekerja pada
kedua tipe ini.
• Pada manusia peningkatan kadar COX tipe 2 diyakini
lebih bermakna terhadap terjadinya persalinan
prematur dibanding COX tipe 1. Contoh obat-obat
yang dapat digunakan sebagai tokolitik dari
golongan ini adalah Nimesulid dan Celecoxib.
• Nimesulid dapat dipakai sebagai tokolitik tetapi juga
dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal stadium
akhir pada manusia sehingga hal inilah yang
membatasi penggunaannya.
• Sedangkan celecoxib dengan dosis 50, 10, 1
mg/kgbb dapat digunakan sebagai tokolitik yang
4. MAGNESIUM SULFAT (MgSO4) SEBAGAI
TOKOLITIK

MgSO4 sudah lama dikenal dan dipakai sebagai anti


kejang pada penderita preeklamsia sebagai anti
kejang yang juga bersifat sebagai tokolitik.
Obat ini dipakai sebagai obat tokolitik utama karena
murah, mudah cara pemakaiannya dan resiko
terhadap sistem kardiovaskuler yang rendah serta
hanya menghasilkan efek samping yang minimal
terhadap ibu, janin dan neonatal.
Farmakokinetik
• Jumlah total magnesium dalam tubuh manusia
adalah 24gr yang sebagian besar terdapat pada
tulang dan ruang intraseluler dan hanya 1% pada
ekstraseluler. Konsentrasi magnesium pada serum
wanita normal berkisar antara 1,83 mEq/l dan
turun menjadi 1,39 mEq/l pada wanita hamil.
• Magnesium dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal
oleh karena itu konsentrasi magnesium plasma
ditentukan oleh jumlah pemberian melalui infus
dan kecepatan filtrasi glomerulus.
• MgSO4 mempunyai dua cara yang
memungkinkannya bekerja sebagai tokolitik yang
pertama peningkatan kadar MgSO4 menurunkan
pelepasan asetilkolin oleh motor and plates pada
neuromuskular junction sehingga mencegah
masuknya kalsium, cara yang kedua MgSO4
Kontraindikasi dan Penggunaan Klinik
• Intoksikasi MgSO4 dapat dihindari dengan
memastikan bahwa pengeluaran urin memadai,
refleks patella ada dan tidak ada depresi
pernapasan.
• Refleks patella menghilang pada kadar 10 mEq/l
(antara 9-13 mg/dl) dan pada kadar plasma lebih
dari 10 mEq/l akan timbul depresi pernapasan dan
henti napas dapat terjadi pada kadar plasma 12
mEq/l atau lebih. MgSO4 sebagai terapi tokolitik
dimulai dengan dosis awal 4-6 gr secara intravana
yang diberikan selama 15-30 menit dan diikuti
dengan dosis 2-4 gr/jam selama 24 jam selama
terapi tokolitik dilakukan konsentrasi serum ibu
biasanya dipelihara antara 4-9 mg/dl.
• Untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya
intoksikasi seperti hal di atas maka perlunya
Efek Terhadap Ibu
Komplikasi yang terlihat berupa edema pulmonal,
nyeri dada, nausea berat atau kemerahan,
mengantuk, dan pandangan kabur. Namun, secara
keseluruhan, efek samping terhadap ibu jarang
terjadi.
Efek samping yang paling signifikan dari terapi
magnesium sulfat adalah berkembangnya edema
pulmonal

Efek Terhadap Janin dan Neonatus


Sebagian besar, penggunaan terapi infus magnesium
sulfat intravena hanya memiliki resiko yang sedikit
terhadap janin dan neonatus.
Terapi tokolitik magnesium sulfat terbukti aman dan
bermanfaat terhadap janin dan ibu. Namun,
perubahan tulang yang terlihat melalui rontgen
terlihat pada neonatus dari pasien yang menerima
infus magnesium
sulfat jangka panjang (lebih dari 1 minggu).
5. PERANAN CALCIUM CHANNEL
BLOCKER (NIFEDIPINE) SEBAGAI
TOKOLITIK
Antagonis kalsium merupakan relaksan otot polos
yang menghambat aktivitas uterus dengan
mengurangi influks kalsium melalui kanal kalsium
yang bergantung pada voltase.

Farmakokinetik
Nifedipin diabsorbsi cepat di saluran pencernaan
setelah pemberial oral ataupun sublingual.
Konsentrasi maksimal pada plasma umumnya dicapai
setelah 15-90 menit setelah pemberian oral, dengan
pemberian sublingual konsentrasi dalam plasma
dicapai setelah 5 menit pemberian. Lama kerja obat
pada pemberian dosis tunggal dapat sampai 6 jam
dan tidak terjadi efek komulatif pada pemberian oral
Kontraindikasi dan Penggunaan Klinik
Dosis nifedipine untuk terapi pada persalinan prematur pada
percobaan klinik bervariasi. Dosis inisial 30mg per oral atau
30mg ditambah 20mg peroral dalam 90 menit atau 10mg
sublingual setiap 20 menit, dengan diikuti oleh 4 dosis
tambahan sebanyak 20mg peroral setiap 4-8 jam untuk terapi
tokolitik. Sebagai dosis perawatan 10-20mg setiap 4-12 jam.
Pemberian nifedipine dikontraindikasikan untuk penderita
penyakit hati dan hipotensi.

Efek Terhadap Ibu


Nifedipin menghasilkan hipotensi sistemik dengan
menyebabkan vasodilatasi perifer. Obat ini telah digunakan
dalam terapi hipertensi selama kehamilan atau post partum.
Secara klinis, ketika digunakan untuk terapi persalinan
prematur, obat ini memiliki efek terhadap kardiovaskular yang
minimal.

Efek Terhadap Janin dan Neonatus


Obat ini mencapai kepopuleran sebagai obat tokolitik lini
kedua ketika terapi lini pertama gagal.
6. ANTAGONIS OKSITOSIN SEBAGAI
TOKOLITIK

• Antagonis oksitosin salah satu contohnya adalah


atosiban dapat menjadi obat tokolitik di masa
depan.
• Obat ini merupakan alternatif menarik terhadap
obat-obat tokolitik saat ini karena spesifisitasnya
yang tinggi dan kurangnya efek samping terhadap
ibu, janin atau neonatus.
• Atosiban adalah obat sintetik baru pada golongan
obat ini dan telah mendapat izin penggunaannya
sebagai tokolitik di Eropa.
• Atosiban menghasilkan efek tokolitik dengan
melekat secara kompetitif dan memblok reseptor
oksitosin.
Farmakologi Atosiban
Atosiban ({1-deamino-2-D-Tyr(Oet)-4-Thr-8-Orn}-oxytosin)
adalah antagonis reseptor oksitosin, yang dikembangkan untuk
terapi persalinan prematur. Atosiban merupakan antagonis
kompetitif dari oksitosin yang menghambat oksitosin
menginduksi terjadinya kontraksi uterus.

Keefektifan Atosiban sebagai Tokolitik


Dosis yang diberikan dan jadwal pemberian adalah sebagai
berikut: dosis pertama bolus 6,75 mg atosiban selama lebih dari
1 menit, dilajutkan infus 18 mg/jam selama 3 jam dan 6mg/jam
selama 45 jam. Lama pemberian tidak boleh melebihi 48 jam,
dan total dosis pemberian tidak melebihi 330 mg.

Efek Samping
Efek samping yang dilaporkan sampai saat ini dan telah
dibandingkan dengan golongan beta agonis seperti nyeri dada,
palpitasi, takikardi, hipotensi, dyspneu, mual, muntah dan sakit
kepala serta satu kasus dengan edema pulmonum yang mana
wanita tersebut juga mendapat terapi tokolitik salbutamol
selama 7 hari dibandingkan dengan grup β agonis terdapat 2
3. Anti Perdarahan
PENYEBAB PERDARAHAN

1. Defisiensi satu faktor pembekuan


darah yang bersifat herediter
(faktor VIII/faktor antihemofilik)
2. Defisiensi banyak faktor yang
mungkin sulit untuk didiagnosa dan
diobati)
CARA MENGATASI PERDARAHAN

1. Defisiensi satu faktor


pembekuan darah  berikan
faktor yang kurang
:
• Faktor VIII (faktor antihemofilik)
• Cryopresipitated antihemophilic
faktor
• Kompleks faktor IX
(komponen tromboplastin
plasma)
2. Penghentian perdarahan 
berikan obat yang dapat
meningkatkan pembentukan
faktor-faktor
DIFINISI
Obat Antiperdarahan (Hemostatik)
adalah :
Obat/zat yang digunakan
untuk menghentikan
perdarahan
Hemostatik digunakan untuk
menghentikan perdarahan
yang luas
Pemilihan obat sesuai dengan
patogenesis perdarahan
HEMOSTASIS
Hemostasis merupakan proses
penghentian perdarahan pembuluh
darah yang cedera

Faktor yang berperan :


 Pembuluh darah
 Trombosit
 Pembekuan darah
PROSES HEMOSTASIS
Pembuluh darah
mengalami
vasokonstriksi

Trombosit beragregasi membentuk


sumbat trombosit

Fibrin membentuk trombosit


melalui proses pembekuan darah

Sumbat trombosist diperkuat


PROSES PEMBEKUAN
DARAH
Berjalan melalui 3 tahap yaitu :
1. Aktivasi troboplastin
2. Pembentukan trombin
dan protrombin
3. Pembentukan fibrin
dan fibrinogen
FAKTOR YANG
DIPERLUKAN UNTUK
PEMBEKUAN DARAH
I. Fibrinogen
II. Protrombin
III. Tromboplastin jaringan
IV. Ca++
V. Faktor labil, Proakselerin,
Ac- globilin
VII. Faktor Stabil, Prokonvertin,
Akselerator konversi protrombin
serum (SPCA)
Sambungan :
VIII. Globulin antihemofilik
(AHG), faktor A
antihemofilik
IX. Faktor Christmas, Komponen
tromboplastin plasma (PTC),
Faktor B antihemofilik
X. Faktor Stuart-Power
XI. Anteseden tromboplastin
plasma (PTA), Faktor C
antihemofilik
Sambungan :
XII. Faktor Hagemen
XIII. Faktor penstanil fibrin
HMW-K Faktor Fitzgerald, Kininogen
dengan BM tinggi
Pre-K Prekalikrein, Faktor
Fletcher vWf Faktor von Willebrand
TAHAP PERTAMA
• Platelet kontak dengan kolagen
pada pembuluh darah yang
rusak

• Platelet merelease ADP (zat yang


menyebabkan platelet lebih banyak
melekat untuk membentuk massa)
dan Thromboksan A2 (TXA2) sebagai
induser agregasi platelet

• Bekuan platelet terbentuk dengan


cepat (stabil)
TAHAP KEDUA
Pembentukan fibrin dari fibrinogen

INTERINSIK EKSTERINSIK
Faktor pembekuan Faktor pembekuan
berada dalam berada diluar
sistem vaskuler sistem vaskuler
INTERINSIK EKSTERINSIK

Konvergensi
pada faktor
Xa

Pembentukan
fibrin
OBAT HEMOSTATIK
(Antiperdarahan)

Obat Hemostatik adalah :


 Obat/zat yang digunakan untuk
menghentikan perdarahan
 Digunakan untuk perdarahan
yang luas
 Pemilihan obat disesuaikan
dengan patogenesis perdarahan
 Perdarahan kecil :  hanya
diperlukan tindakan fisik
(penekanan, pendinginan atau
kauterisasi)
JENIS OBAT
ANTI PERDARAHAN
OBAT HEMOSTATIK

Hemostatik Sistemik
Hemostatik Lokal
1. Transfusi darah
1. Absorbable 2. Faktor VIII dan
hemostatik Cryopresipitated
2. Adstringensia Antihemophilic
3. Koagulan faktor
4. vasokonstrikt 3. Kompleks
or Faktor IX
4. Human Fibrinogen
5. Vit K
6. As. Aminokaproat
7. As. Traneksamat
HEMOSTATIK LOKAL
 Pembagian berdasarkan
mekanisme kerja hemostatik
 Terdiri dari :
1. Absorbable hemostatik
2. Adstringensia
3. Koagulan
4. Vasokonstriktor
ABSORBABLE
HEMOSTATIK
• Mekanisme kerja :
Pembentukan suatu bekuan buatan
atau memberikan jaringan serat-
serat yang mempermudah
pembekuan jika diletakan langsung
pada permukaan yang berdarah
• Indikasi :
Untuk perdararahan yang berasal
dari kepiler
JENIS OBAT
ABSORBABLE
HEMOSTATIK
1. Spons gelatin
2. Selulosa
Oksida
(Oksisel)
3. Human Fibrin Foam
Sambungan :
 Indikasi :
Menutup luka  dapat diabsorbsi
(absosbsi dapat sempurna selama
6 jam)
 Oksisel :
 Mempengaruhi regenerasi tulang
 Penggunaan jangka lama pada patah
tulang  mengakibatkan pembentukan
kista
 Dapat menghambat epitelisasi  tidak
dianjurkan penggunaan jangka lama
 Busa fibrin yang berbentuk spon 
basahi  beri sedikit tekanan 
dapat menutup luka permukaan
yang berdarah dengan baik
ADSTRINGEN

• Mekanisme kerja :
Bekerja lokal dengan mengendapkan
protein (presipitasi) darah 
perdarahan berhenti
• Disebut juga styptic
• Indikasi :
Menghentikan perdarahan kapiler
(kurang efektif jika dibandingkan
dengan vasokonstriktor yang
digunakan lokal)
• Jenis obat :
Feri Klorida, AgNO3, Asam Tanat
KOAGULAN

Mekanisme kerja :
Menghentikan perdaraha lokal dengan
2 cara :
1. Mempercepat perubahan
protrombin menjadi
trombin
2. Langsung
menggumpalkan
fibrinogen
VASOKONSTRIKTOR
• Indikasi :
Untuk menghentikan perdarahan
kapiler suatu permukaan
• Contoh :
 Epinefrin dan Norepinefrin
 Vasopresin (dihasilkan oleh hipofisis,
banyak ESO  tidak digunakan lagi)
• Cara penggunaan :
Oleskan kapas yang telah dibasahi
dengan laruatan 1 : 1.000 obat
tersebut pada permukaan yang
berdarah
HEMOSTATIK SISTEMIK
1. TRANSFUSI DARAH
 Transfusi darah merupakan obat
terbaik untuk menghentikan
perdarahan, karena didalam
darah terdapat faktor
pembekuan yang dibutuhkan.
 Dapat memperbaiki volume
sirkulasi
 Indikasi :
Perdardahan yang
disebabkan kurangnya
faktor pembekuan darah
FAKTOR ANTIHEMOFILIK (FAKTOR
VIII) dan CRYOPRECIPITATED
ANTIHEMOPHHILLIC
• Indikasi :
Mengatasi perdarahan pada pasien
hemofilia A (herediter, defisiensi
faktor VIII)
• Jenis obat :
 Cutter KOATE-HP (Miles). Bentuk
sediaan injeksi 250 mg IU/vial
 Profilate SD (alfa terapeutik)
ESO
Cryopresipitated antihemophyllic
faktor mengandung fibrinogen
dan protein plasma lain dalam
jumlah >> dari sediaan
konsentrat faktor VII
Kemungkinan terjadi ESO :
1. Reaksi hipersensitivitas
2. Hepatitis virus
3. Anemia hemolitik
4. Hiperfibrinogenemia
5. Menggigil dan demam
D O S I S
1. Mengatasi perdarahan pada
Hemofilia :
Kadar faktor antihemofilik 20-
30% dari normal  diberikan IV.
Hemostasis dicapai dengan
dosis tunggal 15-20 unit/kg BB
2. Pasien Hemofilia sebelum operasi :
Kadar antihemofilik minimal 50%
dari normal
3. Pasien hemofilia setelah operasi :
Kadar antihemofilik 20-25% dari
normal, diberikan 7-10 hari
4. Perdarahan ringan pada otot dan
jaringan lunak :
Dosis tunggal 10 unit/kg BB
KOMPLEKS FAKTOR IX
• Sediaan mengandung faktor II, VII,
IX, X dan sejumlah kecil protein
plasma lain
• INDIKASI :
 Untuk pengobatan Hemofilia B
 Mencegah perdarahan
• ESO :
 Hepatitis (tidak diberikan pada pasien
non-hemofilia)
 Trombosis, demam, menggigil, sakit
kepala, flushing dan reaksi syok
anafilaktik
D O S I S
1. Dosis tergantung kepada keadaan
pasien
2. Perlu dilakukan pemeriksaan
pembekuan sebelum dan selama
pengobatan sebagai petunjuk untuk
menentukan dosis
3. 1 unit/kg BB  meningkatkan
aktifitas faktor IX sebanyak 1,5%
4. Fase penyembuhan setelah operasi
diperlukan kadar faktor IX 25-30%
dari normal
DESMOPRESIN
• Adalah Vasopresin Sintetik yang
dapat meningkatkan kadar Faktor
VIII dan vWf untuk sementara
• Peningkatan kadar faktor pembekuan
tsb paling besar terjadi pada 1-2 jam
dan menetap sampai 6 jam
• Pemberian lebih sering dari tiap 2
atau 3 hari  menurunkan respon
terapeutik
Sambungan :
INDIKASI :
Hemostatik jangka pendek pada
pasien dengan defisiensi faktor VII
yang ringan sampai sedang

SEDIAAN :
Sediaan ijeksi IV diberikan 0,3 µg
secara infus dalam waktu 15-30
menit
ESO
• Sakit kepala
• Mual
• Flushing
• Sakit dan pembengkakan
pada tempat suntikan
• TD naik ringan  hati-hati
pada pasien hipertensi dan
penyakit arteri koronaria
VIT K
 Tidak dapat digunakan untuk
menghentikan perdarahan akut.
 Diperlukan untuk sintesis faktor VII,
IX, X
 Sumber :  Bahan dari alami :
 Vit K1 (Phyronadione) dan Vit K2
disintesa oleh flora usus normal
 Vit K3 dan Bahan dari alam : Vit K4
(Menadiol) disintesa
INDIKASI & SEDIAAN
INDIKASI :
 Defisiensi Vit K
 Terapi over dosis
antikoagulan oral

SEDIAAN :
 Tablet Phytomenadion
5 mg/tablet; 10
mg/tablet
 Injeksi
ASAM AMINOKAPROAT

• MEKANISME KERJA :
Kompetitif inhibitor dari aktivator
plasminogen dan penghambat
plasmin. Plasmin berperan
menghancurkan fibrinogen, fibrin
dan faktor pembekuan darah yang
lain

Asam Aminokaproat dapat


membantu mengatasi
perdarahan berat akibat
fibrinolisis yang
FARMAKOKINETIK
ABSORBSI :
Diabsorbsi secara baik peroral dan IV
EKSKRESI :
Diekskresi melalui urin, sebagian
besar dalam bentuk asal
KADAR PUNCAK :
Setelah pemberian peroral dicapai ±
2 jam setelah dosis tunggal
INDIKASI

1. Mengatasi hematuri yang berasal


dari kandung kemih, prostat dan
uretra. Mengurangi hematuri yang
bermakna pada pasien
prostatektomi transuretral atau
suprapubik
2. Antidotum efek trombolik
streptokinase dan urokinase yang
merupakan aktivator plasminogen
3. Pasien hemofilia sebelum dan
sesudah ekstraksi gigi dan
perdarahan lain karena trauma di
mulut
ESO
 Pruritus, eritemia, ruam kulit
 Hipotensi
 Dispepsia, mual,
muntah, diare, eritema
 Konyungtiva dan
 Hidung tersumbat
 ESO yang berbahaya
: trombosis umum
D O S I S
1. Dewasa :
Dimulai dengan dosis 5-6 g pemberian
oral atau infus secara lambat 
dilanjutkan 1 g tiap jam atau 6 g tiap 6
jam bila fungsi ginjal normal  dihasilkan
kadar terapi efektif 13 mg/dl plasma
2. Pasien penyakit ginjal atau oliguri :
Dosis disesuaikan
3. Anak-anak :
• 100 mg/kg BB setiap 6 jam selama 6 hari
• IV dilarutkan dalam NaCL 0,9 %,
Dextrosa 5% atau Ringer laktat
ASAM TRANEKSAMATE
INDIKASI dan MEKANISME KERJA:
 Sama dengan asam aminokaproat
 10 kali lebih poten, ESO lebih ringan
SEDIAAN :
 Bentuk oral : kasul 250 mg, tablet
500 mg.
 Injeksi : ampul 5%
PEMAKAIAN :
 Sindroma hemoragik
 Perdarahan abnormal
FARMAKOKINETIK
ABSORBSI :
 Diabsorbsi cepat di saluran
cerna
 40 % dari pemberian oral
 90% dari pemberian IV
EKSRESI :
 Diekskresi melalui urin
dalam 24 jam
 Melalui sawar uri
DOSIS
• Dianjurkan 0,5-1 g, diberikan 2-
3 kali sehari secara IV lambat
minimal dalam waktu 5 menit
• Oral 1-1,5 g, 2-3 kali dalam
sehari
• Pada pasien gagal ginjal 
penyesuaian dosis
4. Anti Konvulsi
Anti Konvulsi
Digunakan terutama untuk
mencegah dan mengobati
epilepsi. Golongan obat ini
lebih tepat dinamakan ANTI
EPILEPSI, sebab obat ini jarang
digunakan untuk gejala
konvulsi penyakit lain.
EPILEPSI
Epilepsi adalah nama umum untuk
sekelompok gangguan atau penyakit
susunan saraf pusat yang timbul
spontan dengan episode singkat
(disebut Bangkitan atau Seizure),
dengan gejala utama kesadaran
menurun sampai hilang.
OBAT-OBAT EPILEPSI

Anti epilepsi adalah obat yang


dapat mencegah timbulnya
pelepasan muatan listrik yang
abnormal di pangkalnya
(fokus) dalam SSP
MEKANISME
KERJA
ANTIEPILEPSI
1. Dengan mencegah timbulnya letupan
depolarisasi eksesif pada neuron
epileptik dalam fokus epilepsi.
2. Dengan mencegah terjadinya letupan
depolarisasi pada neuron normal
akibat pengaruh dari fokus epilepsi.
PENGGUNAAN ANTIEPILEPSI

• Umumnya pengobatan dilakukan dengan


dosis rendah dulu kemudian dinaikan
secara berangsur sampai efek maksimal
tercapai dan kadar plasma menjadi tetap.
• Jangka waktu terapi umumnya
bertahun- tahun bahkan bisa seumur
hidup. Bila dalam 2-3 tahun tidak terjadi
serangan maka dosis dapat diturunkan
berangsur sehingga pengobatan dapat
dihentikan sama sekali.
PENGGOLONGAN ANTIEPILEPSI

• Barbital-barbital, misalnya Fenobarbital,


Mefobarbital, dan Heptobarbital.
• Hidantoin-hidantoin , misalnya Fenitoin
• Suksinimida-suksinimida,misalnya
Metilfenilsuksinimida dan Etosuksinimida
• Oksazolidin-oksazolidin, misalnya Etadion
dan Trimetadion,
• Serba-serbi, misalnya Diazapam dan
turunannya, Karbamazepin, Asetazolamid,
dan Asam Valproat.
ZAT-ZAT TERSENDIRI
1. FENOBARBITAL, Luminal
•Zat hipnotik ini terutama digunakan pada serangan epilepsi
Grand mal / besar, biasanya dalam kombinasi dengan
kafein atau efedrin guna melawan efek hipnotisnya.
•DS : oral 3 x sehari @ 25 – 75 mg maksimal 400 mg
(dalam 2 dosis).

2. PRIMIDON, Mysolin
•Strukturnya mirip dengan fenobarbital dan di dalam hati
akan dibiotrasformasi menjado fenobarbital, tetapi kurang
sedatif dan sangat efektif terhadap serangan grand mal
dan psikomotor.
•DS : Dimulai 4 x sehari @ 500 mg, hari ke 4 250 mg
dan hari ke 11 25 mg
3. FENITOIN, Ditalin, Dilantin
• Zat hipnotik ini terutama efektif pada
grand mal dan seranga psikomotor,
tidak untuk serangan-serangan kecil
karena dapat memprofokasi serangan.
• DS : oral 1-2x sehari @ 100-300 mg.

4. ETOSUKSINIMIDA, Zarontin
• Sangat efektif terhadap serangan
ringan, kerjanya panjang karena
praktis tidak terikat dg protein,
ekskresinya melalui ginjal.
• DS : 2 x sehari @ 250-500 mg,
5. DIAZEPAM ; Valium
• Selain bersifat sebagai anksiolitika, relaksan
otot, hipnotik, juga berkhasiat antikonvulsi.
Maka digunakan sbg obat status epileptikus
dalam bentuk injeksi.
• DS : oral 2 – 3 x sehari @ 2 – 5 mg

6. KARBAMAZEPIN ; Tegretol
• Senyawa trisiklik ini mirip imipramin,
Digunakan pada epilepsi grand mal dan
psikomotor dengan efektifitasnya sama
dengan fenitoin tetapi efek sampingnya
lebih ringan.
• DS : Dimimun dengan dosis rendah dan
dinaikan berangsur-angsur sampai 2-3 x sehari
@ 200- 400 mg,
7. ASETAZOLAMID, Diamox
• Senyawa sulfonamid ini bersifat merintangi enzim
Carbonic Acid Dehidrase dan sering digunakan
sebagai diuretik. Khasiat anti konvulsinya
diperkirakan berdasarkan meningkatnya ekskresi
ion natrium dan bikarbonat serta darah bisa ,menjadi
asam. Digunakan pada serangan
karena kerja fisik (berat).
• DS : 2-4 x sehari @ 250 mg.

8. ASAM VALPROAT, Depakene


• Derivat asam asetat ini daya anti konvulsinya
ditemukan secara kebetulan (Meunier - 1963),
sebagai obat pilihan pertama pada serangan
ringan, dalam kombinasi dengan obat laindapat
digunakan untuk serangan grand mal
• DS : Dimulai 3-4 x sehari @ 100-150 mg,berangsur
dinaikan sampai 2-3 x sehari @ 300-500 mg.
KEJANG PADA KASUS EKLAMPSI

• Pada kasus Eklampsia dapat diberikan


MgSO42 gr/jam dalam drip infus
Dextose 5% untuk pemelihaan sampai
sampai kondisi / tekanan darah stabil
(140-150 mmHg).
• Bila timbul kejang, berikan dosis
tambahan MgSO4 2 gr iv sekurang-
kurangnya 20 menit setelah pemberian
terakhir. Bila masih tetap kejang, berikan
fenobarbital 250 mg im atau Diazapam 10
mg iv atau amobarbital 3-5 mg/kgBB iv.
5. Obat Anastesi
Pengertian ??
• Kata anestesi berasal dari bahasa
yunani yang berarti keadaan tanpa rasa
sakit.
• Anestesi dibagi menjadi dua kelompok
yaitu anestesi lokal dan anestesi umum.
Pada anestesi lokal hilangnya rasa sakit
tanpa disertai hilangnya kesadaran,
sedangkan pada anestesi umum
hilangnya rasa sakit disertai hilangnya
kesadaran.
ANESTESI UMUM
• Anestesi umum adalah tindakan
menghilangkan rasa nyeri/sakit
secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan dapat pulih kembali
(reversible). Komponen trias
anestesi ideal terdiri dari hipnotik,
analgesik, dan relaksasi otot.
Cara pemberian anestesi
umum:
• Parenteral (intramuskular/intravena). Digunakan
untuk tindakan yang singkat atau induksi
anestesi. Umumnya diberikan Tiopental, namun
pada kasus tertentu dapat digunakan ketamin,
diazepam, dll. Untuk tindakan yang lama
anestesi parenteral dikombinasikan dengan cara
lain.
• Perektal. Dapat dipakai pada anak untuk
induksi anestesi atau tindakan singkat.
• Anestesi inhalasi, yaitu anestesi dengan
menggunakan gas atau cairan anestesi yang
mudah menguap sebagai zat anestesi melalui
udara pernafasan. Zat anestetik yang digunakan
berupa campuran gas (dengan O2) dan
konsentrasi zat anestetik tersebut tergantung
dari tekanan parsialnya. Tekanan parsial dalam
jaringan otak akan menentukan kekuatan daya
anestesi, zat anestetik tersebut dikatakan bila
dengan tekanan parsial yang rendah sudah dapat
ANESTESI LOKAL
Merupakan tindakan menghilangkan nyeri/sakit
secara lokal tanpa disertai hilangnya kesadaran.
Pemberian anestetik lokal dapat dengan teknik:
• Anestesi permukaan, yaitu pengolesan atau
penyemprotan analgetik lokal diatas selaput mukosa
seperti mata, hidung atau faring.
• Anestesi infiltrasi, yaitu penyuntikan larutan analgetik
lokal langsung diarahkan di sekitar tempat lesi, luka
atau insisi. Cara infiltrasi yang sering digunakan
adalah blokade lingkar dan obat disuntikkan
intradermal atau subkutan.
• Anestesi blok, yaitu penyuntikan analgetik
lokal langsung ke saraf utama atau pleksus
saraf.
• Analgesi regional intravena, yaitu penyuntikan
larutan analgetik lokal intravena.
OBAT PREMEDIKASI
Pemberian obat premedikasi bertujuan:
a) Menimbulkan rasa nyaman pada pasien
(menghilangkan kekhawatiran, memberikan
ketenangan, membuat amnesia, memberikan
analgesi)
b) Memudahkan/memperlancar induksi,
rumatan, dan sadar dari anestesi
c) Mengurangi jumlah obat-obatan anestesi
d) Mengurangi timbulnya hipersalivasi,
bradikardi, mual, dan muntah pasca anestesi
e) Mengurangi stress fisiologis (takikardia,
nafas cepat, dll)
f) Mengurangi keasaman lambung
Obat-obat yang dapat diberikan
sebagai premedikasi pada tindakan
anestesi
A. Analgetik Narkotik
• Morfin
Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg (0,1-0,2
mg/kgBB) intramuskular. Diberikan untuk
mengurangi kecemasan dan ketegangan pasien
menjelang operasi, dan agar anestesi berjalan
dengan tenag dan dalam.
• Petidin
Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg (1-1,5
mg/kgBB) intravena. Diberikan untuk menekan
tekanan darah dan pernafasan serta merangsang
otot polos.
B. Barbiturat
Pentobarbital dan Sekobarbital
• Diberikan untuk menimbulkan sedasi.
Dosis dewasa 100-200 mg, pada anak
dan bayi 1 mg/kgBB secara oral atau
intramuskular.
• Keuntungannya adalah masa pemulihan
tidak diperpanjang dan kurang
menimbulkan reaksi yang tidak
diinginkan. Yang mudah didapat adalah
fenobarbital dengan efek depresan yang
lemah terhadap pernafasan dan sirkulasi
serta jarang menyebabkan mual dan
muntah.
C. Antikolinergik
Atropin
• Diberikan untuk mencegah
hipersekresi kelenjar ludah dan
bronkus selama 90 menit. Dosis 0,4-
0,6 mg intramuskular bekerja
setelah 10-15 menit.
D. Obat Penenang
(transquillizer)
Diazepam
• Diazepam (valium®) merupakan
golongan benzodiazepin. Pemberian dosis
rendah bersifat sedatif sedangkan dosis
besar hipnotik.
• Dosis premedikasi dewasa 10 mg
intramuskular atau 5-10 mg oral (0,2-0,5
mg/kgBB) dengan dosis maksimal 15
mg. Dosis sedasi pada analgesi regional
5-10 mg (0,04-0,2 mg/kgBB) intravena.
Dosis induksi 0,2-1 mg/kgBB intravena.
OBAT
ANESTESI
INHALASI
Dinitrogen Oksida (N2O/ gas gelak)
• N2O merupakan gas yang tidak berwarna,
berbau manis, tidak iritatif, tidak berasa, lebih
berat dari pada udara, tidak mudah
terbakar/meledak dan tidak bereaksi dengan
soda lime absorber (pengikat CO2). Penggunaan
dalam anestesi umumnya dipakai dalam
kombinasi N2O:O2 yaitu 60%:40%, 70%:30%,
dan 50%:50%. Dosis untuk mendapatkan efek
analgesik digunakan dengan perbandingan
20%;80%, untuk induksi 80%:20%, dan
pemeliharaan 70%:30%.
Halotan
• Halotan merupakan cairan tidak berwarna,
berbau enek, tidak iritatif, mudah menguap,
tidak mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi
dengan soda lime, dan mudah diuraikan
cahaya. Halotan merupakan obat anestetik
dengan kekuatan 4-5 kali eter atai 2 kali
kloroform. Keuntungan penggunaan halotan
adalah induksi cepat dan lancar, tidak
mengiritasi jalan nafas, bronkodilatasi,
pemulihan cepat, proteksi terhadap syok, jarang
menyebabkan mual/muntah. Kerugiannya
adalah sangat poten, relatif terjadi over dosis,
analgesi dan relaksasi yang kurang, harus
dikombinasika dengan obat analgetik dan
relaksan, harga mahal,menimbulkan hipotensi,
aritmia, dll.
Etil Klorida
• Merupakan cairan tidak berwarna, sangat
mudah menguap, dan mudah terbakar.
Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi
namun cepat hilang. Induksi dapat
dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu
pemulihan 2-3 menit sesudah pemberian
anestesi dihentikan. Etil klorida sudah
tidak dianjurkan digunakn sebagai
anestesi umum. Sebagai anestesi lokal
etil klorida digunakan dengan cara
disemprotkan pada kulit sampai beku.
Eter (Dietil Eter)

• Merupakan cairan tidak berwarna, mudah


menguap, berbau kkhas, mengiritasi saluran
napas, mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi
dengan soda lime absorber, dan dapat terurai oleh
udara serta cahaya. Eter merupakan obat anestesi
yang sangat kuat sehingga pasien dapat
memasuki tiap tingkat anestesi. Keuntungan
penggunaan eter adalah mudah didapat dan
murah, tidak perlu digunakan bersama-sama
dengan obat-obat lain karena telah memenuhi
trias anestesi, cukup aman dengan batas
keamanan yang lebar, dal alat yang digunakan
cukup sederhana. Kerugiannya adalah mudah
terbakar/meledak, bau tidak enak, mengiritasi
jalan napas, menimbulkan hipersekresi kelenjar
ludah, menyebabkan mual dan muntah serta masa
pemulihannya cepat. Jumlah eter yang dibutuhkan
tergantung dari berat badan dan kondisi pasien,
kebutuhan dalamnya anestesi dan
Enfluran (ethran)
• Merupakan obat anestetik eter berhalogen
berbentuk cairan, mudah menguap, tidak mudah
terbakar, tidak bereaksi dengan soda lime. Induksi
dengan enfluran cepat dan lancar. Oabt ini jarang
menimbulkan mualdan muntah serta masa
pemulihannya cepat.

Isofluran (forane)
• Merupakan eter berhalogen, berbau tajam dan tidak
mudah terbakar. Keuntungan penggunaan isofluran
adalah irama jantung stabil dan tidak terangsang
oleh adrenalin serta induksi dan masa pulih anestesi
cepat.

Sevofluran
• Obat anestesi ini merupakan turunan eter
berhalogen yang paling disukai untuk induksi
inhalasi, induksinya enak dan cepat terutama pada
anak.
OBAT
ANESTESI
INTRAVENA
• Natrium Tiopental (tiopental,pentotal)
Tiopental berupa bubuk kuning yang bila
akan digunakan dilarutkan dalam air menjadi
larutan
2,5% atau 5%. Indikasi pemberian tiopental adalah
induksi anestesi umum, operasi/tindakan yang
singkat(reposisi fraktur, insisi, jahit luka, dilatasi
serviks, dan kuretase), sedasi pada analgesi
regional, dan untuk mengatasi kejang-kejang
eklampsia atau epilepsi. Kontra indikasinya adalah
status asmatikus, syok, anemia, disfungsi hepar,
asma bronkial, miastenia gravis dan riwayat alergi
terhadap tiopental. Keuntungan penggunaan
tiopental adalah induksi mudah dan cepat, tidak
ada delirium, masa pemulihan cepat, tidak ada
iritasi mukosa jalan napas. Sedangkan kerugiannya
adalah dapat menyebabkan depresi pernapasan,
depresi kardiovaskuler, cenderung menyebabkan
• Ketamin
Ketamin adalah suatu rapid acting nonbarbiturat
general anaesthetic. Indikasi pemakaian ketamin
adalah prosedur dengan pengendalian jalan napas
yang sulit, prosedur diagnosis, tindakan ortopedi,
pasien resiko tinggi, tindakan operasi sibuk, dan
asma. Kontra indikasinya adalah tekanan sistolik
160 mmHg dan diastolik 100 mmHg, riwayat
penyakit serebrovaskular, dan gagal jantung.
• Droperidol (dehidrobenzperidol, droleptan)
Droperidol adalah turunan buturofenon dan
merupakan antagonis reseptor dopamin. Obat
ini
digunakan sebagai premedikasi (antiemetik yang
baik) dan sedasi pada anestesi regional. Obat
anestetik ini juga dapat digunakan untuk membantu
prosedur intubasi, bronkoskopi, esofagoskopi, dan
gastroskopi. Droperidol dapat menimbulkan reaksi
ekstrapiramidal yang dapat diatasi dengan
pemberian diphenhidramin.
• Diprivan (diisopropil fenol, propofol)
Propofol adalah campuran 1% obat dalm air dan
OBAT ANESTESI
REGIONAL/LOKAL
• Obat anestesi regional/lokal adalah obat
yang menghambat hantaran saraf bila
dikenakan secara lokal. Anertesi lokal
idealnya adalah yang tidak mengiritasi
atau merusak jaringan secara permanen,
batas keamanan lebar, mula kerja
singkat, masa kerja cukup lama, larut
dalam air, stabil dalam larutan, dapat
disterilkan tanpa mengalami perubahan,
dan efeknya reversible.
OBAT ANESTESI
REGIONAL/LOKAL
• Lidokain
Lidokain (lignikaon,xylocain) adalah
anestetik lokal kuat yang digunakan
secara topikal dan suntikan. Efek
anestesi terjadi lebih cepat, kuat, dan
ekstensif dibandingkan prokain.
• Bupivakain
Bupivakain adalah anestetik golongan
amida dengan mula kerja lambat dan
masa kerja panjang.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai