Anda di halaman 1dari 12

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Satuan Pendidikan : SD …………………….


Mata Pelajaran : Illmu Pengetahuan Alam (IPA)
Kelas / Semester : VI / 2 (genap)
Alokasi Waktu : 2 X 40 menit

I. Standar Kompetensi
7. Mempraktikkan pola penggunaan dan perpindahan energi
II. Kompetensi Dasar
7.1. Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik.
III. Indikator Pembelajaran
Setelah melakukan pengamatan percobaan siswa dapat membuktikan bahwa listrik mengalir dalam
rangkaian tertutup.
IV. Materi
Rangkaian listrik yang memungkinkan arus listrik mengalir (lampu dapat menyala) disebut rangkaian
tertutup. Listrik tidak dapat mengalir pada rangkauan terbuka.
V. Pendekatan, Sumber, Metoda, Media
a. Pendekatan : Konstruktivis
b. Sumber : KTSP Mata Pelajaran IPA untuk Kelas VI SD
c. Metoda : Percobaan, tanya jawab, diskusi
d. Media : LKS, Kabel listrik, Batu baterai, lampu
VI. Kegiatan Belajar Mengajar
A. Pendahuluan :
a. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Guru membimbing siswa untuk berdoa.
c. Guru mengecek kehadiran siswa.
d. Guru memberikan apersepsi, yaitu dengan bertanya.
Pengetahuan Awal 10 ‘
Guru bertanya :”Mengapa bila saklar pada lampu ditekan lampu dapat menyala?”
Siswa menanggapi pertanyaan guru dan mengemukakan pendapatnya.
B. Kegiatan Inti :
Eksplorasi 30’
a. Guru membagikan LKS serta alat percobaan untuk membuktikan pendapatnya.
b. Siswa melakukan percobaan dengan panduan LKS dan mendiskusikannya secara berkelompok.
c. Guru membimbing siswa untuk melakukan diskusi.
Elaborasi 25’
d. Guru mengamati kegiatan diskusi siswa.
e. Guru memberi kesempatan pada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
serta menanggapi pertanyaan kelompok lainnya.
f. Siswa menyimpulkan hasil kerja kelompok dan hasil diskusi kelas.
Konfirmasi 15’
g. Guru menanyakan konsep rangkaian tertutup yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan
fungsi saklar di rumah.
h. Siswa menjelaskan dan menggambarkan rangkaian tertutup dan cara kerja saklar.
C. Penutup
i. Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari hari ini.
j. Guru memberikan pekerjaan rumah.

VII. Evaluasi
Lihat pada halaman berikut

VIII. Lembar Kerja Siswa


Judul : Rangkaian listrik
Alat dan Bahan :
sebuah lampu kecil dan dudukan lampu
dua buah batu baterai dan dudukan batu baterai
saklar
dua buah kabel dengan penjepit buaya
Cara Kerja
Rangkaialah alat-alat di atas seperti gambar di bawah hingga lampu menyala.

Lakukan kegiatan di bawah, amati apa yang terjadi pada lampu dan catat hasil
pengamatanmu!
Lepaskan salah satu kabel pada baterai, bagaimana keadaan lampu?
______________________________________________________
Hubungkan lagi kabel tadi, bagaimana keadaan lampu sekarang?
_____________________________________________________
Lepaskan salah satu kabel lampu, bagaimana keadaan
lampu?_______________________________________________
Hubungkan kembali kabel tadi, bagaimana lampu sekarang?
_____________________________________________________
Lepaskan salah satu kabel pada saklar, bagaimana keadaan
lampu?________________________________________________
Hubungkan lagi kabel tersebut, bagaimana lampu sekarang?
_____________________________________________________
3. Berdasarkan hasil pengamatanmu, isilah pernyataan di bawah !
a. Jika salah satu kabel dilepas, maka lampu akan _________________ ,
rangkaian seperti ini disebut rangkaian terbuka.
b. Jika tidak ada satupun kabel yang dilepas, maka lampu akan ________,
rangkaian seperti ini disebut rangkaian tertutup.
c. Jika tidak ada satupun kabel yang dilepas, lalu tuas saklar digerakkan ke kiri
dan ke kanan secara bergantian, maka lampu akan __________ hal ini
menunjukkan bahwa tuas saklar berfungsi untuk memutuskan atau
menghubungkan arus listrik atau membuat _________________
TUGAS KELOMPOK IPA
RPP
Tema 3 : Peduli terhadap Makhluk Hidup
Sub Tema 3.1 : Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku
Kelas : 4

Merancang Pembelajaran IPA di SD

Dosen : Drs. Yudi Hudiono, M.Si.


Kode : PDGK4202

Nama Anggota Kelompok 1 Kelas A :

1. Atik Afia Masfukha (825102794)

2. Maulidinawati (825114061)

3. Nikmah Layarani (825087978)

4. Sri Esti Handayani (825082692)


a. Pendekatan : Konstruktivis
b. Sumber : KTSP Mata Pelajaran IPA untuk Kelas VI SD
c. Metoda : Percobaan, tanya jawab, diskusi
d. Media : LKS, Kabel listrik, Batu baterai, lampu

Hakikat Pembelajaran IPA

Kata “sains “biasa diterjemahkan dengan ilmu pengetahuan yang berasal dari kata

natural “science” artinya alamiah dan berhubungan dengan alam sedangkan

“science” artinnya ilmu pengetahuan tentang alam. Jadi sains sebagai harfiah dapat

disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam yang mempelajari peristiwa-peristiwa

yang terjadi di alam. Sains secara garis besarnya memiliki tiga komponem yaitu:

a. Proses ilmiah misalnya, mengamati, mengklasifikasikan, memprediksi, merancang,

dan melaksanakan eksperimen

b.      Produk Ilmiah misalnya meliputi prinsip, konsep, hukum dan teori

c.       Sikap Ilmiah meliputi rasa ingin tahu, hati-hati, objektif , jujur

Pada dasarnya model pembelajaran IPA yang cocok anak dasar ialah model

pembelajaran yang menekankan pada pendekatan yang mencakup kesesuaian antara

situasi dan belajar anak dengan situasi kehidupan nyata di masyarakat Selanjutnya

menemukan ciri-ciri esensial dari situasi kehidupan yang berbeda–beda akan

meningkatkan kemampuan menalar, berprakarsa, dan berpikir kreatif pada anak

didik.

Selanjutnya model belajar yang cocok untuk anak Indonesia adalah belajar

melalui pengalaman langsung (learning by doing). Model belajar ini dapat

memperkuat daya ingat anak dan biayanya sangat murah. Sebab menggunakan alat-

alat dan media belajar yang ada di lingkungan anak itu sendiri (Sumatowa 2006:11)

IPA sebagai ilmu disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat

pendidikan IPA menjadi penting. Karna dalam pembelajaran IPA siswa diberikan

kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses yang perlu di

modifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.


Keterampilan proses untuk anak-anak didefenisikan oleh Paolo dan Marten

dalam (Sumatowa, 2006:12)) adalah mengamati, mencoba memahami yang di amati

mempergunakan untuk melihat apakah ramalan tersebur benar. Oleh karena itu

seorang guru khususnya guru IPA hendaknya mampu menerapkan pembelajaran yang

sesuai dengan hakikat IPA.

Untuk mengatasi berbagai problema dalam pelaksanaan pembelajaran tentu

diperlukan model-model pembelajaran yang di pandang mampu mengatasi kesulitan

guru dalam melaksnakan tugas dan juga kesulitan belajar anak didik. Model dapat di

pahami maknannya sebagai berikut:

a.       Suatu tipe atau desain.

b.      Suatu deskripsi atau analogi yang dengan langsung di amati.

c.       suatu sistem atau asumsi-asumsi, data-data dan obyek atau peristiwa

d.      Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas

yang sederhana

e.       Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner

Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya. Walaupun

model itu sendiri bukanlah dari dunia yang sebenarnnya. Dengan demikian model

pembelajaran dapat di pahami sebagai keranggka konseptual yang mendeskripsikan

dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi

sebagai pedoman bagi perencanaan pembelajaran bagi para guru. Empat katagori

yang diperlukan dalam model pembelajaran yakni model imformasi, model personal,

modelinteraksi, model tingkah laku. Salah satu model yang sangat berpengaruh

dalam IPA adalah model pembelajaran konstruktivisme. Banyak cara belajar yang

didasarkan pada teori kontruktivism , seperti cara belajar yang menekankan peranan

murid dalam membentuk pengetahuannya, sedangkan guru lebih berperan pada

fasilitator yang membentuk keaktifan murid dalam pembentukan pengetahuannya.


Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan kita adalah kontruksi (bentukan) kita sendiri. Para konstruktivis

menjelaskan bahwa satu-satunya alat yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui

sesuatu adalah indrannya.  Seseorang berinteraksi dengan objek lingkungannya

melihat, mendengar, menjamah, mencium, dan melaksanakannya. Dengan sentuhan

indrawi itu seseorang membangun gambaran duniawinya.

Model pembelajaran konstruktivisme adalah suatu model pembelajaran yang

dirancang yang mengharuskan terjadinnya proses belajar peserta didik yang proaktif.

Menurut penganut konstruktivisme pengetahuan di bina secara aktif oleh seseorang

yang berpikir . Seseorang tidak akan menyerap pengetahuan dengan fasif. Untuk

membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik akan menyesuaikan imformasi

baru atau pengetahuan yang disampaikan guru dengan pengetahuan atau pengalaman

yang telah dimilikinnya melalui interaksi sosial dengan peserta didik lain atau dengan

gurunya.

Menurut Schuman dalam Yulaewati (2004:54) konstuktivisme dikemukakan

dengan pemikiran bahwa semua orang membangun pandangannya terhadap dunia

melalui pengalaman individual, atau skema. Konstruktivisme menekannkan pada

penyiapan peserta didik untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi

yang tidak tentu.

Mamfaat model pembelajaran kontruktivis antara lain:

a.       Membina peserta didik menjadi lebih mandiri

b.      Mengembangkan daya kreatifitas peserta didik karena ia harus memperlihatkan

hasil belajar atau karyannya

c.       Berlatih bekerja sama dengan tim anggota peserta didik lainnya (prawiradiaga

2007:5)

Menurut Tyler dalam Sumatowa (2006:54) menyatakan beberapa kebaikan

pembelajaran berdasarkan konstruktivisme yaitu:


1)      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara

eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri. Berbagi gagasan dengan

temannya. Dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.

1)        Memberikan pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki

siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siwa

memperluas pengetahuan-pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki

(diberi)  kesempatan untuk merangkai fenomena.  Sehingga siswa didorong

untuk membedakan untuk memebedakan dan memadukan gagasan tentang

fenomena yang menantang siswa.

2)        Memberi kesempatan siswa untuk berpikir tentang pengalamannya agar siswa

berpikir kreatif, imajinatif, mendorong merefleksi tentang teori dan model,

mengenalkan gagasan IPA pada saat yang tepat.

3)      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa

terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri untuk menggunakan berbagai

konteks baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnnya memotivasi

siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.

4)        Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan-perubahan gagasan mereka

setelah menyadari kemampuan mereka serta memberi kesempatan untuk

mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

5)      Menberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa

mengungkapakan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada

satu “jawaban yang benar”.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran konstruktivisme antara lain:

NO Fase Kegiatan/tingkah laku


I Fase Eksplorasi 1)      Guru memancing pengetahuan awal siswa
Dalam fase ini seorang melalui cerita yang diberikan
guru memancing2)      Guru melakukan Tanya jawab dengan siswa
pengetahuan awal siswa mengenai perubahan kenampakan pada muka
mengenai materi yang bumi
akan dipelajari pada 3)      Guru mengenalkan berbagai mecam benda
saat itu yang ada di atas mejannya
II Fase Klarifikasi 1)      Guru membagi siswa menjadi beberapa
Pada fase ini imformasi kelompok
berupa pengetahuan
2)      Guru membimbing masing-masing kelompok
awal siswa diperdalm dalam melakukan kegiatan praktis mengenai
agar bias menambah parubahan kanampakan pada bumi
pengetahuan siswa
3)      Masing-masing kelompok membecakan hasil
mengenai materi yang diskusinnya
dipelajari 4)      Guru dan siswa menyimpilkan hasil diskusinya
yang telah dipelajari
5)      Guru memberikan penghargaan kelompok
III Fase Aplikasi 1)      Guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran
Pada fase ini guru 2)      Melaksanakan kegiatan tindak lanjut
mengevaluasi kegiatan
pembelajaran yang
telah dipelajari agar
bias mengetahuai
apakah perencanaan
sesuai dengan
pelaksanaan.

C. Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme


1.      Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui
penglibatan dalam dunia sebenar
2.      Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan
menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
3.      Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambilkira sikap dan
pembawaan murid
4.      Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide
5.      Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid
6.      Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru
7.      Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan
hasil pembelajaran.
8.      Menggalakkan proses inkuiri murid mel alui kajian dan eksperimen.
D. Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar
mengajar adalah:
1.      Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2.      Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
3.      Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah
4.      Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar.
5.      Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6.      Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7.      Mmencari dan menilai pendapat siswa
8.      Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
E.        Keunggulan dan Kelemahan Model Konstrutivisme
 Keunggulan Model kontruktivisme
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan
bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong
siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
2. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan
kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas
pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk
merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan
memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
3. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir
tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif,
imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan
gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
4. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada
siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh
kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah
dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk
menggunakan berbagai strategi belajar.
5. Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan
perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi
kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6. Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif
yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan
menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
Kelemahan Model Konstruktivisme
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu
mendukung.
Hubungan konstruktivisme dengan beberapa teori belajar

 Seperti sudah dijalaskan diatas bahwa prinsip-prinsip konstruktivisme antara

lain:

a.    Pengetahuan di bangun sendiri oleh siswa baik secara personal maupun sosial

b.    Pengetahuan tidak dapat dipindahkan oleh guru ke murid kecuali hannya dengan

keaktifan murid sendiri untuk menalar

c.    Murid akan mengkontruksi terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep

d.   Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses kontruksi

siswa berjalan lancar. inti teori ini berkaitan dengan beberapa teori belajar yaitu:

Konstruktivisme juga sangat erat hubungannya dengan beberapa teori belajar

diantarannya :

a.         Teori Perubahan Konsep

Menurut posner Dkk (1982) dalam proses belajar ada proses perubahan

konsep yang mirip dengan yang ada pada filsafat sains tersebut. Tahap pertama

perubahan konsep itu itu di sebut asimilasi dan tahap kedua di sebut akomodasi

dengan asimilasi siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka punyai

untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Dengan akomodasi siswa merubah

konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru lagi yang mereka hadapi.

Akomodasi di sebut juga perubahan konsep secara radikal. Dimana syaratnya antara

lain:

1)   Harus ada ketidakpuasaan terhadap konsep yang telah ada.

2)   Konsep baru harus dapat dimengerti, rasional dan dapat memecahkan persoalan

atau fenomena yang baru.

3)   Konsep yang baru harusmasuk akal, dapat memecahkan dan menjawab persoalan

yang terdahulu, dan juga konsisten dengan teori-teori sebelumnya.

4)   Konsep baru harus berdaya guna bagi perkembangan penelitian dan penemuan

baru.

b.      Teori Belajar Bermakna AUSUBEL


Menurut Ausubel dan Hanesian (1978) ada dua jenis belajar yaitu:belajar

bermakna (meaningful learning), belajar menghapal (prote learning)

Teori belajar Ausebel ini sangat dekat dengan inti pokok konsruktivisme. Kedua-

duanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena,

dan fakta –fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah di punyai. Kedua-duanya

menekankan pentingnnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep yang sudah

dipunyai siswa. Keduannya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siwa aktif.

Anda mungkin juga menyukai