Disusun Sebagai Tugas Terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam
Disusun Sebagai Tugas Terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini, yang telah memberikan kami kesehatan dan kemudahan sehingga tugas ini dapat
selesai tepat waktu. Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju
jalan yang terang benderang yakni agama islam yang begitu sempurna dan menjadi
rahmat bagi alam semesta. Penulisan artikel ini merupakan tugas dari dosen mata
kuliah Pendidikan Agama Islam. Adapun tujuan penulisan artikel ini adalah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliahyang sedang dipelajari agar
kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa, dan negara.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,
M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam yang telah
memberikan kami tugas ini sehingga kami bisa menambah ilmu dan wawasan kami
tentang islam. Semoga selalu tercurahkan kepada bapak keberkahan atas ilmu-ilmu
yang diberikan kepada kami
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat kepada kita semua, khususnya
bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca artikel ini. Dengan tersusunnya
artikel ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik
dari segi penyusunan bahasa dan aspek-aspek lainnya. Untuk itu, saya mohon maaf
sekiranya ada kesalahan dalam artikel ini karena saya hanyalah manusia biasa yang
tidak luput dari kesalahan.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Tauhid: Keistimewaan&Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1
BAB II. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits 22
BAB III. 3 Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 29
BAB IV. Pengertian dan Jejak Salafussoleh (Referesnsi Al-Hadits) 41
BAB V. Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta
Keadilan Hukum dalam Islam 47
DAFTAR PUSTAKA 52
LAMPIRAN 54
iii
BAB I
1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tuhan adalah sesuatu yang di yakini, di
puja , di sembah oleh manusia , sebagai yang Maha Kuasa, Maha Perkasa dan lain
sebagai nya. Kalimat Tuhan dapat di pergunakan untuk apa saja
Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk
menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya
dalam surat al-Furqan ayat 43.
Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya
sendiri:
Terjemah Arti: Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui
tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian
buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa,
dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang
pendusta."
2
definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai
berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-
Nya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya,
kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan
bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari
padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut
cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru
diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang
muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.
Bagi Al-kindi, agrumen yang dibawa Al-Qur’an itu lebih meyakinkan dari
pada agrumen yang dikemukakan oleh filsafat, tetapi filsafat dan Al-Qur’an
tidaklah bertentangan kebenaran yang diberitakan wahyu tidaklah
bertentangan dengan kebenaran yang dibawa filsafat.
Tuhan dalam filsafat Al-kindi tiadalah mempunyai hakikat dalam arti an-
niyah maupun ma-hiyyah.Tuhan bukanlah benda dan tidak termaksuk benda
yang ada dialam.Ia pencipta alam, ia tidak tersusun dari materi dan bentuk (al
3
hayyuli’ yang wa Al-shurah). Tuhan juga tidak mempunyai hakikat dalam
bentuk ma’hiyyah, karena tuhan tidak merupakan genus atau spesies. Tuhan
hanya satu tidak ada yang serupa dengan-Nya,.Ia adalah unik, ia adalah yang
benar pertama dan yang maha benar. Ia hanyalah satu dan semata mata
Satu. Selain dia, semuanya mengandung arti banyak.
Sesuai dengan ajaran paham islam, tuhan bagi Al-kindi adalah pencipta
dan bukan penggerak pertama seperti pendapat aristoteles. Alam bagi Al-kindi
bukan kekal di zaman lampau, tetapi mempunyai permulaan. Karena itu
dalam hal ini ia lebih dekat dengan filsafat plotenus yang mengatakan bahwa
yang maha satu adalah sumber dari alam ini dan sumber dari segala yang
ada. Alam ini adalah emanasi atau pancaran dari Yang Maha Satu.
selain daripada jiwa dan ruh yang mendiami di tempat-tempat yang dinyatakan diatas,
kepercayaan animisme juga mempercayai bawha roh yang telah mati bisa masuk ke
dalam tubuh hewan,misalnya suku nias mempercayai bahwa seekor tikus yang keluar
masuk dari rumah merupakan roh dari wanita yang telah mati beranak.ruh orang yang
telah meninggal dapat bertamu dengan ruh orang yang masih hidup.ia bisa menolong
atau mengganggu. dan agar roh itu mendatangkan kebaikan,maka di butlah acara
4
penyembahan.ruh yang di anggap berbahaya bagi orang hidup,bukan saja berasal dari
manusia tetapi juga,binatang,tumbuh -tumbuhan, batu dan benda-benda lain.roh orang
yang telah mati juga bisa memasuki tubuh babi atau harimau yang di percaya akan
membalas dendam kepada orang yang menjadi musuh bebuyutannya selama
hidup.kepercayaan ini berbeda dengan kepercayaan reinkarnasi seperti yang terdapat
pada agama hindu dan budha dimana dalam reinkarnasijiwa tidak pindah langsung
kedalam tubuh hewan atau binatang yan hidup akan tetapi di lahirkan kembali dalam
bentuk kehidupan lain.
2. Dinamisme
Perkataan dinamisme berasal dari kata yang terdapat dalam bahasa Yunani,
yaitu,''Dunamos'' dan diinggriskan Menjadi''dynamic''yang umumnya diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia dengan kekuatan ,kekuasaan atau khasiat dan dapat juga
diterjemahkan dengan daya.Dalam eksikiopedi umum dijumpai defenisi dinamisme
sebagai kepercayaan keagamaan premitif pada zaman sebelum kedatangan agama
Hindu di Indonesia.Dinamismen disebut juga preanismisme,yang mengajarkan bahwa
tiap-tiap benda atau makhluk mempuyai mana (percaya adanya kekuatan yang maha
yang berada dimana-mana) .
dengan demikian "mana" adalah satu kekuatan yang tidak dapat di lihat ,merupakan
kekuatan gaib juga kegiatan misterius,yang dapat di lihat efeknya jelas,sebagai mana
yang tenaga yang terdapat dalam listrik,kekuatan itu tidak dapat di lihat, namun ada
efeknya.
adapun tujuan keprcayaan atau beragama menurut animisme untuk memperoleh tuah
mana sebanyak bnyak nya,memahami benda yang bertuah,memahami fetish yang
5
telah di isi tuah atau mana dan sebaginya . kesemua tujuan itu di usaha kan untuk
memperoleh ketentraman selama hidup dan memeliharah keselamatan keselamatan
diri dari bahaya yang mengancam keselamatan hidup manusia.
ini memperlihatkan suatu sikap keragu raguan dalam menetapkan apkah dinamisme
itu adalah agama atau bukan, dengan kata laen orang tidak berani( tentu dengan
alasan yang objektif) berkata bahwa dinamiosme itu adalah agama atau sebaliknya,
dinamisme itu bukan agama. kembali pada dinamisme ,maka dinasmisme timbul dari
perasaan takjub, takut dan merasa dirinya kecil sebagai manusia dan bergantung
kepada daya" kekuatan sekitarnya .mereka melihat sesuatu yang bersifat ilahi di dunia
ini,tapi tidak di lukiskan dalam pikiran sebagi sesuatu yang berpribadi.
oleh sebab itu selamanya tidak terjadi hubungan kepribadian antara seorang manusia
dengan benda pujaannya. sebab itu segala pegertian khusus yang ada di dalam ritual
agama seperti do'a,puasa,kurban, dan sebagainya,dalam dinamisme di ubah
bentuknya. doa menjadi mantera suatu perbuatan yang mengandung daya kekuatan
dan menimbulkan keajaiban" hilang sifatnya memohonnya kepada Allah.Do'a menjadi
rumus yang sakti, yang di jawa di sebut japamantra. kurban menjadi suatu perbuatan
magis yang mengeluarkan daya kekuatan sendiri,lepas dari ikatan ketuhanan.begitu
juga puasa di ganti dengan tarak atau bertapa untuk mendapatkan daya kekuatan
yang luar biasa.
Di dalam dinamisme pemujaan dan takut kepada daya-daya gaib yang luar biasa yang
terdapat di dunia dan pada benda-benda itu di dapat dengan agama pagan(agama
suku,agama daerah atau agama etis premitif).
6
Sebagai telah dibicarakan diatas, bahwa dinamisme dan animisme adalah
kepercayaan yang khayal belaka. Islam tidak membenarkannya, sebab hal itu
termasuk syirik (menyekutukan Tuhan), orang yang menjalankannya disebut Musyrik.
[ii]
Islam mengajarkan bahwa orang tidak boleh menghormati dan menyembah
selain Allah, sebagaimana ditegaskan dalam syahadat yang pertama yang artinya ;
saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Hanya Allah sajalah yang Maha
Menjadikan, Maha Kuasa dan Maha Tinggi serta Maha Bijaksana.
7
Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran
yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain
memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga
lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Aliran-aliran
tersebut yaitu :
a. Mu’tazilah
b. Qodariah
c. Jabariah
Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara aliran
Qadariah dan Jabariah.
8
berlandaskan Al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh
kepentingan politik tertentu.
1. QS 21 (Al-Anbiya): 92,
9
“Katakanlah, Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Tuhan yang haq dalam konsepal-Quran adalah Allah . Hal ini dinyatakan antara
lain dalam surat-surat berikut yaitu:
Konsepsi kalimat La ilaaha illa Allah yang bersumber dari al-quran memberi
petunjuk bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari Tuhan
10
yang lain selain Allah dan hal itu akan kelihatan dalam sikap dan praktik
menjalanikehidupan.
Jadi sebagaimana kita tahu bahwa Islam lah agama yang tauhid karna
semua yang ada dimuka bumi ini ada didalam Al-Qur’an dan Hadist.
Selain itu, jika kita menyelami diri kita sendiri, maka sebenarnya fitrah manusia
memiliki rasa berketuhanan. Dalil fitrah ini merupakan perasaan berketuhanan
secara langsung yang tertanam pada diri setiap manusia.Dalil ini menjadi model
sekaligus modal khusus bagi manusia.Akan tetapi untuk memperkuat fitrah itu kita
memerlukan dalil-dalil yang argumentatif, bersandar pada akal, dan wahyu
sebagai tambahan serta penguat argumentasi. Untuk itu di bawah ini akan
dijabarkan secara singkat dan sederhana beberapa argumentasi tentang
keberadaan dan ke-Esaan Allah .
Amirul Mukminin al-Imam Ali bin Abi Thalib dengan indah melukiskan
karakteristik Tuhan dengan sempurna dalam lembaran-lembaran Nahj al-
Balaghah sebagai berikut:
“Dia adalah satu, tapi bukan dalam arti jumlah.Dia tidak dibatasi oleh batasan-
batasan ataupun tidak di hitung oleh angka-angka.siapa yang menunjuk-Nya
berarti mengakui batas-batas-Nya, dan yang mengakui batas-batas-Nya berarti
telah menghitung-Nya. Siapa yang menggambarkan-Nya, berarti membatasi-Nya,
memberikan jumlah kepada-Nya, menolak keazalian-Nya.Segala sesuatu yang
disebut satu adalah kurang, kecuali Dia.”
Dalil Fitrah
11
Yaitu perasaan alami yang tajam pada manusia mengenai adanya dzat
yang maujud, tidak terbatas, tidak berkesudahan, mengawasi segala sesuatu,
mengurus dan mengatur segala yang ada di alam semesta, diharapkan kasih
sayang-Nya dan ditakuti kemurkaan-Nya.Hal ini digambarkan oleh Allah SWT
dalam QS. Yunus/10:22.
“Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan,(dan berlayar)
di lautan. Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal,dan meluncurlah
(kapal) itu membawa mereka (orang-orang yang ada di dalamnya) dengan
tiupan angina yang baik, dan mereka bergembira karenanya; tiba-tiba
datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru, dan
mereka berdo’a dengan tulus ikhlas kepada Allah semata. (seraya berkata),
‘sekiranya Engkau menyelamatkan kamu dari (bahaya) ini, pasti kami
termasuk orang-orang yang bersyukur’”
Dalil Akal
Yaitu dengan tafakkur dan perenungan terhadap alam semesta yang
merupakan manifestasi dari eksistensi Allah Subhana Wa Ta’ala. Terdapat
empat unsur alam semesta yang terkandung di dalamnya:
1) Ciptaan-Nya
Bila kita perhatikan makhluk yang hidup di muka bumi, kita akan
menemukan berbagai jenis dan bentuk, berbagai macam cara hidup dan
cara berkembang biak (QS. Fatir/35:28)
”Dan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang
bernyawa dna hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya)….”
Semua itu menunjukkan adanya zat yang menciptakan, membentuk,
menentukan rizki dan meniupkan ruh kehidupan (QS. Al-Ankabut/29:19-
20)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah memulai
penciptaan (makhluk), kemudian Dia mengulanginya (kembali).Sungguh,
yang demikian itu mudah bagi Allah. Katakanlah, ‘Berjalanlah di bumi,
maka perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk),...’”
Sepintar apapun manusia, tentu ia tidak akan dapat membuat makhluk
yang hidup dari sesuatu yang belum ada. Allah Subhana Wa Ta’ala
menantang manusia untuk meminta sesembahan mereka membuat
seekor lalat jika mereka mampu (QS. Al-Mu’minun/22:73)
12
“…. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat
menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakannya….”
Nyatalah bahwa tiada yang dapat menciptakan alam semesta ini kecuali
Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Hidup.
2) Kesempurnaan
Kalau kita perhatikan, akan terlihat bahwa alam ini sangat tersusun rapi,
diciptakan dalam kondisi yang sangat sempurna tanpa cacat. Hal ini
menunjukkan adanya kehendak agung yang bersumber dari Sang
Pencipta. Sebagai contoh, seandainya matahari memberikan panasnya
pada bumi hanya setengah dari panasnya sekarang, pastilah manusia
akan membeku kedinginan. Dan seandainya malam lebih panjang
sepuluh kali lipat dari malam yang normal tentulah matahari pada musim
panas akan membakar seluruh tanaman di siang hari dan di malam hari
seluruh tumbuhan membeku. Firman Allah:
“Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak
ada sekutu bagi-Nya dalma kekuasaan(-Nya), dan Dia menciptakan
segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat”
13
adanya hubungan antara pikiran manusia dengan susunan alam yang ia
pelajari.
14
Eksistensi Allah terlihat dalam banyak fenomena kehidupan.
Barangsiapa yang membaca alam yang maha luas ini dan
memperhatikan penciptaan langit dan bumi serta dirinya sendiri, pasti ia
akan menemukan bukti-bukti yang jelas tentang adanya Allah SWT.
Firman Allah :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah
bagi mereka bahwa al-Quran itu adalah benar.” (QS.Fussilat/41:53)
Dalil Akhlaq
Secara fitrah manusia memiliki moral (akhlaq).Dengan adanya akhlaq
inilah, secara naluri mau tunduk dan menerima kebenaran agar hidupnya
lurus dan urusannya berjalan teratur dan baik.Zat yang dapat menanamkan
akhlaq dalam jiwa manusia adalah Allah, sumber dari segala sumber
kebaikan, cinta dan keindahan.Keberadaan ‘moral’ yang mendominasi jiwa
manusia merupakan bukti eksistensi Allah.
Dalil Wahyu
Para rasul diutus ke berbagai umat yang berbeda pada zaman yang
berbeda.Semua rasul menjalankan misi dari langit dengan perantara wahyu.
Dengan membawa bukti yang nyata (kitab/wahyu dan mukzijat) mengajak
umatnya agar beriman kepada Allah, mengesakan-Nya dan menjalin
hubungan baik dengan-Nya, serta memberi peringatan akan akibat buruk dari
syirik/berpaling dari-Nya. Siapa yang mengutus mereka dengan tugas yang
persis sama? Siapa yang memberikan kekuatan, mendukung dan
mempersenjatai mereka dengan mukzijat?Tentu suatu zat yang eksis
(maujud), Yang Maha Kuat dan Perkasa, yaitu Allah.Keberadaan para rasul ini
merupakan bukti eksistensi Allah.
Dalil Sejarah
Semua umat manusia di berbagai budaya, suku, bangsa dan zaman,
umumnya percaya akan adanya Tuhan yang patut disembah dan diagungkan.
Semuanya telah mengenal iman kepada Allah menurut cara masing-masing.
Konsensus sejarah ini merupakan bukti yang memperkuat eksistensi Allah.
15
Terdapat beberapa cara mengenal Tuhan menurut ajaran selain Islam,
diantaranya yaitu dengan hanya mengandalkan panca indera dan sedikit akal,
sehingga timbul perkiraan-perkiraan yang membentuk filsafat-filsafat atau
pemikiran tentang ketuhanan. Filsafat dan pemikiran tersebut justru
mendatangkan keguncangan dan kebingungan dalam jiwa. Sehingga hanya
menanamkan keraguan dan kesangsian terhadap keberadaan Allah. (QS.
Yunus/10:94)
“Dan berapa banyak tanda-tanda (kebesaran Allah) di langit dan di bumi yang
mereka lalui, namun mereka berpaling darinya.”
16
bukan zat-Nya.Baik tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam, mukzijat
serta dalm Al Qur’an. Lewat jalan inilah manusia akan mengenal Allah SWT.
TAUHID
Tauhid berasal dari bahasa Arab dan diambil dari kata wahhada-
yuwahhidu-tauhidan yang berarti menjadikan sesuatu satu saja. Jadi, tauhid
bermakna menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya sesembahan yang
benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatul Ushul, 39).
Tauhid terbagi menjadi tiga, yaitu tauhid rububiyyah, uluhiyyah, dan al asma was
shifat.
Tauhid Rububiyyah
Tauhid rububiyyah yaitu keyakinan bahwa Allah SWT sebagai satu-satunya yang dapat
menciptakan bumi dan langit beserta dengan isinya. Hanya Allah yang mampu
memberikan rezeki, menggerakkan matahari dan bulan, mendatangkan badai dan
hujan, serta apa pun yang terjadi di alam semesta ini sesuai dengan kehendak-Nya.
Hal ini pun terdapat dalam ayat Al-Qur'an :
Artinya:
Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan
gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan
Tuhan mereka.
QS. Az-zumar 62
Artinya: Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.
17
Kedua :Tauhid Uluhiyyah
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.”(QS. An-Nahl: 36)
Juga firman Allah, artinya, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum
kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang
haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’.” (QS. Al-Anbiya’:
25)
Setiap rasul selalu melalui dakwahnya dengan perintah tauhid uluhiyah. Sebagaimana
yang diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib, dan lain-lain, artinya, “Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagi-mu selain-Nya.” (QS. Al-
A’raf: 59, 65, 73, 85)
“Dan ingatlah Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya, ‘Sembahlah olehmu Allah
dan bertakwalah kepada-Nya’.” (QS. Al-Ankabut: 16)
Tauhid ini adalah inti dari dakwah para rasul, karena ia adalah asas dan pondasi
tempat dibangunnya seluruh amal. Tanpa merealisasikannya, semua amal ibadah
tidak akan diterima. Karena kalau ia tidak terwujud, maka bercokollah lawannya, yaitu
syirik. Sedangkan Allah berfirman, artinya, “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan),
niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang
merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)
Dan tauhid jenis ini adalah kewajiban pertama segenap hamba. Allah berfirman,
artinya, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak “ (QS. An-Nisa’: 36)
18
Yaitu beriman kepada nama-nama Allaha dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang
diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya menurut apa yang pantas bagi
Allah, tanpa ta’wil dan ta’thil (menghilangkan makna atau sifat Allah), tanpa takyif
(mempersoalkan hakikat asma’ dan sifat Allah dengan bertanya, “bagaimana”), dan
tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhluq-Nya), berdasarkan firman Allah:
Artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. Asy-Syura : 11)
Aqidah yang Benar Tentang Tauhid Rububiyyah Ahlus-sunnah wal Jama'ah meyakini
bahwa Allah 5, hanya Dialah yang bersendirian dalam hal penciptaan, penguasaan,
Allah berfirman, dan pengaturan.
"Sesunggdmya Tuhan kalian ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bani
dalamenam musa, lalu Dia lersemram di atas Arsy Dia memtupkan malam kepada
siang yang mengikutinya dengan æpat, dan (diciptakan Nya pula) matahari, bulan dan
birtang birtang (masing masing) timduk kepada perivtah Nya. Ingitlah, menciptakan
dan memerintah hamalah hak Allah. Maha Sua Allah, Tidkan semesta alam" (QS. al-
A'raf: 54)
Allah berfirman,
"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia meniptakan apa yang Dia
kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kebendaki
19
dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kebendaki." (QS. asy-Syura:
49)
Ahlus-sunnah wal-jama'ah menetapkan untuk Allah sesuatu yang Allah telah tetapkan
bagi diri-Nya serta semua yang ditetapkan oleh Rasul-Nya berupa nama-nama yang
sangat indah dan sifat-sifat Mahatinggi. Mereka tidak melampaui al-Qur an dan hadits
dari Rasulullah. Ahlus-sunnah hanya menetapkan lafazhnya, mengetahui maknanya
dalam bahasa Arab yang turun bersama al-Qur an dan mentafud, (menyerahkan)
substansi (nama dan sifat)-Nya kepada Allah , karena Allah telah mengkhususkan
nama dan sifat tersebut (untuk diri-Nya) sehingga Dia tidak menampakkannya kepada
seorangpun diantara manusia. Maka dalam bab yang sangat urgen ini, Ahlus-sunnah
beranjak dari azas-azas syar'i yang otentik. Barangsiapa yang komitmen dengan asas-
asas ini, maka dia akan selamat dari penyimpangan.
Menyifati Allah dengan Sifat-Sifat yang Warid dalam Al-Qur'an dan Hadits-Hadits
Asas pertama adalah dengan menetapkan sesuatu yang ditetapkan oleh Allah bagi
diri-Nya atau yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya bagi-Nya tanpa sesungguhnya
tidak ada seorangpun yang lebih mengetahui tentang Allah dibandingkan diri-Nya
sendiri, sebagaimana firman Allah
"Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih
zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada
padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan."
20
sekutu bagi-Nya. Maka mereka tidak sujud kecuali kepada Allah, tidak melakukan
thawaf kecuali untuk Allah di rumah yang tua (Ka'bah), tidak menyembelih kecuali
untuk Allah, tidak bernadzar kecuali untuk Alah, tidak bersumpah kecuali dengan
menggunakan nama Allah, tidak bertawakkal kecuali hanya kepada Allah dan tidak
berdoa kecuali kepada Allah. Inilah yang dikenal dengan Tauhid Uluhiyah.
Allah berfirman,
Allah berfirman,
"Dan Tukanmu telah memerintahkan supaya kalian jangan memenbah selain Dia."
(QS. al-Isra': 23)
21
BAB II
Sains atau Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain.1 Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu
memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide.
Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam
hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih
maju lagi. Dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan
digali dalam al-Qur‟an yang merupakan kitab suci agama Islam yang banyak
mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna
memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada
Allah)” (QS al-Anbiya‟, 21: 80)
Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu dengan
sarana pengembangan teknologi dan untuk penguasaannya diperlukan ilmu
pengetahuan. Perlu di pahami pula bahwa pengetahuan ilmiah (science) tidak
mengenal kata ”kekal”, dalam arti apa yang dianggap salah pada masa silam ternyata
dapat diakui kebenaranya dimasa moderen. Pengetahuan ilmiah mempunyai
kebenaran relatif, artinya kebenaran datang silih berganti, hal ini berbeda dengan al-
Qur‟an yang mempunyai kebenaran mutlak.3 Memang di dalam al-Qur‟an
mengandung sekian banyak ayatayat yang memaparkan tentang sains dan teknologi
(Kebenaran Ilmiah). Allah telah membakukan beberapa fakta alam di dalam alQur‟an
dan SunnahNya, diskripsi tentang sejumlah fenomena alam dan hukum-hukum alam
dapat dijadikan sebagai argumentasi yang melampaui batas logika manusia. Atau
menurut istilah yang dikenal mengenai keajaiban al-Qur‟an.
22
2. QS AS SAJDAH AYAT 5 DAN QS AL MA'AARIJ AYAT 4 TENTANG RELATIVITAS
WAKTU
5. Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu [1190]
* [1190] Maksud urusan itu naik kepadanya adalah beritanya yang dibawa oleh
malaikat. ayat ini suatu tamsil bagi kebesaran Allah dan keagungan.
4. malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang
kadarnya limapuluh ribu tahun. [1510]
* [1510] Maksudnya: malaikat-malaikat dan Jibril jika menghadap Tuhan memakan
waktu satu hari. ketika dilakukan oleh manusia, memakan waktu limapuluh ribu tahun.
2. Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan.
23
masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini
pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
3. yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, Apakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?
24
125. Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa
yang dikehendaki Allah kesesatannya [503], niscaya Allah menjadikan dadanya sesak
lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa
kepada orang-orang yang tidak beriman.
* [503] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan
tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar
dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai
perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.
43. tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan
antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka
kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan
(butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-
gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-
Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu
hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
25
40. atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila
Dia mengeluarkan tangannya, Tiadalah Dia dapat melihatnya, (dan) Barangsiapa yang
tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah Tiadalah Dia memiliki cahaya sedikitpun.
19. Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
20. antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing [1443].
* [1443] Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la yabghiyan Maksudnya
masing-masingnya tidak menghendaki. dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah
bahwa ada dua laut yang keduanya tercerai karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi
tanah genting itu tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan) Maka pada akhirnya, tanah
genting itu dibuang (digali untuk keperluan lalu lintas), Maka bertemulah dua lautan itu.
seperti terusan Suez dan terusan Panama.
26
12. Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah
Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.
27
66. dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa)
susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang
meminumnya.
12. dan Sesungguhnya Kami t elah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah.
13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).
14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
28
BAB III
1. Sahabat
Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan beliau. Menurut Imam
Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah, baik
sebulan, sepekan, sehari atau bahkan cuma sesaat maka ia dikatakan sebagai
sahabat. Derajatnya masing-masing ditentukan dengan seberapa lama ia menyertai
Rasulullah.
2. Tabi’in
Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau setelah
beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat para
sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari para
sahabat Rasulullah.
Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang pernah
mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat, tetapi
tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan secara
langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi terkenal di
langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari
Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia merupakan orang yang memiliki doa
yang diijabah oleh Allah.
29
Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya yakni Umar bin
Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad bin Al
Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya.
3. Tabi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah
mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi
tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para tabi’in.
Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik bin Anas,
Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan yang lainnya.
Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat muslim yang
datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab yang telah
mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti para generasi terbaik umat ini.
Berdasarkan hadits dari nabi, bahwa generasi terbaik dari umat Islam adalah para
sahabat, tabi’in dan tabiu’t tabi’in.
Generasi awal
2. Abu Hanifah
30
5. Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr
7. Ali Akbar
25. Qatadah
31
28. Rufay bin Mihran
2. Imam Hanbal
3. Ja'far ash-Shadiq
5. Imam Asy-Syafi'i
7. Ja'far al-Sadiq
32
11. Al-Auza'i (w. 158 H)
14. Waki'
Syaikh Abu Musa Abdurrazzaq Al Jaza’iri hafizhahullah berkata, “Ahlus Sunnah wal
Jama’ah As Salafiyun senantiasa mencintai mereka (para sahabat) dan sering
menyebutkan berbagai kebaikan mereka. Mereka juga mendo’akan rahmat kepada
para sahabat, memintakan ampunan untuk mereka demi melaksanakan firman Allah
ta’ala (yang artinya), “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka mengatakan ;
Wahai Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului
kami dengan keimanan. Dan janganlah Kau jadikan ada rasa dengki di dalam hati kami
kepada orang-orang yang beriman, sesungguhnya Engkau Maha Lembut lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al Hasyr : 10) Dan termasuk salah satu prinsip yang diyakini oleh
Ahlus Sunnah As Salafiyun adalah menahan diri untuk tidak menyebut-nyebutkan
kejelekan mereka serta bersikap diam (tidak mencela mereka, red) dalam menanggapi
perselisihan yang terjadi di antara mereka. Karena mereka itu adalah pilar penopang
agama, panglima Islam, pembantu-pembantu Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,
penolong beliau, pendamping beliau serta pengikut setia beliau. Perbedaan yang
terjadi di antara mereka adalah perbedaan dalam hal ijtihad. Mereka adalah para
mujtahid yang apabila benar mendapatkan pahala dan apabila salah pun tetap
mendapatkan pahala. “Itulah umat yang telah berlalu. Bagi mereka balasan atas apa
yang telah mereka perbuat. Dan bagi kalian apa yang kalian perbuat. Kalian tidak akan
ditanya tentang apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Baqarah : 141). Barangsiapa
33
yang mendiskreditkan para sahabat maka sesungguhnya dia telah menentang dalil Al
Kitab, As Sunnah, Ijma’ dan akal.” (Al Is’aad fii Syarhi Lum’atil I’tiqaad, hal. 77)
1. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Muhammad adalah utusan Allah beserta
orang-orang yang bersamanya adalah bersikap keras kepada orang-orang kafir
dan saling menyayangi sesama mereka. Engkau lihat mereka itu ruku’ dan
sujud senantiasa mengharapkan karunia dari Allah dan keridhaan-Nya.” (QS. Al
Fath)
2. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Bagi orang-orang fakir dari kalangan
Muhajirin yang diusir dari negeri-negeri mereka dan meninggalkan harta-harta
mereka karena mengharapkan keutamaan dari Allah dan keridhaan-Nya demi
menolong agama Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.
Sedangkan orang-orang yang tinggal di negeri tersebut (Anshar) dan beriman
sebelum mereka juga mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin) dan di dalam hati mereka tidak ada rasa butuh terhadap apa yang
mereka berikan dan mereka lebih mengutamakan saudaranya daripada diri
mereka sendiri walaupun mereka juga sedang berada dalam kesulitan.” (QS. Al
Hasyr : 8-9)
3. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Allah telah ridha kepada orang-
orang yang beriman (para sahabat Nabi) ketika mereka berjanji setia kepadamu
di bawah pohon (Bai’atu Ridwan). Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati
mereka. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada mereka dan
membalas mereka dengan kemenangan yang dekat.” (QS. Al Fath : 18)
34
4. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang terlebih dulu
(berjasa kepada Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah telah ridha kepada mereka
dan mereka pun ridha mepada Allah. dan Allah telah mempersiapkan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal
di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. At
Taubah : 100)
5. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari dimana Allah tidak akan
menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya. Cahaya
mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. At Tahrim :)
(lihat Al Is’aad, hal. 77-78)
35
4. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mencela para
sahabatku maka dia berhak mendapatkan laknat dari Allah, laknat para
malaikat dan laknat dari seluruh umat manusia.” (Ash Shahihah : 234)
5. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Apabila disebutkan
tentang para sahabatku maka diamlah.” (Ash Shahihah : 24) (lihat Al Is’aad,
hal. 78)
Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullah berkata, “Para sahabat itu memiliki keutamaan
yang bertingkat-tingkat.
36
Yang paling utama di antara mereka adalah khulafa rasyidin yang empat; Abu
Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan Ali, radhiyallahu’anhum al jamii’. Mereka adalah
orang yang telah disabdakan oleh Nabi ‘alaihi shalatu wa salam, “Wajib bagi
kalian untuk mengikuti Sunnahku dan Sunnah khulafa rasyidin yang
berpetunjuk sesudahku, gigitlah ia dengan gigi geraham kalian.”
Kemudian sesudah mereka adalah sisa dari 10 orang yang diberi kabar
gembira pasti masuk surga selain mereka, yaitu : Abu ‘Ubaidah ‘Aamir bin Al
Jarrah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid, Zubeir bin Al Awwaam,
Thalhah bin Ubaidillah dan Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu’anhum.
Kemudian diikuti oleh Ahlul Badar, lalu
Ahlu Bai’ati Ridhwan, Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Allah
telah ridha kepada orang-orang yang beriman (para sahabat Nabi) ketika
mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon (Bai’atu Ridwan). Allah
mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Kemudian Allah menurunkan
ketenangan kepada mereka dan membalas mereka dengan kemenangan
yang dekat.” (QS. Al Fath : 18).
Kemudian para sahabat yang beriman dan turut berjihad sebelum terjadinya Al
Fath. Mereka itu lebih utama daripada sahabat-sahabat yang beriman dan
turut berjihad setelah Al Fath. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tidaklah
sama antara orang yang berinfak sebelum Al Fath di antara kalian dan turut
berperang. Mereka itu memiliki derajat yang lebih tinggi daripada orang-orang
yang berinfak sesudahnya dan turut berperang, dan masing-masing Allah
telah janjikan kebaikan (surga) untuk mereka.” (QS. Al Hadid : 10). Sedangkan
yang dimaksud dengan Al Fath di sini adalah perdamaian Hudaibiyah.
Kemudian kaum Muhajirin secara umum,
kemudian kaum Anshar. Sebab Allah telah mendahulukan kaum Muhajirin
sebelum Anshar di dalam Al Qur’an, Allah subhanahu berfirman (yang
artinya), “Bagi orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin yang diusir dari
negeri-negeri mereka dan meninggalkan harta-harta mereka karena
mengharapkan keutamaan dari Allah dan keridhaan-Nya demi menolong
agama Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al
Hasyr : 8). Mereka itulah kaum Muhajirin. Kemudian Allah berfirman tentang
kaum Anshar, Sedangkan orang-orang yang tinggal di negeri tersebut
(Anshar) dan beriman sebelum mereka juga mencintai orang-orang yang
berhijrah kepada mereka (Muhajirin) dan di dalam hati mereka tidak ada rasa
37
butuh terhadap apa yang mereka berikan dan mereka lebih mengutamakan
saudaranya daripada diri mereka sendiri walaupun mereka juga sedang
berada dalam kesulitan. Dan barangsiapa yang dijaga dari rasa bakhil dalam
jiwanya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al Hasyr : 9).
Allah mendahulukan kaum Muhajirin dan amal mereka sebelum kaum Anshar
dan amal mereka yang menunjukkan bahwasanya kaum Muhajirin lebih
utama. Karena mereka rela meninggalkan negeri tempat tinggal mereka,
meninggalkan harta-harta mereka dan berhijrah di jalan Allah, itu
menunjukkan ketulusan iman mereka…” (Ta’liq ‘Aqidah Thahawiyah yang
dicetak bersama Syarah ‘Aqidah Thahawiyah Darul ‘Aqidah, hal. 492-494)
38
kedua belah pihak (antara pihak ‘Ali dengan pihak Mu’awiyah, red), bukan bersumber
dari niat yang buruk. Sedangkan bagi seorang mujtahid apabila ia benar maka dia
berhak mendapatkan dua pahala, sedangkan apabila ternyata dia tersalah maka dia
berhak mendapatkan satu pahala. Dan polemik yang mencuat di tengah mereka
bukanlah berasal dari keinginan untuk meraih posisi yang tinggi atau bermaksud
membuat kerusakan di atas muka bumi; karena kondisi para sahabat
radhiyallahu’anhum tidak memungkinkan untuk itu. Sebab mereka adalah orang yang
paling tajam akalnya, paling kuat keimanannya, serta paling gigih dalam mencari
kebenaran. Hal ini selaras dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sebaik-
baik umat manusia adalah orang di jamanku (sahabat).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian maka jalan yang aman ialah kita memilih untuk diam dan tidak perlu
sibuk memperbincangkan polemik yang terjadi di antara mereka dan kita pulangkan
perkara mereka kepada Allah; sebab itulah sikap yang lebih aman supaya tidak
memunculkan rasa permusuhan atau kedengkian kepada salah seorang di antara
mereka.” (Mudzakkirah ‘alal ‘Aqidah Wasithiyah, hal. 82)
39
7. Kaum mukminin senantiasa mendo’akan mereka
8. Syafa’at dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan mereka adalah umat
manusia yang paling berhak untuk memperolehnya.
BAB IV
40
Pengertian dan Jejak Salafussoleh
Menurut bahasa (etimologi), Salaf ( ُ ) اَل َّسلَفartinya yang terdahulu (nenek moyang),
yang lebih tua dan lebih utama.Salaf berarti para pendahulu. Jika dikatakan ()سلَفُ الرَّ ج ُِل
َ
salaf seseorang, maksudnya kedua orang tua yang telah mendahuluinya.
Menurut istilah (terminologi), kata Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari
ummat (Islam) ini, yang terdiri dari para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan para
Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang dimuliakan
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam :
اس َقرْ نِيْ ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم
ِ خ ْي ُر ال َّن.
َ
“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Sahabat), kemudian
yang sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).”
Menurut al-Qalsyani: “Salafush Shalih adalah generasi pertama dari ummat ini yang
pemahaman ilmunya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan menjaga Sunnahnya. Allah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya
Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan menegak-kan agama-Nya…”
Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyuun bukanlah termasuk perkara bid’ah, akan
tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang syar’i karena menisbatkan diri kepada
generasi pertama dari ummat ini, yaitu para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
41
Ahlus Sunnah wal Jama’ah dikatakan juga as-Salafiyyuun karena mereka mengikuti
manhaj Salafush Shalih dari Sahabat dan Tabi’ut Tabi’in. Kemudian setiap orang yang
mengikuti jejak mereka serta berjalan berdasarkan manhaj mereka -di sepanjang
masa-, mereka ini disebut Salafi, karena dinisbatkan kepada Salaf. Salaf bukan
kelompok atau golongan seperti yang difahami oleh sebagian orang, tetapi merupakan
manhaj (sistem hidup dalam ber-‘aqidah, beribadah, berhukum, berakhlak dan yang
lainnya) yang wajib diikuti oleh setiap Muslim. Jadi, pengertian Salaf dinisbatkan
kepada orang yang menjaga keselamatan ‘aqidah dan manhaj menurut apa yang
dilaksanakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat Radhiyallahu
anhum sebelum terjadinya perselisihan dan perpecahan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat th. 728 H)berkata: “Bukanlah
merupakan aib bagi orang yang menampakkan manhaj Salaf dan menisbatkan dirinya
kepada Salaf, bahkan wajib menerima yang demikian itu karena manhaj Salaf tidak
lain kecuali kebenaran.”
Mereka yang menempuh seperti apa yang pernah ditempuh oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Disebut Ahlus
Sunnah, karena kuatnya (mereka) berpegang dan berittiba’ (mengikuti) Sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum.
As-Sunnah menurut bahasa (etimologi) adalah jalan/cara, apakah jalan itu baik atau
buruk. Sedangkan menurut ulama ‘aqidah (terminologi), As-Sunnah adalah petunjuk
yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabatnya, baik tentang ilmu, i’tiqad (keyakinan), perkataan maupun perbuatan. Dan
ini adalah As-Sunnah yang wajib diikuti, orang yang mengikutinya akan dipuji dan
orang yang menyalahinya akan dicela.
42
Artinya, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bainya
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisa : 115]
Allah mengancam dengan siksaaan neraka jahannam bagi siapa yang mengikuti
jalan selain jalan Salafush Shalih, dan Allah berjanji dengan surga dan keridhaan-
Nya bagi siapa yang mengikuti jalan mereka.
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang
hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya,
kemudian akan datang suatu kaum persaksian salah seorang dari mereka
mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (HR Bukhari
(3650), Muslim (2533))
43
2. Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya umat ini menjadi 73
golongan), beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثنتان، وسبعينs وإن هذه الملة ستفترق على ثالث، افترقوا على ثنتين وسبعين ملةs أهل الكتابs منsأال إن من قبلكم
s وهي الجماعة، وواحدة في الجنة،وسبعون في النار
Artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari Ahlul Kitab telah
berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Sesungguhnya (ummat) agama
ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua
golongan tempatnya di dalam Neraka dan hanya satu golongan di dalam Surga, yaitu
al-Jama’ah.”
[Shahih, HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi
(II/241), al-Ajurri dalam asy-Syarii’ah, al-Lalikai dalam as-Sunnah (I/113 no. 150).
Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu’a-wiyah
bin Abi Sufyan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan hadits ini shahih
masyhur. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-
Shahiihah (no. 203-204)]
Artinya, “Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang
aku dan para Sahabatku berjalan di atasnya.” [Hasan, HR. At-Tirmidzi (no. 2641) dan
al-Hakim (I/129) dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr, dan dihasankan oleh Syaikh al-
Albani dalam Shahiihul Jaami’ (no. 5343)]
Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi
73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan, yaitu yang mengikuti apa yang
telah dilaksanakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para
Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Jadi, jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti
Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (para Sahabat).
44
3. Hadits panjang dari Irbad bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda,
Artinya:
“Barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan melihat
perselisihan yang banyak, oleh sebab itu wajib bagi kalian berpegang dengan
sunnahku dan Sunnah Khulafaaur Rasyidin (para khalifah) yang mendapat petunjuk
sepeninggalku, pegang teguh Sunnah itu, dan gigitlah dia dengan geraham-
geraham, dan hendaklah kalian hati-hati dari perkara-perkara baru (dalam agama)
karena sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah
sesat” [Shahih, HR. Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), dishahihkan oleh Syeikh Al-
Albani dalam Shahihul Jami’ (1184, 2549)]
Artinya, “Ikutilah dan janganlah berbuat bid’ah, sungguh kalian telah dicukupi.” (Al-
Bida’ Wan Nahyu Anha (hal. 13))
45
hidup tidak akan aman dari fitnah, Adapun mereka yang telah wafat, merekalah para
Sahabat Rasulullah, mereka adalah ummat yang terbaik saat itu, mereka paling baik
hatinya, paling dalam ilmunya, paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang
dipilih Allah untuk menemani NabiNya, dan menegakkan agamaNya, maka kenalilah
keutamaan mereka, dan ikutilah jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada
di atas jalan yang lurus.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/97))
Imam Al Auza’i rahimahullah berkata,
“ غير ذلك فليس بعلمs كانs فما، وسلمs صلى هللا عليهs محمدs عن أصحابs جاءs ماs”العلم
Artinya, “Sebarkan dirimu di atas sunnah, dan berhentilah engkau dimana kaum itu
berhenti (yaitu para Shahabat Nabi), dan katakanlah dengan apa yang dikatakan
mereka, dan tahanlah (dirimu) dari apa yang mereka menahan diri darinya, dan
tempuhlah jalan Salafush Shalihmu (para pendahulumu yang shalih), karena
sesungguhnya apa yang engkau leluasa (melakukannya) leluasa pula bagi
mereka.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/29))
BAB V
46
Ajaran dan Tuntunan tentang Berbagi, Penegakan serta Keadilan Hukum dalam
Islam
Wawasan Keadilan Dalam Pespektif Islam
Dalam Islam, keadilan ilahi diabadikan dalam wahyu ilahi dan kebijaksanaan Nabi
yang disampaikan kepada umatnya. Wahyu,ditransmisikan dalam firman Allah, yang
ditemukan di dalam al-Qur'an, dan kebijaksanaan ilahi itu diucapkan dengan kata-kata
Nabi dan diumumkan sebagaisunnah. Ini dua sumber tekstual yang tersedia sebagai
bahan baku untuk hukum Islam dan Keadilan. Ibnu Taimiyah mengemukakan tentang
keadilan sebagai berikut:
Keadilan yang dimaksud merupakan keadilan yang bersifat syar‟i, yakni istiqamah. Adil
adalah semua hal yang ditunjukkan oleh Islam, yaitu al-Qur'an dan al-Sunnah, baik
dalam (hukum) muamalah yang berkaitan dengan sanksi ataupun hukum-hukum lain.
Secara umum apa yang dilarang oleh al-Qur'an dan al-Sunnah adalah kembali pada
realisasi adil dan larangan untuk berlaku zalim, misalnya makan harta yang bathil.217
Semua kekuasaan dalam Islam dimaksudkan untuk amar ma‟ruf nahi munkar, baik
yang berkenaan dengan kekuasaan besar seperti penggantian kekuasaan, maupun
yang lebih rendah seperti kepolisian, peradilan, kehartabendaan dan keuangan,
wilayah hisbah, dan lain-lain. Di antara pemegang kekuasan-kekuasaan tersebut ada
47
yang berkedudukan sebagai saksi kepercayaan yang dituntut untuk bersikap jujur,
seperti saksi di depan hakim, dan seperti petugas kantor yang bertugas menulis
pemasukan dan pengeluaran, sekretaris yang bertugas lebih luas lagi, dan seperti
pengawas yang bertugas memberikan laporan tentang berbagai hal. Di samping itu
ada pula yang kedudukannya sebagai orang kepercayaan yang ditaati, seperti kepala
pemerintahan, hakim, dan muhtasib (penguasa wilayah hisbah). Mereka dituntut
berlaku adil dan benar dalam semua yang mereka katakana dan kerjakan untuk
memperbaiki semua keadaan. Keadilan dan kebenaran atau kejujuran ini harus selalu
seiring sejalan dan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan.218 Allah akan
menjunjung negara yang adil meskipun kafir dan tidak menjunjung negara yang
tidak adil sekalipun Muslim dan bahwa dunia akan dapat terus bertahan dengan
keadilan sekalipun kafir dan tidak akan bertahan dengan ketidakadilan sekalipun Islam.
Penegakan keadilan ada yang cukup dengan petunjuk dari al-Qur'an dan neraca
keadilan (mizan), dan sebaliknya dengan kekuasaan (besi).
Keadilan sebagai hasil pokok tauhid atau keimanan kepada Allah SWT. Segala
sesuatu yang baik adalah komponen dari keadilan dan segala sesuatu yang buruk
adalah komponen dari kezaliman dan penindasan. Karena itu, berbuat adil kepada apa
pun dan siapa pun merupakan keharusan bagi siapa saja dan kezaliman tidak boleh
ditimpakan kepada apa pun dan siapa pun.Sebagian dari ajaran al-Qur'an adalah
menegakkan keadilan dengan menggunakan kekuasaan. Oleh karena itu, penegasan
ajaran agama bisa dilakukan dengan mushaf dan kekuasaann. Tidak perlu diragukan
dan diperdebatkan lagi bahwa Allah menyuruh berbuat adil atau Dia adalah Pelaku
keadilan. Imam al-Qurthubi memaknai keadilan bahwa setiap apa saja yang diwajibkan
baik berupa akidah Islam maupun hukum Islam. Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya
untuk menerapkan al-Qur'an serta menegakkan keadilan, memerintahkan bertobat dan
menjalankan syariat sebelum datang secara tiba-tiba hari perhitungan (kiamat).
Sedangkan al-Mawardi melihat sistem pajak harus menerapkan keadilan baik kepada
pembayar pajak maupun kepada bait almal. Menuntut lebih dari adalah berlaku tidak
adil terhadap hak rakyat, sementara meminta lebih rendah juga tidak fair terhadap hak
baitul mal. Keadilan komprehensip menanamkan rasa saling mencintai dan kasih
sayang, ketaatan kepada hukum, pembangunan negara, perluasan kekayaan,
pertumbuhan keturunan, dan kemanan kedaulatan, dan tidak ada unsur yang lebih
cepat menghancurkan dunia dan nurani manusia selain kezaliman.
48
Asas-asas menegakkan keadilan dalam Islam:
1. Kebebasan jiwa yang mutlak. Islam menjamin kebebasan jiwa dengan kebebasan
penuh,yang tidak hanya pada segi maknawi atau segi ekonominya semata melainkan
ditujukan pada dua segi itu secara keseluruhan. Islam membebaskan jiwa dari bentuk
perbudakan, berupa kultus individu dan ketakutan terhadap kehidupan, rezeki dan
kedudukan. Orang yang dihormati adalah orang yang bertakwa, orang-orang yang
“beriman dan beramal saleh”
2. Persamaan kemanusiaan yang sempurna. Dalam Islam tidak ada kemuliaan bagi
orang yang berasal dari kaum bangsawan berdarah biru dibanding dengan orang
biasa. Islam datang untuk menyatakan kesatuan jenis manusia, baik asal maupun
tempat berpulangnya, hak dan kewajibannya di hadapan undang-undang dan di
hadapan Allah.
Pada dasarnya, semua bidang kehidupan harus terjangkau oleh keadilan, mulai dari
keadilan terhadap diri sendiri dan keluarga terdekat, mulai dari keadilan terhadap diri
sendiri dan keluarga terdekat, keadilan dalam bidang hukum dan peradilan, keadilan
dalam bidang ekonomi, bahkan keadilan dalam bersikap terhadap musuh. Hukum-
hukum yang diberlakukan terhadap masyarakat haruslah merupakan penerjemahan
dari rasa dan nilai-nilai keadilan tersebut.
Keadilan merupakan sebuah prinsip yang teramat penting dan memiliki kedudukan
tinggi dalam Islam.180 Kata „adil‟ digunakan dalam empat hal, yaitu keseimbangan,
persamaan dan nondiskriminasi, pemberian hak kepada pihak yang berhak, dan
pelimpahan wujud berdasarkan tingkat dan kelayakan. Keadilan ilahi berarti bahwa
setiap maujud mengambil wujud dan kesempurnaan wujudnya sesuai dengan yang
layak dan yang mungkin untuknya.181
49
dirumuskan dengan berpegang teguh pada hukum ilahi atau kehendak Allah SWT
yang dirumuskan oleh para ulama untuk dijadikan hukum dalam hidup bersama
sebagai warga negara.184 Keadilan merupakan cita-cita kolektivistik yang memandang
keadilan sebagai hubungan harmonis dengan berbagai organisme sosial. Setiap warga
negara harus melakukan tugasnya sesuai dengan posisi dan sifat alamiahnya.
Sedekah menjadi salah satu sifat yang sangat disenangi oleh Allah SWT. Bahkan,
dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda mengenai keutamaan
sedekah bisa menjaga diri dari api neraka
"Jaga lah diri kali dari neraka sekalipun hanya sedekah setengah biji kurma.
Barangsiapa yang tak mendapatkannya, maka ucapkan lah perkataan yang baik."
Artinya: Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.
Selain itu, ada juga hadits riwayat Bukhari yang menjelaskan keutamaan sedekah bisa
menjadikan sebuah harta yang besar layaknya gunung.
Rasulullah bersadba, "Barangsiapa bersedekah senilai satu biji kurma yang berasal
dari mata pencaharian yang baik, dan Allah tidak akan menerima kecuali yang baik.
Maka sesungguhnya Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, kemudian
50
dipelihara untuk pemiliknya sebagaimana seseorang di antara kalian memelihara anak
kuda, sehingga sedekah itu menjadi besar seperti gunung."
"Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tangan di atas adalah yang
memberi dan tangan di bawah adalah yang meminta."
Selain itu, dalam hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim dalam buku 'Dikerjar
Rezeki dari Sedekah' karya Fahrur Muls ketika amal manusia saling membanggakan
diri, sedekah berkata "Aku adalah amal kalian yang paling utama. Ini sebagian
perkataan Umar bin Khatab, "Sesungguhnya, amal-amal itu saling membanggakan diri,
maka sedekah pun berkata, 'Aku adalah amal kalian yang paling uatam."
51
DAFTAR PUSTAKA
https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html
https://www.euromoslim.org/definisi-salaf/
https://tafsirweb.com
52
muhammad, Asy-syaikh al-fatih,dan Abdus Salam,2009.Aqidah Muslim Dalam
Tinjauan al-Qur’an dan As-Sunnah.Bekasi.Maktabah Daar El-Salam
53
LAMPIRAN
54
55
56
57