Pendapatan Nasional PDF
Pendapatan Nasional PDF
K-13 e
l
a
s
ekonomi XI
PENDAPATAN NASIONAL
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep pendapatan nasional,
metode penghitungan pendapatan nasional, dan ukuran kemakmuran masyarakat.
Kekayaan suatu negara diukur oleh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dalam jangka
waktu tertentu. Suatu negara dapat saja dikatakan kaya karena mempunyai hutan-hutan
dan hasil alam yang dapat menghasilkan kayu, bahan galian, barang tambang, dan
sebagainya. Oleh karena itu, jumlah barang dan jasa yang dihasilkan negara dalam waktu
satu tahun merupakan gambaran kekayaan yang sesungguhnya. Keseluruhan barang dan
jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam satu tahun disebut pendapatan nasional.
Setiap negara memiliki suatu sistem penghitungan pendapatan nasional. Sistem tersebut
merupakan suatu cara pengumpulan informasi penghitungan terhadap hal-hal sebagai
berikut.
a. Nilai berbagai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara.
b. Nilai berbagai jenis pengeluaran atas produk nasional.
1
c. Jumlah pendapatan yang diterima oleh berbagai faktor produksi yang digunakan
untuk menciptakan produk nasional tersebut.
Perhitungan PDB dalam wilayah yang lebih sempit disebut dengan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). Setiap daerah, baik dalam lingkup provinsi maupun kabupaten
dapat menghitung jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh wilayahnya dalam waktu
satu tahun. Dengan menghitung PDRB di wilayahnya masing-masing, setiap daerah dapat
mengukur hasil-hasil pembangunan yang dicapainya.
Selisih antara PFLN dengan PFDN inilah yang disebut dengan Pendapatan Faktor Neto
Luar Negeri (PFNLN). Dengan demikian dapat juga dikatakan:
2
Sebagai negara berkembang, angka GDP Indonesia (PDB) tentu lebih besar dari GNP-nya.
Hal ini disebabkan karena negara berkembang mengalami masalah kekurangan modal
sehingga perlu mendatangkan modal atau investasi dari luar negeri.
3
f. Pendapatan Disposabel (Disposable Income)
Setelah pendapatan perseorangan dikurangi dengan pajak penghasilan atau pajak
langsung, maka akan diperoleh pendapatan disposabel atau Disposable Income (DI).
Pendapatan disposabel atau yang sering juga disebut dengan pendapatan yang siap
dibelanjakan merupakan faktor penentu yang penting dari tingkat konsumsi dan
tabungan dalam suatu perekonomian. Rumus dari DI adalah:
DI = PI – Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang pembayarannya tidak dapat dialihkan kepada pihak
lain. Contoh pajak langsung adalah Pajak Penghasilan (PPh).
Contoh Soal:
Perhatikan data ini (dalam triliun Rupiah)
• GDP 1.500
• Pajak langsung 260
• Pajak tidak langsung 60
• Laba ditahan 200
• Pembayaran transfer 160
• Asuransi sosial 40
• Penyusutan 150
• GNP 1.450
Berdasarkan data tersebut, hitunglah nilai Disposible Income (DI).
a. Pendekatan Produksi
Pendekatan ini menghitung seluruh nilai tambah dari barang/jasa yang dihasilkan dalam
suatu sektor tertentu. Rumus yang digunakan adalah:
4
Keterangan:
GNP = Pendapatan Nasional Bruto
PnQn = Nilai tambah sektor riil produksi n
Pn = harga barang dan jasa
Qn = jumlah barang dan jasa
Contoh Soal:
Diketahui suatu negara memproduksi benang dengan nilai atau harga 24 miliar rupiah,
kain 48 miliar rupiah, pakaian jadi 80 miliar rupiah, dan kapas 8 miliar rupiah. Berapa
pendapatan nasional negara tersebut jika dihitung dengan pendekatan produksi?
Jawaban :
b. Pendekatan Pendapatan
Pendekatan ini menghitung seluruh balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor produksi
akibat dari penyerahan faktor produksi kepada produsen. Faktor produksi merupakan
segala sesuatu yang dibutuhkan produsen dalam menghasilkan barang dan jasa.
Faktor produksi disediakan oleh rumah tangga konsumen sehingga dalam pendekatan
5
penerimaan, seluruh pendapatan tersebut diakumulasikan. Rumus yang digunakan
adalah:
Y=r+w+i+p
Keterangan:
GNP = Pendapatan Nasional Bruto
r = rent (sewa) → balas jasa pemilik faktor produksi alam
w = wage (upah) → balas jasa pemilik faktor produksi tenaga kerja
i = interest (bunga modal) → balas jasa pemilik faktor produksi modal
p = profit (laba) → balas jasa pemilik faktor produksi skill
c. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan ini menghitung seluruh pengeluaran yang dikeluarkan oleh sektor rumah
tangga suatu negara seperti konsumsi masyarakat, investasi pengusaha, pengeluaran
pemerintah, dan selisih ekspor-impor atau sektor rumah tangga luar negeri. Itulah yang
disebut dengan perekonomian empat sektor (RTK, RTP, Pemerintah, dan Masyarakat Luar
Negeri). Rumus yang digunakan adalah:
Y = C + I + G + (X – M)
Keterangan:
GNP = Pendapatan Nasional Bruto
C = konsumsi perorangan
I = investasi
G = pengeluaran konsumsi pemerintah/government expenditure
X = ekspor
M = impor
Contoh Soal:
Diketahui data suatu negara sebagai berikut (dalam miliar rupiah) :
• Hasil sewa 3.750
• Konsumsi masyarakat 3.450
• Pendapatan bunga 2.850
6
• Investasi 950
• Laba usaha 1.300
• Pengeluaran pemerintah 2.650
• Ekspor 1.250
• Gaji 650
• Impor 850
• Harga barang 370
Berdasarkan data tersebut, berapa pendapatan nasional dengan pendekatan penerimaan
dan pengeluaran?
Oleh karena kelemahan tersebut, ukuran yang secara internasional dipakai untuk
mengukur taraf hidup atau kemakmuran serta membandingkannya dengan negara-
negara lain adalah GNP per kapita atau pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita
adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada waktu tertentu. Rumus mencari
pendapatan per kapita adalah:
7
Keberhasilan pembangunan tidak cukup hanya diukur dengan tingkat dan laju
pertumbuhan GNP serta pendapatan per kapita. Perlu juga dilihat pembagian pendapatan
di antara para warga masyarakatnya, yaitu siapa mendapat berapa dan siapa yang
beruntung. Ada dua cara yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan
distribusi pendapatan, yaitu koefisien gini dan kriteria bank dunia. Bank Dunia membagi
penduduk dalam tiga kelompok yaitu sebagai berikut.
a. 40% berpendapatan rendah
b. 40% berpendapatan menengah
c. 20% berpendapatan tinggi
80
70
60
50
40
30
20
10
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Cumulative population share (%)
8
pemerataan distribusi pendapatan. Makin besar luas daerah A, distribusi makin tidak
merata. Sebaliknya, apabila luas daerah A makin kecil, pendapatan akan makin merata.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan distribusi pendapatan dikatakan makin merata
apabila nilai koefisien gini makin kecil atau mendekati nol (0). Koefisien gini merupakan
perbandingan antara luas bidang A dengan luas segitiga 0AB. Distribusi pendapatan
makin merata apabila nilai koefisien gininya mendekati satu (1). Cara perhitungannya
sebagai berikut.
LuasBidang A
Koefisien Gini=
Luas Segitiga0AB