Anda di halaman 1dari 37

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SATUAN PENDIDIKAN : SMA NUSANTARA LUBUKPAKAM

MATA PELAJARAN : MATEMATIKA WAJIB

KELAS / SEMESTER : XII MIA / GANJIL

TAHUN PELAJARAN : 2019 / 2020

ALOKASI WAKTU : 12 JP ( 3X PERTEMUAN )

A. Tujuan Pembelajaran

Kompetensi Dasar Tujuan Pembelajaran


3.1 Menganalisis hubungan Melalui kegiatan pembelajaran berbasis Scientific
kesebangunan dan Learning peserta didik dapat Menganalisis
kekongruenan antar hubungan kesebangunan dan
bangun datar dengan kekongruenan antar bangun datar dengan
menggunakan aturan sinus dan cosinus
menggunakan aturan
serta sifat-sifat transformasi geometri,
sinus dan cosinus serta Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
sifat-sifat transformasi hubungan kesebangunan dan kekongruenan
geometri antar bangun datar dengan menggunakan
aturan sinus dan cosinus serta sifat-sifat
transformasi geometri sehingga peserta didikdapat
4.1 Menyelesaikan masalah menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
yang berkaitan dengan dianutnya, mengembangkan sikap jujur dan kepedulian
hubungan kesebangunan
dan kekongruenan antar
bangun datar dengan
menggunakan aturan
sinus dan cosinus serta
sifat-sifat transformasi
geometri

B. Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan Inti Penutup


Peserta didik bersama guru 1. Menyanyikan lagu Indonesia Perserta didik membuat
melakukan do’a bersama Raya simpulan tentang Jarak
2. Menyiapkan peserta didik antar titik, jarak titik ke
secara fisik dan psikis dengan
cara berdoa bersama, garis dan jarak titik ke
mengatur tempat duduk bidang
terlebih dahulu, memeriksa
kebersihan kelas, kemudian
berdoa dilanjutkan kegiatan
mengabsen.

Peserta didik dibimbing guru 1. Membuat pola Peserta didik memberikan


memamparkan pembelajaran hubungan apresiasi, melakukan peniliain,
pertemuan sebelumnya informasi/data yang dan evaluasi dengan bimbingan
diperoleh untuk guru
menyimpulkan
tentang geometri
bangun datar
Peserta didik menyampaikan Peserta Didik memaparkan dan Guru menyampaikan materi
materi yang akan dipelajari menyelesaikan permasalahan pembelajaran yang akan dibahas
geometri bangun datar untuk pertemuan selanjutnya
berdasarkan kesimpulan dan dan bersama peserta didik
laitihan yang diberikan berdo’a sebagai penutup

c. Penilaian Pembelajaran

Apapun penilaian pembelajaran yang dilakukan meliputi penilian sikap, penilaian pengetahuan berupa
tes tertulis dan lisan, penilaian kinerja dan penilaian portofolio

Mengetahui Lubukpakam, 17 Januari 2020

Kepala Sekolah SMA NUSANTARA Guru Mata Pelajaran

Dra. Dameria Marpaung KAMILA HARAHAP S, Pd


1. Teknik dan Bentuk Instrumen
Teknik Bentuk Instrumen
A. Pengamatan Sikap  Lembar pengamatan (Observasi) sikap dan rubrik
B. Tes Unjuk Kerja  Lembar penilaian diskusi / presentasi dan rubrik
C. Tes Tertulis  Tes pilihan dan uraian

2. Instrumen
A. Lembar pengamatan sikap
N Aspek yang dinilai Skor keterangan
O 3 2 1
1 Menunjukkan rasa syukur dalam rangka pemenuhan
kebutuhan
2 Menunjukkan kemampuan dan keterampilan belajar
dan melakukan proses belajar yang efektif
3 Menunjukkan sikap ketekunan dalam melakukan
pengamatan dan diskusi
4 Menunjukkan ketekunan dan tanggung jawab dalam
belajar dan bekerja baik secara individu maupun
berkelompok
Rubrik Penilaian Sikap
No Aspek yang dinilai rubrik
1 Menunjukkan rasa syukur 3 Menunjukan rasa syukur dengan ekspresi
dalam rangka pemenuhan setuju bekerja keras dan bertanggung jawab
kebutuhan dengan sumber daya yang ada, misalnya rajin.
Belum secara eksplisit menunjukan rasa
2 syukur dengan ekspresi setuju bekerja keras
dan bertanggung jawab dengan sumber daya
yang ada, misalnya rajin.
Tidak menunjukan rasa syukur dengan
ekspresi setuju bekerja keras dan bertanggung
1 jawab dengan sumber daya yang ada, misalnya
rajin
2 Menunjukkan kemampuan 3 Menunjukan kemampuan dan keterampilan
dan keterampilan belajar belajar yang besar, antusias, terlibat aktif dan
dan melakukan proses menunjukkan kreatifitas dalam kegiatan
belajar yang efektif kelompok.
Belum menunjukan kemampuan dan
2 keterampilan belajar yang besar, antusias,
terlibat aktif dan menunjukkan kreatifitas
dalam kegiatan kelompok
Tidak menunjukan kemampuan dan
keterampilan belajar yang besar, antusias,
terlibat aktif dan menunjukkan kreatifitas
1 dalam kegiatan kelompok
3 Menunjukkan sikap 3 Tekun dalam melakukan pengamatan dan
ketekunan dalam diskusi
melakukan pengamatan
dan diskusi 2 Kurang tekun dalam melakukan pengamatan
dan diskusi
Tidak tekun/ pasif dalam melakukan
1 pengamatan dan diskusi
4 Menunjukkan ketekunan 3 Tekun dalam menyelesaikan tugas dengan
dan tanggung jawab dalam hasil terbaik yang bisa dilakukan, berupaya
belajar dan bekerja baik tepat waktu.
secara individu maupun Berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan
berkelompok 2 tugas dengan hasil terbaik yang bisa
dilakukan, berupaya tepat waktu.
Tidak berupaya sungguh–sungguh dalam
1 menyelesaikan tugas dengan hasil terbaik yang
bisa dilakukan, berupaya tepat waktu.

b. Lembar Penilaian Diskusi

N NAMA ASPEK PENGAMATAN Jumlah nilai Ket.


O SISWA skor
Kerja Sikap toleransi aktivitas Menghargai presentasi
sama berpendapat pendapat
teman

Keterangan Skor:
Masing – masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

a. Penilaian Pengetahuan
Instrumen Tes Essay

1.Kubus ABCD.EFGH memiliki panjang rusuk 16 cm. Titik N terletak di tengah garis CG dan
titik M terletak di tengah garis AE. Tentukan jarak dari titik M ke bidang BDN.

2.Diketahui sebuah Balok memiliki perbandingan rusuk-rusuk = 3 : 6 : 2. Panjang diagonal


ruangnya adalah 21 cm. Maka Volume balok tersebut adalah ?

3.
1. Balok ABCD. EFGH dengan panjang AB = BC = 3 cm dan AE = 5 cm. P terletak
pada AD sehingga AP : PD = 1 : 2 dan Q terletak pada EG sehingga FQ : QG = 2 :
1. Jika α adalah sudut antara PQ dengan ABCD, maka tan α adalah ...

Kunci Jawaban dan Score

No Kunci Jawaban Score

1 1. Ada 3 langkah penyelesaian: 15


 Perluas bidang BDN sehingga ‘mengalasi’ titik M
 Proyeksikan/jatuhkan bayangan titik M (secara
tegak lurus) pada perluasan bidang BDN, misal ke
titik O
 Gunakan segitiga siku-siku OMN untuk mencari
jarak M ke bidang BDN, yaitu panjang MO.

 pengetahuan yang dibutuhkan:

1. Dalil Phytagoras
2. Identitas Trigonometri

Fokus ke segitiga MNO

Segitiga MNO adalah segitiga siku-siku, sehingga berlaku dalil


phytagoras.

Panjang MO dapat diketahui jika MN & NO diketahui.

Sayangnya, hanya panjang MN yang diketahui yaitu  ,


karena MN merupakan diagonal sisi, seperti halnya AC dan EG.
Sedangkan panjang NO tidak diketahui.

Alternatif:

Karena segitiga MNO adalah segitiga siku-siku, identitas


trigonometri juga berlaku.

Panjang MO dapat diketahui jika nilai sin(sudut MNO) yaitu


sin(NO,MN) diketahui.
dan lagi-lagi hanya MN yang diketahui sedangkan MO belum.

Namun perhatikan sudut NPC.

Fokus ke segitiga NPC

Sudut NPC adalah sudut yang berseberangan dalam dengan


sudut MNO, ini artinya mereka sama besar.

NPC = MNO, sehingga sin(NPC) = sin(MNO)

Sudut NPC merupakan salah satu sudut pada segitiga siku-siku


NPC.

Segitiga NPC adalah segitiga siku-siku,


sehingga berlaku dalil phytagoras.

Sehingga panjang
NP = 

Karena

maka

Karena sin(NPC) = sin(MNO),

maka sin(MNO) =

Fokus ke segitiga MNO


Sehingga jarak titik M ke bidang BDN

adalah panjang MO, yaitu   cm.

2. Perhatikan gambar di bawah ini. 5

Jadi Volume Balok


tersebut adalah 972 cm³.

3. 15
4. 5

Sudut antara AG dengan bidang alas ABCD adalah α.


rusuk = a = 6
CG = a = 6
AG = a√3 = 6√3

Perhatikan Δ ACG siku-siku di C


sin α = CGAG = 66√3 = 13√3

TOTAL PENILAIAN 40

skor
Nilai= x 100
Total penilaian

a. lembar Penilaian Ketrampilan


Indikator : Menyajikan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan kesebangunan dan kekongruenan
bangun datar

Instrumen :
Carilah persoalan sederhana yang dapat dilakukan para siswa dalam permainan atau pun
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Rubrik Penilaian
Menilai laporan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan kesebangunan dan kekongruenan
bangun datar
Mempresentasikan hasil penyelesaian masalah yang berkaitan dengan kesebangunan dan
secara tertulis dengan benar.
kekongruenan bangun datar

NO NAMA SISWA KELENGKAPA KESESUAIN NILAI KETERANGAN


N RUMUS

Keterangan skor:
Masing – masing kolom diisi dengan kriteria:
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Lampiran 2

Materi pembelajaran

Materi Ruang Dimensi Tiga Matematika Tentang jarak, Sudut,


dan Volume Bangun Ruang

Jarak
Garis tegak lurus bidang
Merupakan sebuah garis yang posisinya tegak lurus pada suatu bidang dimana garis
tersebut tegak lurus terhadap setiap garis yang ada pada bidang tersebut.

Jarak titik dan garis


Jarak titik A dengan garis G merupakan panjang ruas dari garis AA' dimana titik A'
merupakan proyeksi dari A pada g.

Jarak titik dan bidang


Jarak antara titik A dan bidang merupakan panjang dari ruas garis AA' dimana titik A'
adalah proyeksi dari titik A pada bidang.
Jarak antara dua garis sejajar
Untuk mengetahui jarak antara dua garis sejajar, kita harus menggambar sebuah garis
lurus diantara keduanya. Jarak titik potong yang dihasilkan merupakan jarak dari kedua
garis itu.

Jarak garis dan bidang yang sejajar


Untuk menentukan jarak antara garis dan bidang adalah dengan membuat proyeksi
garis pada bidang. Jarak antara garis dengan bayangannya adalah jarak garis terhadap
bidang.

Jarak antar titik sudut pada kubus


Jarak antar titik sudut pada kubus dapat diketahui melalui rumus:

diagonal  sisi     AC = a√2


diagonal  ruang CE = a√3
ruas garis          EO = a/2√6

Penting untuk diingat:


ketika kalian ingin menentukan jarak, hal yang pertama kali harus kalian lakukan adalah
membuat garis-garis bantu yang membentuk segitiga. dengan begitu kalian akan lebih
mudah dalam mencari jarak yang ditanyakan di dalam soal.

Sudut
Sudut antara garis dan bidang
Sudut antara garis dan bidang adalah sudut yang terbentuk antara garis dengan
bayangannya apabila garis itu diproyeksikan terhadap bidang yang ada di bawahnya.

Sudut antara dua bidang


Sudut antara dua bidang merupakan sudut yang terbentuk oleh dua buah garis lurus
yang posisinya tegak lurus dengan garis potong pada bidang α dan β

Penting untuk diingat:


Ketika kalian ingin menentukan sudut, hal paling pertama yang harus kalian lakukan
adalah menentukan terlebih dahulu titik potong diantara dua obyek yang akan dicari
sudutnya, setelah itu buatlah garis-garis bantu yang membentuk segitiga.
Pada dasarnya, konsep perhitungan volume bangun ruang sangatlah sederhana.
Kebanyakan volume bangun ruang dihitung dengan cara mengalikan luas alas dengan
tinggi dari bangun ruang tersebut. Konsep ini berlaku untuk semua bangun ruang
terkecuali kerucut dan limas karena luas atap dan luas alasnya tidak memiliki kesamaan.
Simak lebih lanjut pembahasan mengenai rumus volume bangun ruang untuk siswa smp
kelas 9 berikut ini:

Source: Google Images

Rumus volume kubus


Mencari volume kubus sangatlah mudah karena seluruh sisi kubus memiliki luas dan
ukuran yang sama. Jadi untuk mengetahui volime dari sebuah kubus cukup dengan
menggunakan rumus sisi x sisi x sisi atau luas satu sisi kubus dipangkatkan

3.Rumus volume balok


Untuk mencari volume balok maka kita harus mencaru luas alasnya terlebih dulu, baru
setelah itu dikalikan dengan tinggi dari balok tersebut. Luas alas balok dapat dihitung
dengan rumus panjang x lebar. Jadi, rumus untuk mencari volume kubus adalah panjang
x lebar x tinggi (p x l x t).
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SATUAN PENDIDIKAN : SMA NUSANTARA LUBUKPAKAM

MATA PELAJARAN : MATEMATIKA WAJIB

KELAS / SEMESTER : XII IPS / GANJIL

TAHUN PELAJARAN : 2019 / 2020

ALOKASI WAKTU : 12 JP ( 3X PERTEMUAN )

A. Tujuan Pembelajaran

Kompetensi Dasar Tujuan Pembelajaran


3.1 Menganalisis aturan pencacahan Melalui kegiatan pembelajaran berbasis Scientific
(aturan penjumlahan, aturan Learning peserta didik dapat Menganalisis aturan
perkalian, permutasi, dan kombinasi) pencacahan (aturan penjumlahan, aturan perkalian,
melalui masalah kontekstual permutasi, dan kombinasi) melalui masalah
4.1 Menyelesaikan masalah kontekstual, Menyelesaikan masalah kontekstual yang
kontekstual yang berkaitan dengan berkaitan dengan kaidah pencacahan (aturan
kaidah pencacahan (aturan penjumlahan, aturan perkalian, permutasi, dan
penjumlahan, aturan perkalian, kombinasi) sehingga peserta didikdapat menghayati dan
permutasi, dan kombinasi) mengamalkan ajaran agama yang dianutnya,
mengembangkan sikap jujur dan kepedulian

B. Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan Inti Penutup


Peserta didik bersama guru 1. Menyanyikan lagu Indonesia Perserta didik membuat
melakukan do’a bersama Raya simpulan tentang kaidah
2. Menyiapkan peserta didik pencacahan, kombinasi
secara fisik dan psikis dengan
cara berdoa bersama, dan permuatasi
mengatur tempat duduk
terlebih dahulu, memeriksa
kebersihan kelas, kemudian
berdoa dilanjutkan kegiatan
mengabsen.

Peserta didik dibimbing guru 1. Membuat pola Peserta didik memberikan


memamparkan pembelajaran hubungan apresiasi, melakukan peniliain,
pertemuan sebelumnya informasi/data yang dan evaluasi dengan bimbingan
diperoleh untuk guru
menyimpulkan
tentang kaidah
penjumlahan, kiadah
perkalian , permutasi
dan kombinasi

Peserta didik menyampaikan Peserta Didik memaparkan dan Guru menyampaikan materi
materi yang akan dipelajari menyelesaikan permasalahan pembelajaran yang akan dibahas
kaidah pencacahan berdasarkan untuk pertemuan selanjutnya dan
kesimpulan dan laitihan yang bersama peserta didik berdo’a
diberikan sebagai penutup
c. Penilaian Pembelajaran

Apapun penilaian pembelajaran yang dilakukan meliputi penilian sikap, penilaian pengetahuan berupa
tes tertulis dan lisan, penilaian kinerja dan penilaian portofolio

Mengetahui Lubukpakam, 17 Januari 2020

Kepala Sekolah SMA NUSANTARA Guru Mata Pelajaran

Dra. Dameria Marpaung Sungkunan Manurung, S.Pd


Lampiran-lampiran :

3. Teknik dan Bentuk Instrumen


Teknik Bentuk Instrumen
B. Pengamatan Sikap  Lembar pengamatan (Observasi) sikap dan rubrik
C. Tes Unjuk Kerja  Lembar penilaian diskusi / presentasi dan rubrik
D. Tes Tertulis  Tes pilihan dan uraian

4. Instrumen
E. Lembar pengamatan sikap
N Aspek yang dinilai Skor keterangan
O 3 2 1
1 Menunjukkan rasa syukur dalam rangka pemenuhan
kebutuhan
2 Menunjukkan kemampuan dan keterampilan belajar
dan melakukan proses belajar yang efektif
3 Menunjukkan sikap ketekunan dalam melakukan
pengamatan dan diskusi
4 Menunjukkan ketekunan dan tanggung jawab dalam
belajar dan bekerja baik secara individu maupun
berkelompok
Rubrik Penilaian Sikap
No Aspek yang dinilai rubrik
1 Menunjukkan rasa syukur 3 Menunjukan rasa syukur dengan ekspresi
dalam rangka pemenuhan setuju bekerja keras dan bertanggung jawab
kebutuhan dengan sumber daya yang ada, misalnya rajin.
Belum secara eksplisit menunjukan rasa
2 syukur dengan ekspresi setuju bekerja keras
dan bertanggung jawab dengan sumber daya
yang ada, misalnya rajin.
Tidak menunjukan rasa syukur dengan
ekspresi setuju bekerja keras dan bertanggung
1 jawab dengan sumber daya yang ada, misalnya
rajin
2 Menunjukkan kemampuan 3 Menunjukan kemampuan dan keterampilan
dan keterampilan belajar belajar yang besar, antusias, terlibat aktif dan
dan melakukan proses menunjukkan kreatifitas dalam kegiatan
belajar yang efektif kelompok.
Belum menunjukan kemampuan dan
2 keterampilan belajar yang besar, antusias,
terlibat aktif dan menunjukkan kreatifitas
dalam kegiatan kelompok
Tidak menunjukan kemampuan dan
keterampilan belajar yang besar, antusias,
terlibat aktif dan menunjukkan kreatifitas
1 dalam kegiatan kelompok
3 Menunjukkan sikap 3 Tekun dalam melakukan pengamatan dan
ketekunan dalam diskusi
melakukan pengamatan
dan diskusi 2 Kurang tekun dalam melakukan pengamatan
dan diskusi
Tidak tekun/ pasif dalam melakukan
1 pengamatan dan diskusi
4 Menunjukkan ketekunan 3 Tekun dalam menyelesaikan tugas dengan
dan tanggung jawab dalam hasil terbaik yang bisa dilakukan, berupaya
belajar dan bekerja baik tepat waktu.
secara individu maupun Berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan
berkelompok 2 tugas dengan hasil terbaik yang bisa
dilakukan, berupaya tepat waktu.
Tidak berupaya sungguh–sungguh dalam
1 menyelesaikan tugas dengan hasil terbaik yang
bisa dilakukan, berupaya tepat waktu.

c. Lembar Penilaian Diskusi

ASPEK PENGAMATAN Jumlah


nilai Ket.
N NAMA skor
Menghargai
O SISWA Kerja Sikap
toleransi aktivitas pendapat presentasi
sama berpendapat
teman

Keterangan Skor:
Masing – masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

b. Penilaian Pengetahuan
Instrumen Tes Pilihan Ganda

1. Perumusan permutasi siklis dinyatakan dengan ...


n!
a.
( n−1 ) 1

n!
b.
( n−r ) ! r !

n!
c.
( n−r ) !

d. ( n−r ¿ !

e. (n - 1 ) !
2. Ana, Berta, Candra dan Dude akan berfoto bersama seorang artis. Banyaknya susunan berfoto jika si
artis selalu ditengah adalah ... susunan
a. 5 b. 20 c. 24 d.48 e.120
3. Disediakan angka 5, 6, 7, 8 dan 9. Banyak bilangan yang terdiri dari tiga angka berbeda yang dapat
dibentuk adalah ...bilangan
b. 12 b.16 c. 24 d. 60 e. 64
4. Banyaknya mobil yang bernomor polisi dengan angka 1, 2, 3, 4 dan 5 jika anganya tidak boleh
berulang adalah ... mobil
a. 120 b. 100 c.80 d.60 e.40
5. Ada 6 orang dalam ruangan yang belum saling kenal . Bila mereka ingin berkenalan dengan berjabat
tangan pada setiap orang, maka mereka bersalaman sebanyak ...kali
a. 16 b. 15 c. 12 d. 13 e. 10

KUNCI JAWABAN

1. d

2. c

3. c

4. a

5. b

c. Lembar Penilaian Ketrampilan


Indikator : Menganalisis aturan pencacahan (aturan penjumlahan, aturan perkalian, permutasi,
dan kombinasi) melalui masalah kontekstual

Instrumen :
Carilah persoalan sederhana yang dapat dilakukan para siswa dalam permainan atau pun
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Rubrik Penilaian
Menilai laporan tentang menganalisis aturan pencacahan (aturan penjumlahan, aturan
perkalian, permutasi, dan kombinasi) melalui masalah kontekstual
Mempresentasikan hasil perhitungan atuaran pencacahan secara lisan dengan benar.
NO NAMA SISWA KELENGKAPA KERAPIHAN NILAI KETERANGAN
N

Keterangan skor:
Masing – masing kolom diisi dengan kriteria:
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

Lampiran 2
Materi pembelajaran

P E L U A N G
Materi Perhitungan peluang yang sering dipopulerkan dengan istilah Probabilitas pertama kali
dikenalkan oleh Blaise Pascal dan Pierre de Fermat pada abad ke-17 melalui permainan dadu. Dari
permainan dadu inilah akhirnya berkembang permainan permainan yang lain seperti pelemparan
koin, permainan kartu bridge (remi) dan permainan lainnya. Oleh karena itu, konsep peluang lahir
melalui suatu permainan. Dalam perkembangannya, perhitungan peluang mendapatkan perhatian
yang serius dari para ilmuwan karena mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan
ilmu pengetahuan lainnya, seperti Ilmu fisika modern, Statistika, dan lain-lain.
1). Pengertian Kaidah Pencacahan (Caunting Slots)
Kaidah pencacahan atau Caunting Slots adalah suatu kaidah yang digunakan untuk
menentukan atau menghitung berapa banyak cara yang terjadi dari suatu peristiwa. Kaidah
pencacahan terdiri atas :
a. Pengisian tempat yang tersedia (Filling Slots),
b. Permutasi, dan
c. Kombinasi.
2). Pengisian Tempat yang Tersedia (Filling Slots)
Apabila suatu peristiwa pertama dapat dikerjakan dengan k1 cara yang berbeda, peristiwa kedua
dapat dikerjakan dengan k2 yang berbeda dan seterusnya sampai peristiwa ke-n, maka banyaknya
cara yang berbeda dari semua peristiwa tersebut adalah K, di mana : K = k1 x k2 x . . . x kn K sering
disebut dengan istilah banyaknya tempat yang tersedia dengan aturan perkalian atau Kaidah
perkalian. Untuk menentukan banyaknya tempat yang tersedia selain menggunakan aturan perkalian,
juga menggunakan diagram pohon, tabel silang, dan pasangan berurutan

Contoh :

1 Misalkan ada dua celana berwarna hitam dan biru serta empat baju berwarna kuning, merah, putih,
dan ungu. Ada berapa banyak pasangan warna celana dan baju yang dapat dibentuk?

Jawab:

Dari masalah di atas dapat diselesaikan dengan kaidah pencacahan, banyak cara yang mungkin
terjadi dari peristiwa tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan metode berikutini:

Dengan tabel silang


Dari tabel silang dan diagram pohon di atas tampak ada 8 macam pasangan warna celana dan baju yang dapat dibentuk, yaitu
: (h,k,), (h,m), (h,p), (h,u), (b,k), (b,m), (b,p), dan (b,u),

Dengan Pasangan Terurut


Misalkan himpunan warna celana dinyatakan dengan A = {h,b} dan himpunan warna baju dinyatakan B
= {k,m,p,u}. Himpunan pasangan terurut dari himpunan A dan himpunan B dapat ditulis {(h,k), (h,m), (h,p),
(h,u), (b,k), (b,m), (b,p), (b,u)}. Banyak unsur dalam himpunan pasangan terurut ada 8 macam warna.

Contoh 2

Misalkan dari Semarang ke Bandung ada dua jalan dan dari Bandung ke Jakarta ada 3 jalan. Berapa banyak jalan
yang dapat ditempuh untuk bepergian dari Semarang ke Jakarta melalui Bandung?

Jawab:
Dari Semarang ke Bandung ada 2 jalan dan dari Bandung ke Jakarta ada 3 jalan. Jadi, seluruhnya ada 2 x 3 = 6
jalan yang dapat ditempuh.

Contoh 3

Dari lima buah angka 0, 1, 2, 3, dan 4 hendak disusun suatu bilangan yang terdiri atas 4 angka. Berapa banyak
bilangan yang dapat disusun apabila angka-angka itu tidak boleh berulang?
Jawab: Angka pertama (sebagai ribuan) dapat dipilih dari 4 angka yaitu 1, 2, 3, dan 4. Misalnya terpilih angka 1.
Karena angka-angka itu tidak boleh berulang, maka angka kedua (sebagai ratusan) dapat dipilih dari 4 angka,
yaitu 0, 2, 3 dan 4. Misalnya terpilih angka 0. Angka ketiga (sebagai puluhan) dapat dipilih dari 3 angka, yaitu 2,
3, dan 4. Misalkan yang terpilih angka 2. Angka keempat (sebagai satuan) dapat dipilih dari 2 angka, yaitu 3, dan
4. Jadi, seluruhnya ada 4 x 4 x 3 x 2 = 96 bilangan yang dapat disusun dengan angka-angka yang tidak boleh
berulang.

Contoh 4
Dari angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 7 akan dibentuk bilangan dengan 4 angka dan tidak boleh ada angka yang
diulang.
a. Berapa banyak bilangan dapat dibentuk?
b. Berapa banyak bilangan ganjil yang dapat dibentuk?
c. Berapa banyak bilangan yang nilainya kurang dari 5.000 yang dapat dibentuk?
d. Berapa banyak bilangan genap dan lebih besar dari 2.000 yang dapat dibentuk?

Jawab:
a. Angka ribuan ada 6 angka yang mungkin, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, dan 7. Misalkan terpilih angka 1. Angka ratusan ada
6 angka yang mungkin, yaitu 0, 2, 3, 4, 5, dan 7. Misal terpilih angka 2. Angka puluhan ada 5 angka yang
mungkin, yaitu 0, 3, 4, 5, dan 7. Misalkan terpilih angka 3. Angka satuan ada 4 angka yang mungkin, yaitu 0,
4, 5, dan 7. Jadi, banyak bilangan yang dapat dibentuk = 6 x 6 x 5 x 4 = 720 angka.
b. Bilangan ganjil apabila angka satuannya merupakan angka ganjil. Angka satuan ada 4 angka yang mungkin,
yaitu 1, 3, 5, dan 7. Misalkan terpilih angka 1. Angka ribuan ada 5 angka yang mungkin yaitu 2, 3, 4, 5, dan 7.
Misalkan terpilih angka 2. Angka ratusan ada 5 angka yang mungkin, yaitu 0, 3, 4, 5, dan 7. Misalkan terpilih
angka 3. Angka puluhan ada 4 angka yang mungkin yaitu 0, 4, 5, dan 7. Jadi, banyak bilangan ganjil yang
dapat dibentuk = 4 x 5 x 5 x 4 = 400 angka.
c. Bilangan yang kurang dari 5.000, maka: Angka ribuan ada 4 angka yang mungkin, yaitu 1, 2, 3, dan 4. Misalkan
terpilih angka 1. Angka ratusan ada 6 angka yang mungkin yaitu 0, 2, 3, 4, 5, dan 7. Misal terpilih angka 2.
Angka puluhan ada 5 angka yang mungkin yaitu 0, 3, 4, 5, dan 7. Misalkan terpilih angka 3. Angka satuan ada
4 angka yang mungkin, yaitu 0, 4, 5, dan 7. Jadi, banyak bilangan dapat dibentuk = 4 x 6 x 5 x 4 = 480 angka.
d. Bilangan genap apabila satuannya merupakan angka genap, yaitu 0, 2 atau 4. Bilangan lebih besar dari 2.000
dan angka satuannya 0, maka: Angka ribuan ada 4 angka yang mungkin, yaitu 3, 4, 5, dan 7. Misalkan terpilih
angka 3. Angka ratusan ada 5 angka yang mungkin, yaitu 1, 2, 4, 5, dan 7. Misal terpilih angka 2. Angka
puluhan ada 4 angka yang mungkin, yaitu 1, 4, 5, dan 7. Bilangan lebih besar dari 2.000 dan angka satuannya
2, maka: Angka ribuan ada 4 angka yang mungkin, yaitu 3, 4, 5, dan 7. Misalkan terpilih angka 3. Angka
ratusan ada 5 angka yang mungkin, yaitu 0, 1, 4, 5, dan 7. Misal terpilih angka 0. Angka puluhan ada 4 angka
yang mungkin, yaitu 1, 4, 5, dan 7. Bilangan lebih besar dari 2.000 dan angka satuannya 4, maka: Angka
ribuan ada 4 angka yang mungkin, yaitu 2, 3, 5, dan 7. Misal terpilih angka 3. Angka ratusan ada 5 angka yang
mungkin, yaitu 0, 1, 2, 5, dan 7. Misalkan terpilih angka 0. Angka puluhan ada 4 angka yang mungkin, yaitu 1,
2, 5, dan 7. Jadi, banyak bilangan genap dan lebih besar dari 2.000 yang dapat dibentuk adalah = (4 x 5 x 4) +
(4 x 5 x 4) + (4 x 5 x 4) = 240 angka. 3). Pengertian dan Notasi Faktorial n faktorial adalah hasil kali bilangan
bulat positif dari 1 sampai dengan n. Notasi dari n faktorial dilambangkan dengan n ! (dibaca : “n faktorial”)
5. PERMUTASI
Permutasi adalah suatu teknik yang menyatakan banyaknya cara dalam menyusun beberapa objek dari
suatu grup dengan memperhatikan urutan. Di dalam permutasi, urutan diperhatikan,dengan demikian kita dapat
membentuk sekumpulan objek walaupun objek tersebut hanya bertukar posis

1. Permutasi dari n elemen, tiap permutasi terdiri dari n elemen


Jika ada unsur yang berbeda diambil n unsur, maka banyaknya susunan (permutasi) yang berbeda dari n
unsur tersebut adalah

 P(n,n) = n! atau nPn = n!

Contoh:

Untuk menyambut sebuah pertemuan delegasi negara yang dihadiri oleh lima negara, panitia akan
memasang kelima bendera dari lima negara yang hadir. Banyak cara panitia menyusun kelima bendera
tersebut adalah…

Jawab:

Dari lima bendera yang ada, berarti n = 5, maka banyak susunan bendera yang mungkin yaitu:

5! = 5.4.3.2.1 = 120 cara. 

2. Permutasi n elemen, tiap permutasi terdiri dari r unsur dari n elemen dengan r ≤ n

Untuk semua bilangan positif n dan r, dengan r≤n, banyaknya permutasi dari n objek yang diambil r objek
pada satu waktu adalah:

Contoh:

Banyak cara untuk memilih seorang ketua, sekertaris dan bendahara dari 8 siswa yang tersedia adalah…

Jawab:

Banyak siswa, n = 8

Ketua, sekretaris dan bendahara (banyak pilihan objek), r = 3

Maka:

 
3. Permutasi dari n unsur yang mengandung p.q dan r unsur yang sama

Keterangan:

n    = banyaknya elemen seluruhnya

k1  = banyaknya elemen kelompok 1 yang sama

k2  = banyaknya elemen kelompok 2 yang sama

kt   = banyaknya elemen kelompok kt yang sama

t = 1,2,3,…

 Contoh:

1. Banyak cara untuk menyusun dari kata ”BASSABASSI” adalah…

Jawab:

Dari kata ”BASSABASSI”, banyak huruf (n) = 10

k1 = huruf B = 2

k2 = huruf A = 3

k3 = huruf S = 4

k4 = huruf I = 1

4. Permutasi Siklis

Permutasi siklis adalah permutasi melingkar (urutan melingkar).

Contoh:

Dari 5 orang anggota keluarga akan duduk mengelilingi sebuah meja bundar, banyak cara susunan yang
dapat dibuat dari 5 orang tersebut adalah...

Jawab:
Banyak orang (n) = 5, maka :

5 Psiklis = (5 – 1)! = 4! = 4.3.2.1 = 24 cara.

5. Permutasi berulang dari n unsur, tipe permutasi terdiri dari k unsur

Contoh:

Banyak susunan 3 bilangan dari angka-angka 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 adalah…

Jawab:

Banyak susunan 3 bilangan, berarti bilangan ratusan, k = 3


Banyak angka yang akan disusun, n = 6
Banyak susunan 3 bilangan dari angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6:

P6 = 63 = 216 susunan.

2. Kombinasi
Kombinasi adalah suatu teknik yang menyatakan banyaknya cara dalam menyusun beberapa objek dari
suatu grup tanpa memperhatikan urutan. Dengan demikian jika ada objek yang hanya berbeda urutan, maka
tidak diperbolehkan atau akan dianggap sama objeknya.

Dari penjelasan dan contoh soal diatas, dalam mempermudah kita menghitung peluang atau banyaknya
cara yang dapat terbentuk dengan menggunakan kombinasi dapat dirumuskan menjadi:

C(n,k)= n!(n-k)!.k!

Contoh:

Diatas meja terdapat tiga buah amplop yaitu : amplop A, amplop B dan amplop C. Si Ibu menyuruh anaknya
mengambil dua amplop dari tiga amplop yang tersedia diatas meja. Berapa banyaknya cara atau kombinasi
untuk mengambil dua buah amplop dari tiga buah amplop yang disediakan?

jawab ; C(3,2)= 3!(3-2)!.2! = 3.2!1.2!= 3


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SATUAN PENDIDIKAN : SMA NUSANTARA LUBUKPAKAM

MATA PELAJARAN : MATEMATIKA WAJIB

KELAS / SEMESTER : XII IPS / GANJIL

TAHUN PELAJARAN : 2019 / 2020

ALOKASI WAKTU : 12 JP ( 3X PERTEMUAN )

C. Tujuan Pembelajaran

Kompetensi Dasar Tujuan Pembelajaran


3.1 Menganalisis aturan pencacahan Melalui kegiatan pembelajaran berbasis Scientific
(aturan penjumlahan, aturan Learning peserta didik dapat Menganalisis aturan
perkalian, permutasi, dan kombinasi) pencacahan (aturan penjumlahan, aturan perkalian,
melalui masalah kontekstual permutasi, dan kombinasi) melalui masalah
4.1 Menyelesaikan masalah kontekstual, Menyelesaikan masalah kontekstual yang
kontekstual yang berkaitan dengan berkaitan dengan kaidah pencacahan (aturan
kaidah pencacahan (aturan penjumlahan, aturan perkalian, permutasi, dan
penjumlahan, aturan perkalian, kombinasi) sehingga peserta didikdapat menghayati dan
permutasi, dan kombinasi) mengamalkan ajaran agama yang dianutnya,
mengembangkan sikap jujur dan kepedulian

D. Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan Inti Penutup


Peserta didik bersama guru 3. Menyanyikan lagu Indonesia Perserta didik membuat
melakukan do’a bersama Raya simpulan tentang Peluang
4. Menyiapkan peserta didik Kejadian Majemuk
secara fisik dan psikis dengan
cara berdoa bersama,
mengatur tempat duduk
terlebih dahulu, memeriksa
kebersihan kelas, kemudian
berdoa dilanjutkan kegiatan
mengabsen.

Peserta didik dibimbing guru 2. Membuat pola Peserta didik memberikan


memamparkan pembelajaran hubungan apresiasi, melakukan peniliain,
pertemuan sebelumnya informasi/data yang dan evaluasi dengan bimbingan
diperoleh untuk guru
menyimpulkan
tentang Kejadian
saling lepas, kejadian
saling bebas dan
komplemen kejadian

Peserta didik menyampaikan Peserta Didik memaparkan dan Guru menyampaikan materi
materi yang akan dipelajari menyelesaikan permasalahan pembelajaran yang akan dibahas
peluang kejadian majemuk untuk pertemuan selanjutnya dan
berdasarkan kesimpulan dan bersama peserta didik berdo’a
laitihan yang diberikan sebagai penutup
c. Penilaian Pembelajaran

Apapun penilaian pembelajaran yang dilakukan meliputi penilian sikap, penilaian pengetahuan berupa
tes tertulis dan lisan, penilaian kinerja dan penilaian portofolio

Mengetahui Lubukpakam, 17 Januari 2020

Kepala Sekolah SMA NUSANTARA Guru Mata Pelajaran

Dra. Dameria Marpaung Lila MIKA, S.Pd


Lampiran-lampiran :

1. Teknik dan Bentuk Instrumen


Teknik Bentuk Instrumen
A. Pengamatan Sikap  Lembar pengamatan (Observasi) sikap dan rubrik
b. Tes Unjuk Kerja  Lembar penilaian diskusi / presentasi dan rubrik
c. Tes Tertulis  Tes pilihan dan uraian
d. Penilaian Produk  Lembar penilaian produk

6. Instrumen
F. Lembar pengamatan sikap
N Aspek yang dinilai Skor keterangan
O 3 2 1
1 Menunjukkan rasa syukur dalam rangka pemenuhan
kebutuhan
2 Menunjukkan kemampuan dan keterampilan belajar dan
melakukan proses belajar yang efektif
3 Menunjukkan sikap ketekunan dalam melakukan
pengamatan dan diskusi
4 Menunjukkan ketekunan dan tanggung jawab dalam belajar
dan bekerja baik secara individu maupun berkelompok
Rubrik Penilaian Sikap
No Aspek yang dinilai rubrik
1 Menunjukkan rasa syukur 3 Menunjukan rasa syukur dengan ekspresi setuju
dalam rangka pemenuhan bekerja keras dan bertanggung jawab dengan sumber
kebutuhan daya yang ada, misalnya rajin.
Belum secara eksplisit menunjukan rasa syukur
2 dengan ekspresi setuju bekerja keras dan bertanggung
jawab dengan sumber daya yang ada, misalnya rajin.

Tidak menunjukan rasa syukur dengan ekspresi


setuju bekerja keras dan bertanggung jawab dengan
1 sumber daya yang ada, misalnya rajin

2 Menunjukkan kemampuan 3 Menunjukan kemampuan dan keterampilan belajar


dan keterampilan belajar yang besar, antusias, terlibat aktif dan menunjukkan
dan melakukan proses kreatifitas dalam kegiatan kelompok.
belajar yang efektif
Belum menunjukan kemampuan dan keterampilan
2 belajar yang besar, antusias, terlibat aktif dan
menunjukkan kreatifitas dalam kegiatan kelompok

Tidak menunjukan kemampuan dan keterampilan


belajar yang besar, antusias, terlibat aktif dan
menunjukkan kreatifitas dalam kegiatan kelompok
1
3 Menunjukkan sikap 3 Tekun dalam melakukan pengamatan dan diskusi
ketekunan dalam
melakukan pengamatan Kurang tekun dalam melakukan pengamatan dan
dan diskusi 2 diskusi
Tidak tekun/ pasif dalam melakukan pengamatan dan
diskusi
1
4 Menunjukkan ketekunan 3 Tekun dalam menyelesaikan tugas dengan hasil
dan tanggung jawab dalam terbaik yang bisa dilakukan, berupaya tepat waktu.
belajar dan bekerja baik
secara individu maupun Berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan tugas
berkelompok 2 dengan hasil terbaik yang bisa dilakukan, berupaya
tepat waktu.
Tidak berupaya sungguh–sungguh dalam
1 menyelesaikan tugas dengan hasil terbaik yang bisa
dilakukan, berupaya tepat waktu.

d. Lembar Penilaian Diskusi

ASPEK PENGAMATAN Jumlah


nilai Ket.
N NAMA skor
Menghargai
O SISWA Kerja Sikap
toleransi aktivitas pendapat presentasi
sama berpendapat
teman

Keterangan Skor:
Masing – masing kolom diisi dengan kriteria
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang

a. Penilaian Pengetahuan
Instrumen Tes Pilihan Ganda
1. Dua buah dadu dilemparkan bersama-sama satu kali. Peluang muncul jumlah
angka kedua dadu sama dengan 3 atau 10 adalah....
A. 2/36
B. 3/36
C. 4/36
D. 5/36
D. 6/36

2 Sebuah kantong berisi 4 bola merah, 3 bola putih, dan 3 bola hitam. Diambil
sebuah bola secara acak, peluang terambil bola merah atau hitam adalah....
A. 4/5
B. 7/10
C. 3/6
D. 2/6
E. 1/10
3.Kotak I berisi 2 bola merah dan 3 bola putih. Kotak II berisi 5 bola merah dan 3
bola putih. Dari masing-masing kotak diambil 1 bola. Peluang bola yang
terambil bola merah dari kotak I dan bola putih dari kotak II adalah....
A. 1/40
B. 3/20
C. 3/8
D. 2/5
E. 31/40

4. Sebuah dadu dan sekeping uang logam dilemparkan sekali bersama-sama di


atas meja. Peluang munculnya mata dadu lima dan angka pada uang logam
adalah...
A. 1/24
B. 1/12
C. 1/8
D. 2/3
E. 5/6
(Modifikasi ebtanas 1994)

5. Dalam sebuah keranjang A yang berisi 10 buah jeruk, 2 buah jeruk diantaranya
busuk, sedangkan dalam keranjang B yang berisi 15 buah salak, 3 diantaranya
busuk. Ibu menghendaki 5 buah jeruk dan 5 buah salak yang baik, peluangnya
adalah....
A. 16/273
B. 26/273
C. 42/273
D. 48/273
E. 56/273
(Teori peluang - un 2006)

Pembahasan
1. Dua kejadian pada pelemparan dua buah dadu, n(S) = 36,
A = jumlah angka adalah 3
B = jumlah angka adalah 10
Dari ruang sampel pelemparan dua buah dadu, diperoleh
A = {(1, 2), (2, 1)}
B = {(4, 6), (5, 5), (6, 4)}
n (A) = 2 → P(A) = 2/36
n (B) = 3 → P(B) = 3/36
Tidak ada yang sama antara A dan B, jadi n (A ∩B) = 0
Sehingga peluang "A atau B" adalah
P (A ∪ B) = P(A) + P(B)
= 2/36 + 3/36 
= 5/36

2.. Jumlah semua bola yang ada dalam kantong adalah


4 + 3 + 3 = 10 bola. Dari 10 bola diambil satu bola.
A = kejadian terambil bola merah.
B = kejadian terambil bola hitam.

Bola merah ada 4, sehingga peluang terambil bola merah:


P(A) = 4/10

Bola hitam ada 3, sehingga peluang terambil bola hitam:


P(B) = 3/10

Peluang terambil bola merah atau hitam:


P(A∪B) = P(A) + P(B)
= 4/10 + 3/10
= 7/10
Catatan:
Untuk
P (A ∪ B) = P(A) + P(B) 

Dinamakan kejadian saling asing atau


saling lepas.

3. P(A) = peluang terambil bola merah dari kotak I.


Dalam kotak I ada 2 bola merah dari 5 bola yang ada di kotak A. Sehingga
peluang terambilnya bola merah dari kotak I adalah
P(A) = 2/5

P(B) = peluang terambil bola putih dari kotak II. 


Dalam kotak II ada 3 bola putih dari 8 bola yang ada di kotak II. Sehingga peluang
terambilnya bola putih dari kotak II adalah 
P (B) = 3/8

Peluang bola yang terambil bola merah dari kotak I dan bola putih dari kotak II
adalah
P(A∩B) = P(A) × P(B)
= 2/5 × 3/8
= 6/40
= 3/20

Penjelasan panjangnya sebagai berikut:

Isi kotak I adalah 2 merah, 3 putih. Beri nama sebagai:


M1, M2, P1, P2, P3.
Isi kotak II adalah 5 merah, 3 putih:
m1, m2, m3, m4, m5, p1, p2, p3 (biar beda hurufnya kecil) 

Menentukan Ruang sampelnya


Jumlah titik sampelnya ada 40, jadi n(S) = 40. Dapatnya dari 5 x 8 = 40. Diagram
pohonnya jika perlu seperti berikut:
M1, M2, P1, P2, P3 di kotak I dan pasangannya dari kotak II: 

S ={(M1, m1), (M1, m2), (M1, m3), (M1, m4), (M1, m5), (M1, p1), (M1, p2), (M1, p3),
(M2, m1),..............., (P3, p2), (P3, p3) }
n(S) = 40

A = terambil bola merah dari kotak I.


A = {(M1, m1), (M1, m2), (M1, m3), (M1, m4), (M1, m5), (M1, p1), (M1, p2), (M1, p3),
(M2, m1), (M2, m2), (M2, m3), (M2, m4), (M2, m5), (M2, p1), (M2, p2), (M2, p3) } 
n(A) = 16
Sehingga P(A) = 16/40

B = terambil bola putih dari kotak II


B = {(M1, p1), (M1, p2), (M1, p3), (M2, p1), (M2, p2), (M2, p3), (P1, p1), (P1, p2), (P1, p3),
(P2, p1), (P2, p2), (P2, p3), (P3, p1), (P3, p2), (P3, p3)}
n(B) = 15
Jadi P(B) = 15/40

Irisan antara A dan B (yang sama):


A ∩ B = {(M1, p1), (M1, p2), (M1, p3), (M2, p1), (M2, p2), (M2, p3} 
n(A ∩ B ) = 6
Sehingga P(A ∩ B ) = 6/40 = 3/20

Catatan:
Untuk
P (A ∩ B) = P(A) × P(B) 

Dinamakan kejadian saling bebas.

4. A = kejadian munculnya angka 5 pada pelemparan dadu.


Ruang sampel pada pelemparan dadu S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Diperoleh
n(S) = 6
n(A) = 1
Sehingga P(A) = 1/6

B = kejadian munculnya angka pada pelemparan uang logam.


Ruang sampel pada pelemparan dadu S = {A, G} dengan A = angka, G =
Gambar
n(S) = 2
n(B) = 1
Sehingga P(B) = 1/2

Peluang munculnya mata dadu lima dan angka pada uang logam dengan
demikian adalah
P(A∩B) = P(A) × P(B) 
= 1/6 × 1/2 = 1/12

5. 10 buah jeruk di keranjang A, 2 buah busuk, artinya 8 yang bagus.


15 buah salak di keranjang B, 3 buah busuk, artinya 12 yang bagus.

A : kejadian terpilih 5 jeruk bagus dari keranjang A.


B : kejadian terpilih 5 salak bagus dari keranjang B.
Menentukan peluang dari kejadian A
Pengambilan 5 buah jeruk dari 10 buah jeruk yang ada di keranjang A,
menghasilkan banyak cara (titik sampel)  sejumlah 
 

Sementara itu pengambilan 5 buah jeruk bagus dari 8 jeruk bagus yang ada di
keranjang A menghasilkan cara sejumlah 
 

Sehingga peluang terpilih 5 jeruk bagus dari keranjang A 

Menentukan peluang dari kejadian B


Pengambilan 5 buah salak dari 15 buah salak yang ada di keranjang B,
menghasilkan banyak cara sejumlah 
 

Sementara itu pengambilan 5 buah salak bagus dari 12 salak bagus yang ada di
keranjang A menghasilkan cara sejumlah 
 

Sehingga peluang terpilih 5 salak bagus dari keranjang B 

Sehingga peluang terpilih 5 jeruk bagus dari keranjang A dan 5 salak bagus
dari keranjang B 
a. Lembar Penilaian Ketrampilan
Indikator : Mengidentifikasi faktapada peluang kejadian majemuk (peluang, kejadian-kejadian saling
bebas, saling lepas, dan kejadian bersyarat) dari suatu percobaan acak

Instrumen :
Penggunaan kartu brigde, dadu dan uang logam untuk permainan sederhana dan contoh
soal yang diberikan

Rubrik Penilaian
 Menilai laporan tentang Mengidentifikasi faktapada peluang kejadian majemuk (peluang, kejadian-
kejadian saling bebas, saling lepas, dan kejadian bersyarat) dari suatu percobaan acak
 Mempresentasikan hasil 2Mengidentifikasi faktapada peluang kejadian majemuk (peluang, kejadian-
kejadian saling bebas, saling lepas, dan kejadian bersyarat) dari suatu percobaan acak secara lisan
dengan benar.
NO NAMA SISWA KELENGKAPA KERAPIHAN NILAI KETERANGAN
N

Keterangan skor:
Masing – masing kolom diisi dengan kriteria:
4 = Baik Sekali
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Lampiran 2

Peluang Gabungan 2 kejadian


Misal A dan B adalah dua kejadian yang berbeda, maka peluang kejadian
A ∪  B ditentukan dengan aturan:
 P(A ∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B)

Contoh: 
Sebuah dadu dilambungkan sekali, jika A adalah kejadian munculnya bilangan ganjil dan B adalah kejadian
munculnya bilangan prima. Tentukan peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau prima!
Penyelesaian:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
A = bilangan ganjil : {1, 3, 5} → P(A) = 3/6
B = bilangan prima : {2, 3, 5} → P(B) =3/6                                 
A∩B = {3, 5} → P{A∩B} = 2/6
P(A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B)
               = 3/6 + 3/6  – 2/6 = 4/6 = 2/3
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau prima adalah 2/3 
Contoh:
Diambil sebuah kartu dari 1 set kartu bridge, tentukan peluang terambilnya kartu As atau kartu Hati!
Penyelesaian:n(S) = 52 (karena banyaknya kartu dalam 1 set kartu bridge 52)
A = kartu As, n(A) = 4 (Banyaknya kartu As dalam1 set kartu bridge 4)
              4
P(A) = ——
             52
B = kartu Hati, n(B) = 13 (Banyaknya kartu Hati dalam1 set kartu bridge 13)
             13
P(B) = ——
             52                           
n(A∩B) = 1 (Banyaknya Kartu As dan  Hati dalam1 set kartu bridge 1)
                   1
P(A∩B) = ——
                  52                                                  
                                                             4       13        1     16
P(A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B) = —— + —— – —— =——
                                                            52      52        52   52         
                                                                                                 16         
Jadi peluang kejadian terambilnya kartu As atau Hati  adalah ——
                                                                                               52

b. Peluang Kejadian Saling Lepas (Saling Asing)


Kejadian A dan B saling asing jika kedua kejadian tersebut tidak mungkin terjadi bersama-sama. Ini berarti A∩B
= 0  atau P(A∩B) = 0
Sehingga: P (A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B) = P(A) + P(B) – 0
  P (A∪ B) = P(A) + P(B)

Contoh:
Sebuah dadu dilambungkan sekali, jika A adalah kejadian munculnya bilangan ganjil dan B adalah kejadian
munculnya bilangan genap. Tentukan peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau genap!
Penyelesaian:

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
A = bilangan ganjil : {1, 3, 5} → P(A) = 3/6
B = bilangan genap : {2, 4, 6} → P(B) =3/6                                 
A∩B = {} → P(A∩B) = 0 (A dan B kejadian saling lepas)
P(A∪ B) = P(A) + P(B)
               = 3/6 + 3/6 = 1
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau genap adalah 1
Contoh:
Sebuah kotak berisi 5 bola merah, 2 bola kuning dan 1 bola biru. Akan diambil sebuah bola secara acak.
Tentukan peluang terambilnya bola merah atau bola kuning!
Penyelesaian:
                         8!               8!              8 . 7!
n(S) = 8C1 = ————  = ————  = ——— =  8
                     1!(8- 1)!        1 . 7!            7!
Misal kejadian terambilnya kelereng merah adalah A, maka:
                              5!             5!                         n(A)         5           
    n(A) = 5C1 = ———— = —— = 5,    P(A) = ——— = —— 
                         1!(5 - 1)!       4!                         n(S)         8               
Misal kejadian terambilnya kelereng kuning adalah B, maka:
                              2!             2!                         n(B)         2             
    n(B) = 2C1 = ———— = —— = 2,    P(B) = ——— = —— 
                         1!(2 - 1)!       1!                         n(S)         8              
A∩B = {}  (Kejadian saling lepas)
                                           5           2         7
P(A∪ B) = P(A) + P(B) = ——  +  ——  = ——   
                                           8           8         8                    7  
Jadi peluang terambilnya bola merah atau bola kuning ——
                                                                                         8
c. Peluang Kejadian Saling Bebas
Jika kejadian A tidak memengaruhi terjadinya kejadian B dan sebaliknya, atau terjadi atau tidaknya kejadian A
tidak tergantung pada terjadi atau tidaknya kejadian B maka dua kejadian ini disebut kejadian saling bebas. Hal
ini seperti digambarkan pada pelemparan dua buah dadu sekaligus.
A adalah kejadian munculnya dadu pertama angka 3 dan 
B adalah kejadian munculnya dadu kedua angka 5 
maka kejadian A dan kejadian B merupakan dua kejadian yang saling bebas, dan peluang kejadian ini dapat
dirumuskan:

  P(A∩B) = P(A) × P(B)

Coba kamu pelajari contoh berikut untuk lebih memahami tentang kejadian saling bebas.
Contoh:
Dua buah dadu dilemparkan bersama-sama, tentukan peluang munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama dan
mata dadu 5 pada dadu kedua!
Penyelesaian: 
Kejadian munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama tidak terpengaruh kejadian munculnya mata dadu 5 pada
dadu kedua jadi ini adalah dua kejadian yang saling bebas
S = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), ….., (6, 6)} → n(S) = 36
Misal kejadian munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama adalah A, maka:
                                                                                                       6         1
A = {(3, 1), (3, 2), (3, 3), (3, 4), (3, 5), (3, 6)} → n(A) = 6  P(A) = —— = ——
                                                                                                      36        6
Misal kejadian munculnya mata dadu 5 pada dadu kedua adalah B, maka:
                                                                                                        6         1
B = {(1, 5), (2, 5), (3, 5), (4, 5), (5, 5), (6, 5)} → n(B) = 6  P(B) = —— = ——       
                                                                                                       36        6

                                        1           1          1           


P(A∩B) = P(A) × P(B) =  ——  × ——  = ——  
                                        6           6         36          
                      
Jadi peluang munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama dan mata dadu 5 
                                 1
pada dadu kedua = ——
                                36
Contoh:Kotak A berisi 5 bola merah dan 3 bola kuning sedangkan Kotak B berisi 5 bola merah dan 2 bola
kuning. Akan diambil sebuah bola secara acak dari masing-masing kotak. Tentukan peluang terambilnya bola
merah dari kotak A dan terambilnya bola kuning dari kotak B!
Penyelesaian:Kotak A
                          8!               8!              8 . 7!
n(S) = 8C1 = ————  = ————  = ——— =  8
                     1!(8- 1)!        1 . 7!            7!
Misal kejadian terambilnya bola merah dari kotak A adalah A, maka:
                              5!             5!                         n(A)         5           
    n(A) = 5C1 = ———— = —— = 5,    P(A) = ——— = —— 
                         1!(5 - 1)!       4!                         n(S)         8   

Kotak B
                         7!               7!              7 . 6!
n(S) = 7C1 = ————  = ————  = ——— =  7
                     1!(7- 1)!        1 . 6!            6!            
Misal kejadian terambilnya bola kuning dari kotak B adalah B, maka:
                              2!             2!                         n(B)         2             
    n(B) = 2C1 = ———— = —— = 2,    P(B) = ——— = —— 
                         1!(2 - 1)!       1!                         n(S)         7              
                                        5           2          5           
P(A∩B) = P(A) × P(B) =  ——  × ——  = ——  
                                        8           7         28 

6. Peluang Kejadian Bersyarat


Dua kejadian disebut kejadian bersyarat atau kejadian yang saling bergantung apabila terjadi atau tidak
terjadinya kejadian A akan mempengaruhi terjadi atau tidak terjadinya kejadian B. Peluang terjadinya kejadian A
dengan syarat kejadian B telah terjadi adalah:
                  P(A∩B)       
  P(A/B) =  ————  ,P(B) ≠ 0 
                     P(B)       
  
Atau Peluang terjadinya kejadian B dengan syarat kejadian A telah terjadi adalah:
                  P(A∩B)       
 P(B/A) =  ————  , P(A) ≠ 0 
                     P(A)       

Contoh:
Sebuah kotak berisi 5 bola merah dan 3 bola kuning. Akan diambil sebuah bola secara acak berturut-turut
sebanyak dua kali tanpa pengembalian . Tentukan peluang terambilnya keduanya bola merah!

Penyelesaian:                      
Misal kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan pertama adalah A, maka:
                   n(A)        5           
     P(A) = ——— = —— 
                   n(S)        8   

Misal kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan kedua adalah B, maka:
                    n(B/A)      4           
     P(B/A) = ——— = —— 
                     n(S)        7  
                                            5           4          5           
P(A∩B) = P(A) × P(B/A) =  ——  × ——  = ——  
                                            8           7         14        

Anda mungkin juga menyukai