Anda di halaman 1dari 2

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Identitas Diri
Nama : Yuni Rahayu
NIM : A1B220038
Prodi : Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pengetahuan

Soal

Bacalah dengan seksama dan perbaikilah penulisan karangan ”Tiga Sahabat Setia” yang
terdapat di bawah ini sehingga sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Baik dan Benar! Caranya, perbaiki di halaman microsoft word ini secara langsung dengan
mengubah yang salah menjadi benar, baik dari (1) pemakaian huruf, (2) penulisan kata, (3)
pemakaian tanda baca, dan (4) penulisan unsur serapannya, lalu tandai dengan font color
berwarna merah!

TIGA SAHABAT SETIA


Alkisah di negeri Bahasa, hiduplah tiga orang sahabat yang bernama Meskipun,
Walaupun, dan Tetapi. Walaupun mereka tidak tinggal berdampingan, mereka selalu hidup
rukun karena mereka tidak pernah mencampuri urusan masing-masing. Dalam hidup
bermasyarakat, Meskipun, Walaupun, dan Tetapi selalu membantu keluarga Kalimat yang
membutuhkan pertolongan mereka dalam penggunaan kalimat pertentangan dan penegasan.
Suatu hari, pak Kalimat datang menemui Tetapi. Ia membutuhkan bantuan Tetapi
dalam kalimat kami ingin datang,.... hujan deras menghalangi niat kami. Disempurnakanlah
kalimat tersebut oleh Tetapi menjadi kami ingin datang tetapi hujan deras menghalangi niat
kami. Di lain waktu, Meskipun dimintai pertolongan oleh pak Kalimat. Pada saat itu, pak
Kalimat membutuhkan Meskipun untuk menyempurnakan kalimat ...dia menolak saya tetap
memaksanya. Sayangnya, Meskipun sibuk membantu keluarga kalimat lain sehingga ia
menawarkan penggantinya, Walaupun. Pak Kalimat tidak keberatan karena ia mengerti
Walaupun dan Meskipun dapat saling menggantikan dalam penggunaan sebuah kalimat
pertentangan. Akhirnya, kalimat tersebut menjadi walaupun dia menolak saya tetap
memaksanya.
Pada suatu hari, negeri yang tenang itu terganggu akibat kedatangan Raksasa jahat.
Sang Raksasa ini melihat kerukunan Walaupun, Meskipun, dan Tetapi maka mereka pun
dihasut oleh sang Raksasa.
“Hai, Meskipun dan Walaupun. Tidakkah kalian bangga dapat berkedudukan di depan
sebuah kalimat, Kalian adalah pemimpin? Di lain pihak, kalian pun dapat berada di tengah-
tengah. Walaupun kalian berada di tengah, kedudukan kalian masih terhormat karena kalian
adalah faktor penjelas sebuah kalimat pertentangan. Ingatlah, kalian terlahir tidak untuk
menjadi yang terbelakang.” Sang Raksasa menjelaskan, “Apakah kalian mengerti akan hal
ini?” lanjut Raksasa.
“Ya, Raksasa. kami mengerti,” jawab Meskipun dan Walaupun serempak.
“Jika kalian mengerti, seharusnya kalian memusnahkan Tetapi,” bujuk Raksasa. “Apa!
memusnahkan Tetapi?” tanya Meskipun terkejut dan diikuti kerutan di wajah Walaupun yang
menandakan ia tak mengerti maksud Raksasa.
“Ya, memang itu saranku. Tak ada gunanya Dia berada di negeri ini,” tegas Raksasa.
“Kalian bisa menggantikan kedudukannya di tengah kalimat,” lanjutnya. “Aku benar-
benar tak mengerti jalan pikiranmu, Raksasa. Selama ini kami bertiga selalu dapat bekerja
sama membantu keluarga Kalimat. Ada saatnya kami tidak bisa membantu Kalimat. Pada
saat itulah, kami membutuhkan kehadiran Tetapi,” jelas Meskipun.
“Ah, nonsens! Kalian tak memerlukan bantuan Tetapi,” sahut Raksasa. “Wahai
Raksasa, alangkah sombongnya kami kalau merasa kedudukan kami lebih penting
dibandingkan kedudukan Tetapi. Mari kuberi engkau sebuah contoh kalimat: hujan telah
reda,... kami masih malas pergi. Pada saat seperti itu, kami tidak bisa membantu kalimat
tersebut, hanya Tetapi yang sanggup membantu kalimat pertentangan tersebut,” kata
Walaupun.
Raksasa mulai sadar bahwa ia tidak berhasil menghasut Meskipun dan Walaupun,
tetapi ia tidak kurang akal. Ia beralih mencoba mengajak Tetapi untuk membenci kedua
sahabatnya.
“Hai, Tetapi. Dari manakah Engkau?” tanya Raksasa.
“Aku baru saja membantu kalimat saya cerdas, tetapi saya malas,” jawab Tetapi.
Raksasa mulai menghasut, “Apakah kau tak merasa bosan selalu berada di tengah kalimat?
Tidakkah kau sadar betapa serakahnya kedua sahabatmu? Mereka selalu berebut tempat di
depan. Mereka tidak pernah memberimu kesempatan untuk berada di depan. Bahkan,
posisimu yang hanya di tengah pun terkadang ditempati mereka.”
”Raksasa, tak pernah terpikirkan olehku untuk iri kepada kedua sahabatku. Sudah
menjadi takdirku untuk selalu berada di tengah. Betapa tak pantasnya aku menjadi pemimpin
sebuah kalimat,” jelas Tetapi dengan bijaksana.
”Bagaimana dengan posisimu yang dirampas oleh mereka?” tanya Raksasa yang terus
mencoba menghasut Tetapi.
“Walaupun mereka berada di tengah tetapi tujuan kami berbeda. Tujuanku untuk
menunjukkan pertentangan, sedangkan tujuan kedua sahabatku adalah untuk penegasan
jawab tetapi dengan tenang.”
Akhirnya, Raksasa sadar, tak mungkin baginya mencerai-beraikan ketiga sahabat
yang saling setia itu, maka ditinggalkannya negeri Bahasa dengan segudang kekesalan di
hatinya.

Anda mungkin juga menyukai