Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi ALOS (Average Length of Stay)


Average Length of Stay (ALOS) menurut Depkes RI (2005)
adalah adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosa tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih
lanjut). ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average
hospitalization stay of inpatient discharged during the period under
consideration”. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari
(Depkes RI, 2005). Rata-rata lama rawat atau Average Length of Stay
(AvLOS atau ALOS) adalah rata-rata lama rawat dari pasien keluar (H+M)
pada periode tertentu (Horton, 2017; Edgerton, 2016; IFHIMA 2012).
Perkembangan teknologi medis, perubahan praktik medis, peningkatan
kunjungan pasien rawat jalan, tekanan efisiensi finansial pada fasilitas
kesehatan, dan perubahan jenis perawatan yang diberikan berkontribusi dalam
penuruan AvLOS (Horton, 2017). Sesuai dengan standar perawatan, ALOS
yang terlalu rendah kurangnya kepercayaan masyarakat penerima
pelayanan, sedangkan terlalu tingginya ALOS mengindikasikan Pasien
kronis dirawat di rumah sakit yang diperuntukkan pasien akut, adanya
kelemahan dalam pelayanan medis antara lain komplikasi/tidak ada
kemajuan hasil. Rata-rata lama dirawat dalam satu periode atau ada
individu tenaga kesehatan yang suka menunda layanan. Lamanya 1
orang pasien dirawat setelah pasien tersebut keluar hidup (pulang atas
izin dokter, pulang paksa, melarikan diri dan dirujuk) atau
meninggal.
Manfaat penghitungan ALOS antara lain:
1. Untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit.
2. Untuk mengukur mutu pelayanan rumah sakit bila diterapkan pada
suatu diagnosis.
Di MPKP  pengukuran ALOS dilakukan oleh kepala ruangan
yang dibuat setiap bulan dengan rumus sebagai berikut :
JUMLAH HARI PERAWATAN PASIEN KELUAR
ALOS =
JUMLAH PASIEN KELUAR( HIDUP+ MATI )

Catatan :
- Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawata
pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu.
- Jumlah pasien keluar (hidup atau mati) : jumlah pasien yang pulang
atau meninggal dalam satu periode waktu.

Rumus di atas tidak termasuk LOS untuk bayi baru lahir. Sebagian besar
rumah sakit menghitung AvLOS bayi baru lahir secara terpisah karena bayi
baru lahir biasanya sama dengan ibunya. Selain itu, bila dibandingkan dengan
klasifikasi pasien lainnya, kelahiran normal bayi baru lahir relatif singkat.
Sebaliknya, bayi baru lahir di unit perawatan intensif cenderung cukup
panjang, kadang berbulan-bulan. Oleh karena itu, jika LOS ibu dan bayi baru
lahir digabung akan mendistorsi total AvLOS.
Rata-rata Lama Rawat Bayi = Average Newborn Length of Stay
Anda dapat mengitung AvLOS bayi baru lahir dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
AvLOS Bayi = Total Lama Rawat (Total LOS Bayi Baru Lahir)
Total Pasien Keluar (H+M)
Contoh: Pada bulan April 2017, RS Metropolitan melaporkan total lama
rawat 923 hari pasien dewasa dan anak, 107 hari bayi baru lahir. Selama
sebulan tersebut pasien keluar dewasa dan anak pasien sebanyak 192 orang
dan 37 bayi. Hitunglah rata-rata lama rawat pada bulan April 2017! Jawab:
𝐴𝑣𝐿𝑂𝑆 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑎𝑘 = 923 192 = 4,8 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝐴𝑣𝐿𝑂𝑆 𝑏𝑎𝑦𝑖 = 107
37 = 2,89 = 2,9 ℎ𝑎𝑟i.
B. Contoh Kasus
Average Length of Stay (ALOS) / rata-rata lama dirawat dalam
satu periode. Lama dirawat = lamanya 1 orang pasien dirawat setelah
pasien tersebut keluar hidup (pulang atas izin dokter, pulang paksa,
melarikan diri dan dirujuk) atau meninggal. Contoh : Pada tanggal 4
Sep ini ada 5 orang pasien pulang.
1. Pasien A pulang dengan lama dirawat 4 hari.
2. Pasien B pulang paksa dengan lama dirawat 2 hari.
3. Pasien C meninggal dengan lama dirawat 10 hari.
4. Pasien D pulang dengan lama dirawat 3 hari.
5. Pasien E pulang dengan lama dirawat 6 hari.
Jadi Jumlah Lama Dirawat pada tanggal 4 sep tersebut adalah 25
hari dan  pasien yang pulang (baik hidup ataupun meninggal) ada 5
orang. Maka pada tanggal 4 Sep tersebut ALOSnya adalah :
JUMLAH HARI PERAWATAN PASIEN KELUAR
ALOS =
JUMLAH PASIEN KELUAR( HIDUP+ MATI )
25
=
5
= 5 hari
Untuk mendapatkan lama dirawat pada setiap pasien dihitung
dari kapan pasien pulang dan pasien tersebut masuk. Misalnya. Pasien
A masuk tanggal 31 Agustus dan pulang tanggal 4 Sep, maka lama
dirawat Pasien A adalah 4 hari.

C. Perbedaan Antara “Lama Dirawat (LD)” dan “Hari Perawatan


(HP)”
Dalam penghitungan statistik pelayanan rawat inap di rumah
sakit (RS) dikenal dua istilah yang masih sering rancu dalam cara
pencatatan, penghitungan, dan penggunaannya. Dua istilah tersebut
adalah Lama Dirawat (LD) dan Hari Perawatan (HP). Masing-masing
istilah ini memiliki karakteristik cara pencatatan,  penghitungan, dan
penggunaan yang berbeda. Lama Dirawat (LD) menunjukkan berapa
hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu episode perawatan.
Satuan untuk LD adalah “hari”. Cara menghitung LD yaitu dengan
menghitung selisih antara tanggal pulang (keluar dari RS, hidup
maupun mati) dengan tanggal masuk RS. Dalam hal ini, untuk pasien
yang masuk dan keluar pada hari yang sama – LDnya dihitung sebagai
1 hari. Contoh penghitungan LD: 
Tanggal masuk Tanggal Keluar LD
10 Mei 15 Mei 15-10=5 hari
13 Mei 20 Mei 20-13=7 hari
20 Mei 5 Juni (31-20)+5=16 hari
(31 adalah jumlah hari pada bulan
Mei)
25 Mei 7 Juli (31-25)+30+7=43 hari
(31 adalah jumlah hari bulan Mei,
dan 30 adalah jumlah hari bulan
Juni)
1 hari
27 Mei 27 Mei (pasien yang masuk dan keluar pada
hari yang sama, LD nya dihitung 1
hari)

Beberapa istilah lain yang timbul berkaitan dengan penghitungan LD,


antara lain: total LD (ΣLD) dan rerata LD. ΣLD menunjukkan total LD
dari seluruh pasien yang dihitung dalam periode yang bersangkutan.
Contoh penghitungan Σ LD di suatu bangsal atau suatu RS:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 .. .. 2 26 2 28 2 3 ld
0 2 3 . 5 7 9 0
A O x 7
B m 1
C o x 4
D o x 17
E o X 3
F o x 26
G o -
H x 18
76

Ket :
O : tanggal masuk
X : tanggal keluar
A-H : kode pasien
Pasien G sampai akhir bulan Juni belum pulang
Pasien H masuk tanggal 20 Mei
Pada tabel diatas, tampak bahwa:
Pasien A dirawat selama 7 hari, pasien B dirawat 1 hari (masuk dan keluar
pada hari yang sama), LD pasien G belum dapat dihitung karena pasien
tersebut belum pulang, dan LD pasien H (masuk tanggal 20 Mei) adalah
18 hari. Dari tabel diatas  pula tampak bahwa ΣLD periode Juni di
bangsal Mawar tersebut adalah 76 hari. Dengan cara membagi ΣLD
dengan jumlah pasien yang keluar pada periode tersebut maka
didapatkan rerata LD periode Juni di bangsal Mawar yaitu : Rerata
LD=76/7=10,86 hari
Angka rerata LD ini dikenal dengan istilah average Length ofStay
(aLOS). aLOS merupakan salah satu parameter dalam penghitungan
efisiensi penggunaan tempat tidur (TT) suatu bangsal atau RS. aLOS juga
dibutuhkan untuk menggambar grafik Barber-Johnson (BJ). Kesalahan
dalam mencatat dan menghitung LD berarti juga akan menyebabkan
kesalahan dalam menggambar grafik BJ dan kesalahan dalam menghitung
tingkat efisiensi penggunaan TT. Jadi, untuk bisa menghitung LD
dibutuhkan data tentang tanggal masuk dan tanggal keluar (Baik Keluar
Hidup Maupun Mati) dari setiap pasien. Umumnya data ini tercantum
dalam formulir “Ringkasan Masuk dan Keluar (RM-1)”. Dalam beberapa
kasus tidak cukup hanya mencatat tanggal masuk dan keluar saja, tapi juga
butuh mencatat jam pasien tersebut masuk perawatan dan keluar
perawatan, terutama jika pasien tersebut keluar dalam keadaan meninggal.
Data jam ini dibutuhkan untuk menentukan apakah pasien tersebut
meninggal sebelum atau sesudah 48 jam dalam perawatan. Angka statistik
yang berkaitan dengan jam meninggal ini adalah Gross Death Rate (GDR)
dan Net Death Rate (NDR).
Hari Perawatan (HP) jika LD menunjukkan lamanya pasien dirawat
(dengan satuan “hari”), maka HP menunjukkan banyaknya beban merawat
pasien dalam suatu periode. Jadi satuan untuk HP adalah “hari-pasien”.
Cara menghitung HP berbeda dengan cara menghitung LD (seperti telah
dijelaskan terdahulu) maupun menghitung Sensus Harian Rawat Inap
(SHRI). Dalam SHRI, maka angka utama yang dilaporkan adalah jumlah
pasien sisa yang masih dirawat pada saat dilakukan penghitungan /
sensus, sedangkan HP menghitung juga jumlah  pasien yang masuk dan
keluar pada hari yang sama meskipun saat dilakukan sensus pasien
tersebut sudah tidak ada lagi.

Kembali pada ilustrasi penghitungan LD diatas:


Ket :
O : tanggal masuk
X : tanggal keluar
A-H : kode pasien

Pasien G sampai akhir bulan Juni belum pulang, Pasien H masuk tanggal
20 Mei. Diasumsikan tgl 14-24 tidak ada pasien masuk maupun keluar.
Dari tabel diatas tampak, bahwa:
HP tanggal 5 Juni yaitu 5 hari-pasien, berarti tanggal 5 Juni
beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat 5 pasien termasuk 1
orang pasien yang masuk dan keluar pada hari itu, HP tanggal 6 Juni yaitu
4 hari-pasien, berarti tanggal 6 Juni beban kerja bangsal Mawar setara
dengan merawat 4 pasien, HP tanggal 13 Juni 2 hari-pasien, berarti tanggal
13 Juni beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat 2 pasien, dan
HP tanggal 30 Juni 1 hari pasien, berarti tanggal 30 Juni beban kerja
bangsal Mawar setara dengan merawat hanya 1  pasien. Total HP (ΣHP)
selama bulan Juni yaitu 73 hari-pasien, berarti selama bulan Juni
beban kerja bangsal Mawar setara dengan merawat 73 pasien (atau rerata
beban kerjanya selama bulan Juni setara dengan merawat 2,4 pasien per
hari). Dibandingkan dengan hasil sensus (SHRI), maka yang tampak
berbeda adalah hasil SHRI tanggal 5 Juni dengan hasil penghitungan HP
pada tanggal yang sama. Jika HP tanggal 5 ada 5 hari-pasien, maka
SHRI tanggal 5 adalah 4  pasien. Berarti pada tanggal 5 beban
bangsal Mawar setara dengan merawat 5  pasien, namun pada saat
dilakukan penghitungan sensus (umumnya dilakukan menjelang tengah
malam) yang tersisa tinggal 4 pasien. Dengan pengertian ini maka angka
HP lebih bisa memberi gambaran mengenai beban kerja dibandingkan
hasil sensus.
Dari angka HP dapat dihitung angka lainnya, misalnya: Jumlah TT
terpakai (Occupaid bed / O) = ΣHP dibagi jumlah hari dalam periode
tersebut. Dalam contoh tabel diatas, berarti O = 57/30 = 1,9 buah.
Tingkat penggunaan TT (Bed Occupancy Rate / BOR) = ΣHP
dibagi (jumlah hari dikali jumlah TT tersedia) dikali 100%. Dalam contoh
tabel diatas dengan asumsi bangsal Mawar memiliki 5 buah TT siap
pakai, berarti BOR   bangsal Mawar periode Juni = 57/(30x5)x100% =
57/150x100%=38%.
Rerata jumlah hari dimana TT tidak terpakai atau TT menganggur
(Turn Over Interval/ TOI) = ((jumlah TT x jumlah hari)- ΣHP)/ jumlah
pasien keluar periode tersebut. Dalam contoh tabel diatas asumsi terdapat
5 TT siap pakai,  berarti TOI bangsal Mawar periode Juni = ((5x30)-
57)/7=13,3 hari (jumlah pasien keluar periode Juni ada 7 orang menurut
tabel diatas). Jadi detiap TT rata-rata kosong 13,3 hari sebelum ditempati
oleh pasien baru.
Kesimpulan :
Jelas sudah bahwa LD dan HP berbeda cara pencatatan, penghitungan, dan
penggunaannya. Sangat disayangkan bahwa masih cukup banyak RS
yang tertukar dalam menggunakan LD dan HP untuk menghitung rumus-
rumus indikator pelayanan rawat inap. Demikian pula antara LD, HP, dan
SHRI. Dengan memperhatikan cara pencatatan, penghitungan, dan
penggunaan yang benar antara LD, HP, dan SHRI maka akan didapatkan
informasi yang lebih akurat dan valid untuk manajemen pasien rawat inap.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2005. Indikator Pelayana Rumah Sakit


Hosizah dan Maryati . 2018. Sistem Informasi Kesehatan II Statistik
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
SDM Kesehatan
Soejadi, DR, DHHSA. 1996. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit. Katiga
Bina : Jakarta.
Wuryanto, Sis, Amd Perkes, SKKM. 2010. Grafik Barber Johnson.
Pormiki:Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai