Oleh:
Muhammad Feisal Kurnia
101316057
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik di PT
Pertamina Asset 5 Balikpapan dengan periode 10 Juni – 26 Juli 2019. Laporan kerja
praktik ini disusun sebagai prasyarat untuk menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktik
Prodi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Eksplorasi dan Produksi, Universitas
Pertamina. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kerja praktik ini
yaitu:
1. Kedua orang tua penulis serta keluarga yang selalu memberikan dukungan secara
moral dan material.
2. Ketua program studi dan segenap dosen Teknik Perminyakan Universitas
Pertamina yang memberikan izin dan arahan untuk pelaksanaan kerja praktik.
3. Bapak Agus Rudiyono, ST, MT, MBA selaku dosen pembimbing, yang senantiasa
memberikan arahan dan bimbingan.
4. Bapak Surahman Meidy C, selaku pembimbing di PT Pertamina EP Asset 5 yang
memberikan arahan dan bimbingan selama ini.
5. Muhammad Naufal Nabil yang telah membantu segala akomodasi selama tinggal
di Balikapapan.
6. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis sadar laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kebaikan bersama.
Semoga Laporan Kerja Praktik ini dapat bermanfaat bagi pihak lain yang membutuhkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL....................................................................................................................... iv
7.1 Kesimpulan................................................................................................................................... 40
7.2 Saran .............................................................................................................................................. 40
Daftar Pustaka ............................................................................................................................. 41
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Perkiraan cadangan minyak dan gas bumi berhubungan dengan suatu ketidakpastian
(uncertainty) karena cadangan migas mempunyai pengertian yang dinamis, sehingga selalu
berubah dari waktu ke waktu sejalan dengan berlangsungnya operasi produksi yang mengurangi
cadangan tersebut, dengan kata lain, cadangan minyak bumi dapat dihitung secara periodik.
Periode-periode dari perhitungan cadangan tersebut meliputi proses sebelum pemboran dan
pengembangan, sesaat setelah pemboran dan komplesi sumur dilakukan, dan setelah sumur
berproduksi selama waktu tertentu dan setelah produksi sumur berakhir. Sementara itu tingkat
ketelitian perhitungan cadangan pada setiap periode juga berbeda, tergantung pada kualitas dan
kuantitas data yang diperoleh setiap periode tersebut.
Metode decline curve merupakan salah satu metode untuk memperkirakan besarnya cadangan
minyak berdasarkan data-data produksi setelah selang waktu tertentu. Syarat utama pemakaian
metode ini adalah laju produksi telah menurun, yang disebabkan oleh keadaan reservoir bukan
oleh turunnya kemampuan alat produksi. Penurunan laju produksi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya mekanisme pendorong reservoir, tekanan, sifat fisik batuan dan fluida
reservoir. Pada dasarnya metode decline curve adalah memperkirakan jumlah cadangan
hidrokarbon adalah memperkirakan hasil ekstrapolasi yang diperoleh dari suatu kurva yang di
buat berdasarkan plotting antara data produksi atau produksi kumulatif terhadap waktu
produksinya.
4. Peserta kerja praktik dapat melihat, mengerti dan mempelajari hal-hal yang berbeda dari
dunia pendidikan, seperti tingkah laku (attitude), kemampuan berkomunikasi
(communication skill), dan kerja sama (team work) yang diterapkan di dunia industri migas.
5. Untuk memenuhi persyaratan kelulusan dari Program Studi Teknik Perminyakan Universitas
Pertamina.
1
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik
Kegiatan kerja praktik ini dilaksanakan mulai tanggal 10 Juni 2019 sampai tanggal 26 Juli
2019 di PT Pertamina EP Asset V Balikpapan; Balikpapan Residenses (ex Villabeta), Jalan
Marsma S. Iswahyudi, Kalimantan Timur 76114.
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perkiraan produksi dan cadangan sangat penting untuk analisis ekonomi suatu lapangan di
masa mendatang. Metode decline curve adalah salah satu metode yang digunakan untuk
memperkirakan besarnya cadangan minyak berdasarkan data-data produksi setelah selang waktu
tertentu, juga dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya produksi pada waktu tertentu.
Decline curve yang umum digunakan saat ini adalah merupakan plot dari rate produksi/kumulatif
produksi terhadap waktu pada kertas semilog. Gambar 2.1 menunjukan tipe dasar dari decline
curve. Syarat yang perlu di perhatikan dalam menganalisis kurva decline adalah:
Perhitungan jumlah minyak ditempat (OOIP) pada reservoir adalah untuk menentukan
berapa banyak fluida yang terkandung dalam reservoir tersebut. Salah satu metode yang dapat
digunakan adalah metode Volumetrik, Metode volumetris digunakan untuk memperkirakan
4
besarnya cadangan reservoir pada suatu lapangan minyak atau gas yang baru, dimana data-data
yang tersedia belum lengkap. Data-data yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan cadangan
secara volumetris, yaitu bulk volume reservoir (Vb), porositas batuan (f), saturasi fluida (Sf), dan
faktor volume formasi fluida. Perhitungan perkiraan cadangan secara volumetris dapat digunakan
untuk mengetahui besarnya initial hidrocarbon in place, ultimate recovery, dan recovery factor.
dengan persamaan sebagai berikut:
Vb avg (1 − Swavg )
OOIP = 7758 ………………...................................(5-1)
(2-1)
Boi
Keterangan:
Berdasarkan Gambar 2.1 tipe decline curve dibagi menjadi tiga yaitu harmonic decline,
hyperbollik decline dan exponential decline. Untuk menentukan persamaan umum dari ketiga tipe
decline curve diperoleh dari persamaan hyperbolic decline (0<b<1):
1. Hyperbolic Decline
Pada hyperbolic decline, data produksi kumulatif terhadap waktu yang diplot pada kertas
semi-log tidak membentuk garis tegas lurus tapi sebagai gantinya akan melengkung atau cekung
keatas. Dalam kasus tipe ini dikatakan sebagai hyperbolic decline dengan harga 0<b<1, dengan
persamaan sebagai berikut:
−1
q = qi (1 + b.Di .t ) …………………………………......…………….……...…..…(2-2)
b
Keterangan :
5
b = exponent decline (turunan pertama dari loss ratio).
t = waktu, hari.
Np =
qib
(b − 1) Di
qi1−b − q 1−b
,.........................................................................................(2-3)
2. Exponential Decline
Jika data log rate produksi diplot terhadap waktu maka akan terbentuk garis lurus (straight
line) pada kertas semilog, hal ini dinamakan dengan exponential decline atau sering disebut juga
sebagai constant percentage decline yang dicirikan dengan penurunan laju produksi per satuan
waktu adalah sebanding dengan laju produksi. Kurva penurunan yang konstan ini hanya diperoleh
bila exponent decline adalah nol (b=0), yang ditunjukan melalui persamaan berikut:
q = qi e − Dt ,..................................................................................................................(2-4)
Keterangan :
t = waktu, hari.
qi − q
Np = ,.............................................................................................................(2-5)
D
3. Harmonic Decline
Pada harmonic decline ini penurunan laju produksi persatuan waktu berbanding lurus
terhadap laju produksinya sendiri. Bentuk harmonic curve merupakan bentuk khusus dari bentuk
hyperbolic, yaitu untuk harga b = 1. Secara matematis bentuk persamaan dari harmonic decline
dapat ditulis :
6
qi
q= .………….………………..…………………………………………(2-6)
1 + bDi. .t
qi qi
Np = ln ……………................................……………….……...…….......(2-7)
D q
Tabel 2.1 meringkas hubungan tiga tipe dari kurva decline pada rate, kumulatif produksi,
decline rate, dan waktu.
1) Membuat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), dt, q (laju alir), dg, a (loss ratio),
da, dan b.
7
2) Untuk kolom ∆t (time), perhitungan : ∆t = t0 - t1
q
4) Untuk kolom a (loss ratio), perhitungan : an = -
q
t
a
6) Untuk kolom b (exponen decline), perhitungan : bn =
t
1) Membuat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), q actual, q forecast, Di dengan
berbagai nilai b, dan X2.
2) Asumsikan nilai b mulai dari 0 sampai 1 (b=0 untuk exponential, b=1 untuk harmonic).
• Pada b = 0, hitung Di :
q
ln i
D=
qt
tt
• Pada b = 1, hitung Di :
qi
− 1
D=
qt
tt
8
• Pada b = 0, hitung 𝑞𝑜 forecast :
qn = qi e-D.t
qn = qi (1+b D.t)-1/b
5) Hitung X2 (selisih antara q actual dan q forecast) dengan menggunakan persamaan Chi-
Square Test:
(fi − Fi )2
X2n =
Fi
Keterangan :
6) Menentukan Σ harga X2 yang paling kecil. Harga X2 yang paling kecil menunjukkan kurva
yang paling fit untuk mewakili titik-titik data yang sedang dianalisis dengan harga :
• Exponential Decline : b = 0
• Harmonic Decline : b =1
3. Metode Fetkovic
Nilai b (exponent decline) dapat juga di tentukan dengan menggunakan Metode Fetkovich.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
1) Buat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t), Δt, qo, Δqo, D (rate of decline)
2) Untuk kolom ∆t (month), perhitungan : ∆t = t0 - t1
3) Untuk kolom ∆q (bbl/month), perhitungan : ∆qn = q0 – q1
4) Untuk kolom D (1/month), perhitungan :
9
q
Dn = −
t
q
Di = ΣD/Jumlah Data
6) Nilai qDd (X) dan tDd (Y) di plot pada grafik log-log pada gambar 2.2, sehingga nilai b di
dapat dari hasil perpotongan antara qDd dan tDd.
Economic Limit Rate adalah suatu kondisi saat produksi minyak yang dihasilkan akan
memberikan penghasilan bersih yang besarnya sama dengan biaya operasional yang dikeluarkan.
Besarnya nilai Economic Limit Rate dapat dihitung melalui persamaan berikut:
Biaya operasional/tahun
Economic Limit Rate per sumur = ..........................................(2-8)
Pendapatan Bersih/STB
10
2.5 Penentuan Waktu untuk Pengambilan Cadangan Minyak Sisa
Penentuan waktu yang diperlukan untuk mengeksploitasi cadangan minyak sisa sampai batas
economic limit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara grafis dan perhitungan.
Penentuan waktu pengambilan cadangan dengan metode grafis dapat diperoleh dari plotting
laju produksi hasil forecast versus waktu hingga berpotongan dengan garis Economic Limit Rate-
nya. Dari hasil perpotongan ini akan diperoleh suatu titik yang menunjukan waktu yang
diperlukan untuk pengambilan cadangan sampai batas ekonomisnya.
Penentuan waktu yang diperlukan untuk pengambilan cadangan minyak sisa dapat dihitung
dengan persamaan dari tiap-tiap tipe decline curve:
−1
Jika tipe Hyperbolic Decline (b > 0, b ≠ 1) , q = qi (1 + b.Di .t ) b
qi
Jika tipe Harmonic decline (b = 1) , q =
1 + bDi. .t
11
2.6 Penentuan Ultimate Recovery, Recovery Factor dan Remaining Reserve
Ultimate recovery adalah jumlah keseluruhan (kumulatif) minyak yang akan dapat
diproduksikan sampai batas ekonomisnya (abandonment). Dengan demikian ultimate recovery
merupakan akumulasi antara kumulatif produksi yang sudah di peroleh (Npt) ditambah dengan
kumulatif produksi minyak yang akan datang sampai batas ekonomisnya (Npta).
Recovery Factor (RF) adalah perbandingan antara hidrokarbon yang dapat diproduksikan
(recoverable reserve) dengan Original Oil In Place (OOIP).
UR
RF = x 100 % ……………………………………………………………… (2-10)
OOIP
Remaining Reserve (RR) adalah jumlah cadangan yang dapat diambil, yang masih tertinggal
dalam reservoir atau belum diproduksikan.
RR = UR - Npt ……………………………………………….….………………...(2-11)
12
13
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN
PT. Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005. Sejalan dengan pembentukan PT.
Pertamina EP maka pada tanggal 17 September 2005, PT Pertamina (Persero) telah melaksanakan
penandatanganan Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) yang
berlaku surut sejak 17 September 2003 atas seluruh Wilayah Kuasa Pertambangan Migas yang
dilimpahkan melalui perundangan berdasarkan UU Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi.
Pertamina EP telah berkembang sebagai entitas bisnis yang strategis bagi induk perusahaan
dan memberikan kontribusi signifikan pada perolehan laba PT Pertamina (Persero). Kontribusi
14
tersebut berasal dari pendapatan (komersialitas) produk migas berupa produksi siap jual (lifting)
migas.
Pada Era 1800, kegiatan Eksploitasi minyak Indonesia dimulai dari awal pemboran sumur
minyak pertama yang dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Lalu, Sumur
Telaga Said di wilayah Sumatera Utara yang di bor pada tahun 1883 yang disusul dengan
pendirian Royal Dutch Company di Pangkalan Brandan pada 1885.
Setelah diproduksikannya sumur Telaga Said, maka kegiatan industri perminyakan di tanah
air terus berkembang. Penemuan demi penemuan terus bermunculan. Sampai dengan era 1950-
an, penemuan sumber minyak baru banyak ditemukan di wilayah Jawa Timur, Sumatera Selatan,
Sumatera Tengah, dan Kalimantan Timur. Pada masa ini Indonesia masih dibawah pendudukan
Belanda yang dilanjutkan dengan pendudukan Jepang.
Ketika pecah Perang Asia Timur Raya produksi minyak mengalami gangguan. Pada masa
pendudukan Jepang usaha yang dilakukan hanyalah merehabilitasi lapangan dan sumur yang
rusak akibat bumi hangus atau pemboman lalu pada masa perang kemerdekaan produksi minyak
terhenti. Namun ketika perang usai dan bangsa ini mulai menjalankan pemerintahan yang teratur,
seluruh lapangan minyak dan gas bumi yang ditinggalkan oleh Belanda dan Jepang dikelola oleh
Negara.
Sejalan dengan dinamika industri migas di dalam negeri, Pemerintah menerbitkan Undang-
Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 Tahun 2001. Sebagai konsekuensi penerapan UU tersebut,
15
Pertamina beralih untuk menjadi PT Pertamina (Persero) dan melepaskan peran gandanya. Peran
regulator diserahkan ke lembaga pemerintah sedangkan Pertamina hanya memegang suatu peran
sebagai operator murni.
Peran regulator di sektor hulu selanjutnya dijalankan oleh BPMIGAS yang dibentuk pada
tahun 2002. Sedangkan peran regulator di sektor hilir dijalankan oleh BPH MIGAS yang dibentuk
dua tahun setelahnya pada 2004.
Di sektor hulu, Pertamina membentuk sejumlah anak perusahaan sebagai entitas bisnis yang
merupakan kepanjangan tangan dalam pengelolaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak,
gas, dan panas bumi, pengelolaan transportasi pipa migas, jasa pemboran, dan pengelolaan
portofolio di sektor hulu. Ini merupakan wujud implementasi amanat UU No.22 tahun 2001 yang
mewajibkan PT Pertamina (Persero) untuk mendirikan anak perusahaan guna mengelola usaha
hulunya sebagai konsekuensi pemisahan usaha hulu dengan hilir. Atas dasar itulah PT Pertamina
EP didirikan pada 13 September 2005
Menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi kelas dunia.
Melaksanakan pengusahaan sektor hulu minyak dan gas dengan berwawasan lingkungan,
sehat dan mengutamakan keselamatan serta keunggulan yang memberikan nilai tambah bagi
pemangku kepentingan.
16
3.5 Tata Nilai Pertamina EP
Pertamina memiliki tata nilai sebagai komitmen perusahaan untuk mewujudkan visi dan
misinya, tata nilai yang di maskud sebagai berikut:
1. Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap.
menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola koperasi
yang baik.
2. Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong
pertumbuhan melakui onvestasi, membangun budaya sadar biaya dan mengahragi kinerja.
3. Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi
BUMN dan membangun kebangaan bangsa
4. Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat
5. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan
penguasaan teknik tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.
6. Customer Focus
Beroirentasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan.
17
Gambar 3.1 Wilayah Kerja Pertamina EP Asset 5
Pertamina EP mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari 4 direktorat seperti yang di
tunjukkan pada gambar 3.2 , yaitu :
1. Exploration & New Discovery Directorate.
2. Development Directorat.
3. Production & Operation Directorate.
4. Finance & Business Support Directorate.
18
3.8 Logo Pertamina
Fungsi eksploitasi (EPT) merupakan salah satu fungsi yang ada di Pertamina EP Asset 5 yang
memiliki tugas mengembangkan struktur baru temuan eksplorasi, upaya meningkatakan
perolehan produksi migas dan memperkecil decline produksi lapangan eksisting.
19
Gambar 3.4 Alur Kerja Fungsi Eksploitasi
20
21
BAB IV
Kegiatan Kerja Praktik (KP) di Pertamina EP Asset 5 dilaksanakan dari tanggal 10 Juni
hingga 31 Juli 2019. Kerja Praktik diawali oleh safety induction dari HSSE Pertamina EP Asset
5 untuk memberikan pengarahan kepada peserta KP mengenai kondisi lingkungan, kemungkinan
bahaya yang terjadi, dan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi bahaya. Kemudian dilanjutkan
oleh pengenalan perusahaan secara umum mengenai sejarah, organigram Pertamina EP Asset 5,
serta cakupan wilayah kerja Pertamina EP Asset 5.
Selain menggunakan Microsoft Excel, peserta KP juga diberikan tutorial analisis DCA
menggunakan software OFM. Analisis DCA menggunakan software OFM mempermudah
seorang Reservoir Engineer dalam menentukan sisa cadangan yang tersisa dan perkiraan laju alir
produksi dimasa mendatang. Dalam pengerjaannya, peserta KP dituntut untuk memahami dan
mampu menyelesaikan tugas dengan mandiri.
22
23
BAB V
24
5.1.4 Penentuan Trend
Setelah data produksi di plotting pada grafik, langkah selanjutnya yaitu menentukan
trend berdasarkan syarat analisis decline curve.
25
perhitungan. Hasil Perhitungan menggunakan metode Trial Error and X2 Chisquare Test di
tunjukan pada tabel 5.2, Tabel 5.3 dan Tabel 5.4.
Trend I
No. Nilai b qi qt D X2
1 0 1183 979 0.0082 6.76649564
2 0.1 1183 979 0.0083 6.85697952
3 0.2 1183 979 0.008387193 6.952157735
4 0.3 1183 979 0.008467577 7.052021987
5 0.4 1183 979 0.00854899 7.15656344
6 0.5 1183 979 0.00863144 7.26577272
7 0.6 1183 979 0.00871494 7.37963988
8 0.7 1183 979 0.00879952 7.49815447
9 0.8 1183 979 0.00888518 7.62130547
10 0.9 1183 979 0.00897194 7.74908135
11 1 1183 979 0.00905982 7.88147004
Trend II
No. Nilai b qi qt D X2
1 0 822 705 0.0154 1.48563362
2 0.1 822 705 0.0155 1.50803413
3 0.2 822 705 0.015592444 1.531107434
4 0.3 822 705 0.015713382 1.554853223
5 0.4 822 705 0.01583557 1.57927111
6 0.5 822 705 0.01595902 1.60436067
7 0.6 822 705 0.01608375 1.63012137
8 0.7 822 705 0.01620977 1.65655267
9 0.8 822 705 0.0163371 1.68365394
10 0.9 822 705 0.01646575 1.68365394
11 1 822 705 0.01659574 1.71142448
26
Tabel 5.4 Trial Error and X2 Chisquare Test Sumur-X Trend III
Trend III
No. Nilai b qi qt D X2
1 0 1268 1029 0.0056 13.0669146
2 0.1 1268 1029 0.0057 13.1997891
3 0.2 1268 1029 0.005764236 13.34393643
4 0.3 1268 1029 0.005825275 13.49935502
5 0.4 1268 1029 0.00588717 13.6660414
6 0.5 1268 1029 0.00594995 13.8439907
7 0.6 1268 1029 0.00601361 14.0331961
8 0.7 1268 1029 0.00607817 14.2336492
9 0.8 1268 1029 0.00614365 14.4453402
10 0.9 1268 1029 0.00621006 14.6682575
11 1 1268 1029 0.00627741 14.9023876
Jika q hasil forecast pada X2 terkecil masing-masing trend diplot bersamaan dengan q
actual, maka hasil plottingnya akan terlihat seperti pada gambar 5.3 , 5.4 dan 5.5.
27
Gambar 5.4 Grafik q Trend II vs forecast
28
Dari ketiga metode penentuan yang telah dilakukan, maka tipe decline yang digunakan adalah
exponential decline pada metode Trial Error and X2 Chisquare Test Trend I dengan decline rate
sebesar 0.0082.
September 2020.
Ultimate recovery merupakan akumulasi antara kumulatif produksi yang sudah di peroleh
(Npt) ditambah dengan kumulatif produksi minyak yang akan datang sampai batas ekonomisnya
(Npta).
29
b. Recovery Factor
Recovery Factor (RF) adalah perbandingan antara hidrokarbon yang dapat diproduksikan
(recoverable reserve) dengan Original Oil In Place (OOIP).
c. Remaining Reserve
Remaining Reserve (RR) adalah jumlah cadangan yang dapat diambil, yang masih tertinggal
dalam reservoir atau belum diproduksikan.
30
5.2.1 Decline Curve Analysis Layer-A
Decline curve analysis yang kedua adalah menganalisis Layer-A yang memiliki lebih dari
satu sumur produksi beradasarkan data produksi yang telah diberikan.
31
5.2.5 Penentuan Jenis Decline
Penentuan Jenis Decline dilakukan menggunakan dua metode yaitu Loss Ratio dan Trial-
Error and X2 Chisquare Test.
32
Tabel 5.11 Trial Error and X2 Chisquare Test Trend II
Trend II
No. Nilai b qi qt D X2
1 0 2293 831 0.0046 8060.438
2 0.1 2293 831 0.0048 7409.254
3 0.2 2293 831 0.005069 6797.092
4 0.3 2293 831 0.005344 6225
5 0.4 2293 831 0.00564 5693.895
6 0.5 2293 831 0.005956 5204.555
7 0.6 2293 831 0.006296 4757.621
8 0.7 2293 831 0.00666 4353.586
9 0.8 2293 831 0.007052 3992.799
10 0.9 2293 831 0.007472 3675.461
11 1 2293 831 0.007925 3401.624
Trend III
No. Nilai b qi qt D X2
1 0 951 426.97 0.0067 753.7788
2 0.1 951 426.97 0.0070 792.0459
3 0.2 951 426.97 0.00729 836.7823
4 0.3 951 426.97 0.007607 888.0219
5 0.4 951 426.97 0.007932 945.7812
6 0.5 951 426.97 0.008276 1010.059
7 0.6 951 426.97 0.008639 1080.838
8 0.7 951 426.97 0.009023 1158.08
9 0.8 951 426.97 0.00943 1241.732
10 0.9 951 426.97 0.009859 1331.723
11 1 951 426.97 0.010314 1427.964
Jika q hasil forecast pada X2 terkecil masing-masing trend diplot bersamaan dengan q actual,
maka hasil plottingnya akan terlihat seperti pada gambar 5.9 , 5.10 dan 5.11.
33
Gambar 5.9 Grafik q Trend I vs forecast
Ultimate recovery merupakan akumulasi antara kumulatif produksi yang sudah di peroleh
(Npt) ditambah dengan kumulatif produksi minyak yang akan datang sampai batas ekonomisnya
(Npta).
35
Tabel 5.13 Ultimate Recovery Layer-A
b. Recovery Factor
Recovery Factor (RF) adalah perbandingan antara hidrokarbon yang dapat diproduksikan
(recoverable reserve) dengan Original Oil In Place (OOIP).
c. Remaining Reserve
Remaining Reserve (RR) adalah jumlah cadangan yang dapat diambil, yang masih tertinggal
dalam reservoir atau belum diproduksikan.
36
37
BAB VI
TINJAUAN TEORITIS
Berdasarkan kegiatan dan hasil kerja praktik yang telah dilaksanakan di Pertamina EP Asset 5,
pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan bisa menjadi acuan dasar pengerjaan Decline
Curve Analysis pada data produksi yang telah diberikan. Pemahaman dasar mengenai Decline
Curve Analaysis sangat membantu peserta KP dalam memahami langkah awal analisis data
produksi.
Keterampilan baru yang diperoleh selama kerja praktik adalah peserta kerja praktik mampu
menentukan jenis decline curve melalui berbagai metode penentuan jenis decline curve. Selain
itu, dari berbagai metode penentuan jenis decline, peserta KP mendapatkan pemahaman bahwa
metode Trial Error & X2 Chisquare Test merupakan metode yang paling di rekomendasikan
karena metode ini menggunakan pendeketan terhadap data aslinya dan melalui metode ini jenis
decline selalu dapat ditentukan.
Selain itu, peserta KP diberikan keterampilan baru penentuan Decline Curve Analysis
menggunakan software OFM. Decline Curve Analysis menggunakan software OFM sangat
mempermudah seorang reservoir engineer menentukan hasil Decline Curve Analysis karena
semua prosesnya secara otomatis akan dihitung, peserta KP hanya perlu menentukan garis trend
yang akan menjadi acuannya.
Pada sesi presentasi hasil kerja praktik, peserta KP banyak mendapatkan masukan mengenai etika
presentasi yang baik dan benar dari pembimbing instansi diantaranya mengenai cara memandang
audience dan pewarnaan teks di slide presentasi. Pembimbing instansi tidak banyak
mengomentari mengenai topik presentasi karena sudah disajikan cukup detail, peserta KP hanya
di minta meyakinkan pembimbing instansi dan audience lainnya bahwa yang telah di analisis itu
sudah tepat.
Keterkaitan semua teori yang diperoleh di perkuliahan dengan yang didapatkan selama kerja
praktik adalah teori yang diperoleh selama perkuliahan menjadi dasar peserta KP dalam
mengerjakan semua tugas selama pelaksanaan KP karena selama proses pembelajaran
diperkuliahan banyak melakukan latihan analisis meskipun menggunakan data fiktif yang ideal.
Penggunaan data real selama kerja praktik memberikan pemahaman bahwa analisa data real
memerlukan ketelitian yang tinggi karena data real sangat fluktuatif dan jumlahnya sangat
banyak.
38
39
BAB VII
7.1 Kesimpulan
Berdasarakan Decline Curve Analysis pada Sumur-X, Layer-A, Layer-B dan Layer C
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Sumur-X memiliki tipe decline exponential decline dengan decline rate 0.0056.
2. Sumur-X akan berhenti produksi pada tanggal 20 September 2020 dengan limit rate
12bbl/d.
3. Sumur-X memiliki remaining reserve sebesar 85921.51 bbl.
4. Layer-A memiliki tipe decline exponential decline dengan decline rate 0.0067.
5. Layer-A akan berhenti produksi pada tanggal 23 Juli 2020 dengan decline rate limit rate
30 bbl/d.
6. Layer-A memiliki remaining reserve sebesar 53645.08 bbl.
7.2 Saran
Kerja praktik memiliki salah satu tujuan utama yaitu memberikan pengalaman mengenai
overview dari sebuah pekerjaan yang dilakukan perusahaan. Maka dari itu keterlibatan peserta
kerja praktik di luar dari topik kerja praktik yang di ajukan menjadi sangat penting untuk
menambah wawasan peserta kerja praktik. Selain itu, program kerja praktik/tugas akhir pada
sebuah perusahaan migas merupakan bentuk investasi dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa, khususnya di bidang migas. Maka dari itu, perlu adanya sebuah panduan
pembelajaran kerja praktik yang jelas dan terstruktur sehingga memudahkan peserta dan
pembimbing kerja praktik dalam menentukan program dan waktu selama pelaksanaan kerja
praktik.
40
Daftar Pustaka
1. Amyx, J.W., Pass, M.D and Whiting,R.I. , "Petroleum Reservoir Engineering", Me. Graw
Hill Book Company, New York, 1960.
2. Arps. J.J.,: “Analysis Decline Curve”, Trans. AIME, Volume 160, 1960.
4. Perdana, V. (n.d). Proposal Tugas Akhir Penentuan Cadangan dengan Decline Curve
https://www.academia.edu/36706285/Proposal_Tugas_Akhir_Penentuan_Cadangan_denga
n_Decline_Curve_method.doc
edition,1985.
41
LAMPIRAN