Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

KLIEN DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH

Disusun oleh :

Tria Putri

Marlina Diyan Safitri

Siti Soleha

Bela Apriyani

Imam Wahyudi

AKADEMI KEPERAWATAN PANCA BHAKTI

BANDAR LAMPUNG

T.A 2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai mahluk hidup kita tidak bisa lepas dari suatu aktivitas. Aktivitas
adalah rutinitas latihan yang di kerjakan seseorang dan kegiatannya berbeda setiap
waktunya. Salah satu aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita
lakukan yaitu berpindah. Berpindah merupakan kegiatan pergerakan fisik dari satu
tempat ke tempat lainnya. Salah satu masalah dalam berpindah adalah hambatan
kemampuan berpindah. Hambatan kemampuan berpindah adalah keterbatasan
pergerakan mandiri di antara dua permukaan yang dekat (Herdman, 2015).

Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak salah satunya yaitu


keadaan pembuluh darah, hal ini terjadi bila adanya penyempitan akibat stenosis,
ateroma atau tersumbat oleh trombus/embolus (Harsono, 2007). Karena adanya
penyempitan pembuluh darah pada otak, maka otak tidak bisa menyalurkan
neuron motorik. Neuron motorik yaitu neuron yang membawa informasi keluar
dari susunan saraf pusat ke berbagai organ sasaran (suatu sel otot atau kelenjar).
(Mutaqin, 2008). Apabila neuron motorik tidak sampai pada sel otot maka tubuh
tidak bisa merespon rangsang yang diberikan oleh otak dan tubuh tidak bisa
menggerakan sebagian anggota gerak motorik maupun sensorik karena
terganggunya sistem persarafan.

Disfungsi motorik merupakan salah satu tanda gejala dari penyakit stroke
non hemoragic. Hal yang dapat menyebabkan hambatan kemampuan berpindah
pada pasien stroke non hemoragic diantaranya yaitu kelemahan saraf, kelemahan
otot, kurang gerak, kekakuan sendi, kurang energi, dan aliran darah ke otak.
Stroke Non Hemoragic yaitu dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis
serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun dari tidur,
atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan 2 hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
Kesadaran umumnya baik (Mutaqin, 2008). Kusuma dkk (2009)
menemukan bahwa stroke iskemik sebesar 42,9% lalu 1,4% merupakan penderita
perdarahan subarakhnoid, 18,5% menderita perdarahan intraserebral. O’donell
dkk (2010) melakukan penelitian multicenter di 22 negara sejak tahun 2007
hingga 2010 menemukan bahwa presentase stroke iskemik jauh lebih tinggi yaitu
sebesar 78% dibandingkan dengan stroke hemoragik.

Menurut Masdeu dan Solomon (2007), penderita stroke cenderung mudah


menderita gangguan jiwa karena adanya perubahan yang tiba-tiba terhadap
seseorang akibat ketidakmampuannya untuk menggunakan anggota badan
mereka, adanya ketidakmampuan mereka berkomunikasi, mudah menyebabkan
timbulnya gangguan penyesuaian. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan
oleh Kaplan dkk (2008), perubahan psikologi yang terjadi mempunyai kaitan
dengan lokasi lesi di otak. empat lokasi yang sering dihubungkan dengan sindrom
depresi adalah lesi pada lobus frontalis, lobus temporalis dan bangsal ganglia
terutama nukleus kaudatus. Namun Carson dan kawan-kawan (2007) menyatakan
beberapa faktor gangguan jiwa pada pasien stroke antara lain ; pengaruh gangguan
anatomik, gangguan neurohormonal atau neurotransmiter dan psikologi. Dari
pengertian diatas, bagi klien yang mengalami Stroke Non Hemoragic sangat
riskan untuk mengalami masalah kejiwaanya terutama merasa jelek tentang
gambaran dirinya atau mengalami gangguan citra tubuh. Citra tubuh merupakan
ide seseorang mengenai betapa penampilan badannya menarik di hadapan orang
lain (Chaplin, 2011).

Sedangkan gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh


yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi keterbatasan,
makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh (Wald & Alvaro 2007).
Menurut Freud (2007), pasien stroke dapat mengalami depresi menderita
kehilangan nyata atas objek cinta yang bersifat ambivalen 3 (bertentangan). Pasien
bereaksi dengan kemarahan yang kemudian diarahkan kepada diri sendiri, dan ini
menyebabkan gangguan citra tubuh. Untuk mengatasi gangguan citra tubuh pada
pasien stroke, dapat dilakukan dengan cara : mendiskusikan persepsi pasien
tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat ini, motivasi pasien untuk
memaksimalkan anggota tubuh yang masih bisa digunakan, gali aspek positif
pasien dan berikan motivasi, menjelaskan kepada keluarga tentang gangguan citra
tubuh yang dialami pasien, motivasi keluarga untuk mengikutsertakan pasien
dalam berbagai kegiatan Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk
mengangkat masalah dengan judul ”Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh
pada pasien yang mengalami kecacatan”

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Menggambarkan kemampuan penulis berfikir kritis dalam asuhan keperawatan


klien dengan stroke : resiko Gangguan Citra Tubuh pada klien yang mengalami
kecacatan”

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Menggambarkan pengkajian resiko Gangguan Citra Tubuh pada klien yang


megalami kecacatan pada wajah

b. Menggambarkan diagnosa keperawatan resiko Gangguan Citra Tubuh pada


klien

c. Menggambarkan intervensi keperawatan Gangguan Citra Tubuh pada klien

d. Menggambarkan implementasi keperawatan Gangguan Citra Tubuh pada klien

e. Menggambarkan evaluasi keperawatan resiko Gangguan Citra Tubuh pada


klien.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Gambaran  diri  atau  citra  tubuh  merupakan  komponen  konsep diri yang


paling utama dari komponen konsep diri lainnya, cita tubuh adalah persepsi
individu terhadap dirinya seara sadar ataupun tidak sadar terhadap penilaian
dirinya meliputi: persepsi atau perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan
potensi tubuh. Gambaran diri atau citra tubuh bersifat dinamis karena merupakan
perubahan yang terjadi secara konstan sebagai persepsi baru dan pengalaman
dalam kehidupan (Stuart&Laraia,2005)
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara
internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain
(Potter & Perry, 2005).
Citra  tubuh  merupakan  sikap  individu  terhadap  tubuhnya  baik disadari
maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu dan sekarang megenai ukuran,
bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh (Sulisyiwati,2005).
Citra   tubuh   positif  apabila   seseorang   memandang   realistis,
menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari
rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu
terhadap tubuhnya dapat merubah citra tubuh secara dinamis. Persepsi orang lain
di lingkungan seseorang terhadap dirinya turut mempengaruhi penerimaan klien
terhadap dirinya.
Individu  yang  stabil,  realistis  dan  konsisten  terhadap  gambaran
dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang
akan memacu sukses dalam kehidupan (Stuart&Laraia,2005).
Perubahan citra tubuh adalah suatu keadaan distress personal, yang
didefinisikan oleh individu, yang mengindikasikan bahwa tubuh mereka tidak lagi
mendukung harga diri dan yang disfungsional, membatasi interaksi social mereka
dengan orang lain (suliswati, 2005)

Komponen Citra Tubuh

Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen citra tubuh.


Salah satunya adalah Cash (2000) yang mengemukakan adanya lima komponen
citra tubuh, yaitu :
a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu penilaian individu
mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah menarik atau
tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan.
b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), perhatian individu terhadap
penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan penampilan dirinya.
c. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh), yaitu kepuasan
individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut,
payudara, tubuh bagian bawah (pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian tengah
(pinggang, perut), dan keseluruhan tubuh.
d. Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu kecemasan
menjadi gemuk, kewaspadaan individu terhadap berat badan, melakukan diet
ketat, dan membatasi pola makan.
e. Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh), yaitu persepsi dan
penilaian individu terhadap berat badannya, mulai dari kekurangan berat
badan sampai kelebihan berat badan.

Komponen citra tubuh menurut Keaton, Cash, dan Brown (Tresnanari,


2001) mengatakan citra tubuh berkaitan dengan dua komponen yaitu:
a. Komponen persepsi, bagaimana individu menggambarkan kondisi fisiknya
yaitu mengukur tingkat keakuratan persepsi seseorang dalam mengestimasi
ukuran tubuh seperti tinggi atau pendek, cantik atau jelek, putih atau hitam,
kuat atau lemah.
b. Komponen sikap, yaitu berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan
individu terhadap bagian-bagian tubuh yang meliputi wajah, bibir, hidung,
mata, rambut dan keseluruhan tubuh yang meliputi proporsi tubuh, bentuk
tubuh, penampilan fisik

2.2 Penyebab Gangguan Citra Tubuh

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi seseorang tentang tubuh


yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh. Gangguan citra tubuh
merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko untuk
mengalami gangguan dalam penerapan citra diri seseorang (Lynda Juall,2006).

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh


a. Sosialkultural: budaya serta adat-istiadatberpengaruh terhadap citra tubuh
seseorang melihat di Indonesia terdapat beraneka ragam budaya dan adat
b. Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan memiliki citra tubuh yang berbeda
tergantung dari tiap-tiap individu.
c. Status hubungan
d. Agama

2.4 Tanda dan Gejala Terjadinya Gangguan Citra Tubuh


a. Menolak untuk menyentuh dan melihat bagian yang berubah
b. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh
c. Mengurangi kontak social sehingga terjadi menarik diri
d. Perasaan atau pandangan negative terhadap tubuh
e. Mengungkapkan keputusasaan
f. Mengungkapkan ketakutan ditolak
g. Menolak penjelasan tentang oerubahan tubuh
BAB 3

GAMBARAN KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. P

Gangguan Citra Tubuh di Ruang Kamboja

3.1 Gambaran kasus

Kasus (masalah utama)

Ny. P usia 45 tahun seorang pembantu rumah tangga, mengalami cacat pada
wajah karena disiram air panas oleh majikannya sebulan yang lalu. Sejak kejadian
itu ia tidak mau keluar kamar dan berinteraksi dengan orang lain. Hasil
wawancara dengan perawat diperoleh data bahwa klien merasa malu dengan
kondisi wajahnya dan takut akan dibicarakan orang. Selain itu, klien berkata kalau
dia menyesal tidak mendengar nasehat suaminya supaya berhenti dari
pekerjaannnya itu. Berdasarkan pengamatan, klien lebih banyak melamun, diam
dan tidak mau melihat wajahnya dicermin.

3.2 Pengakajian masalah psikososial

A. IDENTITAS KLIEN

Tanggal Pengkajian: : 4 mei 2020

Nama : Ny.P

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 45 tahun
Alamat : Bandar Lampung

Suku : Lampung

B. Riwayat keluarga

Genogram

C. Keluhan Utama

Klien merasa malu dengan kondisi nya , klien tidak mau melihat wajahnya di
cermin

D. Riwayat Kesehatan

Biologis: Klien tidak memiliki penyakit menurun atau menular dan klien tidak
memiliki riwayat trauma lainnya klien tidak memiliki riwayat kesehatan masa
lalu

E. Pengkajian Fisik

Pemeriksaan ttv
TD : 110/70 mmHg

S : 36,5 C

N : 80x/menit

P : 22x/menit

Keluhan fisik : klien mengatakan lemas

1. Keadaan umum (kelelahan)


Klien mengalami kelelahan
2. Sistem integumen
luka pada kulit dibagian wajah , tidak ada memar, kuku sianosis , turgor
elastis
3. Hemopoetik
Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe
4. Kepala (sakit kepala,pusing,trauma kepala,gatal kulit kulit kepala)
Klien tidak mengalami trauma kepala, tidak ada pembengkakan pada kepala
5. Sistem penglihatan
Klien tidak menggunakan kaca mata , penglihatan normal, tidak ada
pembengkakan di sekitar mata
6. Sistem pendengaran
Klien tidak menggunakan alat bantu dengar , pendengaran baik
7. Sistem penghidung
Klien tidak memiliki riwayat alergi, tidak ada nyeri pada sinus
8. Mulut dan tengorokan
Klien tidak sakit tenggorokan , tidak ada luka pada tenggorokan , klien tidak
menggunakan gigi palsu
9. Leher
Tidak ada nyeri tekan , tidak ada pembesaran kelenjar tiroid ,tidak ada
pembengkakan
10. Payudara
Tidak nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
11. Sistem pernapasan
Bunyi nafas ronchi, tidak memiliki alergi pernapasan, RR : 22x/menit
12. Sistem cardiovaskuler
Tidak nyeri dibagian dada , tidak edema , bunyi jantung normal
13. Gastrointestinal
Nafsu makan berkurang, tidak ada pembesaran hepar, klien tidak mual
muntah , tidak mengalami perdarahan pada rektum
14. Perkemihan
Tidak nyeri saat berkemih, perkemihan klien baik
15. Genito reproduksi-wanita
Tidak ada lesi, tidak nyeri pada pelvis
16. Musculoskeletal
Tidak nyeri sendi, tidak ada pembengkakan pada sendi , klien bisa berjalan
17. SSP
Klien tidak menglami sakit kepala, klien tidak tremor
18. Sistem Endokrin
Ada perubahan kulit pada wajah klien , tidak ada perubahan rambut

F. Pengkajian psikososial

1. konsep diri

 Gambaran diri : klien mengatakan merasa malu dengan kondisi wajahnya


dan takut menjadi bahan pembicaraan orang.
 Identitas : klien seorang perempuan dan sudah menikah, klien menerima
statusnya sebagai perempuan dan ibu bagi anak-anaknya
 Peran : klien memahami perannya sebagai perempuan pada umumnya
 Ideal diri : klien berharap dapat sembuh dan wajah nya kembali seperti
semula
 Harga diri : klien mengatakan malu dan takut menjadi bahan pembicaraan
orang.

2. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti dalam hidup nya adalah anak dan suami nya
b. klien seorang ibu rumah tangga klien juga akrab dengan tetangga
nya
c. klien merasa malu pada keadaan sekarang klien hanya berdiam
dirumah tidak mau berinteraksi dengan orang

3. Pendidikan dan Pekerjaan

 Klien pendidikan SD dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga

4. Gaya hidup

sebelum sakit :

- klien bekerja dan mengurus rumah tangga berinteraksi kepada masyarakat


klien juga

sesudah sakit :

- klien tidak bekerja lagi klien hanya berdiam dikamar tidak mau
berinteraksi dengan orang

5. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

- nilai dan keyakinan sesuai agama dan kepercayaan

b. Kegiatan ibadah

- klien selalu melakukan sholat 5 waktu

7. Alam perasaan

- Klien merasa sedih dan merasa malu

8. Pola Tidur
- Klien tidur pada malam hari selama 6-8 jam dan pada siang hari selama 2
jam

9. Koping

a. Sumber koping

- mendapatkan dukungan dari keluarga untuk selalu semangat dan


menerima keadaan

b. Mekanisme koping

- selalu berfikir positif dan menerima kekurangan selalu sabar

G. Pohon Diagnosis Pohon diagnosis pada keperawatan jiwa terdiri dari masalah
kesehatan jiwa pada klien

Proses terjadinyamasalah

Ny. P tersiram air panas

Cacat wajah

Malu dengan kondisinya, takut menjadi bahan pembicaraan

Tidak mau berinteraksi dengan orang lain, tidak mau melihat wajahnya dicermin

Lebih banyak melamun dan menyalahkan diri sendiri


Pohon masalah

Isolasi sosial harga diri rendah

Klien tidak mau berinteraksi Klien tidak mau


melihat
dengan orang lain wajahya
dicermin

Klien malu dengan kondisinya Klien kehilangan


kepercayaan diri

Gangguan citra tubuh

Perubahan bentuk tubuh: cacat wajah

Kekerasan fisik

1.2 FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

A. Identitas klien Identitas Penanggung Jawab

Inisial : Ny.P Nama : Tn. Bima

Alamat : Tanjung karang Alamat: Tanjungkarang

Umur : 45 tahun Umur : 48 tahun

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP


Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Suku/bahasa : Lampung Suku/bahasa : Lampung

Agama : Islam Agama : Islam

Informan : Hub dengan klien : Suami

Tanggal masuk RS : 02 mei 2020

Tanggal pengkajian : 04 mei 2020

Nomor register : 123456

B. ALASAN MASUK

Klien hanya berdiam dikamar dan tidak ingin berinterkasi dengan orang lain
karena klien mengalami cacat pada wajah karena disiram air panas oleh
majikannya sebulan yang lalu

C. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu : ( ) ya ( * ) tidak

2. Pengobatan sebelumnya: ( ) berhasil ( ) kurang berhasil (* ) tidak berhasil

3. Penganiayaan: pelaku/usia korban/usia saksi/usia

a. Aniaya fisik

- Tindakan kriminal : klien berinisial Ny.P dianiaya oleh majikan nya wajah
klien disiram dengan air panas

Masalah Keperawatan : perubahan struktur /bentuk tubuh : cacat wajah

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? ( ) ya ( * ) tidak

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :

- Klien pernah disiram air panas oleh majikannya


Masalah Keperawatan : perubahan pada citra tubuh

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda-tanda Vital

TD : 110/70 mmHg S : 36,5 C

N : 80x/menit RR : 22x/menit

2. Ukur TB : 156 cm BB :50 ( * ) turun ( ) naik

3. Keluhan Fisik ( * ) ya ( ) tidak

Jelaskan : klien mengeluh lelah dan lemas

Klien meraskan : klien merasakan badan nya lemas

E. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Jelaskan :
- Klien memiliki seorang suami dan dua anak 1 laki laki dan 1 perempuan
klien masih memiliki ibu,kakak laki laki dan ayahnya sudah meninggal
sejak ia kelas 2 SD klien tinggal bersama suami dan anak-anak nya

2. Konsep Diri

a ) Gambaran diri : klien mengatakan merasa malu dengan kondisi wajahnya dan
takut menjadi bahan pembicaraan orang

b ) Identitas diri : klien menganggap anggota tubuhnya yang lemas sudah tidak
bisa sembuh seperti semula, klien paling suka terhadap wajahnya

c ) Peran : klien memahami peran nya sebagai istri dan ibu

d ) Ideal Diri : klien berharap dapat sembuh seperti semula

e ) Harga diri : : klien mengatakan malu dan takut menjadi bahan pembicaraan
orang.

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang terdekat : Suami

b. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat : klien sebagai ibu rumah tangga

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: tidak ada

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : sesuai agama dan kepercayaan

b. Kegiatan Ibadah : klien selalu melakukan ibadah sholat 5 waktu

F. STATUS MENTAL

1.Penampilan

( ) tidak rapi ( ) penggunaan pakaian tidak sesuai

( * ) cara berpakaian tidak seperti biasanya


Jelaskan :

- Klien berpenampilan pakaian seperti biasanya

2. Pembicaraan

( ) cepat ( ) keras ( ) gagap

( ) inkoheren ( ) apatis ( *) lambat

( ) membisu ( ) tidak mampu memulai bicara

Jelaskan

- Klien merasa dirinya lemas

3. Aktivitas Motorik

( * ) lesu ( ) tegang ( * ) Gelisah ( ) Agitasi

( ) Tik ( ) Grimasen ( ) Tremor ( ) Kompulsif

Jelaskan :

- Klien tampak dirinya lemas dan kurang tenaga

4. Alam Perasaan

( * ) sedih ( * ) ketakutan ( * ) Putus asa

( * ) Khawatir ( ) Gembira berlebihan

Jelaskan :

- Klien mempunyai perasaan yang sangat seih karena kondisinya

5. Afek

( ) Datar ( ) Tumpul

( * ) Labil ( ) Tidak sesuai


Jelaskan :

- Klien tampak ketakutan, kadang-kadang hanya berdiam saja

6. Interaksi selama wawancara

( ) Bermusuhan (* ) Tidak Kooperatif ( ) Mudah tersinggung

(* ) Kontak mata kurang ( ) Defensif ( ) Curiga

Jelaskan :

- Klien tidak kooperatif dan kontak mata kiurang karena klien merasa malu
saat berbicara kepada orang lain, kontak mata kurang saat berbicara mata
klien melihat kearah lain

7. Persepsi / halusinasi

( ) Pendengaran ( ) Penglihatan

( ) Perabaan ( ) Pengecapan ( ) Penghidung

Jelaskan :

- Tidak ada halusinasi pada diri klien

8. Proses Pikir

( ) Sircumstansial ( ) Tangensial ( ) Kehilangan asosiasi

( ) Flight of idea ( ) Blocking ( ) Pengulangan pembicaraan persevarasi

Jelaskan :

- Tidak ada masalah dalam proses piker klien

9. Isi Pikir

( ) Obsesi ( ) Fobia ( ) Hipokondria

( ) Dipersonalisasi ( ) Ide yang terkait ( ) Pikiran magis


( ) Waham

( ) Agama ( ) Somatik ( ) Kebesaran

( ) Curiga ( ) Nihilistik ( ) Sisip pikir

( ) Siap pikir (* ) kontrol pikir

Jelaskan :

- Kontrol pikir klien selalu membayangkan bahwa dirinya malu dan tidak
mau dilihat oleh orang lain takut jadi pembicaraan orang

10. Tingkat kesadaran

( ) Bingung ( ) Fobia ( * ) Hipokondria Disorientasi

( ) Waktu ( ) Tempat ( ) Orang

Jelaskan :

- Klien dengan keadan sadar tetapi klien memikikan wajah nya dan berfikir
bahwa wajah nya tidak dapat kembali seperti semula

11. Memori

( ) Gangguan daya ingat jangka panjang ( ) Gangguan daya ingat jangka pendek

( ) Gangguan daya ingat saat ini ( ) Konfabulasi

Jelaskan :

- Tidak ada masalah gangguan daya ingat pada klien

12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung

( ) Mudah Beralih ( * ) Tidak mampu berkosentrasi ( ) Tidak mampu berhitung


sederhana

Jelaskan :
- Konsentrasi klien mudah dialihkan

13. Kemampuan Penilaian

( ) Gangguan ringan ( ) Gangguan Bermakna

Jelaskan :

- Klien masih mampu menilai dirinya akan melakukan apa

14. Daya Titik diri

( * ) Mengingkari penyakit yang diderita

( * ) Menyalahkan hal-hal yang luar dirinya

Jelaskan :

- Klien merasa menyesal penyakit yang di derita karena klien tidak


mendengarkan perkataan suaminya dan menyalahkan diri sendir

G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG .

1. Makan dan Minum

( * ) Bantuan Minimal ( ) Bantuan Total

2. Bab/Bak

( * ) Bantuan Minimal ( ) Bantuan Total

Jelaskan

- Klien dapat melaksanakan kebutuhan perawatan diri tanpa tanpa dibantu

3. Mandi

(* ) Bantuan Minimal ( ) Bantuan Total


4. Berpakaian / Berhias

(* ) Bantuan Minimal ( ) Bantuan Total

Jelaskan :

- Tidak ada masalah keperawatan dalam membutuhkan bantuan mandi dan


berpakaian

5. Istirahat/tidur

( * ) Tidur siang, lama : 2 jam

( * ) Tidur malam, lama 6-8 jam

( * ) Kegiatan sebelum/sesudah tidur : klien hanya berdiam diri dikamar dan


menyendiri

6. Penggunaan obat

(* ) Bantuan minimal ( ) Bantuan Total

7. Pemeliharaan Kesehatan

Perawatan lanjut : ( * ) ya ( ) tidak

Sistem pendukung : ( * ) ya ( ) tidak

8. Kegiatan di dalam rumah

Mempersiapkan makan : ( * ) ya ( ) tidak

Menjaga kerapihan rumah : ( * ) ya ( ) tidak

Mencuci pakaian : ( * ) ya ( ) tidak

Mengatur keuangan : ( * ) ya ( ) tidak

9. Kegiatan Diluar rumah

Belanja : ( ) ya (* ) tidak
Transportasi : ( ) ya (* ) tidak

Lain-lain : ( ) ya (* ) tidak

Jelaskan :

- klien tidak mau keluar rumah dan klien selalu ingin menyendiri karena
klien merasa malu

H. MEKANISME KOPING

Adaptif Mal adaptif

( ) Bicara dengan orang lain ( ) Minum alkohol

( ) Mampu menyelesaikan masalah ( ) reaksi lambat/berlebihan

( ) Tehnik relaksasi ( ) Bekerja berlebihan

( ) Aktivitas konstruktif (*) Menghindar

( ) Olahraga ( ) Mencederai diri/oranglain/barang

( ) Lain-lain ( ) Lain-lain

Jelaskan :

- klien menghidar dari orang orang karena klien merasa malu

I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

Klien berhubungan dengan dukungan kelompok spesifik

- Klien tidak berhubungan dengan kelompok laini

Masalah berhungan dengan lingkungan fisik


- Klien merasa malu klien tidak mau berinteraksi dengan orang

Masalah berhungan dengan pendidikan spesifik

- Klien hanya lulusan SD dan klien tidak melanjutkan karena ekonomi yang
tidak memungkinkan

Masalah berhubungan dengan pekerjaan spesifik

- Klien merasa trauma dengan pekerjaan nya yang sudah membuat


perubahan tubuh pada klien

Masalah berhubungan dengan perumahan spesifik

- Klien hanyan berdiam dikamar tidak mau berinteraksi dengan orang

Masalah berhubungan dengan ekonomi spesifik

- Klien mengalami ekonomi yang kurang baik

Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan

- Klien sedang menjalani perawatan dengan bantuan pemerintah

KURANG PENGETAHUAN TENTANG

( * ) Penyakit jiwa ( ) Sistem pendukung ( ) Faktor predisposisi

( * ) Kondisi fisik ( ) Mekanisme koping ( ) obat-obatan ( ) Lain-lain

Jelaskan :

- Klien kurang memahami penyakit fisik yang di derita bhawa ia sedang


trauma aau depresi yang akan berakibat mengganggu kejiwaan klien
ASPEK MEDIS

Diagnosa medik : gangguan citra tubuh

Terapi medik :

- memberikan dukungan
- mendengarkan cerita klien
- memberikan hal-hal yang positif pada diri klien

DATA FOKUS

ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


keperawatan
DS : Perubahan bentuk Gangguan
Klien mengatakan kondisi wajahnya tubuh: cacat wajah citra tubuh
yang rusak ( D.0083 )
Klien mengatakan tidak mau melihat
wajahnya atau berkaca
Klien mengatakan takut menjadi bahan
pembicaraan orang.
Klien mengatakan tidak menerima
kenyataan
DO :
Wajah klien mengalami luka
Klien tampak gelisah
DS : Harga diri
Klien menilai diri nya negative Perubahan pada citra rendah
Klien mengatakan merasa malu dengan tubuh: cacat wajah situasional
kondisi wajahnya ( D.0087 )
Klien menolak penialian positif dari
suami nya
DO :
Klien tidak mau keluar kamar
Klien tidak mau berinteraksi dengan
orang
Klien kehilangan kepercayaan diri
DS : Perubahan Isolasi sosial
Klien mengatakan ingin sendirian penampilan fisik : ( D.0121 )
Klien tidak mau keluar kamar cacat wajah
Klien mengatakan tidak nyaman
ditempat umum karean takut jadi
pembicaraan orang
DO :
Klien tampak lesu
Klien menolak berinteraksi dengan orang
lain

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan citra tubuh


2. Harga diri rendah situasional
3. Isolasi sosial: menarik diri

POHON MASALAH

Isolasi sosial harga diri rendah

Klien tidak mau berinteraksi Klien tidak mau melihat


dengan orang lain wajahya dicermin

Klien malu dengan kondisinya Klien kehilangan kepercayaan diri


Gangguan citra tubuh

Perubahan bentuk tubuh: cacat wajah

Kekerasan fisik

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan harga diri: harga diri rendah


2. Gangguan citra tubuh
3. Isolasi social:menarik diri

RENCANA KEPERAWATAN
(NURSING CARE PLAN)

Nama Klien : Ny. P

Ruangan : Kamboja

N Tgl DX. kep Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


o
1 04 Gangguan Citra tubuh 1. Melihat 1. Binalah hubungan 1. Dasar
mei citra ( L.01001 ) bagian tubuh saling percaya antara mengembangkan
2020 tubuh setelah meningkat (4) klien dengan tindakan
( D.0083 ) pemberian 2. menyentuh perawat keperawatan
asuhan bagian tubuh 2. Berikan 2. Klien
keperawatan cukup kesempatan membutuhkan
selama 1 x 24 meningkat (4) pengungkapan pengalaman
jam citra 3. verbalisasi perasaan didengarkan dan
tubuh kecacatan dipahami
bagian tubuh 3. Bantu klien yang 3. Menetralkan
meningkat (4) cemas kecemasan yang
4. verbalisasi mengembangkan tidak perlu terjadi
perubahan gaya kemampuan untuk dan memulihkan
hidup menurun menilai diri dan realitas situasi,
(5) mengenali ketakutan merusak
masalahnya adaptasi klien

4. Dukung upaya 4. Membantu


klien untuk meningkatkan
memperbaiki citra penerimaan diri dan
diri sosialisasi

5. Dorong klien agar 5. Membantu


bersosialisasidengan meningkatkan
orang lain penerimaan diri dan
sosialisasi

N Tgl DX. kep Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional


o
2 04 Harga diri Harga diri 1. Penilaian 1. Beri kesempatan 1 Dengan
mei rendah (L. 09068 ) diri positif klien mengungkapkan
2020 situasional Setelah meningkat mengungkapkan perasaannya beban
( D.0087 ) pemberian (5) perasaannya klien akan berkurang
asuhan selama 2.
1 x 24 jam penerimaan 2. Beri respon yang 2 Respon
klien penilaian tidak menghakimi menghakimi dapat
menunjukkan positif merusak hubungan
peningkatan terhadap diri saling percaya dan
harga diri sendiri menurunkan harga
menigkat (5) diri klien
3. berjalan
menampkan 3. Ciptakan 3 Lingkungan
wajah lingkungan yang yang tenang mampu
menigkat (4) tenang dengan cara membantu klien
4. perasaan mengurangi dalam memfokuskan
malu stimulus eksternal pikiran
menurun (5) yang berlebihan
dalam interaksi
4. Diskusikan 4 Memotivasi
kemampuan dan klien memandang
aspek positif yang dirinya secara positif,
dimiliki klien Penilaian negatif
semakin menambah
rasa tidak percaya
diri klien
N Tgl DX. Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
o kep
3 04 Isolasi Keterlibatan 1. Minat .  1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
mei sosial social (L.13115) interaksi percaya percaya sebagai
2020 ( D.012 Setelah meningkat (5) dasar interaksi yang
1) pemberian asuhan 2. minat terapeutik perawat-
selama 1 x 24 jam terhadap klien.
klien aktivitas 2. Kaji pengetahuan klien 2. Mengetahui
menunjukkan meningkat (5) tentang menarik diri. sejauh mana
peningkatan harga pengetahuan klien
diri yang menarik diri
sehingga perawat
dapat merencanakan
tindakan
selanjutnya.

3.  Reinforcement positif 3. Reinforcement


atas keberhasilan positif dapat
yang telah dicapai meningkatkan
klien. harga diri klien.

CATATAN KEPERAWATAN

No Tgl DX .Kep implementasie Evaluasi


1 04 mei 2020 Evaluasi S: Klien
Gangguan citra tubuh b.d 1. Klien mengatakan sudah
Perubahan bentuk tubuh: cacat mengatakan dapat menerima
wajah menerima keadaan
keadaan tubuhnya klien mau melihat
2. Klien dapat wajah nya
mengaplikasikan O: Klien tampak
strategi koping tenang
A: Masalah sudah
Masalah teratasi
keperawatan : P : hentikan
perubahan bentuk intervensi
tubuh : cacat
wajah

2 Evaluasi S : Klien
1. Klien dapat mengatakan
04 mei 2020 menerapkan menialia diri nya
Harga diri rendah situasional b.d perubahan positif
Perubahan pada citra tubuh: cacat 2. Klien memiliki O: klien tidak
wajah beberapa cara malu dan
mengatsi berinteraksi
perubahan yang dengan orang lagi
terjadi. A: masalah
3. Klien teratasi
beradaptasi P : hentikan
dengan cara yang intervensi
dipilh dan
digunakan.
Masalah
keperawatan :
Perubahan pada
citra tubuh : cacat
wajah

3 04 mei 2020 Evaluasi S: Klien


Isolasi social b.d Perubahan 1. Klien dapat mengatakan mau
penampilan fisik : cacat wajah melakukan cara berinteraksi lagi
berinteraksi dengan orang
dengan orang lain O: klien tampak
2. Klien mampu tenang
mengungkapkan A: masalah
pentingnya teratasi
bersosialisasi P; hentikan
intervensi
Masalah
keperawatan :
Perubahan
penampilan fisik :
cacat wajah

BAB 4

PENUTUP
4.2 Kesimpulan
Gambaran  diri  atau  citra  tubuh  merupakan  komponen  konsep diri
yang paling utama dari komponen konsep diri lainnya, cita tubuh adalah
persepsi individu terhadap dirinya seara sadar ataupun tidak sadar terhadap
penilaian dirinya meliputi: persepsi atau perasaan tentang ukuran, fungsi,
penampilan dan potensi tubuh. Gambaran diri atau citra tubuh bersifat dinamis
karena merupakan perubahan yang terjadi secara konstan sebagai persepsi
baru dan pengalaman dalam kehidupan
Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh
pasien gangguan citra tubuh. Perubahan citra tubuh adalah suatu keadaan
distress personal, yang didefinisikan oleh individu, yang mengindikasikan
bahwa tubuh mereka tidak lagi mendukung harga diri dan yang disfungsional,
membatasi interaksi social mereka dengan orang lain
Jadi tugas perawat untuk dapat lebih memahami dan memberi
perawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Perawat juga harus mampu
memberikan asuhan keperawatan yang baik pada klien yang mengalami
gangguan citra tubuh.

4.2 Saran
1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi yang
dialami oleh klien, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan
bantuan bagi klien sehingga dapat merasakan tenang dalam dirinya dan
mendapatkan harga diri bagi klien snediri.
2. Ketika merawat klien dengan penyakit gangguan citra tubuh, tanggung
jawab perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan
social yang unik.
Sp 1

A. Proses keperawatan

1. Kondisi klien

- Klien mengatakan kondisi wajahnya yang rusak


- klien mengatakan takut menjadi bahan pembicaraan orang

- Klien mengatakan tidak menerima kenyataan

2. Diagnosa Keperawatan

Perubahan bentuk tubuh : cacat wajah ( Gangguan Citra Tubuh )

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Tindakan keperawatan untuk Pasien : mendengar kan cerita klien

Tujuan tindakan untuk pasien :

1. Pasien mengenali gangguan citra tubuh yang


dialaminya
2. Membantu meningkatkan penerimaan diri dan
sosialisasi

Sp 1 : Membantu pasien mengenal gangguan citra tubuh

ORIENTASI :
Perawat :“Selamat pagi bu, saya mahasiswa dari keperawatan AKPER PANCA
BHAKTI BANDAR LAMPUNG yang akan merawat ibu, nama saya Imam
Wahyudi,saya biasanya sering dipanggil imam”
Pasien : iya pagi
Perawat : Nama ibu kalo boleh tau siapa ya? ibu senang dipanggil apa?
Pasien : hmm nama saya ibu penni (terlihat wajah yang lemas dengan
menundukkan kepala nya)
Perawat : Oh dengan ibu penni ya ?Bagaimana perasaan ibu hari ini, Apa yang
ibu keluhan saat ini?
Pasien : iya saya saat ini merasa malu terhadap diri saya terutama pada bagian
wajah saya,saya tidak tahu apa lagi yang harus saya lakukan
Perawat :Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang ibu
rasakan saat ini, bagaimana Bu?
Pasien : iya
Perawat : kita bercapak disini saja ya bu
Pasien : iya boleh
Perawat : Bagaimana kalau 25 menit kita bercakap,apakah ibu siap?
Pasien : iya siap

KERJA
Perawat :“Bagaimana semua ini bisa terjadi pada ibu?
Pasien : saya waktu itu bekerja sebagai pembantu rumah tangga,lalu tiba tiba
majikan saya menyiram dengan air panas ke wajah saya sampai akhirnya wajah
saya menjadi seperti ini ( sambil menundukan kepala)
Perawat : lalu setelah kejadian itu,apa yang ibu lakukan,apakah suami ibu
merasakan hal yang sedih atau ingin balas dendam kepada majikan ibu itu?
Pasien : iya suami saya sangat sedih,akan tetapi sebelum kejadian ini menimpa
saya,suami saya memang sudah menyuruh saya untuk berhenti kerja ditempat
itu.akan tetapi saya tidak mendengarkan ucapan suami saya tetap saya bekerja
ditempat itu.
Perawat : sungguh jahat sekali ya majikan ibu itu,dia seperti manusia yang
tidak mempunyai hati nurani
Pasien : dia memang jahat, tetapi saya tetap kan diri untuk bekerja disitu karena
untuk membantu penghasilan suami saya demi keluarga saya
Perawat : setelah keadaan ini terjadi dan menimpa ibu,apa yang ada dipikiran
ibu saat ini?
Pasien : saya sangat malu terhadap diri saya, terutama bagian wajah saya saya
tidak sanggup untuk berbicara kepada orang lain jangan kan untuk berbicara
berkaca saja saya tidak mau karena saya malu melihat wajah saya yang hancur
dan jelek seperti ini.bahkan sampai saat ini saya sangat menyesal tidak
mendengarkan omongan suami saya( meneteskan air mata)
Perawat : Apa yang ibu lakukan jika ada orang lain yang mengajak ibu
berbicara?
Pasien : setiap ada orang lain yang mengajak saya bicara,saya hanya
membuang muka dan tidak mau berbicara kepada orang lain itu.
Perawat : mengapa begitu bu?, seharusnya ibu jangan seperti itu
Pasien : karena saya malu,jika mereka mengetahui wajah saya yang hancur dan
jelek seperti ini saya takut mereka akan membicarakan wajah saya dan menjadi
pembicaraan orang orang diluar sana termasuk tetangga saya!!
Perawat : iya saya sangat mengerti bagaimana mana perasaan ibu saat ini,pasti
perasaan ibu sangat hancur dan merasakan malu,iya kan bu
Pasien : iya saya ingin cepat sembuh,saya ingin wajah saya kembali seperti
semula agar saya dapat bekerja kembali tanpa wajah yg seperti ini
Perawat : iya Bu,makanya ibu harus mau dilakukan perawatan disini dan ibu
juga harus meyakin kan diri bahwa ibu pasti sembuh,kami akan melakukan
semaksimal mungkin Bu agar ibu sembuh akan tetapi ibu hilangkan rasa malu
atau rasa tidak percaya diri ibu itu karena jika ibu tetap menghindar dan merasa
malu ibu akan mengalami harga diri rendah yang lebih parah nanti ibu bisa
stress jika memikirkan hal negatif terus bu
Pasien : lalu saya harus bagaimana sekarang,apa yang harus saya lakukan
(mengusap air matanya)
Perawat : ibu harus yakin dan tetap semangat dengan menjalani perawatan ini
bu,ibu harus tetap percaya diri.bagaimana apakah ibu mau mengikuti apa yang
saya beritahukan barusan?
Pasien : iya akan saya usahakan percaya diri
Perawat : nahh begitu dong bu,sekarang ibu tarik nafas dalam dalam lalu buang
pikiran negatif ibu.mari lakukan Bu ( sambil tersenyum dan mengacungkan
jempol)
Pasien : baik akan saya lakukan (menarik nafas dalam dalam)
TERMINASI :
Perawat : “Bagaimana perasaan ibu penni setelah kita berbincang bincang
barusan Bu?
Pasien : saya merasa lega dan ingin lebih percaya diri lagi setelah
mendengarkan masukan yg telah diberikan barusan
Perawat : baiklah kalau begitu saya harap,ibu bisa seperti ini sampai ibu
sembuh ya bu
Pasien : iya pak perawat akan saya coba ( sambil tersenyum dengan semangat)
Perawat : kalau begitu saya permisi dulu ya Bu,jika ada keperluan apa apa ibu
bisa memencet bel yang ada di sebelah ibu atau menyuruh suami ibu untuk
mendatangi ruang perawat
Pasien : baik pak terima kasih banyak
Perawat : sama sama bu ( tersenyum lalu pergi)

Anda mungkin juga menyukai