Anda di halaman 1dari 31

BILANGAN BULAT

Penemu

Leonardo da Pisa atau Leonardo Pisano (1175 – 1250), lebih dikenal dengan


sebutan Fibonacci, adalah matematikawan Italia yang dikenal sebagai penemu bilangan
Fibonacci. Leonardo berperan dalam mengenalkan sistem penulisan dan perhitungan
bilangan Arab ke dunia Eropa.

Bapak dari Leonardo, Guilielmo (William) mempunyai nama panggilan Bonacci yang artinya


“bersifat baik” atau “sederhana”. Setelah meninggal, Leonardo sering disebut dengan nama
Fibonacci (dari kata filius Bonacci, anak dari Bonacci). William memimpin sebuah pos
perdagangan (beberapa catatan menyebutkan ia adalah perwakilan dagang untuk Pisa) di
Bugia, Afrika Utara (sekarang Bejaia, Aljazair). Sebagai anak muda, Leonardo berkelana ke
sana untuk menolong ayahnya. Di sanalah Leonardo belajar tentang sistem bilangan Arab.

Melihat sistem bilangan Arab lebih sederhana dan efisien dibandingkan bilangan Romawi,


Fibonacci kemudian berkelana ke penjuru daerah Mediterania untuk belajar kepada
matematikawan Arab yang terkenal mada masa itu. Leonardo baru pulang kembali sekitar
tahun 1200-an. Pada tahun 1202, di usia 27, ia menuliskan apa yang telah dipelajari dalam
buku Liber Abaci, atau Buku Perhitungan. Buku ini menunjukkan kepraktisan sistem
bilangan Arab dengan cara menerapkannya ke dalam pembukuan dagang, konversi berbagai
ukuran dan berat, perhitungan bunga, pertukaran uang dan berbagai aplikasi lainnya. Buku ini
disambut baik oleh kaum terpelajar Eropa, dan menghasilkan dampak yang penting kepada
pemikiran Eropa, meski penggunaannya baru menyebarluas setelah ditemukannya percetakan
sekitar tiga abad berikutnya.
Pengertian Bilangan Bulat
Dari nama nya yaitu bulat bilangan ini tidak terpecah atau pun terpotong. Bilangan
ini utuh baik negatif atau positif dan merupakan kelipatan dari angka 1 atau -1.
Kumpulan bilangan yang habis di bagi 1 seperti angka 100, 40, dan -7.

Bilangan Bulat Pada Garis Bilangan


Secara grafis, jika kalian tulis pada baris bilangan akan tampak seperti pada gambar
di bawah ini:

Bilangan
Bulat Pada Garis Bilangan
Di lihat dari garis bilangan di atas, bilangan 1, 2, 3, 4, 5, … di namakan bilangan
bulat positif dan letak nya di bagian sebelah kanan angka 0. Bilangan -1, -2, -3, -4,
-5, … disebut dengan bilangan bulat negatif dan letak nya di sebelah kiri angka  0.

Hubungan Antara 2 Bilangan Bulat

Hubungan Antara 2 Bilangan Bulat


Jika kalian amati pada garis bilangan di atas, jika ada 2 buah bilangan A dan B di
tuliskan pada garis bilangan seperti di atas akan berlaku hubungan:

 jika A terletak di sebelah kiri B maka nilai A lebih kecil dari nilai B ( A < B )
 Jika A terletak di sebelah kanan B maka nilai A lebih besar dar nilaii B ( A >
B)

Operasi Matematika
1. Penjumlahan
 2 bilangan bulat bertanda sama:

Jika ada 2 buah bilangan bulat bertanda sama ( sama – sama negatif atau positif ).
Jumlah kan kedua bilangan itu dan abaikan tanda ( + / – ).

 2 bilangan bulat berlawanan tanda

Jika 2 buah bilangan berbeda tanda positif dan negatif, kurangi bilangan yang nilai
nya besar dengan bilangan yang nilai nya kecil dengan abaikan tanda.
Sifat-sifat pada Penjumlahan Bilangan Bulat:

 Sifat nya tertutup


 Sifat nya komutatif atau pertukaran
 Unsur nya identitias
 Sifat nya asosiatif
 Memiliki invers

2. Pengurangan
Pengurangan sama seperti penjumlahan lawan dari bilangan pengurang nya.
perhatikan contoh berikut:

4 – 3 = 4 + ( -3 )

=1

Kesimpulan nya pada pengurangan bilangan, mengurangi sebuah bilangan sama


dengan menambah kan lawan bilangan pengurang itu sendiri.

Rumus nya:

a – b = a + ( -b )

3. Perkalian
rumus:

p x q = pg

( -p ) x q = –( p x q ) = -pq

p x ( -q ) = –( pxq ) = -pq

( -p ) x ( -q ) = p x q = pq

Sifat – sifat perkalian bilangan bulat:

 Sifat nya tertutup


 Sifat nya komutatif
 Sifat nya asosiatif
 Sifat nya distributif perkalian terhadap penjumlahan
 Sifat nya distributif perkalian terhadap pengurangan
 Unsur nya identitas

4. Pembagian
Operasi pembagian iyalah kebalikan dari operasi perkalian nya.

Jika = p : q = r

Maka:
p = q x r.

Tanda dalam pembagian bilangan bulat.

Jika dalam pembagian p : q = r maka:

 jika p dan q bertanda sama maka r iyalah bilangan bulat positif


 jika p dan q bertanda beda maka r iyalah bilangan bulat negatif.

Bagaimana jika di bagi 0? Berbeda dengan perkalian, jika a x 0 = 0 dalam


pembagian a : 0 hasil nya tidak terdefinisi.

Sifat Pembagian Bilangan Bulat:

 Tidak bersifat tertutup


 Tidak bersifat komutatif
 Tidak bersifat asosiatif

Contoh soal
1.  Hasil dari  21 : (3 – 10) + 4 × (–2)  = …
A.  –11  C.   5
B.  –5    D.  11

Kunci Jawaban: A
21 : (3 – 10) + 4 × (–2)
= 21 : – 7 – 8
=–3–8
= – 11

2.  Hasil dari  28  +  7 × (–5) adalah ….


A. –175   C. –7
B. –63     D.   7

Kunci Jawaban: C
28  +  7 × (–5)
= 28 – 35
=–7

3.  Hasil dari –12 + 20 × 4 – (–6) : 3 = ...


A.  110  C. 34
B.  70    D. 30

Kunci Jawaban: B
–12 + 20 × 4 – (–6) : 3
= –12 + 80 + 6 : 3
= 68 + 2
= 70
HIMPUNAN
Penemu :

Georg Cantor (1845-1918) ialah seorang matematikawan asal Jerman keturunan Yahudi. Ia


adalah orang pertama yang menemukan teori himpunan. Ketika teori himpunan
diperkenalkan pertama kalinya oleh Georg Cantor, tidak banyak matematikawan yang
melihat seberapa penting teori itu. Akan tetapi, sekarang teori himpunan digunakan sebagai
dasar untuk mempelajari matematika modern.

Ayah Georg Cantor, Georg Waldemar Cantor, adalah seorang pedagang yang berhasil,
bekerja sebagai agen wholesaling di jalan Petersburg, kelak sebagai makelar pasar bursa di
jalan Petersburg. Georg Waldemar Cantor lahir di Denmark dan dia seorang pria yang sangat
cinta pada budaya dan seni. Ibu Georg, Maria Anna Bohm, adalah orang Rusia yang sangat
tertarik pada musik.

Setelah pendidikan awal  di rumah dari guru pribadi, Cantor  bersekolah di sekolah dasar di
jalan Petersburg, kemudian pada tahun 1856, ketika berusia sebelas tahun keluarganya pindah
ke Jerman.

Pada mulanya mereka hidup di Wiesbaden, kemudian mereka pindah ke Frankfurt. Cantor
belajar di Darmstadt  dan lulus pada tahun 1860, dengan keahlian luar biasa di bidang
matematika, khususnya trigonometri. Setelah dari  Darmstadt dia masuk politeknik di Zurich
hingga tahun1862.
Pengertian Himpunan
Daftar Isi Artikel Ini :
Himpunan adalah kumpulan benda (objek) yang didefinisikan secara jelas.
Maksud didefinisikan secara jelas adalah diketahui ciri khas yang
dihimpunnya sehingga dapat ditentukan bahwa suatu objek merupakan
anggota himpunan atau bukan. Benda-benda (objek) tersebut dapat
berupa orang, binatang, buah-buahan, bilangan dan lain sebagainya.

Contoh-contoh himpunan adalah sebagai berikut :

1. Kumpulan siswa kelas XA SMA Negeri 2 Kotabaru yang gemar


menari.
2. Kumpulan bilangan asli yang kurang dari 5.
3. Kumpulan huruf hidup dalam abjad Latin.
4. Kumpulannama-nama bulan dalam satu tahun pada tahun Masehi.

Contoh-contoh bukan himpunan adalah sebagai berikut :

 Kumpulan anaka-anak kecil.


 Kumpulan anak-anak bodoh.
 Kumpulan bunga-bunga yang indah.
 Kumpulan mahasiswa STKIP yang pandai.

Contoh-contoh ini bukan merupakan himpunan, Karena anggota


himpunannya tidak didefinisikan secara jelas. Dan jika dalam contoh
tersebut terdapat kata sifat, juga bukan merupakan himpunan kecuali kata
sifat itu mengandung ciri / kuantitas.

Rumus Himpunan
Berikut diberikan rumus-rumus himpunan ( tidak disertai bukti ) berlaku
untuk setiap X, Y, Z:
Rumus 1
X X     →     sifat refleksif
X Y  &  Y X    X = Y     →     sifat anti-symetris
X Y  &  Y Z    X Z     →     sifat transitif

Rumus 2
XX = X dan XX = X     →     sifat idempoten
XY = YX dan XY = YX     →     sifat komutatif
(XY) Z = X(YZ) dan (XY)Z = X (YZ)     →     sifat assosiatif
X (YZ) = (XY)  (XZ) dan
X (YZ) = (XY)(XZ)     →     sifat distributif

Rumus 3
X (XY)   dan  Y (XY)
( XY ) X  dan  (XY) Y
X Z & Y Z     XY  Z
Z X & Z Y     Z (XY)

Rumus 4
X Y    XY = Y    XY = X

Rumus 5 (Rumus de Morgan )


( XY )C = XC  YC
( XY )C = XC  YC

Rumus 6
( XC )  C = X
           C
 = S
SC   =

Rumus 7
XS
X = dan SX = X
X = X dan SX = S
XXC  = dan XXC = S

Rumus 8 ( Hukum Absorpsi)


X (XY) = X (XY)

Rumus 9
X – Y = X  YC

Cara Membentuk Himpunan


Suatu himpunan diberi lambang dengan sebuah huruf kapital (huruf besar)
misalnya A, B, C, D, dan seterusnya. Penulisan suatu himpunan demhgan
kurung kurawal buka dan kurung kurawal tutup yaitu “{ }”. Penulisan
anggota-anggota suatu himpunan dipisahkan dengan tanda koma (,).

Contoh :

1. A adalah himpunan bilangan asli kurang dari 5

A = himpunan bilangan asli kurang dari 5


A = { bilangan asli kurang dari 5 }
Himpunan ini ditulis A = { 1, 2, 3, 4 }.

2. B adalah himpunan huruf hidup dalam abjad Latin

B = himpunan huruf hidup dalam abjad Latin


B = { huruf hidup dalam abjad Latin }
Himpunan ini ditulis B = { a, i, u, e, o }.

Anggota Himpunan
Berikut ini terdapat beberapa anggota himpunan, terdiri atas:

1. Menentukan Anggota Himpunan

Anggota disebut juga Elemen / unsur dengan lambang “Γ ( dibaca


anggota ) sedangkan lambang “Ï” dinyatakan bukan anggota.

Contoh :

 p adalah anggota A ditulis p Î A

q bukan anggota A ditulis q Ï A


 H = { hari yang berawalan S }

Senin Π H
Selasa Î H
Rabu  Ï  H
Kamis Ï H
Jumat Ï  H
Sabtu Î H
Minggu Ï H
Jadi, H = { senin, selasa, sabtu }

2. Mengenal Berbagai Bilangan

 Himpunan Bilangan Asli

A = { 1, 2, 3, 4, 5, . . . }

 Himpunan Bilangan Cacah

C = { 0, 1, 2, 3, 4, . . . }

 Himpunan Bilangan Genap

N = { . . . , -4, -2, 0, 2, 4, . . .}
 Himpunan Bilangan Ganjil

L = { . . . , -3, -1, 1, 3, 5, . . .}

 Himpunan Bilangan Prima

P = { 2, 3, 5, 7, 11, . . .}

 Himpunan Bilangan Bulat

B = { Positif, Nol, Negatif }

 Himpunan Bilangan Real (Nyata)

R = { . . .2/3 . . . 1,25. . . (termasuk bilanagan Desimal)

 Himpunan Bilangan kuadrat

K = { 02, 12 , 22 , 32 , 42 , . . .} atau { 0, 1, 4, 9, 16, . . .}

3. Menentukan Banyak Anggota Himpunan

Banyak anggota suatau himpunan ada yang dapat dibilang. Himpuanan


yang anggotanya dapat dibilang disebut himpunan berhingga. Himpunan
yang anggotanya tidak dapat dibilang disebut himpunan tak berhingga. Jika
P suatu himpunan berhingga, banyaknya anggota P dinyatakan sebagai
n(P).

Contoh :

 B = { Bilangan bulat antara 3 dan 11 }


    = { 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 }
n(B)  =  7

 G = { Bilangan Genap }

    = { . . . , -4, -2, 0, 2, 4, . . .}


n(G) = ∞

 P = { Bilangan Prima antara 13 dan 15 }

   = { }
n(P) = 0

4. Cara Menyatakan Suatu Himpunan

Ada 4 cara untuk menyatakan suatau himpunan yaitu dengan kata-kata,


dengan mendaftar, dengan notasi, dan dengan diagram venn.

 Dengan kata-kata

Contoh :A himpunan bilangan asli antara 4 dan 10

 Dengan mendaftar

Contoh : A = { 5, 6, 7, 8, 9 }

 Dengan notasi
Contoh : A = { x|4 < x < 10, x Є A }

 Dengan Diagram Venn

Diagram venn merupakan cara untuk menyatakan himpunan dengan


gambar (diagram). Pada diagram venn berlaku aturan berikut :

1. Setiap anggota himpunan dinyatakan dengan noktah (titik)


2. Nama anggota ditulis di dekat noktah
3. Jika anggota himpunan banyak noktah-noktahnya tidak perlu
digambar
4. Semesta pembicaraan digambarkan dengan persegi panjang dan
diberi nama S. Biasanya S diletakkan di sudut kiri atas persegi
panjang
5. Himpunan yang di bicarakan digambarkan dengan lingkaran atau
kurva tertutup yang lain.

Contoh :

 S himpunan bilangan prima

A = { 2, 3, 5, 7, 11 }

Jenis-Jenis Himpunan
Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis himpunan, terdiri atas:
1. Himpunan Kosong

Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota,


lambangnya { } atau  ɸ
Contoh : D = { bilangan prima antara 5 dan 7 }
={}

2. Himpunan Semesta

Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggoat,


lambangnya huruf S yang artinya semesta atau U yang artinya Universal.

Contoh :

1. A = { 2, 3, 5, 7 }

S = { Bilangan Prima }

 L = { Bumi, Mars, Venus }

S = { x| x adalah nama-nama planet }

3. Himpunan Bagian

Himpunan bagian adalah himpunan dimana A merupakan himpunan


bagian dari B jika setiap anggota A juga merupakan anggota B.
Lambangnya subset Ì

Contoh :

1. A = { 2, 3, 4, 5, 6 }
B = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 }
AÌB=BÉA

4. Cara Menentukan Himpunan Bagian

Rumus yang digunakan yaitu 2n untuk mengetahui banyaknya anggoata


himpunan.
Contoh :

1. F = { 1, 2, 3 }

Diketahui : n = 3
23  = 8

a) 0 Anggota
{}

b) 1 Anggota
{ 1 }, { 2 }, { 3 }

c) 2 Anggota
{ 1, 2 }, { 1, 3 }, { 2, 3 }

d) 3 Anggota
{ 1, 2, 3 }
Irisan dan Gabungan
a. Irisan
Irisan atau intersection adalah himpunan semua elemen yang menjadi
anggota A dan juga Menjadi anggota B. Lambangnya Ç secara matematika
irisan himpunan A dan B didevinisian A Ç B = { x | x Î A dan x Î B }

Contoh :

1. Jika A adalah himpunan faktor dari 6 dan B adalah himpunan lima


bilangan prima yang pertama

Maka, A = { 1, 2, 3, 6 }
B = { 2, 3, 5, 7, 11 }
A Ç B =  { 2, 3 }

Diagram Venn

b. Gabungan
Gabungan adalah himpunan semua objek yang merupakan anggota A atau
anggota B. Lambangnya È secara matematika A È B didefinisikan sebagai
{ x | x Î A dan x Î B}.
Contoh :
A = { 1, 2, 3, 4 }
B = { 4, 5, 6 }
A È B = { 1, 2, 3, 4, 5, 6 }

Diagram Venn

c. Sifat- sifat Himpunan

1. Sifat Komulatif

A Ç B = A Ç A dan A È B = B È A

2. Sifat Asosiataif

A Ç ( B Ç C ) = ( A Ç B ) Ç C  dan
AÈ(BÈC)=(AÈB)ÈC

3. Sifat Distributif

A Ç ( B È C ) = ( A Ç B ) È ( A Ç C)
AÈ(AÇC)=(AÈB)Ç(AÈC)
Contoh Soal Himpunan
Berikut ini terdapat beberapa contoh soal himpunan, terdiri atas:

Contoh Soal 1
Misalkan diketahui himpunan-himpunan U, A,B,C :
U={a,b,c,d,e,f,g}
A={a,b,c,d,e}
B={a,c,e,g}
C={b,e,f,g}

Tentukan :

1. AÈC
2. BÇA
3. C-B
4. B’
5. A’-B
6. B’ ÈC
7. (A-C)’
8. C’ ÇA
9. (A-B’)’
10. (A ÇA’)’

Jawaban:
U={a,b,c,d,e,f,g}
A={a,b,c,d,e}
B={a,c,e,g}
C={b,e,f,g}
1. AÈC  ={a,b,c,d,e,f,g}=U
2. BÇA ={a,c,e}
3. C–B={b,f}
4. B’ ={b,d,f}
5. A’–B ={f}

U={a,b,c,d,e,f,g}
A={a,b,c,d,e}
B={a,c,e,g}
C={b,e,f,g}

6. B’ ÈC ={b,d,e,f,g}
7. (A-C)’ = {b,e,f,g}
8. C’ ÇA = {a,c,d}
9. (A-B’)’ = {b,d,f,g}
10. (A ÇA’)’ = U

Contoh Soal 2
Diketahui diagram Venn :
Lakukan arsir pada himpunan-himpunan berikut :

1. V Ç W
2. W’
3. W–V
4. V’ ÈW
5. A’–W’

Jawaban:

1. V Ç W (arsir kotak)

2. W’ (arsir miring)
3. W-V (arsir miring)

4. V’ÈW (arsir miring)


5. VÇW’ (arsir miring)

6. V‘-W’ (arsir miring)


ALJABAR
Penemu

Tahukah Kamu siapa yang menemukan angka nol? Ya, dia


adalah seorang Muslim berkebangsaan Persia yang bernama
Muhammad bin Musa al Khawarizmi. Beliau merupakan ahli
matematika, astronomi, astrologi, dan geografi. Kehidupan
beliau dihabiskan dengan mengukir karya-karyanya terutama
di bidang sains. Kehebatan Al-Khawarizmi telah diakui oleh
dunia Islam maupun barat dengan berbagai karyanya.

Beliau lahir sekitar tahun 780 M di Khwarizm (sekarang


Khiva, Uzbekistan). Ada beberapa versi tentang kelahiran
beliau, ada yang mengatakan di Bukhara, dan ada juga yang
mengatakan di Khwarizm, salah satu Provinsi di Negara
Uzbekistan. Belum ada sumber yang menjelaskan secara
detail tentang riwayat kehidupan al-khawarizmi, diperkirakan
al-Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan abad ke-9 M.
Sumber lain menegaskan beliau hidup di Khawarizm,
Uzbekistan pada tahun 194H/780 M dan wafat pada
266H/850M di Baghdad, Irak.
 A. BENTUK ALJABAR dan UNSUR-UNSURNYA

Bentuk ALJABAR adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat huruf-
huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui. Bentuk aljabar dapat dimanfaatkan
untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang tidak diketahui
seperti banyaknya bahan bakar minyak yang dibutuhkan sebuah bis dalam tiap minggu, jarak
yang ditempuh dalam waktu tertentu, atau banyaknya makanan ternak yang dibutuhkan
dalam 3 hari, dapat dicari dengan menggunakan aljabar.

A. UNSUR - UNSUR ALJABAR 

 1. Variabel, Konstanta, dan Faktor


Perhatikan bentuk aljabar 5x + 3y + 8x – 6y + 9. Pada bentuk aljabar tersebut, huruf x dan y
disebut variabel. Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum diketahui
nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga peubah. Variabel biasanya dilambangkan dengan
huruf kecil a, b, c, ..., z.

Adapun bilangan 9 pada bentuk aljabar di atas disebut konstanta. Konstanta adalah suku dari
suatu bentuk aljabar yang berupa bilangan dan tidak memuat variabel. Jika suatu bilangan a
dapat diubah menjadi a = p X q dengan a, p, q bilangan bulat, maka p dan q disebut faktor-
faktor dari a.

Pada bentuk aljabar di atas, 5x dapat diuraikan sebagai 5x = 5 X x atau 5x = 1 X 5x. Jadi,
faktor-faktor dari 5x adalah 1, 5, x, dan 5x. Adapun yang dimaksud koefisien adalah faktor
konstanta dari suatu suku pada bentuk aljabar. Perhatikan koefisien masing-masing suku pada
bentuk aljabar 5x + 3y + 8x – 6y + 9. Koefisien pada suku 5x adalah 5, pada suku 3y adalah
3, pada suku 8x adalah 8, dan pada suku –6y adalah –6.

2. Suku Sejenis dan Suku Tak Sejenis

a) Suku adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada bentuk aljabar yang
dipisahkan oleh operasi jumlah atau selisih.

Suku-suku sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-masing
variabel yang sama. Contoh: 5x dan –2x, 3a2 dan a2, y dan 4y, ...

Suku tak sejenis adalah suku yang memiliki variabel dan pangkat dari masing-masing
variabel yang tidak sama. Contoh: 2x dan –3x2, –y dan –x3, 5x dan –2y, ...

b) Suku satu adalah bentuk aljabar yang tidak dihubungkan oleh operasi jumlah atau selisih.
Contoh: 3x, 2a2, –4xy, ...

c) Suku dua adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh satu operasi jumlah atau selisih.
Contoh: 2x + 3, a2 – 4, 3x2 – 4x, ...

d) Suku tiga adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh dua operasi jumlah atau selisih.
Contoh: 2x2 – x + 1, 3x + y – xy, ...

Bentuk aljabar yang mempunyai lebih dari dua suku disebut suku banyak.
B. OPERASI HITUNG PADA ALJABAR

1. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar


Pada bentuk aljabar, operasi penjumlahan dan pengurangan hanya dapat dilakukan pada
suku-suku yang sejenis. Jumlahkan atau kurangkan koefisien pada suku-suku yang sejenis.

2. Perkalian
Perlu kalian ingat kembali bahwa pada perkalian bilangan bulat berlaku sifat distributif
perkalian terhadap penjumlahan, yaitu a X (b + c) = (a X b) + (a X c) dan sifat distributif
perkalian terhadap pengurangan, yaitu a X (b – c) = (a X b) – (a X c), untuk setiap bilangan
bulat a, b, dan c. Sifat ini juga berlaku pada perkalian bentuk aljabar.

3. Perpangkatan
Coba kalian ingat kembali operasi perpangkatan pada bilangan bulat. Operasi perpangkatan
diartikan sebagai perkalian berulang dengan bilangan yang sama. Hal ini juga berlaku pada
perpangkatan bentuk aljabar. Pada perpangkatan bentuk aljabar suku dua, koefisien tiap suku
ditentukan menurut segitiga Pascal. Misalkan kita akan menentukan pola koefisien pada
penjabaran bentuk aljabar suku dua (a + b)n, dengan n bilangan asli.
Perhatikan uraian berikut:

Pada segitiga Pascal tersebut, bilangan yang berada di bawahnya diperoleh dari penjumlahan
bilangan yang berdekatan yang berada di atasnya.

4. Pembagian
Hasil bagi dua bentuk aljabar dapat kalian peroleh dengan menentukan terlebih dahulu faktor
sekutu masing-masing bentuk aljabar tersebut, kemudian melakukan pembagian pada
pembilang dan penyebutnya.

5. Substitusi pada Bentuk Aljabar


Nilai suatu bentuk aljabar dapat ditentukan dengan cara menyubstitusikan sebarang bilangan
pada variabel-variabel bentuk aljabar tersebut.

6. Menentukan KPK dan FPB Bentuk Aljabar


Coba kalian ingat kembali cara menentukan KPK dan FPB dari dua atau lebih bilangan bulat.
Hal itu juga berlaku pada bentuk aljabar. Untuk menentukan KPK dan FPB dari bentuk
aljabar dapat dilakukan dengan menyatakan bentuk-bentuk aljabar tersebut menjadi perkalian
faktor-faktor primanya. Perhatikan contoh berikut:

C. PECAHAN BENTUK ALJABAR

1. Menyederhanakan Pecahan Bentuk Aljabar


Suatu pecahan bentuk aljabar dikatakan paling sederhana apabila pembilang dan penyebutnya
tidak mempunyai faktor persekutuan kecuali 1, dan penyebutnya tidak sama dengan nol.
Untuk menyederhanakan pecahan bentuk aljabar dapat dilakukan dengan cara membagi
pembilang dan penyebut pecahan tersebut dengan FPB dari keduanya.

2. Operasi Hitung Pecahan Aljabar dengan Penyebut Suku Tunggal

a. Penjumlahan dan pengurangan


Pada bab sebelumnya, kalian telah mengetahui bahwa hasil operasi penjumlahan dan
pengurangan pada pecahan diperoleh dengan cara menyamakan penyebutnya, kemudian
menjumlahkan atau mengurangkan pembilangnya. Kalian pasti juga masih ingat bahwa untuk
menyamakan penyebut kedua pecahan, tentukan KPK dari penyebut-penyebutnya. Dengan
cara yang sama, hal itu juga berlaku pada operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk
pecahan aljabar. Perhatikan contoh berikut:
b. Perkalian dan pembagian
Perkalian pecahan aljabar tidak jauh berbeda dengan perkalian bilangan pecahan. Perhatikan
contoh berikut:

c. Perpangkatan pecahan bentuk aljabar


Operasi perpangkatan merupakan perkalian berulang dengan bilangan yang sama. Hal ini
juga berlaku pada perpangkatan pecahan bentuk aljabar. Perhatikan contoh berikut:
Persamaan Linear Satu
Variabel
PENEMU :

Meskipun babel sudah menggunakan Sistem Persamaan Linier dalam kehidupan sehari-hari mereka,
namun istilah “Sistem Persamaan Linier (Linear Equation)” sendiri baru muncul sekitar abad ke-17
oleh seorang matematikawan Perancis bernama Rene Decartes. Rene Descartes dilahirkan pada
tahun 1596, tanggal 31 Maret di sebuah desa di Prancis. Dia menempuh pendidikan di Belanda dan
belajar matematika di waktu luang, karya Descartes yang paling menghargai adalah
pengembangannya geometri Cartesian yang menggunakan aljabar untuk menggambarkan geometri.
Kemungkinan, Descartes menemukan istilah untuk “Sistem Persamaan Linier (Linear Equation)”
ketika dia belajar di Belanda.

Meskipun penggunaan Masalah tablet yang dapat diterjemahkan ke dalam persamaan kuadrat
tidak ditemukan sampai abad kedua puluh, tablet berisi masalah persamaan kuadrat benar-benar
melebihi yang mengandung masalah linear (Tom Zara Katz, 2004).
1. Kalimat Terbuka, Variabel, dan Konstanta.
Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum dapat diketahui nilai kebenarannya.
Variable (peubah) adalah lambang (symbol) pada kalimat terbuka yang dapat diganti oleh
sembarang anggota himpunan yang telah ditentukan.
Konstanta adalah lambang yang menyatakan suatu bilangan tertentu
Pada kalimat berikut x + 5 = 12.
Belum dapat mengatakan kalimat itu benar atau salah, sebab nilai (x) belum diketahui. Bila
lambang (x) diganti dengan lambang bilangan cacah, barulah itu dapat dikatakan kalimat itu
benar atau salah. Jika (x) diganti dengan “3” , kalimat itu bernilai salah ; tetapi bila (x) diganti
dengan 7 , kalimat itu bernilai benar. Lambang (x) dapat pula diganti menggunaan huruf-
huruf kecil dalam abjad lainnya, yaitu ; a, b,c,… x,y,z dari bentuk diatas
x+5 +12           (kalimat terbuka)
3+ 5 = 12          (kalimat Salah )
7+5 = 12          (kalimat benar)
Huruf x pada x + 5 = 12 disebut variable (peubah), sedangkan 5 dan 12 disebut konstanta.
Contoh :
kalimat terbuka : x + 13 + 17
peubah : x
Konstanta : 13 dan 17
Catatan :
Kalimat terbuka adalah kalimat yang mengandung satu atau lebih variabel dan belum
diketahui nilai kebenarannya.
contoh:
x + 2 =5
2. Pengertian Persamaan Linier Satu Variabel
Persamaan Linier Satu Variabel adalah kalimat terbuka yang dihubungkan tanda sama
dengan ( “=”) dan hanya mempunyai satu variable berpangkat 1 . bentuk umum persamaan
linier satu variable adalah ax + b = 0
contoh :
a. x – 3 = 7
b. 4a + 5 = 25
Pada contoh diatas x, a, b adalah variable (peubah) yang dapat diganti dengan sembarang
bilangan yang memenuhi .
3. Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV)
Himpunan Penyelesaian (HP) adalah himpunan dari penyelesaian-penyelesaian suatu
persamaan .
Ada dua cara untuk menentukan penyelesaian dan himpunan penyelesaian dari suatu
persamaan linier satu variable , yaitu :

 Subtitusi

Mencari persamaan-persamaan yang ekuivalen.


Suatu persamaan dapat dinyatakan ke dalam persamaan yang ekuivalen, dengan cara :

1. Menambah atau mengurangi kedua ruas dengan bilangan yang sama.


2. Mengalikan atau membagi kedua ruas dengan bilangan bukan nol yang sama.
4. Persamaan yang ekuivalen.
Persamaan yang ekuivalen adalah persamaan-persamaan yang memiliki himpunan
penyelesaian sama jika pada persamaan tersebut dilakukan operasi tertentu suatu
persamaan yang  ekuivalen dinotasikan dengan tanda.
Contoh :

 Menyelesaikan PLSV dengan menggunakan lawan dan kebalikan bilangan

contoh :
Carilah penyelesaian dari :
3 (3x + 4) = 6 ( x -2)
jawab :
9x + 12 = 6x – 12
9x – 6x = -12-12
3x = -24
x =− 24/3
= -8
Jadi , HP = {-8}

Anda mungkin juga menyukai