Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BEDAH BUKU

BUNG KARNO: PENYAMBUNG


LIDAH RAKYAT INDONESIA
Disusun untuk memenuhi tugas

Perpustakaan

Nama : FIKRI FADURRAHMAN

NIM : 3195213

Prodi : TEKNIK PEMELIHARAAN MESIN


OTOMASI(TPMO)

AKADEMI KOMUNITAS TOYOTA


INDONESIA
PRODI TEKNIK PEMELIHARAAN MESIN OTOMASI
KARAWANG
2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Bedah Buku ini.
Shalawat serta salam selalu kita haturkan kepada junjungan kita, nabi
Muhammad SAW. yang atas perjuangan beliau kita dapat tetap hidup dibawah
naungan cahaya rahmat dan dapat terus menuntut ilmu guna mendapat derajat
kemuliaan di sisi-Nya serta dapat lebih mengenal hakikat-Nya.
Makalah Bedah Buku ini telah disusun dan dirangkai dengan sebaik-
baiknya guna melengkapi tugas perkuliahan online pada bidang perpustakaan.
Semoga makalah ini dapat dipahami dengan baik bagi para pembacanya dan dapat
bermanfaat, baik dari penulis pribadi sebagai penyusun maupun bagi para
pembaca. Sebelumnya penulis memohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan. Maka dari itu, penulis memohon kritik dan saran untuk
kedepannya.demi perbaikan di masa mendatang.

Karawang, September 2020

Penulis

ii
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Bedah Buku.......................................................................................... 1
1.4 Manfaat Bedah Buku....................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Gagasan Utama................................................................................................. 3
2.2 Sub-Sub Tema................................................................................................... 4

BAB III BEDAH BUKU UMUM


3.1 Tampilan..................................................................................... 3
3.2 Isi..................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
4.1 Simpulan..................................................................................... 3
4.2 Saran.................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ir. Sukarno merupakan Pahlawan Nasional, Pahlawan Kemerdekaan


Nasional sekaligus Pahlawan Proklamator negara Indonesia. Ir. Sukarno juga
menjabat sebagai presiden pertama Republik Indonesia. Sukarno akrab dipanggil
dengan julukan Bung Karno. Bung Karno juga dikenal sebagai Putra Sang Fajar
karena lahir saat fajar menyingsing. 

Hal itulah yang mendorong Cindy Adams jurnalis asal Amerika Serikat
ingin mewawancarai Presidern RI pertama ini, kemudian dibuatnya buku Bung
Karno; Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Buku ini menjadi salah satu koleksi
buku di Perpustakaan Kepresidenan. Buku ini bercerita tentang Presiden Sukarno
yang diterbitkan oleh Yayasan Bung Karno pada tahun 2018.

Buku ini merupakan terjemahaan otentik dari buku asli yang ditulis Cindy
Adams. Dalam isinya, beliau berharap kepada semua pihak agar dalam menulis
nama Bung Karno disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia sebagaimana yang
beliau inginkan yaitu “Sukarno” bukan “Soekarno”. (Doni Fitra)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan bedah buku?


2. Apa yang didapatkan setelah membedah sebuah buku?

1.3 Tujuan Bedah Buku

1. Untuk memperluas pengatahuan


2. Mengtahui suatu hal yang dibahas dalam sebuah buku
3. Mendapatkan pokok atau gagasan dalam sebuah buku

1
1.4 Manfaat Bedah Buku

Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari "Bedah Buku"


adalah.
 Tranparansi. Dengan "Bedah Buku", informasi mengenai proses - proses
keuangan yang terjadi dalam suatu aktivitas yang dilakukan oleh
individu/kelompok/lembaga dapat diperoleh, dipahami dan dimonitor oleh
pihak yang membutuhkan/berkepentingan (stakeholders).
 Akuntabilitas. "Bedah Buku", memberikan ruang yang lebih luas bagi para
pembuat keputusan baik dalam pemerintahan, sektor swasta maupun
masyarakat (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan lembaga
stakeholder.
 Taat pada aturan (rule of law). Dengan "Bedah Buku", publik dan para
stakeholder dapat mengetahui dan memahami dan mengevaluasi apakah
kerangka hukum yang ada sudah dilaksanakan dengan adil dalam
pelaksanaan kegiatan.
 Partisipasi. "Bedah Buku", memberikan akses kepada publik untuk
menyampaikan saran dan solusi (kebebasan berbicara) dalam pembuatan
keputusan/kebijakan baik secara langsung maupun melalui intermediasi
institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya bagi pencapaian hasil
yang lebih baik.
 Visi Strategis. Dengan "Bedah Buku", para pemimpin dan publik akan
selalu dituntut mempunyai perspektif tata kelola yang baik (good
governance) dalam pendayagunaan sumber daya yang dimiliki sejalan
dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gagasan Utama

Buku ini merupakan autobiografi pahlawan sekaligus Presiden RI pertama

yaitu Ir. Sukarno yang mana dari awal hingga akhir menceritakan semua

tentangnya melalui sudut pandang orang pertama.

Dalam buku ini menjelaskan bahwa zaman penjajahan merupakan zaman


pembodohan. Kita meminta-minta, merendahkan diri, tidak percaya diri, dan
merasa tidak mampu hidup dalam negara kita sendiri. Belanda merusak mentalitas
rakyat Indonesia. Jangankan untuk bermimpi tinggi. Bahkan kita tidak mampu
menapakkan kaki pada bumi kita ini sesuai kehendak kita. Zaman yang sangat
menyedihkan.

Bung Karno sudah terdidik sejak kecil oleh ibunya agar berjuang selalu
untuk Indonesia. Bung Karno juga terdidik untuk menjauhi gaya hidup kebarat-
baratan. Bung Karno sudah memiliki kesadaran akan sebuah perubahan untuk
merdeka sejak usia belasan tahun. Namun, harus berjuang secara diam-diam
hingga usia 20 tahunan. Karena Bung Karno harus bersekolah. Jika tidak
sembunyi-sembunyi, pupuslah kesempatan Bung Karno untuk sekolah tinggi.
Bisa-bisa dipenjara sebelum berjuang. Orang tua Bung Karno rela menyisihkan
banyak uang agar beliau bersekolah. Rela hidup susah demi pendidikan.  Karena
mereka yakin, Bung Karno mampu memimpin Indonesia di masa Depan. Maka,
mana mungkin Bung Karno tidak menurut pada orang tua? Perjuangan yang
dilakukan saat itu, Bung Karno menulis artikel tentang pergerakan kemerdekaan
dengan nama samaran “Bima”.

3
2.2 Sub Sub Tema

1. Bab Satu (Alasan Menulis Bab Ini)

Mungkin banyak yang pernah mendengar pro dan kontra mengenai


Sukarno. Di sebagian akhir kepemimpinanya, ada yang mengatakan Sukarno
dibenci oleh rakyat Indonesia. Sebagian lainnya mengatakan mencintai Sukarno.
Di bab inilah berisi pandangan Sukarno mengenai hal tersebut.

Ada juga pengakuan dari Sukarno yang menyukai wanita dan mengapa ia
seperti itu.. Selain itu, diceritakan mengapa Sukarno menyukai negara-negara blok
timur. Kisahnya bersama John F. Kennedy, dan media-media asing yang
menjelek-jelekan namanya.

Dan yang terpenting, meskipun Sukarno selalu menolak jika ada yang
mengusulkan biografi dirinya, pada akhirnya ia bertemu dengan Cindy Adams
dan tertarik untuk menulis kisah hidupnya.

2. Bab Dua (Putra Sang Fajar)

Sukarno lahir ketika fajar menyingsing dan ditakdirkan menjadi


pemimpin. Ada semacam gurauan di bab ini mengenai kelahiran Sukarno ke dunia
ini.

Lalu tentang leluhur Sukarno yang juga pejuang, yang terlibat dengan
Belanda sejak penjajah datang ke Indonesia.

Juga dikisahkan bagaimana orang tua Sukarno bertemu. Bagian ini,


penulis mulai sedikit mengenal sejarah keluarga bapak Proklamator Indonesia ini.

3. Bab Tiga (Mojokerto : Kesedihan di Masa Muda)

Sukarno hidup dalam kemiskinan. Masa kecilnya cukup menyedihkan,


sampai-sampai ia tidak bisa membeli petasan seperti teman-temannya kemudian

4
menangis dan protes kepada ibunya. Juga ada kisah bagaimana Sukarno dididik
oleh Bapaknya dengan keras.

Nama Sukarno sendiri didapat karena ia sering sakit-sakitan di masa kecil.


Ada sejarah bagaimana kemudian ia diberi nama Sukarno oleh bapaknya.

Juga ada cerita tentang cinta pertama dengan wanita belanda. Bagaimana
Sukarno harus bersekolah di sekolah Belanda. Namun Sukarno harus mengulang
kelas karena tidak fasih bahasa Belanda. Juga belajar selama satu jam setiap pagi
dengan guru lesnya

Di usia ke-15 tahun, Sukarno pergi ke Surabaya untuk melanjutkan


sekolah.

4. Bab Empat (Surabaya: Dapur Nasionalisme)

Di kota Surabayalah Sukarno yang baru menginjak usia muda


berpetualang. Ia tinggal dengan Tjokroaminoto yang merupakan pemimpin
Sarekat Islam.

Sukarno tinggal di kamar yang gelap tanpa pintu.


Di Surabaya, Sukarno tidak mengalami masa senang. Karena alasan-alasan
tertentu. Dan ia mencari kesenangan dengan membaca. Di titik inilah Sukarno
mulai memasuki “Dunia Pemikiran”.

Di masa ini Sukarno juga bertemu pemimpin-pemimpin politik dan


terkadang mengajukan pertanyaan. Dan setapak demi setapak Sukarno mulai
mencintai tanah air.

Juga ada kisah penghinaan anak Belanda di sekolah. Sukarno bersekolah


dengan cara yang tidak mudah dan terkadang pulang dalam keadaan babak belur.

Di Surabaya juga tempat Sukarno mendapat ramalan akan menjadi orang


besar. Dan tentu saja, itu benar-benar terjadi.

5
Yang paling menyenangkan, Sukarno menceritakan kisah cintanya dengan
gadis Belanda. Sayangnya, ketika ia melamar gadis pujaannya, hanya penolakan
dan hinaan yang diperoleh Sukarno. Pada akhirnya Sukarno menikah di usia 21
tahun dengan putri Tjokroaminoto.

Selanjutnya, Sukarno ingin melanjutkan sekolah ke Belanda. Namun


akhirnya tidak jadi karena tidak mendapat restu ibunya dan melanjutkan ke
Bandung.

5. Bab Lima (Bandung : Gerbang Ke Dunia Putih)

Di bandunglah tempat di mana Sukarno mulai menggunakan peci dan


kemudian menjadi simbol pejuang kemerdekaan beberapa puluh tahun kemudian.

Di bandung pula Sukarno melanjutkan pendidikan dengan 10 orang


Indonesia diantara orang berkulit putih berambut merah.

Namun, Karena suatu alasan, Pak Tjokro dianggap dalang dibalik


pemogokan buruh dan ditangkap Belanda. Sebagai menantu, Sukarno terpanggil
untuk membantu keluarga mertuanya. Sukarno memutuskan berhenti kuliah dan
bekerja sebagai klerk di stasiun kereta api dengan gaji 165 rupiah sebulan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga Pak Tjokro.

7 Bulan kemudian Pak Tjokro dibebaskan dan Sukarno kembali kuliah.


Lalu akhirnya ia mengembalikan Utari ke Pak Tjokro tanpa mengaulinya sedikit
pun selama masa 2 tahun pernikahan.

Lalu Sukarno menikahi wanita yang lebih tua, namun menjadi


pendamping yang sesuai untuk Sukarno yaitu Inggit.

6
6. Bab Enam (Marhaenisme)

Di bab ini Sukarno menceritakan mengenai pemikirannya dan menemukan


paham Marhaenisme. Nama itu diambil dari nama petani yang ditemui Sukarno
dan mengilhami pemikirannya.

Marhaenisme adalah Sosialisme Indonesia dalam praktik.

Di bagian ini Sukarno juga menceritakan tentang pidato pertamanya di


lapangan yang dihadiri ribuan orang. Pidatonya dihentikan dan sejak saat itu,
nama Sukarno di black list oleh Pemerintahan Belanda.

Diceritakan pula bagaimana Sukarno akhirnya berhasil menyelesaikan


studinya dan mendapatkan gelar. Meskipun pernah mendapat nilai 3 atau pun
melakukan “gotong royong” dengan sesama pemuda Indonesia dalam setiap ujian.

Ketika lulus, Sukarno mengingat kata-kata Presiden universitas, “Ir.


Sukarno, ijasah ini dapat robek dan hancur menjadi abu di satu saat. Ia tidak
kekal. Ingatlah, bahwa satu-satunya kekuatan yang bisa hidup terus dan kekal
adalah karakter dari seseorang. Ia akan tetap hidup dalam hati rakyat, sekalipun
sesudah mati. “

7. Bab Tujuh (Bahasa Indonesia)

Selepas lulus, Sukarno menolak pekerjaan yang ditawarkan kepadanya.


Karena ia tidak sudi bekerja untuk kepentingan Belanda.

Sukarno hanya pernah mengerjakan sebuah rumah saja. Itu pun karena hal
tersebut merupakan permintaan seorang professor yang dihormatinya.

Karena sudah tidak punya uang, maka Sukarno menjadi guru. Walau untuk
mendapatkan pekerjaan itu ia harus berbohong. Situasinya sedang sulit kala itu.

7
Di bab inilah Sukarno mulai mendapatkan pengikut. Berpidato dengan
siapapun yang ditemuinya. Ia juga matang dengan pemikiran-pemikirannya
sendiri dan memiliki ideologi politik yang berbeda.

Akhirnya ia mendirikan perkumpulannya sendiri. Dan studi klub itu


tumbuh di solo, Surabaya, dan Kota lainnya di Indonesia. Kemudian menerbitkan
majalah perkumpulan–Suluh Indonesia Muda. Dan Ketua Sukarno adalah
penyumbang tulisan pertama.

8. Bab Delapan (Mendirikan P. N. I)

Di bab inilah Bung Karno mendirikan PNI setelah Serikat Islam terpecah.
Dan PNI menjadi satu-satunya partai politik. Tujugan PNI membuat pengikutnya
gemetar karena tujuan yang terlalu radikal yaitu kemerdekaan sepenuhnya-
SEKARANG.

Tahun 1928 adalah tahun propaganda. PNI bergerak. Dan di masa inilah
Bung Karno mendapat julukan “Singa Podium”.

Diceritakan pula beberapa pro dan kontra di dalam PNI. Mulai dari
pemakaian seragam hingga memasukan pelacur sebagai anggota PNI sekaligus
menjadi mata- mata. Lagipula pelacur adalah anggota PNI yang selalu punya uang
dan memberikan hasil yang gemilang.

Walaupun di masa ini Sukarno sudah diakui sebagai pemimpin, namun


kondisinya masih tetap melarat. Baginya kemiskinan bukanlah sesuatu yang patut
dimalukan.

Di bab ini pembaca akan sedikit tersentuh dengan perjuangan para


pahlawan di tengah kemiskinan, namun tetap memimpikan kemerdekaan.

8
9. Bab Sembilan (Masuk Tahanan)

Di masa ini, beberapa tokoh yang dianggap berbahaya oleh Pemerintah


Belanda akan berakhir dengan penjara. Sukarno pun sudah menyadarinya bahwa
cepat atau lambat, ia akan mendapatkan gilirannya.

Bagian mengerikannya, nasib pejuang sangat memprihatinkan. Bahkan


disebutkan bahwa ada dari 300 orang, yang selamat hanya 4 orang saja. Ada pula
yang langsung digantung.

Di suatu pagi setelah rapat, giliran Sukarno pun tiba. Ia pun ditangkap
Belanda. Dan Sukarno pun berakhir di Rumah Penjara Banceuy.

10. Bab Sepuluh (Penjara Banceuy)

Banceuy adalah penjara tingkat rendah. Didirikan di abad kesembilan


belas, keadaanya kotor, bobrok, dan tua.

Usut punya usut, disebutkan bahwa penangkapan Sukarno sudah


direncanakan selama berbulan-bulan. Di saat bersamaan, ribuan orang ditangkap.
Termasuk 4 tokoh PNI.

Di bab ini, Sukarno banyak menceritakan pengalaman pahitnya selama


ditahan di penjara Banceuy. Bahkan ia sempat berpikir rasanya lebih baik mati.

Di penjara ini terdapat orang-orang Indonesia yang bekerja sebagai sipir.


Dan melalui merekalah Sukarno berkomunikasi dengan dunia luar.

Ada juga Bos Penjara yang bisa disuap. Tapi tetap saja, di penjara ini,
hiburan bagi Bung Karno hanya sebuah permainan mendengarkan kawannya
menceritakan kembali kisah Mahabarata dan Ramayana, yang mana membuat
perasaannya ringan dan memberi kekuatan.

9
11. Bab Sebelas (Pengadilan)

Sukarno menolak untuk dibela secara hukum oleh pengacara. Ia berniat


membela dirinya sendiri.

Sebelum pengadilan diadakan, di dalam penjara, beralaskan kaleng tempat


buang air, Sukarno menyusun pembelaannya yang dikenal sebagai Indonesia
Menggugat yang berisi penderitaan rakyat Indonesia akibat penghisapan selama
tiga setengah abad di bawah penjajahan Belanda.

Di pengadilan Sukarno dituduh melanggar pasal-pasal penyebar kebencian


atau mengambil bagian dari organisasi yang mempunyai tujuan menjalankan
kejahatan disamping usaha menggulingkan kekuasaan Hindia Belanda.

Sayangnya, Sukarno kalah dan dijatuhi hukuman paling berat, yakni 4


tahun penjara. Ia ditempatkan di penjara Sukamiskin.

12. Bab Dua Belas (Penjara Sukamiskin)

Di Sukamiskin Sukarno dipekerjakan untuk membuat garis di percetakan.


Ia juga diawasi dan dibatasi agar tidak membicarakan soal-soal politik dengan
manusia lainnya.

Namun Sukarno tetap bisa mengakali semuanya dan menerima kabar-


kabar dari luar melalui cara-cara tertentu.

Di bab ini Sukarno menceritakan kehidupan di dalam penjara. Putera Sang


Fajar berada di lingkungan yang tidak seharusnya ia berada.

Menurut pengakuannya, Sukarno berkembang di dalam penjara. Ia juga


mulai mendalami Islam.

Namun karena tulisan Sukarno dalam Indonesia Menggugat, banyak


protes dari ahli hukum di seluruh eropa. Dan hukuman diubah menjadi dua tahun.

10
Ketika keluar dari penjara, Sukarno menjawab pertanyaan Direktur penjara
dengan jawaban, “Seorang pemimpin tidak berubah karena hukuman. Saya masuk
penjara untuk memperjuangkan kemerdekaan, dan saya meninggalkan penjara
dengan pikiran yang sama.”

13. Bab Tiga Belas (Keluar dari Penjara)

Setelah keluar, Sukarno mengucapkan pidato paling terkenal menurutnya.


Di bab inilah terjadi dialog antara Bung Karno dan Bung Hatta. Karena keduanya
berselisih paham mengenai cara mendapatkan kemerdekaan. Namun tidak ada
kesepakatan dan keduanya tetap meyakini cara masing-masing.

Setelah keluar dari penjara, Sukarno tidak berubah. Ia tetap berpidato


kesana-kemari seperti biasanya.

Pada bab ini Sukarno menceritakan pengalaman-pengalamannya. Tentang


pekerjaan, kekurangan uang, menjadi pemimpin partai Partindo, hingga ketika
mendapatkan pakaian-pakaian yang bagus.

Namun Sukarno masih orang yang sama. Dan pada akhirnya, ia kembali
ditangkap oleh Belanda karena dianggap terlalu berbahaya.

14. Bab Empat Belas (Masuk Kurungan)

Sukarno kembali masuk Sukamiskin. Hanya saja kali ini ia ditempatkan di


sel khusus, dibuat di tengah-tengah ruangan besar yang telah dikosongkan. 8
bulan lamanya sukarno hidup seperti pertapa yang bisu.

Pada akhirnya, hukuman yang menanti adalah pembuangan. Sebelum di


buang Sukarno sempat bertemu kedua orang tuanya setelah sekian lama. Dan
mungkin saja, ini pertemuan yang terakhir.

8 hari kemudian, Sukarno sampai di Pulau Bunga, pulau yang terpencil.

11
15. Bab Lima Belas (Pembuangan)

Kampung itu bernama Endeh, penjara terbuka bagi Sukarno. Saat di


pengasingan inilah mertua Sukarno meninggal di pelukannya. Juga berita
kematian Pak Cokro juga sampai. Di sinilah Sukarno merasa sedih, namun ia
berusaha menyembunyikannya agar Inggit tidak ikut menderita melihatnya
menderita karena jauh dari cita-citanya.

Bab ini cukup panjang. Sukarno menceritakan bagaimana ia hidup di


pengasingan, tentang takhayul, menulis cerita sandiwara, bergaul dengan
penduduk setempat, hingga memikirkan masa depannya tentang revolusi.

Di tempat ini juga Sukarno mendekati kematian karena menderita malaria.

16. Bab Enam Belas (Bengkulu)

Sekitar 5 tahun Sukarno berada di Pulau Bunga ketika ia sakit malaria.


Hari itu sekitar Februari 1938 ketika ia dapat kabar akan dipindahkan ke
Bengkulu.

Setelah dipindahkan, Sukarno mendapat penolakan. Orang-Orang di kota


tidak suka perubahan ketika Sukarno membuat rencana mendirikan masjid.

Akhirnya, Sukarno menjadi guru di Muhammadiyah. Di bab ini


diceritakan tentang Fatmawati.

Pada bab inilah diceritakan bagaimana Fatmawati tumbuh besar dan


Sukarno ingin memperistrinya. Namun Inggit tidak setuju. Juga fakta bahwa
menceraikan Inggit akan meruntuhkan Sukarno dalam bidang politik. Biar
bagaimana pun, Inggitlah yang telah menemaninya selama berpuluh-puluh tahun
dalam pengasingan.

Sebelum diperoleh suatu keputusan mengenai Fatmawati, Jepang


menyerang Sumatera pada 12 Februari 1942.

12
17. Bab Tujuh Belas (Pelarian)

Belanda tetap menahan sukarno ketika Jepang datang di Bengkulu. Bab ini
menceritakan perjalanan Sukarno menuju Padang sebelum akhirnya
diberangkatkan ke Australia.

Sebelum pergi, Sukarno masih sempat menemui Fatmawati dan


mengucapkan harapannya.

Namun sebelum tiba di kapal yang akan membawanya, kapal itu telah
meledak. Akhirnya Sukarno bebas dari pasukan Belanda yang mengawalnya.

Setelah 9 tahun tidak berpidato, Sukarno kembali berpidato. Sukarno


membentuk Komando Rakyat yang bertugas sebagai pemerintah sementara.

Perintah pertama Sukarno saat itu adalah tidak melawan terhadap tentara
Jepang. Dan Jepang dengan cepat menguasai Padang dengan tank-tank, kereta
berlapis baja, dan bala tentara berjalan kaki.

18. Bab Delapan Belas (Jepang Mendarat)

Akhirnya Jepang tiba di Indonesia. Tepatnya di daerah Sumatera. Tentara


Belanda melarikan diri dan meninggalkan rakyat Indonesia tanpa perlindungan.

Awalnya, rakyat menganggap Jepang sebagai pahlawan yang mengusir


Belanda. Namun tak lama kemudian, Jepang melarang bendera Indonesia berkibar
dan hanya boleh ada bendera Jepang.

Pada bab inilah terjadi kejadian bersejarah di mana Bung Karno dan wakil
Jepang saling menjanjikan suatu hal satu sama lain.

Jepang tahu bahwa Bung Karno dekat dengan rakyat sehingga meminta
bantuan agar tidak terjadi kerusuhan.

13
Selanjutnya, Bung Karno mengatur semua permasalahan yang dihadapi
Jepang. Karena ini juga jalan dalam merebut kemerdekaan Indonesia yang sudah
lama diimpi-impikan.

19. Bab Sembilan Belas (Pendudukan Jepang)

Panglima tertinggi tentara pendudukan yang bermarkas di Jakarta


memerintahkan para pemimpin bangsa Indonesia membentuk suatu badan
pemerintahan sipil, tetapi itu tidak akan terjadi tanpa Bung Karno. Setelah itu,
perintah militer menyuruh mendatangkan Bung Karno.

Setelah melalui perjalanan melelahkan dari Sumatera ke Pulau Jawa,


setelah 13 tahun pergi, akhirnya Sukarno kembali lagi.

Dan keinginan Bung Karno ketika baru datang adalah memiliki Jas Baru
buatan De Koning. Sukarno pun tinggal di Jakarta, di rumah besar bekas milik
orang Belanda dan kembali berjuang bersama pemimpin lainnya.

20. Bab Dua Puluh (Kolaborator atau Pahlawan)

Meskipun di masa lalu Bung Karno dan Bung Hatta pernah berselisih
paham, pada akhirnya keduannya bekerja sama.

Bung Karno bekerja secara terang-terangan dan Bung Hatta bekerja secara
rahasia. Hanya ada Sharir yang menyaksikan rencana untuk masa depan tersebut.

Lalu terbentuklah Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dan Sukarno menjadi


ketuanya. Melalui Putera lah Sukarno memberikan seruan-seruan kepada rakyat.

Sukarno juga mulai berpidato lagi. Menumbuhkan nasionalisme dan


memanfaatkan pemerintahan Jepang untuk kepentingan Indonesia.

Sukarno juga terlibat dalam upaya-upaya menyelamatkan orang-orang


penting supaya tidak dihukum mati oleh Jepang.

14
Pada bab inil pulalah diceritakan perjuangan sambil memanfaatkan situasi
dari keadaan pemerintahan Jepang.

21. Bab Dua Puluh Satu (Putraku yang Pertama)

Pada akhirnya, hubungan Sukarno dan Inggit tidak bisa diteruskan.


Mereka bercerai. Pada Juni 1943, Fatmawati dan Sukarno akhirnya menikah.

Di usia ke 43 tahun, akhirnya Sukarno bergembira karena Tuhan yang


Maha Pengasih mengarunia seorang anak.

15
BAB III

BEDAH BUKU UMUM

3.1 Tampilan

1. Desain Buku
Buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang
sudah diamati oleh penulis memiliki desain buku yang sederhana dan
menampilkan nuansa tempo dulu, namun tetap menarik untuk dibaca.

2. Cover Buku
Cover buku ini sangat sederhana seperti desainnya, yang mana
background pada cover berwarna merah dibalut dengan tulisan berwarna
hitam dan gambar presiden pertam RI yaitu Ir. Sukarno dengan peci
khasnya yang berwarna hitam.

3.2 Isi
1. Tata Bahasa
Pemaikaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, dan
penggunaan tanda baca cukup bagus. Hanya bagi kalangan milenial yang
tidak terbiasa dengan ejaan zaman dulu akan sesekali mengulangi
beberapa kalimat untuk mencerna maknanya. Karena ejaan pada buku ini
tidak memakai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) seperti pada kalimat
pertama paragraf pertama pada bab Alasan Menulis Bab Ini:

”Tcara jang paling mudah untuk melukiskan tentang diri Sukarno


ialah dengan menamakannja seorang jang maha-pentjinta.” dibaca “Cara
yang paling mudah untuk melukiskan tentang diri Sukarno ialah dengan
menamakannya seorang yang maha-pecinta.”

2. Gaya Penulisan

Menurut penulis, buku ini memiliki gaya penulisan yang


komunikatif, sangat logis, dan isinya diceritakan dengan baik karena
diperoleh langsung dari tokoh yang bersangkutan sehingga informasi yang
dikemas melalui buku ini dapat dipercaya.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Bedah buku adalah sebuah kegiatan mengungkapkan kembali atau

mengkaji isi dari sebuah buku secara ringkas dengan memberi tanggapan

terkait buku yang akan dibedah.

Yang diperoleh dari membedah sebuah buku yakni dapat


memperluas pengatahuan sesuai isi buku dibedah, mengetahui suatu hal
yang dibahas dalam sebuah buku melalui pengkajian dari membedah buku,
dan paham akan pokok atau gagasan yang diangkat pada buku tersebut.

4.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah dengan
sumber–sumber yang lebih banyak dan dapat di pertanggung jawabkan.

Harapannya, pembaca dapat memahami apa yang ingin


disampaikan penulis serta memberikan kritik dan saran untuk masukan
kedepannya. Agar penulis dapat membuat makalah lebih baik lagi diwaktu
mendatang.

17

Anda mungkin juga menyukai