Anda di halaman 1dari 59

Laporan Kerja Praktek Bentuk-2

STUDI SISTEM PENGENDALIAN LEVEL PADA


DEAERATOR STORAGE TANK PLTU UNIT 4
PT.PJB UP GRESIK JAWA TIMUR

(01 Juni 2016 – 30 Juni 2016)

Haris Dwi Happy Putra


NRP. 2413100001

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA


JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016
Laporan Kerja Praktek Bentuk-2

STUDI SISTEM PENGENDALIAN LEVEL PADA


DEAERATOR STORAGE TANK PLTU UNIT 4
PT.PJB UP GRESIK JAWA TIMUR

(01 Juni 2016 – 30 Juni 2016)

Haris Dwi Happy Putra


NRP. 2413100001

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA


JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016

i
iii
v
STUDI SISTEM PENGENDALIAN LEVEL PADA
DEAERATOR STORAGE TANK PLTU UNIT 4
PT.PJB UP GRESIK JAWA TIMUR

Nama : Haris Dwi Happy Putra


NRP : 2413 100 001
Jurusan : Teknik Fisika FTI-ITS
Dosen Pembimbing : Dr.Ir.Totok Soehartanto, DEA

ABSTRAK

Deaerator adalah alat yang digunakan untuk membuang gas-


gas yang terkandung dalam air kondensat. Alat deaerator ini terdiri
dari dua drum dimana drum yang lebih kecil merupakan tempat
pengurangan kandungan kadar oksigen pada air kondensat dan
pada drum yang besar bernama deaerator storage tank adalah
tempat hasil air yang telah di proses pada drum yang lebih kecil.
Ketinggian level pada deaerator storage tank dapat di amati pada
tempat operasi. Sistem Pengendalian level pada deaerator storage
tank menggunakan sensor level LT-55, kontroller LC-55, dan
control valve LV-55. Sistem pengendalian level pada deaerator
storage tank sedang beroperasi dengan baik, karena ketinggian
level tidak melebihi kondisi high level maupun low level.

Kata Kunci : Level, Deaerator storage tank, pengendalian

vii
STUDY OF LEVEL CONTROL SYSTEM
IN DEAERATOR STORAGE TANK PLTU UNIT 4
PT. PJB UP GRESIK JAWA TIMUR

Name : Haris Dwi Happy Putra


NRP : 2413 100 001
Department : Engineering Physics FTI-ITS
Supervisor : Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA

ABSTRACT

Deaerator is a tool used to remove gases contained in the


water condensate. Deaerator tool consists of two drums where
smaller drum is a reduction of oxygen levels in the water content
of condensate and the large drum called deaerator storage tank is
a result of water that has been in process on a smaller drum.
Altitude level at deaerator storage tank can be observed at the
place of operation. Level control systems in the deaerator storage
tank using level sensors LT-55, controller LC-55, and control valve
LV-55. Level control system on deaerator storage tank in good
operation because the level is not exceed than high level condition
or low level condition.

Keywords : Level, Deaerator storage tank, Control

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kegiatan dan
laporan kerja praktek di PT. PJB UP Gresik ini dapat berjalan
dengan lancar dan selesai. Laporan kerja praktek ini disusun
berdasarkan data-data, diskusi serta literatur PT. PJB UP Gresik
yang di dapatkan di PT. PJB UP Gresik pada tanggal 1 Juni 2016
hingga 30 Juni 2016.
Pada kesempatan ini saya selaku penulis mengucapkan terima
kasih, atas segala dukungan dan bantuan sehingga kerja praktek ini
berjalan lancar, kepada:
1. Agus Muhamad Hatta, ST, MSi, Ph.D selaku Ketua Jurusan
Teknik Fisika FTI-ITS Surabaya.
2. General Manajer PT. PJB UP Gresik.
3. Bpk Mugiono, selaku Pembimbing Lapangan di PT.PJB UP
Gresik.
4. Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA selaku dosen pembimbing
kerja praktek dari Jurusan Teknik Fisika FTI-ITS Surabaya.
5. Ayah, ibu, dan semua rekan Teknik Fisika yang selalu
mendukung penulis dalam kerja praktek maupun penyusunan
laporan ini.
Saya menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, oleh
karena itu kritik serta saran atas untuk laporan ini sangat saya
terima. Akhir kata semoga laporan kerja praktek ini bermanfaat
bagi kita semua.

Gresik, 4 Agustus 2016

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................... i
ABSTRAK..................................................................................vii
ABSTRACT ................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................ xi
DAFTAR ISI .............................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................. xv
DAFTAR TABEL ....................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................ 1
1.3 Batasan Masalah ............................................................ 1
1.4 Realisasi Kegiatan Kerja Praktek .................................. 2
BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT.PJB UP GRESIK ........ 3
2.1 Struktur Organisasi PT. PJB UP Gresik ........................ 3
2.2 Kegiatan Maintenance di PT. PJB UP Gresik ............... 4
2.2.1. Preventive Maintenance...................................... 4
2.2.2. Corrective Maintenance ...................................... 5
2.3 Kepedulian lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) ................................................................................. 8
2.3.1 Kepedulian Lingkungan ..................................... 8
2.3.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ........... 9
2.4 PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) .................... 10
2.4.1 Proses Produksi Listrik pada PLTU................ 11
2.4.2 Sistem Operasi PLTU ....................................... 17
BAB III SISTEM PENGENDALIAN LEVEL PADA
DEAERATOR STORAGE TANK .......................................... 19
3.1 Deaerator ..................................................................... 19
3.2 Control Valve .............................................................. 21
3.3 Transmitter .................................................................. 22
3.4 Distributed Control System (DCS) .............................. 23
3.5 P&ID Pengendalian Level ........................................... 23
3.6 Data Ketinggian Level................................................. 25
3.7 Parameter Sistem ........................................................ 26

xiii
3.8 Pembahasan ................................................................. 27
BAB IV PENUTUP.................................................................... 29
4.1 Kesimpulan .................................................................. 29
4.2 Saran ............................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1 P&ID Sistem Level Deaerator Storage Tank
Lampiran 2 Data Level
Lampiran 3 Deaerator PLTU Unit 4
Lampiran 4 Control Valve LV 55-11
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi PT PJB UP Gresik (Profil PT.


PJB, 2014) ..................................................................................... 4
Gambar 2. 2 PLTU PJB Gresik (Profil PT. PJB, 2013) .............. 10
Gambar 3. 1 Deaerator PLTU Unit 4 .......................................... 19
Gambar 3. 2 Spesifikasi Deaerator Storage Tank PLTU Unit 4. 20
Gambar 3. 3 Control Valve LV-55-11 ......................................... 21
Gambar 3. 4 Deaerator Level Transmitter LT-55-11 ................. 22
Gambar 3. 5 CCR PLTU unit 3&4 .............................................. 23
Gambar 3. 6 P&ID Level Deaerator Storage Tank ..................... 24
Gambar 3. 7 Diagram Blok Sistem Pengendalian Level Deaerator
..................................................................................................... 24
Gambar 3. 8 Perbandingan antara PV dan SV ............................ 26
Gambar 3. 9 Parameter Sistem .................................................... 27

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jadwal Kegiatan ........................................................... 2


Tabel 3. 1 Data Level di Deaerator Storage Tank ....................... 25

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. PJB UP Gresik adalah unit pembangkitan yang terdiri dari
3 bagian pembangkit yaitu PLTU yang menghasilkan daya listrik
sebesar 600 MW, PLTG sebesar 101 MW dan PLTGU sebesar
1578 MW sehingga total daya yang dihasilkan oleh PT.PJB UP
Gresik sebesar 2280 MW.
Pada PLTU terdapat salah satu komponen penting yaitu
deaerator. Deaerator merupakan tempat dimana gas oksigen yang
terlarut pada air kondensat dibuang dengan cara di injeksi
hidrazine. Pada deaerator terdapat drum penampung air yang telah
diproses yaitu deaerator storage tank yang kemudian air dari drum
tersebut dipompakan menuju boiler. Level pada deaerator storage
tank harus dijaga dalam keadaan normal water level (NWL).
Apabila level terlalu rendah maka supply ke boiler akan berkurang.
Sehingga dilakukanlah studi pengendalian level pada deaerator
storage tank untuk mengetahui proses yang terjadi pada
pengendalian tersebut.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui proses yang terjadi pada power plant PLTU PT
PJB UP Gresik.
b. Mengetahui dan mempelajari instrumentasi dan sistem
kontrol pada proses industri di PLTU terutama deaerator
storage tank.

1.3 Batasan Masalah


Laporan kerja praktek ini membahas tentang sistem
instrumentasi dan secara khusus membahas tentang sistem
pengendalian yang berada pada deaerator storage tank.

1
2

1.4 Realisasi Kegiatan Kerja Praktek


Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di bagian Sistem
Operasi (CCR) dan HAR Kontrol dan Instrumentasi dengan Waktu
pelaksanaan Kerja Praktek dimulai dari tanggal 1 Juni 2016 sampai
30 Juni 2016. Dengan jam kerja sebagai berikut;
Hari kerja : Senin – Jum’at
Jam Masuk : 07.30 WIB
Jam Pulang : 16.00 WIB.
Untuk jadwal kegiatan yang lebih detail, dapat dilihat pada
tabel berikut;

Tabel 1. 1 Jadwal Kegiatan


No Kegiatan Minggu ke-
I II III IV
1 Penyesuasian Program
2 Materi I
1. Pemahaman struktur organisasi
perusahaan
2. Pemahaman departemen terkait
dengan kasus manajerial

3 Materi II
Penerapan program KP :
a. Sistematika Plant
b. Pemodelan Sistem
c. Penerapan Metode PI
d. Pembahasan

4 Penyusunan laporan KP

5 Penyerahan draft laporan


BAB II
PROFIL PERUSAHAAN PT.PJB UP GRESIK

2.1 Struktur Organisasi PT. PJB UP Gresik


PT. PJB UP Gresik dipimpin oleh General Manager yang
membawahi 8 depertemen meliputi :
a. Engineering & Quality Assurance
Departemen Engineering & Quality Assurance pada PT. PJB
UP Gresik memiliki tugas sebagai pengatur sistem dan teknologi
yang digunakan sehingga peralatan yang digunakan dapat bekerja
secara maksimal sesuai kebutuhan.
b. Logistik
Departemen Logistik merupakan departemen yang memiliki
peran dalam pengawasan serta pengendalian penerimaan dan
pengeluaran barang, selain itu departemen logistik juga
bertanggung jawab atas inventaris perusahaan.
c. Keuangan & Administrasi
Pengaturan keuangan perusahaan baik anggaran tahunan
departemen lain serta pengontrolan dan pengawasan pelaksanaan
keuangan perusahaan merupakan tanggung jawab dari departemen
ini
d. Pemeliharaan
Pelaksana pemeliharaan site-plant dan pengatur jadwal
pemeliharaan serta perawatan peralatan perusahaan sehingga
selalu siap beroperasi jika dibutuhkan merupakan tugas dari
departemen pemeliharaan.
e. Operasi
Departemen ini bekerja sebagai pengatur pengoperasian
peralatan dan mesin pada PT. PJB UP Gresik. Gambar 2.1
merupakan bagan struktur organisasi PT. PJB UP Gresik secara
lengkap menurut Surat Keputusan Direksi
No.042.K/020/DIR/2013

3
4

General
Managet UP
2.2 Kegiatan Gresik Maintenance di
Enjiniring &
Keuangan &
Quality Operasi Pemeliharaan Logistik
Administrasi
Assurance

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi PT PJB UP Gresik (Profil PT.


PJB, 2014)
PT. PJB UP Gresik
Kegiatan Maintenance diperlukan guna menjaga performa
mesin yang tetap handal dan sebagai upaya pemeliharaan peralatan
power plant. PT. PJB UP Gresik menerapkan dua jenis
Maintenance peralatan yakni Preventive dan Corrective
Maintenance.

2.2.1. Preventive Maintenance


Preventive maintenance atau juga disebut perawatan rutin,
merupakan perawatan yang dilaksanakan pada interval waktu
tertentu. Kegiatan ini meliputi kegiatan BLK yaitu Bersihkan,
Lumasi dan Kencangkan sambungan (baut, klem, dll) pada mesin
dan alat kerja. Tujuan dari kegiatan preventive ini adalah menjamin
dan mempertahankan kondisi mesin/alat kerja dari disfungsi alat
pada saat ingin digunakan ataupun pada saat proses berlangsung.
Hasil preventive maintenance ini adalah alat/mesin dapat
digunakan untuk jangka waktu yang lama.
Langkah pelaksanaan untuk preventive maintenance adalah
sebagai berikut :
a. Pembagian job card oleh supervisor senior preventive
maintenance kepada foreman sesuai dengan pekerjaan yang
akan dilakukan.
b. Pengalokasian pekerjaan pada teknisi preventive maintenance
agar beban kerja merata diantara anggota kelompok kerja oleh
supervisor senior preventive maintenance.
5

c. Setelah menerima job card, teknisi dari preventive maintenance


melakukan persiapan berupa pengumpulan peralatan, material
umum dan hal hal lain yang diperlukan dalam melaksanakan
pekerjaannya.
d. Sebelum melakukan pekerjaan, teknisi preventive maintenance
harus mendapatkan izin kerja terlebih dahulu dari supervisor
senior.
e. Setelah menerima izin kerja, teknisi preventive maintenance
harus segera melaksanakan kerjanya sesuai dengan tercantum
di job card.
f. Setelah pekerjaan selesai, teknisi preventive maintenance
mencatat semua temuan selama pekerjaan pada job card
dilaksanakan. Sebagai contoh: suhu, tinggi permukaan/level s,
dsb
g. Setelah pekerjaan selesai, supervisor senior operasi menutup
izin kerja. Dengan demikian peralatan pekerjaan dikembalikan
lagi ke bagian Operasi (“Hand back”).
h. Setelah selesai pekerjaan dilaksanakan, supervisor senior
operasi harus mengetahui dan menyetujui isi dari job feed back
dengan membubuhkan tanda tangan di job card.
i. Dengan selesainya pekerjaan preventive maintenance, teknisi
harus mengembalikan peralatan yang diambilnya tadi dari
gudang peralatan kembali.
j. Harus menyampaikan job card yang sudah dilengkapi catatan
selama pelaksanaan pekerjaan kepada supervisor senior.

2.2.2. Corrective Maintenance


Corrective maintenance atau pemeliharaan korektif
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki kegagalan
atau kerusakan yang ditemukan selama pemeliharaan preventif.
Pada umumnya, pemeliharaan korektif bukanlah aktivitas
perawatan yang terjadwal, karena dilakukan setelah sebuah
komponen mengalami kerusakan dan bertujuan untuk
mengembalikan kehandalan sebuah komponen atau sistem
kekondisi semula. Tujuan dari pemeliharaan korektif adalah
6

kembali berfungsinya suatu alat/mesin sehingga dapat beroperasi


kembali.
Langkah prosedur dari pemeliharaan korektif adalah sebagai
berikut :
a. Setiap pagi, supervisor senior maintenance mengumpulkan
kartu kerja untuk pemeliharaan korektif dari bagian planning.
Selanjutnya supervisor senior maintenance mendistribusikan
kepada foreman sebagai tugas hari itu.
b. Teknisi korektif maintenance memastikan bahwa semua
peralatan, suku cadang dan sumberdaya yang diperlukan sudah
siap untuk pekerjaan yang ditugaskan.
c. Teknisi pemeliharaan korektif harus memastikan bahwa
terdapat izin kerja untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dari
supervisor senior operasi sebelum memulai setiap pekerjaan
pada unit pembangkit terkait.
d. Teknisi pemeliharaan korektif harus memastikan bahwa
pekerjaan tersebut dilaksanakan sesegera mungkin dengan
norma-norma kualitas yang telah disetujui.
e. Setelah pekerjaan selesai, teknisi pemeliharaan korektif
mencatat seluruh job feedback yang ada di kartu kerja, failure
mode, failure cause, tindakan korektif yang diambil, material
dan jumlahnya yang digunakan, serta sumber daya dan waktu
yang digunakan untuk pekerjaan tersebut. Kemudian teknisi
menandatangani pekerjaan yang telah diselesaikan pada kartu
kerja dan mengembalikan ke supervisor senior maintenance.
f. Apabila pekerjaan yang disebutkan pada kartu kerja telah
selesai, maka selanjutnya adalah poin L, jika tidak maka
langkah selanjutnya adalah poin G.
g. Apabila diperlukan tambahan material dalam penyelesaian
pemeliharaan korektif maka alur selanjutnya adalah poin h, jika
tidak selanjutnya adalah poin d.
h. Supervisor senior maintenance memberitahukan Rendal Har
untuk memperbarui status WO menjadi “tunggu spare part”.
i. Rendal Har memperbarui status WO menjadi “tunggu spare
part”.
7

j. Rendal Har harus memasukan dalam MIMS dan membuat


permintaan material (MSQ140 & MSQ620 tindakan 1) untuk
work order tersebut.
k. Maintenance manager harus log on pada MIMS untuk
menyetujui permintaan material untuk work order tersebut
(MSQ887). Apabila sudah disapprove maka ikuti langkah b
atau jika tidak maka kembali ke langkah j.
l. Apabila terdapat pekerjaan tambahan yang harus dikerjakan
pada saat pelaksanaan pekerjaan, maka alur pelaksanaan
selanjutnya adalah poin m, jika tidak maka poin p.
m. Apabila ada pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum
peralatan diserahkan kembali untuk dapat dioperasikan, maka
alur pelaksanaan selanjutnya adalah poin n, jika tidak maka
poin o.
n. Supervisor senior maintenance harus memberitahu planner
tentang adanya pekerjaan tambahan yang diperlukan sebelum
peralatan diserahkan untuk dioperasikan. Planner kemudian
membuat WO (walk order) baru untuk pekerjaan tambahan
yang diperlukan tersebut alurnya sesuai dengan proses bisnis
MOP-P15-04.
o. Supervisor senior maintenance mencatat semua pekerjaan
tambahan yang ditunda pada kartu kerja sebagai pengingat
untuk planner.
p. Supervisor senior operasi kemudian menguji peralatan tersebut
segera setelah pekerjaan dinyatakan selesai. Apabila hasil
pengujian diterima, maka alur selanjutnya adalah r, s, t dan u,
jika tidak maka ke q.
q. Supervisor senior operasi harus mencatat alasan mengapa
peralatan tersebut gagal dalam pengujian yang dilakukan
(alasan mengapa ada pekerjaan ulang) pada kartu kerja.
r. Setelah pekerjaan selesai dan diterima, teknisi corrective
maintenance harus mengembalikan semua suku cadang dan
material yang tidak digunakan ke gudang.
s. Izin kerja harus segera ditutup oleh teknisi corrective
maintenance setelah pekerjaan dinyatakan selesai dan diterima
8

baik oleh supervisor senior maintenance maupun supervisor


senior operasi.
t. Segera setelah pekerjaan dinyatakan selesai dan diterima oleh
supervisor senior operasi, foreman corrective maintenance
harus mengevaluasi dan memeriksa job feedback pada kartu
kerja. Apabila semuanya sudah dilakukan sesuai dengan aturan
maka corrective maintenance harus menanda tangani job card.
u. Setelah pekerjaan selesai dan izin kerja ditutup, foreman harus
menyerahkan kembali peralatan tersebut kepada bagian operasi.
v. Foreman menyampaikan job card kepada supervisor senior
maintenance, harus menyampaikan job card yang sudah
ditanda tangani ke planner untuk dicatat job feedback pada
MIMS.

2.3 Kepedulian lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3)
Kepedulian lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja atau
yang biasa disingkat K3 merupakan komponen penting dalam
suatu perusahaan. PT. PJB UP Gresik sebagai perusahaan
pembangkit listrik dengan visi “Menjadi perusahaan pembangkit
tenaga listrik Indonesia yang terkemuka dengan standar kelas
dunia” merupakan perusahaan yang memperhatikan dan terus
menerus meningkatkan upaya kesadaran K3 dikalangan pegawai.
Tujuan dari pada program K3 ini diantaranya:
1. Agar setiap tenaga kerja dan setiap orang yang berada di
lingkungan kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
2. Melindungi sumber-sumber produksi agar dapat digunakan
secara aman dan efisien.
2.3.1 Kepedulian Lingkungan
PT. PJB UP Gresik melakukan upaya pengendalian polusi dan
pengelolaan lingkungan dengan alat pengendali emisi udara dan air
yang meliputi:
a. Cerobong asap (stack) yang cukup tinggi pada semua unit
pembangkit untuk mendapatkan distribusi penyebaran gas
buang yang luas.
9

b. Netralisasi limbah cair sebelum dibuang ke laut, dengan


pengolahan limbah terlebih dahulu pada Waste Water
Treatment Plant (WWT Plant).
c. Oil Separator, untuk memisahkan minyak pada air buangan
yang berasal dari bunker area bahan bakar minyak.
d. Saluran inlet dan outlet pendinginan kondensor yang memiliki
panjang mencapai 1 km untuk menurunkan suhu air setelah
proses pendinginan.

Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan:


a. Pembersihan/perawatan tanaman di lokasi unit.
b. Optimalisasi pemakaian bahan bakar gas alam pada semua
unit.
c. Melaksanakan program penghijauan pada tanah-tanah yang
kosong untuk menciptakan suasana lingkungan yang indah
dan hijau.

2.3.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Usaha keselamatan kerja ditujukan untuk mengendalikan
terjadinya kecelakaan yang berkaitan dengan lingkungan kerja.
Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan yang
mengakibatkan terjadinya cidera terhadap manusia dan atau
kerusakan terhadap benda. Umumnya hal ini diakibatkan karena
sumber tenaga misalnya tenaga gerak, listrik, kimia, dan panas di
atas ambang batas tubuh atau suatu bangunan.
Kecelakaan kerja merupakan suatu keadaan yang terjadi pada
seseorang karena hubungan kerja dan kemungkinan besar
disebabkan bahaya pekerjaan. Oleh karena itu, kecelakaan harus
dicegah dengan usaha keselamatan kerja yang mempengaruhi
tingkat kualitas kerja. Kualitas kerja semakin baik jika angka-
angka kecelakaan kerja akibat aktifitas atau hasil interaksi antara
manusia dan faktor-faktor tersebut dapat ditekan sedemikian rupa
bahkan sangat baik sehingga mencapai kondisi tidak ada faktor
kecelakaan (zero accident).
10

2.4 PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)


PLTU merupakan salah satu pembangkit yang dimiliki oleh
Unit pembangkit Gresik. Energi listrik yang dihasilkan kurang
lebih 100 MW per blok. Jumlah pembangkit listrik di PLTU UP
Gresik terdapat empat blok. Proses pemanasan air hingga menjadi
uap pada PLTU memanfaatkan gas alam, hal ini dikarenakan
pemerintah telah melarang penggunaan BBM dalam industri
pembangkitan.
PLTU UP Gresik menggunakan dua sumber bahan bakar
yakni bahan bakar minyak dan gas. Gambar 2.2 merupakan foto
dari PLTU Gresik dimana dari gambar terlihat ada 2 Cerobong asap
(stack) tertinggi yang masing masing mewakili 4 unit yang ada
pada PLTU. Pada tahun 2016, PLTU PJB UP Gresik semuanya
menggunakan bahan bakar gas, dikarenakan bahan bakar gas lebih
bersih sehingga tidak membutuhkan perawatan pembersihan yang
banyak seperti pengunaan bahan bakar minyak. Selain itu
penggunaan bahan bakar gas lebih ramah lingkungan dibandingkan
dengan bahan bakar minyak.

Stack PLTU
unit 3 dan 4
Stack PLTU
unit 1 dan 2

Gambar 2. 2 PLTU PJB Gresik (Profil PT. PJB, 2013)


11

2.4.1 Proses Produksi Listrik pada PLTU


Proses produksi listrik pada PLTU bermula dari desalination
plant sampai ke steam turbin untuk mengerakkan generator.
Gambar 2.3 menampilkan bagan proses produksi listrik secara
umum pada PLTU PJB UP Gresik.
Proses produksi listrik pada PLTU PJB UP Gresik dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Air laut dipompa oleh sea water pump diolah menjadi air
tawar dengan proses desalination.
2. Pada waktu proses di desalination plant tersebut terjadi
penguapan. Karena adanya vakum uap tersebut tertarik ke atas
lebih cepat dan menyentuh pipa–pipa diatasnya yang dialiri
oleh air laut yang temperaturnya lebih dingin sehingga
terjadilah kondensasi disebut air distilate.
3. Kemurnian air distilate belum 100% karena masih
mengandung unsur-unsur garam (NaCl) yang terbawa uap air
dan masih terbawa garam, sehingga air distilate akan diproses
lagi di water treatment plant.
4. Air distilate tsb. dipompa dengan distilate water pump
kemudian ditampung di raw water tank. Di PLTU unit 1-2 ada
4 raw water tank, tangki 1 dan 2 dipakai untuk service water
sedangkan tangki 3 dan 4 ini yang akan dipakai untuk water
treatment plant.
5. Air dari raw water tank 3 dan 4 dipompa oleh supply water
pump melewati pre filter kemudian ke mix bed. Di dalam mix
bed ini ada resin anion dan kation, dimana anion mengikat
ion-ion positif yang selanjutnya melewati resin kation, dimana
kation mengikat ion negatif. Setelah proses di mix bed
selanjutnya hasilnya (demin water) di tampung di make-up
water tank.
6. Air dari make-up water tank dipompa oleh make-up water
transfer pump untuk ditampung di hotwell kondensor.
7. Air kondensat dipompa oleh condensate pump melalui SJAE
dan GSC menuju LP 1 heater (pemanas awal tekanan rendah)
kemudian ke LP 2 heater untuk dipanaskan lagi.
12

8. Setelah itu air dialirkan ke deaerator untuk dipanaskan secara


langsung dengan uap pemanas dari extraction steam 3 turbin.
Di deaerator ini gas-gas O2 dihilangkan dengan
menginjeksikan hydrazine pada saat start-up unit kemudian
ditampung di deaerator storage tank.
9. Level deaerator dipertahankan oleh Level Control (LC). Pada
kondisi air kondensat dialirkan ke deaerator maka LV-55
akan membuka dan FV-55 menutup, namun jika air di
deaerator sudah penuh maka FV-55 untuk membuka sehingga
aliran air dikembalikan lagi ke hotwell.
10. Air dari deaerator dipompa oleh BFP (Boiler Feed Pump)
untuk dialirkan ke HP heater.
11. HP 4 heater (pemanas tekanan tinggi) memanaskan air tsb.
kemudian ke HP 5 heater sehingga temperatur air pengisi
mendekati temperatur air dalam boiler.
12. Air masuk ke economizer untuk pemanasan terakhir
dimaksudkan untuk menaikkan efisiensi boiler. Di
economizer, air dipanaskan dengan gas panas buang ruang
bakar (furnace) yang keluar dari superheater I sebelum
dibuang ke atmosfir melalui cerobong.
13. Untuk mengontrol kebutuhan air boiler, drum dipasang Level
Control (LC) sebelum air pengisi masuk ke HP heater yaitu
FV-20. Untuk mengontrol kualitas air, drum boiler dipasang
saluran injeksi bahan kimia dan saluran pembuangan
(blowdown). Injeksi phosphat berfungsi untuk menaikkan pH
air di drum jika terjadi penurunan pH air akibat kebocoran di
sisi kondensor.
14. Pembakaran di boiler dilakukan secara kontinyu di dalam
furnace dengan dengan alat pembakar (burner) menggunakan
bahan bakar dan udara dari luar.
15. FDF (Forced Draft Fan) menghisap udara dari atmosfir dan
dialirkan ke steam coil air heater (SCAH). SCAH memanasi
udara dengan uap dari HP aux steam header boiler sampai
temperatur mencapai 115◦C. Kemudian udara panas dialirkan
ke air heater untuk dipanasi dengan gas buang dari furnace.
13

Setelah udara dipanasi di air heater kemudian masuk kedalam


windbox dan selanjutnya didistribusikan ke tiap-tiap burner
untuk proses pembakaran.
16. HSD digunakan sebagai bahan bakar pembakaran awal.
Sedangkan residu digunakan sebagai bahan bakar utama yang
disimpan dalam RO. storage tank.
17. Untuk kesempurnaan proses pembakaran, maka HSD yang
disemprotkan ke ruang bakar diatomisasi (dikabutkan) dengan
menggunakan udara dari SAC (Service Air Compressor).
18. Sebelum mengalirkan residu dari RO. storage tank ke burner
digunakan RO. preheater untuk pemanasan awal kemudian
dipompa dengan RO. transfer pump ke dalam RO. service
tank.
19. Setelah itu residu dipompa dengan RO. pump dan dimasukkan
ke RO. heater untuk menurunkan kekentalan residu agar dapat
disemprotkan ke ignition burner. Pengaturan aliran residu ke
ignition burner dengan katup pengatur (FV-26) dilakukan
sebelum burner.
20. Sebagaimana pada HSD untuk kesempurnaan reaksi
pembakaran, maka residu diatomisasi dengan menggunakan
uap dari HP auxiliary steam header boiler atau extraction
steam turbin secara mekanik pada burner. Jika beban sudah
tinggi maka atomisasi residu menggunakan extraction steam
dari turbin.
21. Uap dari drum boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu
dialirkan ke superheater I (primary SH) dan ke superheater II
(secondary SH), dan juga dialirkan ke outlet header yang
selanjutnya digunakan sebagai auxiliary steam.
22. Apabila temperatur uap melebihi batas kerjanya, maka de
superheater spray (attemperator) menyemprotkan air
kondensat untuk menurunkan temperatur uap sesuai dengan
temperatur yang diijinkan (510◦ C)
23. Uap jenuh dari superheater dengan tekanan dan temperatur
tinggi mengalir melalui nozzle. Uap dengan tekanan 88
14

kg/cm2 dan temperatur 510◦ C ini yang akan mendorong sudu-


sudu turbin sehingga mengakibatkan poros turbin berputar.
24. Uap tsb diatur oleh MSV (Main Stop Valve) yang berfungsi
sebagai katup penutup cepat jika turbin trip atau katup
pengisolasi turbin terhadap uap masuk. MSV bekerja dalam
dua posisi, yaitu menutup penuh atau membuka penuh.
25. Turbin harus dapat beroperasi dengan putaran yang konstan
pada beban yang berubah-ubah. Untuk membuat agar putaran
turbin selalu tetap digunakan control valve (load limit) yang
bertugas untuk mengatur aliran uap masuk turbin sesuai
dengan bebannya. Governor valve tidak dipakai sehingga full
open (membuka penuh).
26. Uap jenuh yang masuk ke turbin akan menggerakkan sudu-
sudu turbin sehingga poros turbin ikut berputar. Generator
yang dikopel langsung dengan turbin akan menghasilkan
tegangan listrik ketika turbin berputar.
27. Uap ekstraksi (extraction steam) turbin dibagi menjadi 5.
Extraction steam 1 dialirkan ke HP 5 heater, extraction steam
2 dialirkan ke HP 4 heater, extraction steam 3 dialirkan ke
deaerator, extraction steam 4 dialirkan ke LP 2 heater, dan
extraction steam 5 dialirkan ke LP 1 heater. Hal tersebut
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi unit (heat balance).
28. Uap yang telah menggerakkan sudu-sudu turbin, tekanan dan
temperaturnya turun hingga kondisinya menjadi uap basah.
Uap tersebut dialirkan ke dalam kondensor yang dalam
keadaan vakum. Posisi kondensor umumnya terletak di bawah
turbin sehingga memudahkan aliran uap masuk.
29. Proses kondensasi (perubahan fase dari fase uap ke fase air)
di kondensor terjadi dengan mengalirkan air pendingin dari
cooling water pump ke dalam pipa-pipa kondensor sehingga
uap-uap dari turbin yang berada di luar pipa-pipa
terkondensasi menjadi air kondensat dan ditampung di
hotwell.
30. Air di hotwell ini dipompa oleh condensate pump menuju
deaerator melalui SJAE (Steam Jet Air Ejector) dan GSC, LP
15

1 heater dan LP 2 heater. Starting Ejector berfungsi untuk


menarik vakum kondensor pada saat awal hingga vakum
kondensor mencapai 650 mmHg, kemudian vakum di
condenser ini dipertahankan oleh SJAE.
31. Uap panas di SJAE yang berasal dari HP auxiliary steam
header boiler ini bertemu dengan air kondensat sehingga
mengalami kondensasi kemudian air kondensasi ini dialirkan
kembali ke hotwell condensor.
32. GSSR (Gland Steam Seal Regulator) bekerja untuk mengatur
tekanan uap yang berasal dari HP auxiliary steam header
boiler untuk perapat turbin sesuai setting yaitu 0.08 kg/cm2,
sehingga tekanan selalu konstan dan tidak terjadi kebocoran-
kebocoran, yaitu pada sisi tekanan tinggi (HP) untuk
mencegah uap dari turbin bocor keluar dan dari sisi tekanan
rendah (LP) untuk mencegah udara luar masuk ke exhaust
turbin karena vakum.
33. Uap perapat yang telah dipakai turbin tadi ditarik oleh GSEB
(Gland Steam Exhaust Blower) agar tidak terjadi kondensasi
di labirin-labirin turbin dan karena uap perapat tsb. menyentuh
pipa-pipa yang dialiri air kondensat maka terjadilah
terkondensasi di GSC (Gland Steam Condenser) dan
kondensasinya dialirkan ke hotwell. Sedangkan uap yang
tidak terkondensasi di GSC dihisap oleh GSEB di buang ke
atmosfer.
34. Untuk sistem air pendingin, air laut disaring melalui bar
screen untuk memisahkan air dari sampah/kotoran laut,
kemudian air laut diinjeksi dengan chlorine untuk
melemahkan biota laut agar tidak berkembangbiak di dalam
kondensor sebelum air laut disaring lagi melalui traveling
screen untuk menyaring kotoran-kotoran yang lolos dari bar
screen sebelum dipompa oleh circulating water pump.
35. Saringan traveling screen dibersihkan secara otomatis dengan
water spray yang dihasilkan oleh screen wash pump yang
dikontrol oleh timer tiap 4 jam selama 25-40 menit beroperasi
16

atau perbedaan tinggi permukaan air sebelum dan sesudah


saringan.
36. CWP (Circulating Water Pump) akan mengalirkan air melalui
kanal atau pipa-pipa besar yang dilapisi karet masuk ke
kondensor untuk proses kondensasi, selain itu juga dilairkan
ke CWHE (Cooling Water Heat Exchanger) untuk
mendinginkan air tawar sebagai cooling water. Air tawar dari
CWHE ini dipompa oleh cooling water pump untuk
digunakan sebagai pendingin auxiliary machines seperti
condensate pump, boiler feed pump, circulating water pump,
air heater, forced draft fan, service air compressor,
instrument air compressor, lube oil cooler, dan H2 gas
generator cooler.
37. Proses konversi energi di dalam generator adalah dengan
memutar medan magnet di dalam kumparan. Rotor generator
sebagai medan magnet menginduksi kumparan yang dipasang
pada stator sehingga timbul tegangan diantara kedua ujung
kumparan generator. Untuk membuat rotor agar menjadi
medan magnet, maka dialirkan arus DC ke kumparan rotor.
Sistem pemberian arus DC kepada rotor agar menjadi magnet
ini disebut eksitasi.
38. Untuk menjaga agar tegangan keluaran generator stabil, maka
diperlukan AVR (Automatic Voltage Range) untuk
mengontrol tegangan keluar generator selalu tetap walaupun
beban berubah-ubah sekaligus menjaga mesin berada dalam
sinkronisme.
39. Untuk menyalurkan energi listrik yang dihasilkan dari
generator, maka generator harus dihubungkan ke sistem
jaringan (transmisi) yang disebut sinkronisasi.
40. PLTU tidak dapat dijalankan (start) atau shutdown tanpa
adanya pasokan dari luar. Dalam kondisi operasi normal,
suplai listrik untuk kebutuhan alat-alat bantu (auxiliary
common) diambil dari starting transformer.
41. Kebutuhan listrik untuk start disuplai dari luar (ke jaringan
sistem) melalui main transformer, sedangkan kebutuhan
17

listrik untuk operasi normal (pemakaian sendiri) disuplai dari


generator melalui auxiliary transformer.

2.4.2 Sistem Operasi PLTU


Bagian operasi atau sistem operasi merupakan bagian yang
ikut serta menunjang keberhasilan unit. Tugas sistem operasi atau
bagian operasi (operator) sebagai berikut:
a. Menyiapkan kondisi mesin dan peralatan sebelum beroperasi.
Persiapan dilaksanakan sesuai dengan tata cara atau prosedur
yang sudah ditetapkan. Tujuannya untuk menghindari
terjadinya kesalahan dalam operasi yang dapat mengganggu
produksi.
b. Menjalankan seluruh mesin selama unit beroperasi. Operator
bertugas menjalankan seluruh mesin selama unit berperasi
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
c. Memantau seluruh peralatan yang sedang beroperasi.
Operator juga bertugas mengawasi atau melakukan partrol
check selama unit beroperasi baik diruang kontrol (CCR)
maupun lokal. Tujuannya agar semua penyimpangan dan
kerusakan dapat diketahui sedini mungkin.
18

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


BAB III
SISTEM PENGENDALIAN LEVEL PADA
DEAERATOR STORAGE TANK

3.1 Deaerator
adalah suatu alat pemanas langsung dgn media pemanas uap
extraction, artinya uap dan air condensate bersinggungan secara
langsung. Disamping untuk memanaskan air, deaerator merupakan
suatu alat yang digunakan untuk membuang gas – gas atau oksigen
yang terlarut dalam air condensate yakni dengan mempertemukan
uap dan air condensate secara langsung sehingga air condensate
mendekati titik didihnya, maka dengan begitu gas – gas atau
oksigen yg terlarut tersebut akan mudah terlepas dari air
condensate dan dibuang ke atmosfir.

Gambar 3. 1 Deaerator PLTU Unit 4

Deaerator ini terdiri dari dua drum dimana drum yang lebih
kecil merupakan tempat pemanasan pendahuluan dan pembuangan

19
20

gas-gas dari bahan air ketel, sedangkan drum yang lebih besar yang
disebuat deaerator storage tank adalah merupakan tempat
penampungan air kondensat yang jatuh dari drum yang lebih kecil
di atasnya.
Deaerator mendapatkan input aliran air dari condensate water
dan output yang terhubung dengan boiler feed pump (BFP) untuk
menyuplai air pada boiler. Pada deaerator terdapat storage tank
yang harus dijaga levelnya pada batas normal water level yaitu 2,8
m. Terdapat tiga kondisi level yang dapat terjadi pada deaerator,
yaitu :
 Low : NWL-300 mm
 Normal : NWL+00 mm
 High : NWL+300 mm
Deaerator storage tank memiliki kapasitas sebesar 120 m3.
Berikut ini spesifikasi deaerator storage tank unit 4 pada gambar
berikut.
Spesifikasi deaerator storage tank unit 4 PLTU :
 Diameter = 3300 mm = 3,3 m.
 Panjang = 9750 mm = 9,75 m.
 Volume = 120 m3.

Gambar 3. 2 Spesifikasi Deaerator Storage Tank PLTU Unit 4


21

3.2 Control Valve


Control valve adalah jenis final control element yang paling
umum dipakai untuk sistem pengendalian proses, sehingga orang
cenderung mengartikan final control element sebagai control
valve. Walaupun ada beberapa sistem pengendalian on-off yang
menggunakan control valve sebagai final control element, namun
fungsi control valve di sistem pengendalian itu tidak lebih dari
kerja sebuah solenoid valve. Control valve hanya akan bekerja pada
2 posisi, yaitu terbuka penuh dan tertutup penuh. Pada
pengendalian continous artinya pengendalain dengan pengendali P,
PI, dan PID control valve justru tidak diharapkan berada di posisi
tertutup penuh atau terbuka penuh. Control valve harus secara
kontinue mengendalikan manipulated variable agar process
variabel selalu tetap sama dengan set point.
Sebuah control valve terdiri atas dua bagian dasar yaitu
actuator dan valve. Bagian actuator adalah bagian yang
mengerjakan gerak buka tutup valve, dan bagian valve adalah
komponen mekanis yang menentukan besamya flow yang masuk
ke proses. Dalam kesatuannya sebagai unit control valve maka
actuator dan valve harus melakukan tugas koreksi berdasarkan
sinyal manipulated variabel yang keluar dari controller.

Gambar 3. 3 Control Valve LV-55-11


22

3.3 Transmitter
Transmitter adalah alat yang digunakan untuk mengubah
perubahan sensing elemen dari sebuah sensor menjadi sinyal yang
mampu diterjemahkan oleh controller. Sinyal untuk
mentransmisiskan ini ada dua macam yaitu pneumatic dan electric.
Sistem transmisi pneumatic adalah transmisi mengunakan udara
bertekanan untuk mengirimkan sinyal. Besar tekanan udara yang
digunakan adalah sekitar 3 – 15 psi. Sistem ini adalah sistem lama
sebelum kemunculan era elektrik. Sistem tranmisi elektronik
adalah transmisi menggunakan sinyal elektrik untuk mengirimkan
sinyl. Range yang digunakan untuk transmisi ini adalah 4 – 20 mA
dan 1 – 5 VDC.

Gambar 3. 4 Deaerator Level Transmitter LT-55-11

Transmitter sendiri ada yang berfungsi sebagai pengirim


sinyal saja atau ada juga yang mengkonversi besaran yang
diinginkan. Selain ditransmisiskan ke controller (control room),
transmitter juga memiliki tampilan di lapangan yang digunakan
untuk pengecekan secara manual. Biasanya besaran yang
ditunjukkan di lapangan adalah berapa ketinggian level.
23

3.4 Distributed Control System (DCS)


DCS merupakan suatu sistem untuk mengatur dan mengontrol
parameter proses seperti control valve dan level transmitter yang
posisinya diletakkan di control room. Berikut DCS yang terlihat
di dalam control room PLTU unit 3&4 UP PJB Gresik.

Gambar 3. 5 CCR PLTU unit 3&4

3.5 P&ID Pengendalian Level


Sistem pengendalian level pada deaerator bertujuan untuk
menjaga level di deaerator storage tank tetap berada pada sekitar
setpoint. Ketinggian level pada deaerator diukur oleh level
transmitter (LT) dan dibandingkan dengan setpoint oleh level
controller (LC), jika terjadi selisih antara setpoint dengan level
aktual, maka LC akan memberikan sinyal kepada level control
valve (LV) untuk mengurangi atau menambah laju aliran air yang
masuk
24

Gambar 3. 6 P&ID Level Deaerator Storage Tank

Dari P&ID tersebut maka kita dapat menurunkan diagram


blok sistem pengendalian level deaerator sebagai berikut.

Level Control Valve Deaerator


Controller storage

Level
Transmitter

Gambar 3. 7 Diagram Blok Sistem Pengendalian Level


Deaerator
25

3.6 Data Ketinggian Level


Data diperoleh ketika proses berlangsung. Proses
pengambilan data dilakukan di ruang CCR unit 3&4 pada tanggal
15 Juni 2016 dari pukul 13.41 WIB sampai pukul 14.00 WIB
dengan jeda 1 menit pengambilan data sehingga terdapat 20 data
yang di dapat. Data yang di ambil yaitu beban (MW) dan level pada
deaerator storage tank (mm) sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Data Level di Deaerator Storage Tank


No Waktu Level Beban
(WIB) (mm) (MW)
1 13.41 3019 100,17
2 13.42 3026 99,73
3 13.43 3030 100,38
4 13.44 3020 100,27
5 13.45 3021 99,73
6 13.46 3031 100,38
7 13.47 3025 100,49
8 13.48 3020 99,94
9 13.49 3029 99,73
10 13.50 3028 100,38
11 13.51 3017 100,27
12 13.52 3028 99,83
13 13.53 3032 100,49
14 13.54 3021 100,38
15 13.55 3020 99,62
16 13.56 3032 99,83
17 13.57 3028 100,27
18 13.58 3017 99,73
19 13.59 3027 100,27
20 14.00 3031 100,38
26

3500

3300
Level (mm)

3100

2900

2700

2500
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Level Waktu (menit)
Set Point
Gambar 3. 8 Perbandingan antara PV dan SV

3.7 Parameter Sistem


Dalam menjaga level pada Deaerator, parameter yang harus
dikontrol untuk membuat level Deaerator menjadi stabil pada
setpoint yang sudah ditentukan adalah PV, SV, dan MV. PV
(Process Variable) mengindikasikan nilai real yang terjadi di
lapangan. SV (Setpoint Variable) adalah nilai setpoint yang di
inginkan atau ketinggian level yang di inginkan pada deaerator
storage tank. MV (Manipulated Value) adalah nilai yang
dimanipulasi agar PV sama dengan SV.
27

Gambar 3. 9 Parameter Sistem

3.8 Pembahasan
Pengendalian level pada deaerator storage tank PLTU Unit 4
PT PJB UP Gresik merupakan sistem yang bertujuan untuk
mengendalikan level air pada deaerator supaya tetap pada set point
yang telah ditentukan guna memenuhi tercapainya proses yang
baik. Karena air yang di tampung di deaerator storage tank akan
digunakan pada boiler untuk menghasilkan uap superheater
sehingga jika level di deaerator tidak di kontrol, akan sangat
mengganggu proses yang berlangsung.
Berdasarkan Gambar 3.9, dengan nilai PV(Process Variable)
artinya level aktualnya -2,1 mm dari setpoint. Sedangkan untuk
menjaga level pada nilai SV, kontroller memberikan perintah
dengan mengirimkan memberikan sinyal berupa besaran arus (4 –
20 mA) untuk menggerakkan dua control valve (main dan sub),
untuk melakukan bukaan valve dengan MV (Manipulated
28

Variable) sebesar 18,6% dari bukaan totalnya. Tetapi control valve


membutuhkan tekanan angin untuk membuka atau menutup
katupnya. Sehingga memerlukan I/P tranducer untuk mengubah
sinyal besaran arus yang dikirim dari DCS (4 – 20 mA) menjadi
besaran pneumatik (0,2 – 1 kg/cm2). Tekanan pneumatik yang
diperoleh I/P tranducer berasal dari tekanan angin instrumen yang
memiliki tekanan lebih besar (1,4 kg/cm2) dan kurang stabil,
sehingga membutuhkan air regulator untuk menstabilkannya.
Dengan mode pengoperasian dua control valve (main dan
sub) adalah AUTO, yaitu : dua control valve (main dan sub) akan
beroperasi secara otomatis sesuai dengan setpoint yang telah
ditentukan. Apabila level air di Deaerator levelnya rendah, maka
sub control valve akan membuka dan membantu main control
valve untuk menambah air pada Deaerator hingga pada level yang
dibutuhkan. Air penambahnya (water make up) diambilkan dari
hotwell condenser. Setelah level air ini pada Deaerator telah normal
maka sub control valve akan menutup.
Berdasarkan Gambar 3.8, bahwa aktual level (PV) berada di
atas level setpoint (SV), akan tetapi tidak melebihi batas high level
(NWL+300mm) sehingga dapat dikatakan sistem pengendalian
level pada deaerator storage tank sedang beroperasi dengan baik.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktek di PT.PJB UP Gresik dengan
mempelajari sistem pengendalian level pada deaerator storage
tank, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Deaerator sebagai sistem pengendalian level di PLTU PT PJB
UP Gresik bertujuan agar level deaerator menjadi stabil pada
set point yang sudah ditentukan untuk memenuhi tercapainya
proses operasi PLTU yang baik. Parameter yang dikontrol
terdiri dari process variable (PV), setpoint variable (SV), dan
manipulated variable (MV).
b. Sistem pengendalian deaerator storage tank sedang
beroperasi dengan baik.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakukan, maka dapat
diberikan saran sebagai berikut :
a. Sebaiknya peserta kerja praktek diikutsertakan dalam proses
troubleshooting di lapangan, sehingga peserta mampu
merasakan dan terlibat dalam atmosfir kerja bidang teknik
lebih mendalam.
b. Sebaiknya peserta kerja praktek diberikan seragam untuk
peserta PKL.

29
30

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


DAFTAR PUSTAKA

[1] Profil Perjalanan PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Jawa


Timur [online].http://www.ptpjb.com/index.htm. (diakses
pada tanggal 12 Januari 2016, pukul 10.40 WIB)
[2] Profil Anak Perusahaan PT. PLN [online].
http://www.pln.co.id. (diakses pada tanggal 12 Januari 2016,
pukul 10.45 WIB)
[3] Profil PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Jawa Timur
[online]. http://www.ptpjb.com/index.htm. (diakses pada
tanggal 12 Januari 2016, pukul 10.43 WIB)
[4] Data Rendal PLTU Unit 4 PT PJB UP Gresik
[5] Ogata,Katsuhiko. 1995. Teknik Kontrol Automatik.Jakarta;
Erlangga
[6] Gunterus, Frans. 1994. Falsafah Dasar Sistem Pengendalian
Proses. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Lampiran 1 P&ID Sistem Level Deaerator Storage Tank
Lampiran 2 Data Level

No Waktu Level Beban


(WIB) (mm) (MW)
1 13.41 3019 100,17
2 13.42 3026 99,73
3 13.43 3030 100,38
4 13.44 3020 100,27
5 13.45 3021 99,73
6 13.46 3031 100,38
7 13.47 3025 100,49
8 13.48 3020 99,94
9 13.49 3029 99,73
10 13.50 3028 100,38
11 13.51 3017 100,27
12 13.52 3028 99,83
13 13.53 3032 100,49
14 13.54 3021 100,38
15 13.55 3020 99,62
16 13.56 3032 99,83
17 13.57 3028 100,27
18 13.58 3017 99,73
19 13.59 3027 100,27
20 14.00 3031 100,38
Lampiran 3 Deaerator PLTU Unit 4
Lampiran 4 Control Valve LV 55-11

Anda mungkin juga menyukai