Anda di halaman 1dari 4

MENGEVALUASI ANALISIS PUISI

“ SAJAK MATAHARI”

Oleh : W.S Hendra

Disusun oleh :

1. Devita Sari Nur Hasanah (09)


2. Kartika Louysa (15)
3. Lucky Tri Andika (16)
4. Lutfi Ikhtiar Fauzi (17)
5. Riska Handayani (24)
6. Siti Wulandari (30)

SMA NEGERI 3 SUKOHARJO


TAHUN PELAJARAN 2020/2021
SAJAK MATAHARI
Oleh : W.S. Rendra

Matahari bangkit dari sanubariku.

Menyentuh permukaan samodra raya.

Matahari keluar dari mulutku,

menjadi pelangi di cakrawala.

Wajahmu keluar dari jidatku,

wahai kamu, wanita miskin !

kakimu terbenam di dalam lumpur.

Kamu harapkan beras seperempat gantang,

dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !

Satu juta lelaki gundul

keluar dari hutan belantara,

tubuh mereka terbalut lumpur

dan kepala mereka berkilatan

memantulkan cahaya matahari.

Mata mereka menyala

tubuh mereka menjadi bara

dan mereka membakar dunia.

Matahari adalah cakra jingga

yang dilepas tangan Sang Krishna.

Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,

ya, umat manusia !


Puisi berjudul “Sajak Matahari” merupakan buah karya W.S. Rendra seorang sastrawan bergelar
Doktor Honoris Causa dan dijuluki “Burung Merak”. Puisi ini ditulis pada 5 Maret 1976 di
Yogyakarta.

 Puisi “Sajak Matahari” merupakan puisi yang bertemakan kemanusiaan. Kemanusiaan


yang dimaksudkan lebih condong atau dominan ke arah moral atau akhlak manusia. Isi
dari puisi ini adalah menceritakan kejadian atau peristiwa sekaligus masalah yang sedang
marak terjadi di dunia tanpa ada yang menyadarinya. Masalahnya adalah dunia yang
mulai hancur karena ulah dan keserakahan seorang penguasa yang ingin menguasai dunia
dengan cara cara kotornya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa kalimat pada larik puisi
tersebut. Larik “kakimu terbenam di dalam lumpur” yang dapat diartikan seorang wanita
yang terjebak di dalam kesengsaraan hidup dan sangat sulit untuk bangun karena semakin
ia bergerak ia semakin tenggelam dalam lumpur. Diksi “terbenam” di sini memiliki
makna terjebak. Sedangkan “lumpur” memiliki makna konotasi kotor, rendah, dan gelap.
Sedangkan makna lambang dari “lumpur” adalah kesengsaraan hidup karena lumpur
sangat terasa mengganggu saat mengenai kita. Imaji yang mucul adalah penglihatan dan
perabaan serta taktil. Sedangkan majas dari larik tersebut adalah majas pleonasme.

Bukti berikutnya pada larik “dan di tengah sawah tuan tanah menanammu” terdapat
makna lambang dari menanam yang berarti pengaturan. Menanam tanaman hanya
dimanfaatkan hasil panennya. Ibarat rakyat yang dimanja dengan fasilitas namun
sebenarnya diperalat oleh tuan mereka yaitu para konglomerat. Imaji yang muncul adalah
imaji perasaan dan taktil.

Kemudian pada larik “satu juta lelaki gundul keluar dari hutan belantara”, maksud dari
larik tersebut adalah para pekerja atau buruh laki-laki yang berprofesi sebagai penebang
pohon di hutan baru saja selesai melakukan perkerjaannya. Dilanjutkan dengan larik
“mata mereka menyala” maksudnya adalah hutan yang habis ditebang tadi
mengakibatkan hilangnya paru-paru dunia hilang dan dunia marah akan hal itu,
kemarahannya seperti bara yang membakar dunia.

 Tipografi dalam puisi ini adalah bait yang disusun lurus dalam satu bait tanpa ada aline-
alineanya melambangkan bahwa peristiwa yang terjadi pada puisi tersebut
(perbudakanoleh para konglomerat) terus berlangsung sepanjang masa meskipun zaman
sudah berkembang.

 Suasana dalam puisi ini adalah menyedihkan dan mengharukan. Dapat dibuktikan dalaml
arik “ kamu harap kan beras seperempat gantang”, “di tengah sawah tuan tanah
menanammu”, “kakimu terbenam di dalam lumpur”, dan “tubuh mereka terbalut
lumpur”. Larik-larik tersebut sangat menunjukkan betapa menyedihkannya kehidupan
seorang buruh yang selalu diperintah majikannya. Imaji dalam larik-larik tersebut adalah
taktil, perasaan, dan perabaan. Imaji tersebut timbul dari kata konkret harapkan,
menanammu, terbenam, terbalut.

 Nada yang digunakan penulis pada puisi ini adalah menasihati, mengingatkan, dan
menyadarkan bahwa masyarakat telah diperalat oleh para konglomerat yang terus
berkuasa demi mencapai tujuannya tanpa mempedulikan hak orang lain.

 Dalam puisi ini terkandung beberapa amanat. Amanat pertama adalah untuk penguasa
atau para konglomerat. Sebagai penguasa yang memiliki kedudukan dan kekayaan yang
lebih dari lain, harusnya jangan sewenang-wenang terhadap bawahan dan masyarakat
lain. Juga jangan serakah karena hidup hanya sementara pikirkan akhirat juga. Amanat
yang kedua adalah amanat bagi masyarakat yang sedang berada dalam kekuasaan Sang
Konglomerat. Sadarlah bahwa kalian hanya diperalat untuk mencapai kesenangan
mereka. Jangan hanya diam. Beranilah lepas dari genggaman mereka karena kalian punya
hak untuk “merdeka”. Dan sesungguhnya kalian punya kekuatan yang lebih dari mereka
yang masih kalian simpan di dalam diri kalian, jadi keluarkanlah kekuatan tersebut.
Biarkan kalian menentukan nasib kalian sendiri tanpa harus mengkuti kemauan orang
lain yang tidak mempedulikan kehidupan kalian.

Anda mungkin juga menyukai