Anda di halaman 1dari 9

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA KANTOR KEMENTERIAN

AGAMA KABUPATEN BANGKA SELATAN


Nama : Muhammad Aidil Fitri
NIM : 016627556
Email : Aidilfitri4486@gmail.com
Prodi : S 1 Administrasi Negara

Abtrak

Menjalani roda kepemimpinan seorang kepala kantor harus memiliki gaya


kepimpinan. Gaya kepemimpinan itu sendiri akan menjadi acuan dalam mengatur dan
mengarahkan bawahannya. Seorang kepala kantor yang baik akan membuat sistem
yang tidak akan merugikan siapaun, prinsip simbiosis mutualisme atau sistem saling
menguntungkan akan menjadi pegangan. Gaya kepemimpinan terbagi dalam tiga pola
dasar yaitu gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan otoriter dan gaya
kepemimpinan bebas. Gaya kepemimpinan yang diterapkan di Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Bangka Selatan adalah gaya kepemimpinan otoriter, hal itu dapat
dilihat dari kebiasaan yang dilakukan pimpinan di Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Bangka Selatan dalam mengambil keputusan secara sepihak. Hal ini
sering mengakibatkan adanya pertentangan di kalangan pegawai Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Bangka Selatan yang berdampak kepada menurunnya semangat
kerja para pegawa. Gaya kepemimpinan seperti ini sudah sangat tidak sesuai dengan
tuntutan zaman. Diharapkan agar kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Bangka Selatan agar dapat membuka diri untuk merubah gaya kepemimpinan yang
diterapkannya, karena gaya kepemimpinan otoriter ini telah mematikan kreativitas
para pegawainya

Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan, kebijaksanaan, Kinerja

Pendahuluan

Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan adalah salah satu


instansi vertikal yang ada di Kabupaten Bangka Selatan. Secara organisasi Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan tidak berhubungan langsung dengan
Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan. Karena Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Bangka Selatan berada langsung di bawah koordinasi Menteri Agama.
Tapi dikarenakan berada di daerah Kabupaten Bangka Selatan sudah mestinya Kantor

1
2

Kementerian Agama Kabupaten memiliki hubungan emosional yang erat dengan


Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan.
Agar dapat menjalankan roda kepemimpinan seorang kepala kantor harus
memiliki gaya kepimpinan. Gaya kepemimpinan itu sendiri akan menjadi acuan
dalam mengaturn dan mengarahkan bawahannya. Seorang Kepala kantor yang baik
akan membuat system yang tidak akan merugikan siapaun, prinsip simbiosis
mutualisme atau system saling menguntungkan akan menjadi pegangan.
Seorang pemimpin harus bisa menjadi atasan sekaligus sebagai kawan bagi
bawahannya. Agar adanya suasana kerja yang nyaman yang bisa membuat
kenikmatan setiap pegawai dalam menjalankan tugas masing-masing. Berdasarkan
kenyataan di lapangan ternyata masih ada pemimpin yang bergaya semaunya seperti
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan. Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan dalam menjalankan roda organisasi
yang dipimpinnya terkadang membuat para pegawai yang ada merasa seperti buruh
yang harus selalu menuruti keinginannya. Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Bangka Selatan sering berlagak seperti bos yang hanya bisa memerintah,
tanpa bisa memberi contoh bagaimana menjadi pegawai yang baik. Hal ini berakibat
dengan makin melemahnya kinerja pegawai yang ada di Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Bangka Selatan. Untuk mengatasi berbagai masalah di atas diperlukan
seorang pemimpin yang mampu memberikan kenyamanan kepada para pegawainya
dengan bersikap lebih demokratis.
Menurut Tead (dalam Haryanto, 2010,p. 1,http:/belajarpsikologi.com/pengertian
kepemimpinan-menurut-para-ahli/) “kepemimpinan kegiatan atau seni mempengaruhi
orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut
untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok”. Sedangkan gaya kepemimpinan menurut Enceng dkk, (2010.p. 6.2) gaya
kepemimpinan terbagi dalam tiga pola dasar yaitu 1). Gaya kepemimpinan
demokratis, 2). Gaya kepemimpinan otoriter dan 3). Gaya kepemimpinan bebas.
Tujuan dari penulisan ini untuk dapat melihat gaya kepimpinan Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan. sedangkan manfaat: untuk
memberikan masukan kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka
3

Selatan agar lebih bersikap demokratis dalam menjalankan roda pemerintahan di


instansi yang beliau pimpin.

Pembahasan
Pada zaman globalisasi yang serba terbuka seperti sekarang, setiap orang
bisa mengakses setiap informasi dan berhak untuk mendapatkan informasi. Dengan
adanya undang-undang tentang keterbukaan publik itu mengharuskan setiap lembaga
untuk membuka informasi kepada publik. Tidak boleh ada data yang boleh ditutup-
tutupi. Keterbukaan informasi ini tidak hanya berlaku dari suatu instansi kepada
masyarakat luar tapi juga berlaku dari atasan kepada bawahan. Seorang pemimpin
suatu lembaga tidak boleh menutup-nutupi informasi yang semestinya diketahui oleh
bawahannnya.
Tapi yang terjadi di lapangan banyak pemimpin suatu lembaga terutama
insantsi pemerintah seorang atasan masih melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan undang-undang keterbukaan publik tadi. Salah satu contoh adalah sudah
semestinya seluruh pegawai dapat mengetahui tentang program kerja dari seorang
pimpinan instansi, tapi yang terjadi atasan hanya menuntut kepada bawahan untuk
dapat menunjukkan program atau job diskription masing-masing atau dalam kata lain
hanya menuntut tugas kepada bawahannya untuk membuat sasaran kinerjanya tetapi
dia sebagai pimpinan tidak pernah membuat atau menunjukkan sasaran kinerja
kepada bawahannya. Gaya kepemimpinan seperti ini sebenarnya sudah tidak berlaku
lagi. Sudah sangat tidak popular lagi. Tapi masih banyak dipertahankan oleh
pemimpin-pemimpin di instansi pemerintah.
Seorang pemimpin harus dapat menyesuaikan dengan zaman, dikarenakan
pada saat ini para pegawai sudah berani untuk memberikan masukan tentang gaya
kepemimpinan yang mestinya digunakan oleh pemimpinnya atau bahkan secara
ekstrim para pegawai sekarang sudah berani memprotes atasannya yang berlagak
otoriter atau masih mempertahankan gaya kepemimpinan yang sudah dianggap usang.
Secara struktur Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan
dipimpin oleh seorang pejabat Eselon III a yaitu Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Bangka Selatan. dalam struktur organisasi Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Bangka Selatan terdapat satu Sub Bagian Tata Usaha yang dipimpin oleh
4

Kepala Subbag Tata Usaha, empat seksi yang masing-masing seksi dipimpin oleh
Kepala Seksi, satu Penyelenggara yang dipimpin oleh Kepala Penyelenggara dan
tujuh Kantor Urusan Agama yang dipimpin oleh Kepala Kantor urusan Agama.
Gaya kepemimpinan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka
Selatan yang baru sangat berbeda dengan gaya kepemimpinan Kepala Kantor
Kementerian Agama yang lama. Ada perbedaan yang jelas diantara keduanya. Kalau
yang lama sangat terbuka kepada bawahan, dekat dengan pemerintah kabupaten
sedangkan yang baru ini agak menjaga jarak dengan bawahan maupun kepada
pemerintah kabupaten. Sehingga membuat banyak keluhan di lingkungan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan maupun Pemerintah Kabupaten
Bangka Selatan.
Seorang pemimpin semestinya dapat bekerja sama dengan bawahan maupun
pihak lainnya baik yang berkaitan langsung maupun tidak. Seorang pemimpin harus
dapat membuka komunikasi yang baik kepada setiap pihak. Seorang pemimpin yang
hanya merasa nyaman sendiri tanpa bisa merasakan tenggang rasa kepada pihak lain
akan menjadi bahan kritikan dari bawahan maupun pihak lain. Gaya seperti ini sulit
diterima di zaman yang penuh keterbukaan seperti ini.
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dapat mempengaruhi kinerja para
pegawainya. Semakin ideal gaya kepemimpinan seorang pemimpin maka semakin
dapat meningkatkan kinerja para pegawainya. Menurut Enceng, dkk (2010.p .6.2)
gaya kepemimpinan terbagi menjadi tiga yaitu gaya kepemimpinan demokratis, gaya
kepemimpinan otoriter dan gaya kepemimpinan bebas.
1. Gaya kepemimpinan demokratis:
Gaya kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor terpenting
dalam kepemimpinannya yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan
orientasi pada hubungan dengan anggota organisasi. Gaya kepemimpinan ini
mengakui dan menerima manusia sebagai makhluk yang memiliki harkat dan
bermartabat yang mulia dengan hak asasi yang sama. Nilai-nilai demokratis
dalam kepemimpinan tampak dari kebijakan pemimpin yang orientasinya pada
hubungan manusiawi, berupa perlakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan
anggota organisasi atas dasar warna kulit, ras, kebangsaan, agama, status sosial
ekonomi dan lain-lain.
5

Para pemimpin yang berperilaku atau memiliki gaya kepemimpinan demokratis


selalu berusaha untuk memanfaatkan kelebihan anggota organisasi melalui
kebebasan menyampaikan gagasan/ide, pendapat, kreativitas, inovasi, kritik dan
saran-saran yang dilakukan secara bertanggung jawab. Di dalam kebebasan itu,
setiap anggota organisasi tidak dapat lepas dari peraturan yang dibuat melalui
kesepakatan bersama, agar hak dan kewajibannya dapat terpenuhi tanpa
mengganggu hak dan kewajiban anggota organisasi yang lain.
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya kepemimpinan yang ideal untuk
diterapkan seorang pemimpin dalam mengorganisir instansi yang dipimpinya.
Karena dengan gaya kepemimpinan demokratis setiap individu yang ada di
instansi tersebut merasa dihargai, merasa dibutuhkan baik tenaga maupun
suaranya. Pada gaya kepemimpinan demokratis seorang pemimpin tidak hanya
memerintah tapi juga bersama-sama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Menurut Sondang P. Siagian (dalam Enceng, dkk. 2010.p. 6.7) Gaya
kepemimpinan demokratis memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Kemampuan pemimpin mengintegrasikan organisasi pada peranan dan porsi
yang tepat,
b. Mempunyai persepsi yang holistik,
c. Menggunakan pendekatan yang integralistik,
d. Organisasi secara keseluruhan,
e. Menjunjung tinggi harkat dan martabat bawahan,
f. Bawahan berpartisipasi dalam mengambil keputusan,
g. Terbuka terhadap ide, pandangan dan saran dari bawahannya
h. Teladan
i. Bersifat rasional dan objektifitas
j. Memelihara kondisi kerja yang kondusif, inovatif dan kreatif.
Suasana di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan para
pemimpinya baik Kepala Kantor, Kasubbag Tata Usaha dan para kepala seksinya
belum atau tidak menggunakan gaya kepemimpinan ini. Sebagian dari unsur
pimpinan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan masih
terjebak dengan gaya kepemimpinan lama, yang hanya terfokus kepada hasil
kerja bawahan tanpa bisa menunjukkan hasil kerjanya sebagai atasan. Hal ini
6

mengakibatkan seringnya terjadi perdebatan di antara para unsure pimpinan


dengan para pegawai yang merasa diperlakukan secara tidak adil.
Padahal dengan gaya kepemimpinan demokratis akan berdampak pada
kondusifitas suasana kerja di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka
selatan. Para unsur pimpinan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka
Selatan belum bisa sama sekali menerapkan gaya kepemimpinan demokratis di
instansi yang mereka pimpin. Mereka terlalu asyik mempertahankan gaya
kepemimpinan yang mereka anggap baik dan layak untuk selalu mereka
pertahankan. Mereka belum bisa menjadi teladan bagi pegawainya. Karena
mereka memang belum pernah memberikan contoh yang pantas untuk dicontohi.
Semakin asyiknya para pemimpin itu mempertahankan gaya kepemimpinan yang
mereka anggap baik itu maka semakin tidak kondusif suasana kerja di kantor
Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan, yang mengakibatkan
melemahnya semangat kerja para pegawai yang berdampak langsung dengan
menurunnya kualitis pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

2. Gaya Kepemimpinan Otoriter:


Tipe kepemimpinan ini memperlihatkan perilaku atau gaya kepemimpinan yang
bersifat terpusat pada pemimpin sebagai satu-satunya penentu, penguasa dan
pengendali anggota organisasi dan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan otoriter ini dilaksanakan dengan kekuasaan berada di
tangan satu orang atau sekelompok orang, yang diantara mereka selalu ada
seseorang yang menempatkan diri sebagai yang paling berkuasa.
Gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin dalam melaksanakan
kepemimpinannya dilakukan dengan cara “working on his group”, dengan
menempatkan diri di luar atau di atas anggota organisasi, karena berpendapat
bahwa dirinya memiliki hak-hak istimewa yang tidak dimiliki anggota
organisasinya. Hak istimewa yang dimaksud pemimpin dalam gaya
kepemimpinan ini adalah hak untuk meperlakukan anggota organisasi atau
bawahan menurut kehendak pemimpin. Kondisi itu tidak sekedar dalam bekerja,
tetapi dilakukan juga dalam kehidupan sehari-hari di luar organisasi. Pemimpin
otoriter merasa organisasi dan bawahannya sebagai miliknya, sehingga senang
7

mengucapkan “kantor saya” dan “pegawai saya” dan lain-lain.\, sehingga


berkonotasi bahwa pemimpin berhak melakukan apa saja terhadap miliknya itu.
Gaya kepemimpinan otoriter ini yang sekarang berlaku di Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Bangka Selatan, hal ini dapat dilihat dari perilaku
pemimpinya. Dalam segala hal pemimpinnya harus selalu dinomorsatukan,
aturan hanya berlaku untuk bawahan sedangkan semua aturan yang dibuat tidak
berlaku untuk para pimpinnya. Hal ini membuat adanya rasa ketidakadilan bagi
para pegawai. Mereka beranggapan mereka dijadikan subjek di lingkungan
pekerjaan, bukan bersama-sama menjadi objek.
Gaya kepemimpinan ini sudah semestinya ditiadakan atau dihilangkan dari diri
pimpinan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan. karena
sudah tidak sesuai lagi dengan zaman. Dengan gaya kepemimpina otoriter seperti
ini membuat adanya jarak antara unsur pimpinan dan para pegawai. Padahal
dampak dari gaya kepemimpinan otoriter ini sangat parah, yang bisa
mengakibatkan matinya kreatifitas di tingkat bawah. Adanya rasa sungkan untuk
menunjukkan kreativitas karena berpendapat tidak bakal dihargai oleh pimpinan.
Dan masih banyak lagi dampak-dampak negatif lainnya akibat dari gaya
kepemimpin otoriter.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas:


Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota
organisasinya mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus
dirinya masing-masing, dengan sedikit mungkin pengarahan atau pemberian
petunjuk dalam merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari
tugas pokok.
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter,
meskipun tidak sama atau bukan kepemimpinan yang demokratis pada titik
ekstrimnya yang paling rendah. Kepemimpinan dijalankan tanpa memimpin atau
tanpa berbuat sesuatu dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku
anggota organisasinya.
Gaya kepemimpinan bebas ini tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia
terutama di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan,
8

karena gaya kepemimpinan ini menuntut setiap pegawainya mempunya


kemampuan yang sama dan dapat menterjemahkan Tugas Pokok dan Fungsinya
(TUPOKSI) masing-masing tanpa perlu adanya arahan dari pimpinan. Pimpinan
terkesan pasif dan hanya menunggu hasil kerja pegawainya, tanpa ada usaha
untuk mengontrol kinerja para pegawainya. Gaya ini tidak cocok diterapkan di
Kantor Kementeraian Agama Kabupaten Bangka Selatan karena tidak semua
pegawai yang ada di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan
mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang sama dalam menterjemahkan
tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Berdasarkan ketiga gaya kepemimpinan di atas gaya kepemimpinan
demokratis adalah gaya yang paling tepat untuk digunakan atau diterapkan di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan. karena sangat sesuai dengan
karakteristik pegawai yang ada di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka
Selatan. Dengan menggunakan gaya ini secara otomatis akan membuat suasana kerja
akan menjadi lebih nyaman dan akan berakibat pada makin meningkatnya kualitas
kerja setiap pegawai. Apalagi dengan adanya rencana penerapan reformasi birokrasi
di lingkungan Kementerian Agama, seorang pemimipin harus mampu mengkoordinir
para bawahannya untuk dapat mencapai target sesuai yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat.

Penutup
Berdasarkan pembahasan dan analisa di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan
dan saran. Kesimpulan: adalah gaya kepemimpinan yang diterapkan di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan adalah gaya kepemimpinan otoriter,
hal itu dapat dilihat dari kebiasaan yang dilakukan pimpinan di Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Bangka Selatan dalam mengambil keputusan secara sepihak. Gaya
kepemimpinan seperti ini sudah sangat tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Saran:
agar kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bangka Selatan agar dapat
membuka diri untuk merubah gaya kepemimpinan yang diterapkannya, karena gaya
kepemimpinan otoriter ini telah mematikan kreativitas para pegawainya.
9

Daftar Pustaka

Enceng, dkk. (2010). Kepemimpinan. Jakarta: Universitas Terbuka


Haryanto. (2010). Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli. Diambil pada 5
April 2014 dari http:/belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-
menurut-para-ahli/

Anda mungkin juga menyukai