Dokumen - Tips - Akuntansi Spesial Purpose Entity
Dokumen - Tips - Akuntansi Spesial Purpose Entity
Oleh :
Rima Sari Pratiwi
NIM : 2012200720
Kelas : JP B
Tujuan SPE :
Mendanai aset tertentu atau layanan tertentu dan tetap membuat hutang
perusahaan induk (sponsor) off-balance-sheet
Mengubah aset finansial tertentu, seperti hutang dagang, pinjaman, atau
hipotek ke dalam bentuk liquid
Mengurangi besarnya pajak
Karakteristik SPE :
1. Memiliki modal yang terbatas
2. Biasanya tidak memiliki manajemen yang independen
3. Fungsi administratifnya sering dijalankan oleh suatu trustee yang
menerima dan mendistribusikan kas sesuai dengan persyaratan kontrak,
sekaligus bertindak sebagai perantara SPV dengan pihak yang membentuk
SPV.
4. Jika SPV memegang aset, maka salah satu pihak akan memberikan jasa
tertentu sesuai perjanjian.
Alasan pembentukan SPE :
Sekuritisasi
Risk sharing
Keuntungan kompetitif
Financial enginering
Regulatory reasons
Perlu disadari pula bahwa EBK bisa menjadi pihak berelasi jika
dikendalikan oleh perusahaan sponsor/ induk dan perusahaan sponsor/ induk
memiliki pengaruh signifikan terhadapnya, sebagaimana di jelaskan pada PSAK
No. 7 bahwa Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan
entitas yang menyiapkan laporan keuangannya (dalam Pernyataan ini dirujuk
sebagai “entitas pelapor”).
a. Orang atau anggota keluarga dekatnya mempunyai relasi dengan entitas
pelapor jika orang tersebut :
i. Memiliki pengendalian/ pengendali bersama atas entitas pelapor.
Pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan
dan operasional dari suatu entitas sehingga memperoleh manfaat dari
aktivitas entitas tersebut. Pengendalian Bersama adalah persetujuan
kontraktual untuk berbagi pengendalian terhadap suatu aktivitas
ekonomi.
ii. Memiliki pengaruh signifikan atas entitas pelapor. Pengaruh signifikan
adalah kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan
keuangan dan operasional dari suatu entitas, tetapi tidak mengendalikan
kebijakan tersebut. Pengaruh signifikan dapat diperoleh dari
kepemilikan saham, anggaran dasar atau perjanjian.
iii. Merupakan personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk
dari entitas pelapor. Personil Manajemen kunci adalah orang-orang
yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk
merencanakan, memimpin, dan mengendalikan aktivitas entitas, secara
langsung atau tidak langsung, termasuk direktur dan komisaris (baik
eksekutif maupun bukan eksekutif) dari entitas.
b. Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu dari
hal berikut:
i. Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang
sama (artinya entitas induk, entitas anak, dan entitas berikutnya saling
berelasi dengan entitas lainnya)
ii. Suatu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas
lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan
anggota suatu kelompok usaha, yang mana entitas lain tersebut adalah
anggotanya)
iii. Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang
sama.
iv. Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas
yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.
v. Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pascakerja untuk
imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas terkait dengan
entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang
menyelenggarakan program tersebut, maka entitas sponsor juga
berelasi dengan entitas pelapor.
vi. Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang
didefinisi dalam huruf (a).
vii. Orang yang diidentifikasi dalam huruf (a) (i) memiliki pengaruh
signifikan atas entitas atau merupakan personil manajemen kunci
entitas (atau entitas induk dari entitas)
Pengungkapan
Pengungkapan yang harus dilakukan dalam laporan keuangan
konsolidasian :
(a) sifat hubungan antara entitas induk dan suatu entitasanak jika entitas induk
tidak memiliki (secara langsungmaupun tidak langsung melalui entitas
anak) lebih dari setengah kekuasaan suara;
(b) alasan mengapa kepemilikan (secara langsung maupun tidak langsung
melalui entitas anak) lebih dari setengah kekuasaan suara atau kekuasaan
suara potensial atasinvestee tidak diikuti dengan pengendalian;
(c) akhir periode pelaporan dari laporan keuangan entitasanak jika laporan
keuangan tersebut digunakan untukmenyusun laporan keuangan
konsolidasian dan tanggalatau periode berbeda dari tanggal laporan
keuangan entitas induk, dan alasan menggunakan tanggal atau periode yang
berbeda;
(d) sifat dan luas setiap restriksi signifikan (misalnyaakibat dari perjanjian
pinjaman yang diterima atau persyaratan regulator) dalam kemampuan
entitas anak untuk mentransfer dana ke entitas induk dalam bentuk deviden
tunai, atau pembayaran kembali pinjaman atau uang muka;
(e) suatu rincian yang menunjukan dampak setiapperubahan bagian
kepemilikan entitas induk pada entitasanak yang tidak mengakibatkan
hilangnya pengendalianatas ekuitas yang dapat diatribusikan pada pemilik
entitas induk; dan
(f) jika pengendalian atas entitas anak hilang, maka entitas induk
mengungkapkan keuntungan atau kerugian (jika ada) yang diakui sesuai
dengan paragraf 31, dan:
porsi dari keuntungan atau kerugian yang dapat diatribusikan pada
pengakuan sisa investasi pada entitas anak terdahulu dengan nilai wajar
pada tanggal hilangnya pengendalian, dan
pos keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi
komprehensif (jika tidak disajikan secara terpisah dalam laporan laba
rugi komprehensif).
Peraturan DirJen Pajak No. PER - 69/PJ/2010 Tentang Kesepakatan Harga Transfer
(Advance Pricing Agreement)
Peraturan Dirjen Pajak NO. PER - 32/PJ/2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip
Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak
Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa
http://asriwandi.wordpress.com/2012/04/01/makalah-psak-7-pihak-pihak-yang-
berelasi/ diakses tanggal 7 Januari 2012
http://insidewinme.blogspot.com/2007/12/special-purpose-entity.html diakses
tanggal 7 Januari 2012
UJIAN TENGAH SEMESTER
PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN
PPAK 2013
SOAL I:
a. Jelaskan serta berikan ilustrasi perbedaan konsep ruled based dan principle
based dalam penyajian laporan keuangan!
Principle based mengandung makna bahwa :
Standar akuntansi tidak bersifat ketat atau rigid, melainkan hanya
memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi yang harus diikuti
untuk memastikan pencapaian kualitas informasi tertentu yang relevan,
dapat diperbandingkan dan objektif.
Standar akuntansi yang berbasis prinsip tidak mengatur untuk suatu jenis
industri tertentu dan standar akuntansi yang berbasis prinsip memberi
dasar konseptual bagi akuntan ketimbang daftar aturan rinci.
Standar hanya mengatur prinsip pengakuan, pengukuran, dan pencatatan
suatu transaksi.
Standar lebih fleksibel dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan
industri yang ada.
Dalam penerapannya memerlukan pertimbangan profesional yang lebih
banyak.
Ilustrasi :
Standar yang berbasis aturan mengakibatkan munculnya standar-standar
akuntansi untuk industri tertentu, misalnya standar akuntansi koperasi, akuntansi
kehutanan, akuntansi perbankan, dan akuntansi penyelenggaraan jalan tol.
Secara prinsip, terdapat kesamaan untuk standar-standar akuntansi tadi. Sebagai
contoh, prinsip akuntansi untuk pengakuan dan pencatatan pendapatan,
pengakuan dan pencatatan aset. Pengaturan secara aturan cenderung
akan redundant dan dapat memunculkan banyak celah. Bahkan bisa jadi
pengaturan ini bertentangan dengan aturan umum. Dalam konsep prinsiple
based, standar tidak lagi diatur rinci masing-masing industri, sehingga untuk
pengakuan dan pencatatan pendapatan semua industri langsung mengacu pada
standar akuntansi pendapatan, pengakuan aset langsung mengacu pada akuntansi
Aset Tetap, Persediaan atau Properti investasi tergantung bagaimana tujuan aset
itu digunakan.
Selain itu, pada standar dengan konsep rule based diatur mengenai
akuntansi tanah dan akuntansi penyusutan, sedangkan pada standar dengan
konsep prinsiple based akuntansi tanah dan penyusutan tidak lagi diatur
tersendiri melainkan menjadi satu pada akuntansi Aset Tetap, persediaan atau
Properti Investasi tergantung tujuan dari penggunaan tanah tersebut.
Contoh lain dari perbedaan dua konsep ini adalah, pada PSAK
No.4 (konsep rule based) disebutkan bahwa laporan keuangan konsolidasi
disajikan untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan yang meliputi posisi
keuangan, hasil usaha dan arus kas dari suatu kelompok perusahaan, yang secara
ekonomis dianggap merupakan satu kesatuan usaha. Suatu induk perusahaan
yang memiliki baik langsung maupun tidak langsung melalui anak
perusahaan lebih dari 50% saham berhak suara pada perusahaan lain, harus
menyajikan laporan keuangan konsolidasi. Dalam PSAK No.4 (prinsiple based),
tidak lagi menyebutkan besarnya prosentase kepemilikan saham. Ukurannya
bukan lebih atau kurang dari 50% kepemilikan, tetapi prinsipnya adalah apakah
perusahaan investor melakukan pengendalian ke perusahaan investee. Meskipun
pemilikan kurang dari 50%, tetapi mampu untuk mengendalikannya, maka
laporan keuangan harus dikonsolidasikan, atau sebaliknya. Sehingga Akuntan
harus mampu mengidentifikasi alasan yang digunakannya.
Hal ini juga tergambar pada PSAK No. 7 tentang Pengungkapan Pihak-
Pihak Berelasi dan PSAK No. 22 terkait Kombinasi Bisnis, pada konsep rule
based diatur rinci mengenai metode-metode yang harus digunakan dalam
pengungkapan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dan bagaimana
metode dalam pengakuan kombinasi bisnis, namun dalam standar dengan
konsep prinsiple based tidak lagi diatur detail mengenai metode-metode
melainkan lebih menekankan pada bagaimana penyajian dan pengungkapannya.
b. Konvergensi IFRS pada tahun 2012 ini telah sampai pada tahap
implementasi. Salah satu tujuan dari pengkonvergesian ini adalah untuk
meningkatkan daya banding/ komparabilitas laporan keuangan. Disamping
memberikan dampak positif, kalangan praktisi terutama akuntan internal
menghadapi dampak negatif dari pengkonvergensian ini, terutama pada
awal implementasi. Jelaskan apa dampak negatif tersebut serta berikan
solusi untuk mengatasinya!
Dampak Negatif Implementasi Konvergensi IFRS :
1. IAI harus melakukan perubahan terhadap hampir sebagian besar standar
akuntansi keuangan. Penyelarasan tersebut tentunya akan berdampak
kepada perubahan menyeluruh bentuk laporan keuangan yang pada
gilirannya akan merubah wajah akuntansi Indonesia. Perubahan ini juga
akan berdampak kepada sistem akuntansi, sistem informasi akuntansi dan
pada gilirannya akan berdampak kepada manajemen organisasi. Pada awal
implementasi banyak praktisi yang belum siap menerapkan konvergensi
IFRS ini karena banyak hal-hal prinsip yang berubah, sehingga perlu ada
penyesuaian baik dari segi pencatatan akuntansi, laporan maupun kesiapan
pratisi sendiri selaku user yang akan melaksanakan standar tersebut.
Solusi : IAI secara gencar melakukan sosialisasi terkait dengan konvergensi
IFRS dan juga melakukan seminar ataupun pelatihan terkait dengan dampak
perubahan akibat konvergensi IFRS ini. Dalam beberapa kasus, diatur pula
dalam PSAK baru bagaimana pencatatan pada saat masa transisi dan juga
contoh penerapan yang disajikan dalam pedoman aplikasi dan contoh
ilustrasi yang menjadi bagian tak terpisahkan dari PSAK, sehingga ini
memudahkan praktisi dalam mengimplementasikan standar yang baru.
4. Penggunaan fair value accounting dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar
aktif harus melakukan penilaian sendiri (perlu kompetensi) atau
menggunakan jasa penilai serta mengharuskan pengungkapan (disclosure)
yang lebih banyak baik kuantitatif maupun kualitatif
Solusi : Karena penggunaan fair value ini membutuhkan dana yang tidak
sedikit terutama terkait dengan appraisal dalam penentuan nilai wajar,
maka dalam beberapa kasus PSAK masih memberikan pilihan untuk tetap
menggunakan historical cost atau nilai tercatat asalkan keandalan laporan
keuangan tetap bisa diyakini dan alasan penggunaan itu harus di ungkapkan
dengan jelas dan lengkap.
5. Ada beberapa aturan di standar akuntansi baru yang tidak sinkron dengan
peraturan pajak di Indonesia.
Solusi : Pemerintah harus melakukan penyesuaian regulasi sehingga tidak
ada benturan antara standar akuntansi dengan peraturan pajak yang ada.
Pengaruh konvergensi IFRS tidak hanya berpengaruh terhadap dunia bisnis
saja, tetapi juga dalam dunia perpajakan. Misalnya saja : perbedaan IFRS
dengan perpajakan salah satunya mencakup aset tetap (PSAK No. 16).
Berdasarkan PSAK No. 16 perusahaan diperbolehkan memilih metode
revaluasi yang dilakukan periodik oleh penilai dengan Fair Value.
Sedangkan pada peraturan perpajakan revaluasi dilakukan penilai dengan
Fair Value maksimal 1 kali dalam 5 tahun. Selain itu selisih lebih dari
revaluasi aset dapat menjadi objek pajak PPN dan PPh atas tambahan nilai
aset tercatat, sedangkan pada standar akuntansi tidak dijelaskan bahwa
kenaikan nilai aset akibat revaluasi dapat berdampak pada perpajakannya.