Anda di halaman 1dari 4

Nama : Gufron Novansyah Witarto

Npm : 183112350750116
Matkul : Dinamika Regional Asean

Artikel Tentang Laut China Selatan dan Kaitannya Dengan Asean

Keadaan terkini di laut China Selatan yaitu memanasnya keadaan antara Cina dan
Amerika, China dan Amerika Serikat menghadapi risiko konflik yang kian nyata
di Laut China Selatan. Untuk menghindarinya, kedua pihak dinilai harus bisa
mengelola krisis seperti ketika kapal perang mereka berada dalam lokasi yang
berdekatan. Seorang sumber militer China mengatakan bahwa dalam satu insiden di
bulan April, kapal-kapal dari kedua negara saling berdekatan sejauh 100 meter.

China dan Amerika Serikat menghadapi risiko konflik yang kian nyata di Laut 


China Selatan. Untuk menghindarinya, kedua pihak dinilai harus bisa mengelola
krisis seperti ketika kapal perang mereka berada dalam lokasi yang berdekatan.
Seorang sumber militer China mengatakan bahwa dalam satu insiden di bulan April,
kapal-kapal dari kedua negara saling berdekatan sejauh 100 meter. Amerika 
Serikat membuat penyebaran baru karena khawatir bahwa China mungkin mengambil
keuntungan dari kekosongan kekuatan di Laut China Selatan yang dihasilkan dari
wabah virus corona.

Ini bukan pertama kalinya kedua angkatan laut melakukan pertemuan dalam jarak
dekat. Pada bulan Oktober 2018, foto udara yang diambil oleh Angkatan Laut AS
menunjukkan sebuah kapal perusak China bergerak dalam jarak 41 meter dan hampir
bertabrakan dengan kapal perusak USS Decatur selama pertempuran tegang di Laut
Cina Selatan. Collin Koh, seorang peneliti di Institut Studi Pertahanan dan Strategis,
yang berbasis di Universitas Teknologi Nanyang di Singapura mengatakan bahwa
"Perilaku provokatif semacam ini sepenuhnya didorong oleh kebutuhan politik yang
ditujukan untuk menunjukkan kekuatan, tetapi aksi itu bisa saja menjadi kecelakaan,"
katanya.

Lalu masuk ke pembahasan ketegangan antara China dan negara-negara Asean


dalam klaim Laut China Selatan, Pada awal bulan Mei 2020 Ketika West Capella,
sebuah kapal bor yang disewa oleh perusahaan minyak nasional Malaysia, Petronas,
untuk mensurvei minyak di Laut China Selatan menyelesaikan aktivitasnya pekan
lalu, kapal Angkatan Laut AS Gabrielle Giffords juga turut meninggalkan
pangkalannya di Singapura.

Melansir South China Morning Post, ini adalah kali ketiga dalam beberapa pekan
terakhir bahwa Amerika Serikat telah melakukan "operasi kehadiran" di perairan yang
kaya sumber daya, dan telah menjadi lokasi ketegangan baru antara China dan negara-
negara tetangganya di Asia Tenggara terkait eksplorasi minyak dan kegiatan
penangkapan ikan. Beijing mengklaim sebagian besar Laut China Selatan yang
membentang kira-kira 1.000 mil dari pantai selatannya. Mereka telah mengerahkan
kapal survei pemerintah Tiongkok, kapal penjaga pantai dan kapal nelayan milisi
untuk mempertahankan kehadiran di sana.

Vietnam - yang memiliki klaim teritorial dalam jalur air yang disengketakan
bersama dengan Malaysia, Brunei dan Filipina, memilih menunda proyek pengeboran
minyak oleh perusahaan Spanyol Repsol, karena tekanan dari China. Oleh karena
alasan itulah di antara negara-negara Asean yang lain, Hanoi paling vokal dalam
penentangannya terhadap klaim dan kegiatan Beijing di Laut China Selatan, diikuti
oleh Manila.

Vietnam
Keputusan Hanoi untuk berbenturan dengan Beijing mencerminkan hubungan
kompleks tetangga, di mana upaya bersama untuk meningkatkan perdagangan
bilateral tidak mengurangi pernyataan kepentingan nasionalnya. Pekan lalu, Vietnam
secara terbuka menentang larangan memancing musim panas tahunan Tiongkok dan
mendesak nelayannya untuk tetap melakukan kegiatan mereka di sekitar Kepulauan
Paracel.

Bulan lalu, Vietnam juga memprotes keputusan China untuk mendirikan distrik
administratif di Paracels, dan satu lagi di Kepulauan Spratly, yang diperebutkan oleh
Hanoi, Manila dan Beijing. Itu terjadi setelah Vietnam menyalahkan China dan
mengajukan protes resmi karena menenggelamkan kapal penangkap ikannya
meskipun China menuduh kapal itu menabrak kapal penjaga pantai.
Filipina
Di Filipina, pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte mendukung Vietnam setelah
kapal penangkap ikannya tenggelam. Manila juga mengajukan protes diplomatik
terhadap China setelah kapal Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) menunjuk senjata
radar ke kapal Angkatan Laut Filipina dan Beijing mendirikan distrik administratif
baru untuk memerintah Paracels, Spratlys, dan Macclesfield Bank. Di bawah
pemerintahan Duterte, Filipina lebih memilih untuk melakukan diplomasi dengan
mengajukan protes tanpa pengumuman kepada publik untuk mengakomodasi
keinginan China agar urusan ditangani dengan diam-diam.

Malaysia
Malaysia telah mendapatkan ancaman terselubung China bahwa eksplorasi energi
tidak boleh terjadi tanpa partisipasi Beijing dengan respons yang terukur.
Ketika perselisihan selama berbulan-bulan antara kapal Tiongkok dan Malaysia atas
kegiatan Capella Barat memuncak pada bulan April dengan kapal perang AS dan
Australia memasuki daerah tersebut, Menteri Luar Negeri Malaysia Hishammuddin
Hussein memperingatkan "kesalahan perhitungan" yang dapat mempengaruhi
stabilitas dan perdamaian di wilayah tersebut.

Indonesia
Sementara, Indonesia tetap mempertahankan zona ekonomi eksklusif di
kepulauan Natuna di tepi Laut China Selatan. Indonesia telah menantang upaya China
untuk menangkap ikan di wilayah tersebut. Awal tahun ini, pemerintah Indonesia
telah mengajukan aksi protes kapal penjaga pantai Tiongkok yang mengawal kapal
nelayan China di daerah itu dan mengerahkan jet tempur dan kapal perang untuk
patroli. Dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan kembali Indonesia
menolak bernegosiasi dengan China terkait batas maritim di Laut China

Indonesia menegaskan tidak akan terlibat atau menjadi bagian dari Amerika
Serikat ataupun China menyusul ketegangan yang terjadi di Laut China Selatan. Juru
Bicara Menteri Pertahanan Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan sesuai dengan
aturan perundang-undangan dan konstitusi, Indonesia tidak akan terlibat dalam
konflik tersebut. "Yang jelas gini, kita tidak akan jadi proxy, proxy manapun. Kita
tidak punya keterkaitan dengan pakta pertahanan dimanapun. Dengan siapapun. Gitu
yah,"

Lalu anggota Asean yang tersisa sebagian besar tetap melakukan aksi diam.
Ketika mereka mengeluarkan pernyataan, komentar lebih difokuskan pada pentingnya
menghindari konflik dan menjaga stabilitas regional. Analis meyakini bahwa masing-
masing negara tidak akan secara terbuka bertengkar dengan China karena khawatir
akan mempengaruhi hubungan perdagangan dan investasi, terutama di tengah
penurunan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi virus corona.

Joseph Liow Chin Yong, yang merupakan pakar geopolitik Asia-Pasifik di


Nanyang Technological University, Singapura, mengatakan bahwa preferensi negara-
negara Asean adalah untuk terlibat dalam diplomasi di belakang layar, yang
memungkinkan mereka untuk mempertahankan integritas mereka tanpa membakar
hubungan dengan Beijing .

Lalu ada masalah dalam keadaan internal di Asean tentang bagaimana


menanggapi permasalahan tentang Laut China Selatan. Adapun alasan tentang
keterkaitan antara perbedaan sikap masing-masing anggota ASEAN dengan
kolektivitas ASEAN dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, kontradiksi yang disebabkan
oleh perubahan persepsi ancaman di kawasan yang bersifat dinamis. Kedua, masing-
masing negara yang telah memperoleh manfaat ekonomi dari Cina lebih memilih
untuk menempuh kebijakan luar negeri yang cenderung kooperatif. Konsekuensinya,
perbedaan persepsi ancaman dalam merumuskan pilihan kebijakan antara negara
anggota ASEAN menimbulkan masalah ketidakseimbangan dalam mengelola akses
dan pengelolaan terhadap sumber-sumber produksi di Laut Cina Selatan. Kesenjangan
dalam memandang tindakan Cina memunculkan kontradiksi di dalam tubuh ASEAN
sendiri untuk mengambil keputusan kolektif.

Anda mungkin juga menyukai