1. Fungsi Perencanaan
a. Visi dan Misi Ruang Rawat
Visi Ruang Rawat Inap G :
Memberikan pelayanan asuhan pasien secara paripurna dalam rangka
peningkatan kualitas hidup demi tercapainya kepuasan pelanggan.
Misi Ruang Rawat Inap G :
1. Memberikan pelayanan asuhan pasien secara komprehensif dan terintegrasi
2. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang kompeten dan
profesional
3. Menyediakan prasarana dan sarana yang berkualitas
c. Filosofi
Filosofi rumah sakit Wafa Husada adalah kami hadir untuk berkhidmat melayani
masyarakat dengan penuh kesungguhan karena kami yakin bahwa sebaik- baik
manusia adlah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Target
Sesuai dengan program kerja salah satunya, peningkatan jumlah kunjungan
dimana BOR mencapai lebih dari sama dengan 50 untuk setiap bulannya.
Prosedur :
f. Prosedur pelayanan
g. Prosedur tindakan (cth : prosedur pengambilan infus)
h. Prosedur berpenampilan
i. Prosedur edukasi pada pasien
j. Prosedur timbang terima
k. Prosedur ronde keperawatan
l. Prosedur pengkajian rawat inap
m. Prosedur pengkajian nyeri
n. Prosedur komunikasi pada pasien
Rencana strategis pada tahun 2020 pada ruang instalasi ruang rawat inap G yaitu,
sasarannya dibagi menjadi 4 perspektif.
1. Perspektif pelanggan
o. Mengembangkan pemasaran
p. Meningkatkan pasien safety
q. Meningkatkan kepuasan pelanggan
2. Perspektif bisnis internal
r. Pelayanan paripurna
3. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
s. Pemenuhan standar pelatihan profesi
4. Perspektif keuangan
t. Peningkatan efisiensi pengeluaran
u. Pengadaan barang- barang investasi
m. Keterlibatan staff perawat serta pihak lain dalam perencanaan di ruang rawat
Dalam sasaran strategis terdapat perspektif untuk meningkatkan pasien safety.
Dalam meningkatkan hal tersebut di butuhkan keordinasi atau kerjasama dari
seluruh tenaga kesehatan yang ada wafa khususnya di rawat inap G, seperti dengan
melakukan kontroling sasaran keselamatan pasien berupa mencegah adanya
kondisi pasien jatuh, yang dievaluasi dalam satu bulan. Ini membutuhkan kerjasama
dari seluruh perawat ruangan. Dengan melaksanakan assesment resiko jatuh untuk
semua pasien sesuai dengan faktor resikonya. Jika pasien terpasang gelang resiko
jatuh maka tenaga kesehatan yang sedang melakukan pelayanan, harus
memperhatikan kondisi pasien. Dengan tujuan agar tidak terjadi jatuh yang
berpengaruh pada fungsi fisiologis pada pasien.
2. Fungsi Pengorganisasian
a. Struktur organisasi ruang rawat
Ketua TIM
Kepala Jaga
Perawat Pelaksana
3. Fungsi Ketenagaan
1) Sistem perhitungan tenaga keperawatan
a. Perencanaan kebutuhan tenaga di ruang rawat
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala instalasi di dapatkan data bahwa
penghitungan kebutuhan ketenagaan Ruang Rawat Inap G menggunakan
metode WISN sesuai dari instruksi manajemen.
b. Kelengkapan dan ketepatan data yang digunakan dalam perhitungan
tenaga keperawatan
Data yang tersedia tepat dan lengkap. Sesuai perhitungan WISN untuk Ruang
Rawat Inap G dibutuhkan 14 tenaga perawat.
2) Jadwal shift dinas
a. Penentuan jadwal shift dinas
Penentuan jadwal shift dinas perawat di Ruang Rawat Inap G ditentukan oleh
Kepala instalasi. Jadwal shift dinas dibuat 15 hari sebelum bulan selanjutnya.
Penentuan jadwal shift dinas berdasarkan request dari perawat pelaksana
maksimal pada tanggal 15. Penentuan jadwal shift dinas juga memperhatikan
cuti yang diambil oleh perawat pelaksana.
b. Distribusi tenaga setiap shift
Pembagian shift dibagi menjadi 4 yaitu shift pagi, shift siang, shift malam, dan
ada yang libur. Jika tidak ada yang libur/ cuti di hari tersebut maka dinas pagi
sebanyak 3 orang perawat pelaksana, dinas siang sebanyak 3 orang perawat
pelaksana, dinas malam sebanyak 3 orang perawat pelaksana, dan libur
sebanyak 3 orang. Jika ada yang cuti/ libur, maka Kepala instalasi melihat
kebutuhan ruangan terlebih dahulu untuk menentukan jumlah perawat pelaksana
setiap shiftnya. Jika jumlah perawat pelaksana untuk setiap shift tidak mencukupi
maka Kepala instalasi akan menyampaikan kepada kepala pelayanan
keperawatan untuk mengaktifkan oncall atau bantuan dari instalasi lain
c. Keterlibatan perawat pelaksana dalam membuat jadwal
Kepala instalasi memberikan kebijakan bahwa perawat pelaksana dapat
memberikan request jadwal maksimal pada tanggal 15, setelah tanggal 15 buku
request diambil dan diantara tanggal 16-18 Kepala instalasi membuat jadwal
sesuai request dari perawat pelaksana. Jika jadwal sudah fix maka akan disetor
ke PSDM (Kepegawaian)
3) Ketenagaan
a. Sistem seleksi dan penerimaan tenaga baru di Rumah Sakit
Sistem seleksi dan penerimaan tenaga baru di Rumah Sakit Wava Husada
dilakukan oleh bidang kepegawaian. Ketika jumlah tenaga di ruang rawat
berdasarkan WISN jumlahnya kurang, maka jumlah kekurangan tersebut
disampaikan kepada kepala pelayanan sehingga dapat dianalisa dan dikaji. Jika
jumlah tenaga kesehatan benar-benar mengalami kekurangan, maka
kekurangan tersebut akan dipenuhi dengan proses seleksi perawat baru.
Sedangkan proses seleksi perawat baru diatur oleh bagian kepegawaian.
b. Orientasi tenaga baru di ruang rawat
Orientasi tenaga baru dibagi menjadi dua yaitu orientasi umum dan orientasi
khusus. Orientasi umum mengajarkan terkait visi misi, filosofi rumah sakit, motto
rumah sakit, nilai, jargon yang sifatnya umum. Orientasi umum dilakukan selama
7 hari. Setelah orientasi umum terlaksana, dilakukan orientasi khusus yaitu
orientasi saat perawat tersebut berada di instalasi seperti budaya instalasi,
peraturan-peraturan instalasi, adanya mutu bahwa semua perawat yang ada di
ruangan harus datang sebelum 15 menit dari jam dinas. Untuk
pendokumentasian jika telah melakukan orientasi umum mendapat sertifikat dari
rumah sakit, sedangkan jika orientasi khusus memiliki form tersendiri yang
ditanda tangani oleh kepala instalasi dan perawat baru tersebut.
c. Pengembangan staff (pendidikan dan pelatihan diruang perawat)
Sesuai dengan perencanaan strategis dalam perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan, salah satunya melakukan pelatihan manajemen bangsal yang
disesuaikan dengan rencana strategis rumah sakit. Kepala instalasi menunjuk
salah satu staffnya untuk melakukan pelatihan. Pelatihan diterbitkan sesuai
kondisi yang terjadi pada ruangan, dan direncanakan untuk dilaksanakan tahun
depannya. Staff yang ditunjuk sesuai dengan kompetensi pelatihan tersebut dan
penentuan waktu pelatihan itu sendiri bekerja sama dengan bagian diklat.
d. Jenjang karir tenaga perawat di ruang perawat
Di Ruang Rawat Inap G ada perawat Pra-PK, perawat PK 1, dan perawat PK 2.
Perawat Pra-PK ada 4 orang, perawat PK 2 ada 4 orang, dan yang lainnya dalah
perawat PK 1.
4. Fungsi Pengarahan
1) Komunikasi
a. Arah komunikasi di ruang rawat
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan RIG , komunikasi di ruang
tersebut dua arah atau horizontal (timbal balik) dengan sangat interaktif di setiap
tenaga kesehatan seperti dokter, kepala ruangan, ketua tim, perawat pelaksana
dan tenaga non medis (administrasi). Pada ruangan ini juga sering melakukan
komunikasi Top Down ( komunikasi yang dilakukan dari atasan ke staf )
contohnya seperti intruksi dari managemen dan juga Button Up.
b. Bentuk dan mekanisme komunikasi antar perawat, perawat dengan dokter,
perawat dengan tenaga kesehatan lain, perawat dengan pasien
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, mekanisme komunikasi antar
tenaga kesehatan dapat secara lisan dan tertulis.
c. Sistem komunikasi tertulis di ruang rawat
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, komunikasi tertulis di ruang
rawat inap melaui dokumentasi yang telah ditulis oleh notulen , perawat
pelaksana di tulis pada logbook dan Katim pada buku Katim
d. Sistem komunikasi melalui telepon di ruang rawat
Berdasarkan wawancara dengan plt kepala ruangan, komunikasi melalui telepon
sering dilakukan oleh ketua tim dengan dokter untuk melaporkan keadaan pasien
dengan menggunakan metode SBAR (Situation Background Assesment
Recommendation), setelah 1x24 jam akan melakukan klarifikasi pada pihak
terkait.
e. Jadwal pertemuan/rapat di ruang rawat
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, jadwal pertemuan di RIG
dilakukan setiap satu bulan sekali. Meskipun dalam keadaan pandemi rapat
tetap dilaksanakan dengan daring atau via zoom.
f. Faktor penghambat komunikasi di ruang rawat
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, faktor penghambat komunikasi
yang terdapat di RIG tidakada hambatan khusus dalam melaksanakan
komunikasi. Sebisa mungkin untuk berdiskusi untuk menyelesaikannya
2) Motivasi
a. Penilaian motivasi perawat di ruang rawat
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, penilaian motivasi perawat
dilakukan oleh kepala ruangan di RIG kepada masing-masing staf perawatbaik
secara personal maupun kelompok, CI menerima masukan dan saran serta
keluhan untuk meningkatkan kinerja perawat
b. Upaya meningkatkan motivasi perawat di ruang rawat
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, kepala ruangan menerapkan
kegiatan yang diikuti oleh seluruh tenaga keperawatan di RIG seperti makan
bersama, memuji ( Good Job ) staf apabila melakukan kegiatan yang baik serta
memberikan semangat kepada seluruh staf.
c. Sistem reward dan punishment di ruang rawat
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, sistem reward yang di
runagan belum ada tetapi bagi anggota menyelesaikan tugas dengan baik maka
kepala ruang memberikan pujian ( jempol ) di depan staf lain sehingga staf lain
lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan yang telah dilakukan staf tersebut.
Sistem punishment yang diberikan kepala ruang kepada staf yang melakukan
kesalahan yaitu pada tahap pertama staf akan diberikan teguran secara
lisan,selanjutnya akan dilakukan pengurangan insentif / point kinerja penilaian
individu pada rumah sakit. Apabila staf tersebut masih melakukan kesalahan
maka akan dilaporakan ke Bagian kepegawaian Rumah Sakit yang akan
memberikan Surat Peringatan sampai dilakukan pemecatan. Untuk di ruang
rawat inap punishment hanya terkait keterlambatan yang akan di denda tiap 10
menitnya.
3) Supervisi
a. Mekanisme supervisi staf di ruang rawat
Supervisi dilakukan oleh kepala ruangan dan ketua tim kepada perawat pelaksana
dilakukan setiap hari. Supervisi terkait MUTU yang akan dilaporkan setiap hari by
system.
b. Mekanisme supervisi asuhan keperawatan di ruang rawat
Supervisi asuhan keperawatan dilakukan oleh ketua tim setelah perawat pelaksana
melakukan dokumentasi asuhan pada pasien kemudian diserahkan kepada kepala
ruangan pada saat pergantian shift (operan).
c. Faktor penghambat kegiatan supervisi
Faktor penghambat pada kegiatan supervisi yaitu terkait miskom /komunikasi
yang dilakukan antar tenaga kesehatan
4) Delegasi
a. Kewenangan dalam pendelegasian
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, pendelegasian dilakukan
apabila kepala ruangan mengikuti kegiatan rapat atau kegiatan di luar rumah
sakit maka akan didelegasikan kepada ketua tim atau perawat senior yang ada
di ruangan.
b. Mekanisme pendelegasian
Mekanisme pendelegasian yaitu apabila kepala ruangan mengikuti kegiatan
selama 1 hari hanya dilakukan secara lisan kepada ketua tim 1 hari sebelum acara
berlangsung/kegiatan berlangsung.
5. Fungsi pengendalian
1) Penilaian kinerja
a. Mekanisme penilaian kinerja di ruang rawat
Mekanisme penilaian kinerja telah ditetapkan oleh Rumah Sakit akan
memberikan panduan kepada kepala ruang untuk melakukan penilaian kepada
staf.
b. Instrumen penilaian kinerja yang digunakan di ruang rawat
Mengguankan OPPE/ PPKB yangakan diisi oleh kepala ruangan RIG
c. Hasil penilaian kinerja di ruang rawat
No Nama Semester 1 Semester 2 Semester 1 Semester 2
. 2019 2019 2020 2020
1. Puput ayu K 98 96 98
2. Nico Rostdiana 98 96 98
3. Taufiqur rohman 98 93 100
4. Fiska Novia 96 98 98
5. Finda Dewi A 98 98 98
6. Candra Agus W 98 96 95
7. Pratidina Dwinda 98 98 98
8. Mira Puspita 93 98
9. Fitria Anindarahma 98 96 96
10. Omy winggar 98 98 96
11. Devi Ayu 100 98
12. Prihantini 94 96
Purwanto
13. Muh. Tito Nur P 96 89