Anda di halaman 1dari 83

Askeb DDTK

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara
lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak
masih didalam kandungan. Upaya kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga
melahirkan,ditujukan untuk menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan selamat(intact
survival).Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih didalam kandungan sampai lima tahun
pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus
meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental,
emosional, maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.
Berbeda dengan otak orang dewasa,otak balita(bawah lima tahun) lebih plastik. Plastisitas
otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif.sisi positifnya otak balita lebih terbuka untuk
proses pembelajaran dan pengkayaan.Sisi negatifnya,otak balita lebih peka terhadap lingkungan
utamanya lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekwat, kurang
stimulasi dan tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Oleh karena masa lima tahun
pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini
berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai "masa
keemasan"(golden period),"jendela kesempatan"(window of opportunity) dan "masa kritis"(critical
period)
Tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tapi saling berkaitan
dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap
aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau individu. Untuk
pencapaian tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologisnya. Selain itu untuk
mengetahui apakah pertumbuhan dan perkembangn anak dapat berjalan secara optimal bisa dilakukan
penilaian tumbuh kembang.
Mengingat jumlah balita diindonesia sangat besar yaitu sekitar 10 persen dari seluruh
populasi,maka sebagai calon generasi penerus bangsa,kualitas tumbuh kembang balita diindonesia perlu
mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizinyang baik,stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh
pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang.selain hal hal tersebut,pelbagai faktor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang
anak juga perlu dieleminasi.
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang diselenggarakan
melalui kegiatan stimulasi,deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan
pada masa "kritis" tersebut diatas.Melakukan stimulasi yang memadai artinya merangsang otak balita
sehingga perkembangan kemampuan gerak,bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada balita
berlangsung secara optimal sesuai dengan umur anak. Melakukan deteksi dini penyimpangan tumbuh
kembang artinya melakukan skrining atau mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang
balita artinya melakukan tindakan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak untuk memperbaiki
penyimpangan tumbuh kembang pada seorang anak agar tumbuh kembangnya kembali normal atau
penyimpangan tidak semakin berat.Apabila balita perlu dirujuk,maka rujukan juga harus dilakukan sedini
mungkin sesuai dengan indikasi.
Pada masa kanak-kanak merupakan fase yang sangat penting bagi perkembangan anak. Bila
terdapat keterlambatan yang tidak diketahui sejak awal, maka perkembangan anak akan terganggu hingga
dewasa nanti.
Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah
dibuat. Demikian pula dengan skrining untuk mengetahui penyakit–penyakit yang potensial dapat
mengakibatkan gangguan perkembangan anak. Karena deteksi dini kelainan perkembangan anak sangat
berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang
anak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Sayangnya, banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak
banyak yang dapat dikerjakan untuk mengatasi kelainan ini dan mereka percaya pula bahwa kelainan yang
ringan dapat normal dengan sendirinya. Sikap seperti ini dapat menghambat pemulihannya, bahkan pada
kasus–kasus tertentu dapat mengakibatkan cacat yang permanen.
(Soetjiningsih, 2004)
Hal tersebut membuat penulis merasa tertarik dan berminat untuk membuat Asuhan Kebidanan
Pada Anak “F” Usia 60 Bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan.

TUJUAN
  Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek penilaian perkembangan anak dengan menggunakan metode DDTK
diharapkan dapat mendeteksi adanya keterlambatan perkembangan pada anak.
  Tujuan Khusus
Setelah melakukan penilain perkembangan anak dengan menggunakan metode DDTK, diharapkan
bidan mampu :
  Melaksanakan pengkajian pada klien dengan kasus asuhan kebidanan pada Anak “F” Usia 60 bulan
dengan Tumbuh Kembang Meragukan.
Mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul dari hasil pengkajian
Menentukan antisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi
Menentukan kebutuhan segera
  Merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosa kebidanan dan masalah yang ada.
Melaksanakan implementasi dari rencana yang telah disusun.
Melaksanakan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan.

Metode Penulisan
.1                    Studi Kepustakaan
Dengan membaca dan mempelajari buku–buku referensi yang berhubungan dengan masalah yang ditulis.
Tujuannya agar mendapatkan data dasar yang teoritis dan bersifat ilmiah.
.2                    Observasi
Melakukan pengamatan langsung kepada anak
.3                    Wawancara
Mengadakan Tanya jawab langsung pada ibu atau keluarga untuk mengetahui keluhan–keluhan yang
dirasakan oleh ibu, sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat dan benar dengan masalah
perkembangannya.

Sistematika Penulisan
: Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, metode penulisan
dan sistematika penulisan.
: Tinjauan Pustaka
Berisi tentang teori tumbuh kembang, teori DDTK dan teori manajemen kebidanan varney.
: Tinjauan Kasus
Berisi tentang pengkajian data, identifikasi diagnosa/masalah, antisipasi masalah potensial, identifikasi
kebutuhan segera, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
: Pembahasan
Membahas ada tidaknya kesenjangan antara teori dengan kasus dan praktek dilapangan.
: Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORI

KONSEP TUMBUH KEMBANG


Pengertian Tumbuh Kembang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada tiap makhluk. Pada manusia
terutama anak-anak, proses tumbuh kembang ini terjadi dengan sangat cepat, terutama pada periode
tertentu.
(Depkes RI : 2004)
Tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran atau
dimensi tingkat sel, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kg), ukuran panjang (cm, meter).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan/ skill dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan.
(Soetjiningsih : 2004)

Faktor – Faktor yang mempengaruhi Tumbuh Kembang


Secara umum terdapat 2 faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak :
   Genetik / Dalam
Yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri baik faktor bawaan maupun faktor yang
diperoleh, termasuk :
  Hal-hal yang diturunkan dari orang tua, kakek nenek atau generasi sebelumnya (warna rambut, bentuk
tubuh)
  Unsur berfikir dan kesempatan intelektual (kesempatan berfikir)
  Keadaan kelenjar zat-zat dalam
  Emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu
(Depkes RI : 2004)
Faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang. Melalui
instruksi genetik yang berkembang di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan
secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
(Soetjiningsih : 2004)
   Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapainya atau tidaknya potensi bawaan.
Faktor lingkungan ini secara garis besar menjadi :
  Faktor Lingkungan yang berpengaruh anak pada waktu masih di dalam kandungan (pranatal).
  Lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (postnatal).
Keterangan :
Faktor Lingkungan Prenatal
Faktor lingkungan prenatal berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi
sampai lahir, antara lain :
  Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering
menghasilkan bayi BBLR atau mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Anak yang lahir dari ibu
bergizi kurang dan hidup di lingkungan miskin maka akan mengalami kurang gizi juga dan mudah terkena
infeksi dan selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang pula.

  Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan pada bayi yang akan
dilahirkan. Demikian pula dengan posisi janin pada uterus dapat mengakibatkan talipes, dislokasi panggul,
tortikolis congenital palsi fasialis atau krania tabes.
  Toksin/ Zat Kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Misal: thalidomide,
phenitosin, metadion, obat-obat anti kanker dapat menyebabkan kelainan bawaan. Demikian pula ibu
hamil yang perokok berat/ peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi BBLR, lahir mati atau cacat
atau retardasi mental. Keracunan logam berat pada ibu hamil dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi
serebral.
  Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin pada pertumbuhan janin adalah somatropoin, hormon plasenta,
hormon tiroid, insulin dan peptida-peptida lain dengan aktifitas mirip insulin (Insulin Like Growth Factors
/ IGFS).
  Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 bulan dapat menyebabkan kematian janin,
kerusakan otak atau cacat lainnya.
  Infeksi
Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (toxoplasmesis, rubella,
cytomegalovirus, herpes simplex). Sedangkan infeksi yang lainnya dapat menyebabkan penyakit pada janin
adalah varisela, caxackie malaria, virus HIV, polio dan lain-lain. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu
hamil dapat merusak janin.

  Stress
Stress yang dialami ibu waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain cacat
bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.
  Imunitas
Rpresus atau ABD inkontabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalistern ikterus atau lahir
mati.
  Anoreksia Embrio
Oksigenasi janin mengalami gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan berat badan
janin lahir rendah.
Faktor Lingkungan Post Natal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian
besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan
mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak secara umum dapat digolongkan menjadi:
  Lingkungan Biologis
  Ras Suku Bangsa
Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras/ suku bangsa. Bangsa kulit putih/ Eropa mempunyai
pertumbuhan somatik yang lebih tinggi dari pada asia.
Jenis Kelamin
Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibanding anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti
mengapa demikian.
  Umur
Umur yang paling rawan adalah masa balita, dan oleh karena itu anak mudah sakit dan mudah terjadi
kurang gizi. Di samping itu masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak sehingga
diperlukan perhatian khusus.
Gizi
Makanan memegang peran penting yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan
anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan,
dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan (food security) keluarga.
  Perawatan Kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan dan
menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan menunjang pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kepekaan Terhadap Penyakit
Dengan imunisasi, maka diharapkan untuk terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan
cacat atau kematian.
Penyakit Kronis
Anak yang menderita penyakit menahun atau terganggu tumbuh kembangnya dan pendidikannya. Di
samping itu anak juga mengalami stress yang berkepanjangan akibat penyakitnya.
Fungsi Metabolisme
Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang mendasar dalam proses metabolisme pada berbagai
umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrien harus didasarkan atas perhitungan yang tepat atau setidaknya
memadai.
  Hormon
Hormon yang bepengaruh terhadap tumbuh kembang antara lain : growth hormone, tiroid, hormon seks, I?
GFS dan hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal.
  Faktor Fisik :
  Cuaca, Musim, Keadaan Geografis Suatu Daerah
Musim kemarau yang panjang dapat berdampak pada tumbuh kembang anak antara lain sebagai akibat
gagalnya panen, sehingga banyak anak yang kurang gizi.
Sanitasi
Sanitasi lingkungan memiliki peran cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung
kesehatan anak dan tumbuh kembangnya.
  Keadaan rumah
Struktur rumah, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian.
Radiasi
Tumbuh kembang anak dapat tergantung akibat adanya radiasi yang tinggi.
  Faktor Psikososial
  Stimulasi
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang
terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat
stimulasi.
Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
  Ganjaran ataupun hukuman yang wajar
Yang penting hukuman harus diberikan secara objektif disertai pengertian dan maksud dari hukuman,
bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap anak.

Stress
Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya misalnya anak akan menarik diri, rendah
diri terlambat bicara, nafsu makan menurun.
  Sekolah
Dengan mendapat pendidikan yang baik, maka diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup anak-anak
tersebut.
Cinta dan Kasih Sayang
Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi.
Kualitas Interaksi Anak-Orang tua
Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama kita bersama anak. Tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari
interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk
memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi.
  Faktor Keluarga dan Adat Istiadat
  Pekerjaan / Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pendidikan ayah / Ibu
Dengan pendidikan orang tua yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar
terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya
dan sebagainya.
  Jumlah Saudara
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan
berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak.

Jenis Kelamin dalam keluarga


Pada masyarakat tradisional, wanita mempunyai status yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga
angka kematian bayi dan malnutrisi masih tinggi pada wanita.
  Stabilitas Rumah Tangga
Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis, dibandingkan dengan mereka kurang
harmonis.
Keprihatinan orang tua
Keprihatinan orang tua terbuka tentu pengaruhnya berbeda terhadap tumbuh kembang anak, bila
dibandingkan dengan orang tua dengan keprihatinan tertutup.
Adat Istiadat dan Norma
Adat istiadat yang berlaku di tiap daerah berpengaruh terhadap tumbuh kembang.
Agama
Pengajaran Agama harus sudah ditanamkan pada anak sedini mungkin.
  Urbanisasi
Salah satu dampak dari urbanisasi adalah kemiskinan dengan segala permasalahannya.
  Kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran dan lain-
lain.
Ada berbagai macam tes perkembangan yang sering digunakan dalam menilai perkembangan anak yaitu :
Skala Yaumil-Mimi
Perkembangan mental.
Gerakan-gerakan kasar dan halus, emosi, sosial dan perilaku bicara.
  Lahir sampai 3 bulan
elajar mengangkat kepala.
elajar mengikuti obyek dengan matanya.
Melihat ke muka orang dengan tersenyum.
ereaksi terhadap suara / bunyi.
Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak.
Menahan barang yang dipegangnya.
Mengoceh spontan.
3 sampai 6 bulan
Mengangkat kepala 90 dan mengangkat dada dengan bertopang dada.
Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauan.
Menaruh benda-benda di mulut.
ertawa dan menjerit karena gembira bila diajak main.
  6 sampai 9 bulan
apat duduk tanpa dibantu.
apat tengkurap dan berbalik sendiri.
apat mengangkat meraih benda atau mendekati seseorang.
Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
ergembira ria dengan melempar benda-benda.
Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian.
9 sampai 12 bulan
apat berjalan sendiri tanpa dibantu.
apat berjalan dengan dibantu.
Menirukan suara.
Mengulang bunyi yang didengar.
elajar mengatakan 1 atau 2 kata.
Mengerti perintah sederhana atau larangan.
erpartisipasi dalam permainan.
  12 sampai 18 bulan
erjalan dan mengeksplorasi rumah.
Menyusun 2 atau 3 kotak.
apat mengatakan 5 dari 10 kata.
18 sampai 24 bulan
aik turun tangga.
Menyusun 6 kotak.
Menunjuk garis di kertas atau pasir.
2 sampai 3 tahun
elajar melompat, memanjat dengan 1 kaki.
Membuat jembatan dengan 3 kotak.
Menggambar lingkungan.
3 sampai 4 tahun
erjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga.
erjalan pada jari kaki.
Menggambar garis silang.
Mengenal 2 atau 3 warna.
anyak bertanya.
  4 sampai 5 tahun
Melompat dan menari
Menggambar orang berdiri dari kepala, lengan, badan.
Menggambar segi empat dan segi tiga.
andai berbicara.
Mengenal 4 warna.
Pendidikan / Stimulasi yang perlu diberikan :
  Akademik sederhana, pengenalan ruang, bentuk, warna, persiapan berhitung.
Pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan masyarakat.
  Menyanyi, menggambar.
Bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan memperkaya pengalaman.
  Bahasa : bercakap-cakap, membaca gambar, bercerita, mengucap syair sederhana.
Membuat permainan dari kertas.
Bermain musik.
Mengenal tugas atau larangan.
  Aktifitas sehari-hari (makan sendiri, minum sendiri, kontrol buang air kencing dan besar)

  Konsep DDTK
2.2.1 Pengertian
Deteksi Dini Tumbuh adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah.
Deteksi Dini Perkembangan adalah kegiatan/pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan.
s Deteksi Dini Tumbuh Kembang
  Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
Deteksi dini perkembangan
  Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Yang Diperlukan
   Lembar formulir DDTK
   Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan test dan penilaian.
.4  Prosedur DDTK terdiri dari 2 tahap :
Tahap Pertama
Secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia :
a)      3 – 6 bulan
b)      9 – 12 bulan
c)      18 – 24 bulan
d)     3 tahun
e)      4 tahun
f)       5 tahun
Tahap Kedua
Dilakukan pada anak yang dicurigai adanya hambatan perkembangan kemudian dilanjutkan dengan
evaluasi diagnostik lengkap.

.5  Instrumen Tumbuh Kembang Anak


  Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
  Jadwal :
3, 6, 9....24, 30....72 bulan
  Pelaksana :
Tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih.
  Alat / Instrumen :
Formulir
Alat Bantu
  Cara :
Tentukan umur
Pilih formulir sesuai umur bayi
Beritahukan pada ibu agar tidak ragu–ragu dalam menjawab pertanyaan
  Interpretasi :
Hitung berapa jumlah jawaban “YA”
Jawaban “TIDAK” Perlu dirinci
  Intervensi :
S (YA = 9 – 10)
M (YA = 7 – 8)
P (YA = < 6)

Tes Daya Dengar (TDD)


  Tujuan :
Menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk tingkatkan
kemampuan daya dengar dan bicara anak.
  Jadwal :
Tiap 3 bulan pada bayi umur < 12 bulan
Tiap 6 bulan umur 12 bulan ke atas
  Pelaksana :
Tenaga Kesehatan
Guru TK
PADU (Pusat Pendidikan Anak Dini Usia)
Petugas Terlatih
  Cara :
Tentukan Umur
Pilih formulir yang sesuai
Anak < 24 bulan ditanyakan pada orang tua jika jawaban “YA” bila bisa melakukan 1 bulan
terakhir, jawaban “TIDAK” bila anak tidak bisa melakukan 1 bulan terakhir.
Anak > 24 bulan pertanyaan yang ditujukan pada orang tua untuk dikerjakan anak
  Interpretasi :
Mengalami kemungkinan gangguan pendengaran (ada 1 atau > jawaban tidak) cacat
  Intervensi :
Tindak lanjut sesuai buku paduan, rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi.

  Tes Daya Lihat (TDL)


  Tujuan :
Deteksi dini kelainan daya lihat agar dapat segera ditanggulangi sehingga kesempatan memperoleh
ketajaman daya lihat menjadi lebih.
  Jadwal :
Tiap 6 bulan (3 – 6 tahun)
  Pelaksana :
Tenaga Kesehatan
Guru TK
PADU
Petugas Terlatih
  Alat :
Ruangan yang bersih
2 kursi
Poster “E”
Alat penunjuk
  Cara :
Pilih ruangan bersih, tenang, penyinaran baik
Gantungkan poster “E” setinggi mata anak
Letakkan kursi sejauh 3 meter
Letakkan kursi untuk pemeriksa
Tunjukkan huruf “E” yang ada di poster, perintahkan anak untuk mengarahkan kartu “E” yang
dipegangnya sesuai dengan kartu “E” yang ada pada poster.
Tutup mata bergantian
Beri pujian
Tulis baris “E” terkecil yang bisa dilihat
  Interpretasi :
Kemungkinan mengalami gangguan penglihatan bila tidak bisa melihat baris ke 3 pada kartu “E”
  Intervensi :
Minta anak datang lagi
Bila tetap rujuk
KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional)
  Tujuan :
Deteksi dini penyimpangan masalah mental emosional pada anak pra sekolah
  Jadwal :
Tiap 6 bulan pada anak umur 36 – 72 bulan
  Alat :
KMME
  Cara :
Tanyakan secara jelas, satu persatu pada orang tua
Catat jumlah jawaban “YA”
  Interpretasi :
Bila ada jawaban “YA” → kemungkinan +
  Intervensi :
Bila ada jawaban “YA” beri konseling pada orang tua dengan buku pedoman pola asuh anak yang
mendukung perkembangan. Lakukan evaluasi 3 bulan → tetap → rujuk.
Bila jawaban “YA” 2 / > → rujuk
  CHAT (Checklist for Autism in Toddlers)
   Tujuan :
Deteksi dini autis pada anak umur 18 – 36 bulan
   Jadwal :
Atas indikasi ada keluhan dari orang tua/pengasuh/guru TK mengenai :
Keterlambatan bicara
Gangguan komunikasi / interaksi sosial
Perilaku berulang–ulang
   Alat :
CHAT CARDS
   Cara :
Ajukan pertanyaan dengan lambat, dan jelas pada orang tua
Lakukan pengamatan kemampuan anak
Catat
   Interpretasi :
Resiko tinggi menderita autis → tidak pada A3, A7, B2, B3, B4
Resiko rendah menderita autis → tidak A7 dan B4
Kemungkinan gangguan pendengaran → “TIDAK” jumlahnya 3 pada A1 – A4, A6, A8, A9, B1, B5
Anak dalam batas normal, bila tidak dalam kategori 1, 2, 3
   Intervensi :
Bila anak resiko menderita autis dan kemungkinan ada gangguan perkembangan → rujuk ke RS yang
memiliki fasilitas kesehatan jiwa / tumbuh kembang anak
GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas)
   Tujuan :
Deteksi Dini anak adanya gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
   Jadwal :
Atas indikasi ada keluhan dari orang tua / pengasuh / guru TK mengenai :
Anak tidak bisa duduk tenang
Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
Perubahan suasana hati yang mendadak / impulsif
   Alat :
Formulir GPPH
   Cara :
Ajukan pertanyaan
Lakukan pengamatan
Keadaan diamati pada anak dimanapun dia berada
Catat
   Interpretasi :
Beri nilai
0 → tidak ditemukan
1→ kadang – kadang
2 → sering ditemukan
3 → selalu ada
   Intervensi :
Bila total 13 → uji ulang 1 bulan lagi
Anak dengan GPPH → perlu dirujuk ke RS

TEORI MEDIS
Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah
Pengertian Anak Prasekolah
Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun.
(Patmonodewo, 1995)
Anak Prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-
potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara
optimal. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-potensi itu akan
mengakibatkan timbulnya masalah. Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk
pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun
sampai memasuki pendidikan dasar.
(Supartini, 2004)
Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada tiap makhluk.
Pada manusia terutama anak-anak, proses tumbuh kembang ini terjadi dengan sangat cepat,
terutama pada periode tertentu.
(Depkes RI : 2004)
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh yang meliputi BB, TB, LK,
LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel – sel pada semua sistem organ
tubuh.
(Vivian nanny, 2010 : 48)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses
pematangan.
(Soetjiingsih, 2005 : 1)
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
(Pemkot Malang Dinkes, 2007 : 4)
Pertumbuhan Anak Pra Sekolah
Pertumbuhan masa prasekolah pada anak yaitu pada pertumbuhan fisik, khususnya
berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus, akan
tetapi aktivitas motoriknya tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai
kematangan, seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Sedangkan pada pertumbuhan tinggi
badan anak kenaikannya rata-rata akan mencapai 6,75-7,5 cm setiap tahunnya.
(Hidayat, 2009, hlm. 25)
Konsep Perkembangan Anak Pra Sekolah
Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti. Masa prasekolah
merupakan fase perkembangan individu pada usia 2-6 tahun, perkembangan pada masa ini
merupakan masa perkembangan yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting.
(Fikriyanti, 2013, hlm.18)

Teori-teori Perkembangan
Teori Perkembangan kognitif (Jean Piaget)
Perkembangan kognitif menurut Piaget merupakan perubahan-perubahan yang terkait
usia yang terjadi dalam aktifitas mental. Ia juga menyebutkan bahwa kesuksesan
perkembangan kognitif mengikuti proses yang urutannya melewati empat fase, yaitu
fase sensorimotorik (0-2 tahun), fase pra-operasional (2-7 tahun), fase operasional (7-11
tahun) dan fase operasional formal (>11 tahun).
(Wong, 2008, hlm 118)
Dalam teori perkembangan ini anak prasekolah termasuk dalam fase pra-
operasional, fase pra-operasional anak belum mampu mengoperasionalisasikan apa
yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak.
(Wong, 2008, hlm 119)
Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)
Menurut Santrock (2011), teori perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson yang
mengemukakan bahwa perkembangan anak selalu dipengaruhi oleh motivasi
sosial dan mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain.
Untuk mencapai kematangan kepribadian psikososial anak harus melewati beberapa
tahap yaitu : tahap percaya dan tidak percaya (1-3 tahun), tahap kemandirian
versus malu-malu (2-4 tahun), tahap inisiatif versus rasa bersalah (3-6 tahun), tahap
terampil versus minder (6-12 tahun), tahap identidas versus kebingungan peran (12-18
tahun).
(Wong, 2008, hlm 117)
Dalam teori perkembangan psikososial anak prasekolah termasuk dalam tahap
perkembangan inisiatif versus rasa bersalah. Pada tahap ini anak mulai mencari
pengalaman baru secara aktif. Apabila anak mendapat dukungan dari orang tuanya
untuk mengekplorasikan keingintahuannya maka anak akan mengambil inisiatif untuk suatu
tindakan yang akan dilakukan, tetapi bila dilarang atau dicegah maka akan tumbuh
perasaan bersalah pada diri anak.
(Wong, 2008, hlm 118)
Teori Perkembangan Psikoseksual (Freud)
Teori perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh Sigmun Freud, ia
menggunakan istilah psikoseksual untuk menjelaskan segala kesenangan seksual. Selama
masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh tertentu memiliki makna psikologik yang
menonjol sebagai sumber kesenangan baru dan konflik baru yang secara bertahap
bergeser dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain pada tahap-tahap
perkembangan tertentu. Dalam perkembangan psikoseksual anak dapat melalui tahapan
yaitu: tahap oral (0-1 tahun), tahap anal (1-3 tahun), tahap falik (3-6 tahun), tahap laten (6-
12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun).
(Wong, 2008, hlm 117)
Dalam teori perkembangan psikoseksual anak prasekolah termasuk dalam tahap
phalic, dalam tahap ini genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif anak
mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan
tersebut
(Wong, 2008, hlm 117)
Teori Perkembangan Moral (Kohlberg)
Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Kohlberg dengan memandang
tumbuh kembang anak ditinjau dari segi moralitas anak dalam menghadapi kehidupan,
tahapan perkembangan moral yaitu: tahap prakonvensional (orientasi pada hukum dan
kepatuhan), tahap prakonvensional (orientasi instrumental bijak), tahap konvensional,
tahap pasca konvensional (orientasi kontak sosial).
(Wong, 2008, hlm 119)
Dalam teori perkembangan moral anak prasekolah termasuk dalam tahap
prakonvensional, dalam tahap perkembangan ini anak terorientasi secara budaya dengan
label baik atau buruk, anak-anak menetapkan baik atau buruknya suatu tindakan dari
konsekuensi tindakan tersebut. Dalam tahap ini anak tidak memiliki konsep
tatanan moral, mereka menentukan prilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang
memuaskan kebutuhan mereka sendiri meskipun terkadang kebutuhan orang lain.
Hal tersebut diinterpretasikan dengan cara yang sangat konkrit tanpa kesetiaan, rasa
terimakasih atau keadilan.
(Wong, 2008, hlm. 120)
Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan
Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
perubahan fungsi.
Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya.
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda sebagaimana
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-
masing anak.
Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik.
Perkembanagn mempunyai pola yang tetap.
Perkembanagn fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola sefalokaudal dan pola
proksimodistal.
(Pemkot Dinkes Malang, 2007 : 4)

Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan


Menurut Santrock (2011), Perkembangan dan pertumbuhan mengikuti prinsip
cephalocaudal dan proximodistal. Prinsip cephalocaudal merupakan rangkaian dimana
pertumbuhan yang tercepat selalu terjadi diatas, yaitu di kepala. Pertumbuhan fisik
dan ukuran secara bertahap bekerja dari atas kebawah, perkembangan sensorik dan
motorik juga berkembang menurut prinsip ini, contohnya bayi biasanya menggunakan
tubuh bagian atas sebelum meraka menggunakan tubuh bagian bawahnya.
Prinsip proximodistal (dari dalam keluar) yaitu pertumbuhan dan perkembangan
bergerak dari tubuh bagian dalam ke luar. Anak-anak belajar mengembangkan
kemampuan tangan dan kaki bagian atas ( yang lebih dekat dengan bagian tengah
tubuh) baru kemudian bagian yang lebih jauh, dilanjutkan dengan kemampuan menggunakan
telapak tangan dan kaki dan akhirnya jari-jari tangan dan kaki.
( Papalia, dkk, 2010, hlm 170)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Pra Sekolah


Menurut Hidayat (2009) Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang anak dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam
mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis
kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan
alam: pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan, umur
puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal, lingkungan postnatal, dan
faktor hormonal. Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari
konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin, penggunaan
obat-obatan, alkohol atau kebiasaan merokok. Faktor lingkungan pasca lahir yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi
keluarga, nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan. Faktor hormonal yang
berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain. somatotrofin (growth Hormon)
yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, dengan menstimulasi
terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem skeletal. Hormon tiroid menstimulasi
metabolisme tubuh, glukokartikoid menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis
untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya
hormon tersebut menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun
perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.

Kebutuhan Dasar Anak


Kebutuhan fisik biomedis (ASUH) meliputi :
Pangan / gizi merupakan kebutuhan terpenting.
Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI, penimbangan
bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit dll.
Papan/ pemukinan yang layak.
Higiene perorangan, sanitasi (lingkungan).
Sandang.
Kesegaran jasmani, rekreasi.
Dll.
Kebutuhan emosi / kasih sayang (ASIH)
Terjadi sejak usia kehamilan 6 bulan.
Kasih sayang orang tua dapat memberikan rasa aman.
Anak diberikan contoh, dibantu, ditolong dan dihargai, bukan dipaksa.
Ciptakan suasana yang penuh kegembiraan
Pemberian kasih sayang dapat membentuk harga diri anak. Hal ini bergantung pada pola
asuh, terutama pola asuh, terutama pada asuh demokrasi dan kecerdasan emosional.
Kemandirian
Dorongan dari orang disekelilingnya
Mendapat kesempatan dan pengalaman.
Menumbuhkan rasa memiliki
Kepemimpinan dan kerja sama
Pola pengasuhan keluarga yang terjadi atas :
Demokrasi (autoritatif)
Dictator (otoriter) yang sering menghukum atau menganiaya anaknya (child abuse).
Permisif (serba boleh).
Tidak diperbolehkan.
Pemberian kasih sayang juga dapat membentuk temperamen anak, seperti penurut (easy),
sulit diatur (difficult), dan pemalu (slow to warm up).
c) Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak, stimulasi ini terdiri atas
pendidikan dan pelatihan.
Stimulasi dini berasal dari rangsangan yang ada di lingkungan anak, seperti bermain,
berdiskusi, dll. Selain itu, stimulasi ini juga bisa berasal dari orang tua.
Stimulasi ini dapat merangsang hubungan antar sel otak (sinaps).
Miliaran sel otak dibentuk sejak kehamilan berusia 6 bulan. Pada saat itu belum ada
hubungan antar sel otak.
Bila ada rangsangan, maka akan terbentuk rangsangan yang semakin kompleks. Dengan
demikian dapat merangsang otak kiri dan kanan, sehingga terbentuklah multiple
intelligent dan juga kecerdasan yang lebih luas dan tinggi
Stimulasi melalui bermain
Cara mrngembangkan kemampuan tersebut bisa melalui rangsangan suara, music,
gerakan, perabaan, bicara, bernyanyi, bermain, memecahkan masalah, mencorat-coret
atau menggambar.
Kapan stimulasi dilakukan ?
Stimulasi dapat dilakukan sejak janin berusia 23 minggu pada masa-masa ini
merupakan awal terjadinya sinaptogenesis. Stimulasi dilanjutkan sampai anak berusia
3 tahun ketika sinaptogenesis berakhir dan berakhir dan usia 14 tahun yang
merupakan akhir pruning.
Semakin dini dan semakin lama stimulasi diberikan, maka akan semakin besar dan
lama manfaatnya.
Kebutuhan akan stimulasi
Stimulasi dapat menunjang perkembangan mental psikososial (agama, etika, moral,
kepribadian, kecerdasan, kreativitas, ketrampilan, dsb).
Stimulasi dapat terjadi di lingkungan pendidikan informal, formal dan non formal.
(Vivian nanny, 2010 : 153)

Aspek-aspek Pertumbuhan dan Perkembangan


Aspek Pertumbuhan
Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran antropometri, pengukuran
antropometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar
kepala. Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi badan digunakan
untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik sedangkan pengukuran
lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak kecil
(mikrosefali) menunjukkan adanya retardasi mental, apabila otaknya besar (volume
kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan cairan serebrospinal.
(Hidayat, 2011, hlm 37)
Aspek perkembangan
Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan yang meliputi aktivitas otot yang
besar seperti gerakan lengan dan berjalan.
(Santrock, 2011, hlm 210)
Perkembangan motorik kasar pada masa prasekolah, diawali dengan kemampuan
untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki,
membuat posisi merangkak dan lain-lain.
(Hidayat, 2009, hlm.25)
Motorik halus (fine motor Skills ) merupakan keterampilan fisik yang melibatkan
otot kecil dan koordinasi mata dan tangan yang memerlukan koordinasi yang
cermat.
(Papilia, Old & Feldman, 2010, hlm. 316)
Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki,
menggambar dua atau tiga bagian, menggambar orang, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan dan sebagainya.
(Hidayat, 2009, hlm.26)
Bahasa (language) adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengkuti perintah dan dan berbicara spontan. Pada perkembangan bahasa diawali
mampu menyebut hingga empat gambar, menyebut satu hingga dua warna,
menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata, meniru berbagai
bunyi, mengerti larangan dan sebagainya.
(Hidayat, 2009, hlm.26)
Prilaku sosial (personal social) adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan adaptasi
sosial pada anak prasekolah yaitu dapat berrmain dengan permainan
sederhana, mengenali anggota keluarganya, menangis jika dimarahi, membuat
permintaan yang sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan
kecemasan terhadapa perpisahan dan sebagainya.
(Hidayat, 2009, hlm.26)
Untuk menilai perkembangan anak yang dapat dilakukan adalah dengan wawancara
tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan,
kemudian melakukan tes skrining perkembangan anak.
(Hidayat, 2009, hlm. 38)

Tahap Perkembangan Anak Pra Sekolah


Menurut Wong (2008), priode prasekolah dimulai dari usia 3-6 tahun periode ini dimulai
dari waktu anak bergerak sambil berdiri sampai mereka masuk sekolah, dicirikan
dengan aktivitas yang tinggi. Pada masa ini merupakan perkembangan fisik dan
kepribadian yang pesat, kemampuan interaksi sosial lebih luas, memulai konsep diri,
perkembangan motorik berlangsung terus menerus ditandai keterampilan motorik seperti
berjalan, berlari dan melompat.

Konsep DDST (Denver Developmen Screening Test)


Pengertian
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menentukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. DDST merupakan salah
satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes
diagnostik atau tes IQ, fungsinya digunakan untuk menafsirkan personal, sosial, motorik
halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak mulai dari 1-6 tahun.
(Soetjiningsih, 2005 : 71)
Keuntungan DDST
Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.
Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
Monitor anak dengan resiko perkembangan.
Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
Memastikan apakah anak dengan persangkaan pada kelainan perkembangan atau benar-
benar ada kelainan.
Alat yang digunakan.
Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah, kuning, ungu,
biru, permainan anak, botol kecil-kecil, bola tenis, bel kecil, kertas, dll.
Lembar DDST.
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tugas dan cara
penilaiannya.
Prinsip pelaksanaan DDST
Bertahap dan berkelanjutan.
Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana.
Suasana nyaman dan bervariasi.
Perhatikan gerakan spontan anak.
Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak menghukum.
Memberikan pujian (reinforcement) bila berhasil melakukan test.
Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu diatas meja.
Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan.
Sektor perkembangan / parameter yang digunakan
Personal, social (kepribadian/tingkah laku sosial).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mendiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungan.
Adaptasi motorik halus (fine motor adaptive).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan
oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.Misalnya kemampuan
untuk menggambar, memegang sesuatu benda, dll.

Bahasa (language).
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan
berbicara spontan.
Perkembangan motorik kasar.
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
(Vivian nanny, 2010 : 55)
Prosedur DDST
Lulus (pass)
Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik.
Ibu atau pengasuh member laporan (R) tepat atau dapat dipercaya bahwa anak dapat
melakukan dengan baik.
Gagal (failed)
Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik.
Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan tugas dengan
baik.
Tidak ada kesempatan (no opportunity)
Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan,
seperti retardasi mental dan down syndrome.
Menolak (refusal).
Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya disebabkan karena faktor sesaat seperti
lelah, menangis, sakit, mengantuk, dll.
Interpretasi hasil test keseluruhan (4 sektor)
Normal
Bila tidak ada keterlambatan (delay)
Paling banyak 1 caution
Lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya.
Dicurigai (suspect)
Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan 1 atau lebih delay
Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan factor sesaat (takut, lelah,
sakit. Tidak nyaman, dll).
Tidak teruji
Bila ada skor menolak 1 atau lebih item disebelah kiri garis umur
Bila menolak lebih dari 1 pada area 75-90% (warna hijau) yang ditembus garis umur
Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu
(Vivian nanny, 2010 : 60)
Pelaksanaan DDST
Menetapkan umur anak dengan patokan
30 hari = 1 bulan
12 bulan = 1 tahun
≥15 hari = 1 bulan
Perhitungan umur :
Missal : tanggal test : 2008 – 08 – 28
Tanggal lahir : 2006 – 06 – 14
---------------------
02 – 02 – 14
Berarti umur anak saat test dilakukan yaitu 2 tahun 2 bulan.
Menarik garis vertical saat test dilakukan pada lembar DDST yaitu 2 tahun 2 bulan.
Memperlihatkan tanda / kode pada ujung kotak sebelah kiri.
R  tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tua.
Nomor/angka  tugas perkembangan di test sesuai petunjuk dibalik formulir.
Menyimpulkan hasil DDST
Normal / abnormal / questionable / untestable.

Skrining Menggunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)


Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah
untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur
3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan. Skrining atau pemeriksaan dilakukan
oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PAUD terlatih. Alat atau instrumen yang
digunakan adalah formulir KPSP menurut umur, alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas,
bola tenis, bola besar dan kubus.
Cara penggunaan KPSP yaitu :
Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa.
Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur
anak lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.
setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau
pengasuh anak, dan perintah kepada ibu atau pengasuh anak untuk melaksanakan tugas
yang tertulis pada KPSP. Tanyakan pertanyaan secara berurutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir
tersebut. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab.
(Depkes, 2012, hlm 52)
Interpretasi hasil KPSP yaitu dengan menghitung jawaban YA, bila ibu atau
pengasuh anak menjawab : anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang
melakukannya. Sedangkan jawaban TIDAK, bila ibu atau pengasuh menjawab anak belum
pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu atau pengsuh tidak tahu. Jumlah jawaban “Ya“=
9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan (S). Jumlah jawaban
“Ya“ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M). Jumlah jawaban “Ya“ = 6 atau kurang,
kemungkinan ada penyimpangan (P). Untuk Jawaban TIDAK, perlu diperincikan
jumlah jawaban Tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
Intervensi hasil pemeriksaan KPSP yaitu bila perkembangan anak sesuai umur (S) maka
beri pujian pada ibu atau pengasuh, teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak, berikan stimulsi sesering mungkin, sesuai dengan tahap perkembangan
anak dan lakukan pemeriksaan atau skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada
anak yang kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan untuk anak umur 24 sampai 72 bulan.
Bila perkembangan anak meragukan meragukan (M), beri petunjuk pada ibu untuk
melakukan stimulasi perkembangan anak lebih sering lagi, ajari ibu melakukan intervensi
stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan atau mengejar
ketertinggalannya. Lakukan pemeriksan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangan anak. Lakukan penilaian ulang
KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
Jika hasil KPSP ulang “Ya“ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpangan (P).
Bila tahap perkembangan terjadi penyimpangan (P), maka rujuk ke rumah sakit dengan
menulis jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerakan kasar, gerakan halus, bicara
dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
(Depkes, 2012, hlm 53)
TDD
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar
dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh

tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih. Alat yang diperlukan adalah
instrumen TDD menurut umur anak, gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia,
mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola).
Cara melakukan TDD :
Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan.
Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai denga umur anak.
Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijawab oleh orang tua atau
pengasuh anak. Bacakan pertanyaan dengan lambat dan jelaskan, tunggu jawaban dari
orang tua atau pengasuh anak. Jawaban YA jika menurut orang tua atau pengasuh, anak
dapat melakukannya dalam sebulan terakhir. Jawaban TIDAK jika menurut orang tua
atau pengasuh anak tidak dapat melakukannya dalam sebulan terakhir.
Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui
orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh anak. Amati kemampuan anak dalam
melakukan perintah orang tua atau pengasuh. Jawaban YA jika anak dapat melakukan
perintah orang tua atau pengasuh. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orang tua atau pengasuh.
Interpretasi yaitu hasil pemeriksaan TDD yaitu bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK,
kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran. Intervensinya dengan melakukan
tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman atau rujuk bila tidak dapat ditanggulangi.
(Depkes, 2012. hlm. 70)

Tabel 2.8 Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak (Depkes, 2012. hlm. 70)
UMUR LEBIH DARI 3 TAHUN
Perhatikan benda-benda disekeliling anak seperti Ya Tidak
sendok, cangkir, bola, bunga dan sebagainya.
Suruh anak menyebutkan nama benda tersebut.
Apakah anak dapat menyebut nama benda-benda
tersebut dengan benar ?

Suruh anak duduk, anda duduk dalam jarak 3 Ya Tidak


meter di depan anak. Suruh anak mengulangi
angka-angka yang telah anda ucapkan :
“Empat”, “satu”, “delapan”, atau meniru dengan
jari tangannya. Kemudian tutp mulut anda
dengan buku atau kertas, ucap empat angka yang
berlainan. Apakah anak dapat mengulangi atau
meniru ucapan anda dengan menggunakan jari
tangannya ? (anda dapat mengulanginya dengan
suara yang lebih keras)

TDL
Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera
dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya
lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak
usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK,
dan petugas terlatih. Alat atau sarana yang diperlukan yaitu dua buah kursi, poster E atau
snellen chart.
(Depkes, 2012, hlm 71)

Cara melakukan tes daya lihat :


Pilih ruangan yang bersih dan nyaman
Gantung poster E atau snellen chart setinggi mata anak pada posisi duduk
Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster E atau snellen chart, menghadap ke
poster E atau snellen chart .
Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster E atau snellen chart untuk pemeriksa.
Pemeriksa memberikan kartu E pada anak, latih anak dalam mengarahkan kartu
E yang ada ditangannya mengahadap atas, bawah, kanan, kiri, sesuai petunjuk pada
poster E atau snellen chart. Lakukan hal ini dengan benar sampai anak dapat mengarah
kan kartu E dengan benar.
Selanjutnya anak diminta menutup mata dengan kertas atau buku, dengan alat penunjuk,
tunjuk huruf E pada poster E atau snellen chart, satu persatu, mulai baris pertama sampai
baris keempat atau baris E terkecil yang masih dapat dilihat. Puji anak setiap kali
dapat mencocokkan kartu E yang ada di tangannya dengan yang ada di poster E atau
snellen chart. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata yang belum diperiksa dengan cara
yang sama.
Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah tersediakan:
Mata kanan :……….
Mata kiri :……….
Interpretasi hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris
ketiga poster E atau snellen chart, artinya anak tidak dapat mencocokkan arah kartu E yang
dipegangnya dengan yang ada pada poster E atau snellen chart pada baris ketiga yang
ditunjuk oleh pemeriksa. Kemungkinan anak mengalami gengguan daya lihat. Intervensi yang
dilakukan bila kemungkinan anak mengalami gangguan penglihatan maka minta anak
datang lagi untuk pemeriksaan ulang, bila pada peameriksaan berikutnya anak tidak dapat
melihat sampai baris yang sama maka rujuk kerumah sakit dengan menuliskan mata yang
mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).
(Depkes, 2012, hlm 70)

TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


Menurut Muslihatun, dkk (2010 : 268-284), langkah-langkah asuhan kebidanan pada tumbuh kembang
balita yaitu :
PENGKAJIAN DATA
Data Subyektif pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang harus dikumpulkan, antara lain :
Riwayat kesehatan anak yang penting dan harus dikaji meliputi :
Faktor genetik, meliputi kelainan atau gangguan metabolik pada keluarga dan sindroma
genetik.
Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, DM, penyakit ginjal, penyakit hati,
hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus.
Faktor antenatal, meliputi pernah ANC atau tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklamsi,
infeksi, perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes gestasional,
poli/oligohidramnion.
Faktor perinatal, meliputi prematur/post matur, partus lama, penggunaan obat selama
persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban
bercampur mekonium, amnionitis, KPD, perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat,
ibu hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan serta keadaan bayi baru lahir.
Riwayat pemberian nutrisi, meliputi pemberian ASI eksklusif, pengganti ASI, makanan
pendamping ASI, atau makanan tambahan pada anak.
Riwayat alergi, meliputi adanya riwayat alergi makanan, debu dan obat-obatan pada anak.
Riwayat imunisasi yang sudah diberikan, meliputi imunisasi dasar dan imunisasi anjuran
yang diberikan pada anak.
Riwayat uji skrining yang pernah dilakukan.
Riwayat kesehatan
Data Obyektif pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang harus dikumpulkan anatara lain :
Penilaian pertumbuhan anak
Ada beberapa cara untuk menilai pertumbuhan anak, antara lain :
Keadaan umum
Penilaian kesadaran
Pengukuran antropometri
Pengukuran berat badan
Pengukuran ini dilakukan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang otot, lemak, cairan tubuh, sehingga
diketahui status keadaan gizi dan tumbuh kembang anak. Berat badan juga dijadikan
dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang diperlukan untuk pengobatan.
Penilaian berat badan berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS
secara persentil, dengan penilaian sebagai berikut: persentil ke 50-3 adalah normal,
dan kurang atau sama dengan tiga masuk kategori abnormal (malnutrisi). Penilaian
berat badan berdasarkan tinggi badan, menurut WHO dengan cara presentase dari
medium dan penilaiannya adalah sebagai berikut : antara 80-90% malnutrisi sedang,
kurang dari 80% malnutrisi akut (wasting).
Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan dengan baku NCHS secara
persentil, dengan penilaian : persentil ke 75 – 25 adalah normal, persentil ke 10-5
malnutrisi sedang, kurang dari persentil kelima adalah malnutrisi berat

Pengukuran panjang badan / tinggi badan


Pengukuran ini digubakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor
genetik. Pengukuran ini bisa dilakukan dengan sangat mudah. Penilaian tinggi badan
berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS secara presentase dari median
dan penilaiannya adalah lebih dari atau sama dengan 90% normal, kurang dari 90%
abnormal (malnutrisi kronis)
Pengukuran lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala dapat dilakukan untuk menilai pertumbuhan otak.
Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya retardasi mental, apalagi
otak besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan aliran cairan
cerebrospinal. Penilaian menggunaan kurve lingkar kepala.
Pengukuran lingkar lengan atas
Penilaian ini digunakan untuk menilai jaringan lemak dan otot. Penilaian ini tidak
cocok untuk menilai jaringan lemak tubuh, tetapi dapat digunakan untuk menilai
status gizi pada anak pre sekolah.
Pemeriksaan Fisik
Penilaian dilakukan dengan melihat bentuk tubuh, perbandingan bagian tubuh, dan
anggota gerak lainnya, menentukan jaringan otot dengan memeriksa lengan atas, pantat
dan paha, menentukan jaringan lemak pada pemeriksaan triseps, memeriksa rambut serta
gigi gerigi.
Kepala : menilai lingkar kepala dan ubun-ubun
Wajah : menilai kesimetrisan wajah, adakah paralis wajah dan pembengkakan.
Mata : menilai visus, keadaan palpebra, kelenjar lakrimalis, duktus nasolakrimalis, sklera, kornea, pupil,
lensa dan bola mata.
Telinga : menilai telinga bagian luar yaitu bentuk, besar, dan posisi daun telinga, lubang telinga,
membran timpani, pembesaran daerah mastoid dan fungsi pendengaran.
Hidung : menilai kelainan bentuk, adanya epistaksis
Mulut : adakah trismus, halitosis, labioskisis, edema, dan peradangan gusi, kelainan pada lidah, ukuran
dan adanya tremor lidah, keadaan gigi dan pengeluaran saliva.
Leher : menilai tekanan vena jugularis, masa pada leher dan pembesaran kelenjar tyroid.
Dada : untuk menilai bentuk dan besar dada, kesimetrisan, gerakan dada, detormitas penonjolan,
pembengkakan, dan kelainan lain.
Abdomen: dengan inspeksi bentuk dan ukuran, auskultasi usus dan suara bising, palpasi dinding abdomen,
nyeri tekan, pembesaran organ dan perkusi abdomen. Auskultasi didahulukan agar tidak terpengaruhi
stimulasi dari luar, antara lain palpasi dan perkusi. Periksa organ hati, ginjal dan lambung. Pemeriksaan
dilanjutkan ke organ lain seperti anus dan rektum.
Genetalia: Laki-laki perhatikan ukuran dan bentuk penis, testis, kelainan, lubang uretra dan peradangan
testis dan skrotum. Perempuan adalah epispadia, tanda seks sekunder dan pengeluaran pervagina.
Ekstremitas: periksa tulang, otot, dan sendi, jari tubuh, nyeri tekan, gaya berjalan, dan lain-lain.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai keadaan pertumbuhan dan perkembangan
dengan keadaan penyakit, serum protein (albumin dan globulin), hormonal dan lain-lain.

Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai umur tumbuh kembang seperti umur tulang
apalagi dicurigai adanya gangguan pertumbuhan.
Penilaian perkembangan anak
Untuk menilai perkembangan anak, pertama kali adalah melakukan wawancara tentang
faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan. Langkah
selanjutnya adalah melakukan tes skrining perkembangan dengan DDST, dan tes psikologi
lain. Selain itu, informasi bisa dilengkapi dengan melakukan tes yang lain seperti,
mengevaluasi lingkungan anak, yaitu interaksi anak selama ini, mengevaluasi fungsi
penglihatan, pendengaran, bicara, bahasa. Pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan
neurologis, metabolik dan lain-lain juga bisa dilakukan untuk melengkapi data
perkembangan anak.

INTERPRETASI DATA
Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa, masalah dan kebutuhan tumbuh
kembang anak berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada langkah I. Acuan untuk mendeteksi
beberapa kelainan tumbuh kembang anak antara lain: 10% anak akan mencapai kemampuan pada
usia dini, 50% anak akan mencapai kemampuan kemudian, 755 anak akan mencapai kemampuan
lebih kemudian, 90% anak sudah harus dapat mencapai kemampuan pada batas usia paling lambat
masih dalam batas normal, dan 105 anak dimasukkan dalam kategori terlambat apabila belum bisa
mencapai kemampuannya.

IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL


Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin terjadi berdasarkan diagnosis
atau masalah yang sudah diidentifikasi.

IDENTIFIKASI DAN MENETAPKAN KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANAN


SEGERA
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau ada hal yang perlu
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi anak.

MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH


Merencanakan asuhan yang menyeluruh dan rasional sesuai dengan temuan pada langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya apa yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap balita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu menunjukkan
klien bila ada masalah yang berkaitan dengan sosial, ekonomi.

MELAKSANAKAN PERENCANAAN
Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan
aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilaksanakan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau
oleh petugas kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi
dia tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memantau
rencanannya benar-benar terlaksana).
Bila perlu kolaborasi dengan dokter misalnya karena adanya komplikasi. Manajemen yang
efisien berhubungan dengan waktu, biaya, serta peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah
semua rencana telah dilaksanakan.

EVALUASI
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah telah memenuhi
kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan
rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila anak menunjukkan pertumbuhan dan
perkembangan yang lebih baik, terjadi pencapaian dalam tugas perkembangan sesuai dengan
batasan ideal anak.

  Konsep Manajemen Kebidanan Varney


PENGKAJIAN

Untukmengetahui kapan dimulai dilakukan pengkajian pada klien


:
:
A. Data Subjektif
1.      Biodata
Anak
: untuk mengenal, memanggil, dan menghindari terjadinya kekeliruan.
: untuk mengetahui penilaian tumbuh kembang anak yang akan dilakukan
pada umur tersebut.
: untuk mencocokkan identitas sesuai nama bayi, serta menghindari kekeliruan
bila terjadi kesamaan nama dengan bayi lain.
: untuk mengetahui paritas dari orang tua
Orang Tua
: untuk mengenal/memanggil klien, serta sebagai penanggung jawab
terhadap anak.
: untuk mengetahui umur dari ibu serta suami.
: untuk mengetahui dari suku mana ibu dan suami berasal dan menentukan cara
pendekatan serta pemberian asuhan kepada anak.
: untuk mengetahui kepercayaan klien terhadap agama yang dianutnya dan mengenali hal-hal yang
berkaitan dengan masalah asuhan kebidanan
: untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar dalam memberikan asuhan.
: jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga juga dapat mempengaruhi
kesehatan.
: mengetahui taraf hidup ekonomi dan berkaitan dengan status gizi pada anak.
: untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai apakah lingkungan cukup aman
bagi kesehatannya serta mempermudah untuk melakukan kunjungan ulang.
2.     Alasan Datang
Untuk mengetahui alasan ibu datang ke puskesmas.
3.     Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui bagaimana kondisi anak.
4.     Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui apakah anak sekarang menderita suatu penyakit.
5.     Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Untuk mengetahui apakah anak pernah menderita penyakit menurun atau menular yang dapat
mempengaruhi perkembangannya sekarang.
6.     Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui adakah penyakit menurun atau menular yang diderita anggota keluarga yang bisa
mempengaruhi kesehatan anak dan adakah keturunan kembar dalam keluarga.
7.     Riwayat Prenatal, Natal, Postnatal dan Neonatal
Prenatal
Ditanyakan pada ibu ini kehamilan ke berapa, keluhan ibu pada saat hamil ini, periksa ke mana dan sudah
berapa kali periksa, mendapat obat apa saja setelah periksa.
Natal
Ditanyakan pada ibu melahirkan dimana, ditolong siapa, bagaimana caranya serta penyulit yang dialami
sewaktu ibu melahirkan.
Postnatal
Ditanyakan pada ibu mengeluarkan darah yang bagaimana, seberapa banyak, , ada luka jahitan.
Neonatal
Ditanyakan pada ibu tentang jenis kelamin, berat badan, panjang badan bayi yang dilahirkan.
8.     Riwayat Imunisasi
Untuk mengetahui imunisasi apa saja yang telah didapat oleh bayi.
9.     Pola Kebiasaan Sehari-hari
Untuk mengetahui bagaimana pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktivitas, personal hygiene.
10.  Riwayat Psikososial dan Budaya
a.      Psikologi
Bagaimana respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran anaknya
b.      Sosial
Apakah hubungan ibu dengan suami, keluarga serta petugas kesehatan baik atau tidak.
c.      Budaya
Untuk mengetahui tradisi yang dianut keluarga yang merugikan termasuk pantang makanan, minum jamu
dan kebiasaan berobat jika sakit.
11.   Riwayat Spiritual
Untuk mengetahui bagaimana sikap ibu terhadap agama yang diyakininya.

Data Objektif
1.     Pemeriksaan Umum
: baik
: composmentis
: normal (40 - 60 x/menit)
: normal (100 - 160 x/menit)
: normal (36,5 – 37,5 oC)
: apakah berat badan anak dalam keadaan normal
: apakah tinggi badan anak dalam keadaan normal
: lingkar lengan anak menentukan status gizi anak
: apakah lingkar kepala anak dalam keadaan normal
2.    Pemeriksaan Fisik

: Simetris, tidak ada benjolan abnormal, rambut hitam, bersih


: Simetris, tidak kuning, tidak pucat
: Simetris, sclera tidak ikterus, konjungtiva tidak pucat
: Simetris, tidak ada serumen.
: Simetris, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret .
: Simetris, bibir tidak kering, tidak ada labiochizis, tidak ada labiopalatochizis, lidah bersih.
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran kelenjar limfe
: Simetris, tidak terlihat retraksi dada
: Bentuk normal, tidak kembung
: Bersih, tidak ada pengeluaran sekret
mitas
: Pergerakan aktif, simertis, tidak ada polidaktil dan sindaktil
: Pergerakan aktif, simetris, tidak ada polidaktil dan sindaktil
Palpasi
: Tidak teraba benjolan abnormal.
: Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba pembesaran kelenjar limfe, dan tidak
teraba pembesaran vena jugularis.
: Tidak teraba benjolan abnormal
Auskultasi
Dada : Tidak terdengar ronchi atau wheezing
d. Perkusi
men : Tidak kembung

3.    Pemeriksaan Penunjang


Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
     Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan Gerak Halus Ya Tidak
dua kubus kecil yang ia pegang? Kerincingan
bertangkai dan tutup panci tidak ikut dinilai
     Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan Gerak Kasar Ya Tidak
berpegangan ?
     Tanpa bantuan apakah anak dapat bertepuk tangan atau Sosialisasi & Ya Tidak
melambai-lambai? Jawab tidak jika ia membutuhkan kemandirian
bantuan
    Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia Bicara & Ya Tidak
memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama” bahasa
jika memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak
mengatakan salah satu diantaranya
    Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak
selama kira-kira 5 detik
.    Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak
selama kira-kira 30 detik atau lebih
    Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah Gerak Kasar Ya Tidak
anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di
lantai dan kemudian berdiri kembali
    Apakah anak dapat menunjukkan apa yang Sosialisasi  Ya Tidak
diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab Kemandirian
YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan
suara yang menyenangkan
.    Apakah anak dapat berjalan disepanjang ruangan tanpa Gerak Kasar Ya Tidak
jatuh atau terhuyung-huyung?
.  Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti Gerak Halus Ya Tidak
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk

SI DIAGNOSA / MASALAH
: An. “...“ Umur … dengan tumbuh kembang meragukan.
: Data yang diperoleh melalui anamnesa
: Data hasil pemeriksaan petugas kesehatan yang menunjang diagnosa.
ANTISIPASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL
Untuk mengetahui masalah potensial yang mungkin terjadi dalam tumbuh kembang anak.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Menentukan tindakan yang akan segera dilakukan berdasarkan pada masalah potensial yang terjadi
(kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya).

INTERVENSI
: An. “...” Umur ... dengan tumbuh kembang meragukan
: - Perkembangan anak sesuai dengan usianya
Anak tumbuh dan berkembang tanpa ada hambatan
: Anak dapat melakukan semua tugas yang sesuai dengan usianya dengan baik
:
Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan dengan menggunakan metode DDTK.
Ibu mengetahui tentang perkembangan anaknya terutama tentang keterlambatan yang harus segera
ditangani.
Jelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian perkembangan dengan menggunakan metode DDTK.
DDTK merupakan metode skrining terhadap kelainan perkembangan tumbuh kembang anak.
Motivasi orang tua untuk tetap memberikan nutrisi yang sesuai usia anak
Gizi baik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sarankan ibu untuk segera kontrol bila terdapat kelainan-kelainan dalam perkembangannya
Untuk deteksi dini adanya kelainan perkembangan
Beritahu ibu tugas perkembangan selanjutnya
Acuan untuk memberikan stimulus perkembangan
Anjurkan ibu untuk menimbang BB anak setiap bulan di Posyandu terdekat
BB merupakan monitor pertumbuhan anak

IMPLEMENTASI
Implementasi yang dilaksanakan adalah mengacu pada intervensi yang telah dibuat serta menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi pasien.
EVALUASI
Dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dan keberhasilan dari asuhan yang telah diberikan dengan
mengacu pada kriteria hasil.

BAB III
TINJAUAN KASUS

   PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : 23 - 11 - 2019
Jam : 09.30 WIB
DATA SUBYEKTIF
   Biodata
  Anak
Nama anak : An. “F”
Tempat & tanggal lahir : Malang,
Usia :
Jenis kelamin : Laki - laki
Anak ke : II
  Orang Tua
Nama ibu : Ny. “N” Nama ayah : Tn. “E”
Umur : 33 tahun Umur : 41 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMEA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat :
Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan tumbuh kembang anaknya
   Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada anaknya.
   Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit menular maupun menurun. Ibu mengatakan
anaknya tidak pernah sakit parah sampai opname. Ibu mengatakan anaknya pernah sakit pilek, batuk dan
panas. Bila anak sakit ibu segera memeriksakan ke puskesmas dan sembuh setelah minum obat dari
puskesmas.
   Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini anaknya sehat, tidak sakit apapun.
   Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari pihak keluarganya maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menular seperti
penyakit kuning, TBC, dan penyakit typoid. Serta dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menurun seperti darah tinggi, kencing manis, jantung dan tidak ada riwayat kembar.
   Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
  Prenatal
Selama hamil kondisi ibu baik, pada bulan pertama kehamilan ibu mengalami mual muntah tapi mulai
menghilang seiring bertambahnya usia kehamilan. Ibu mendapat vitamin, tambah darah dan kalk secara
teratur dari Bidan. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya kebidan.

Ibu mengatakan melahirkan secara SC saat usia kehamilnya 8 bulan karena KPD dan letak lintang. Ibu
melahirkan ditolong oleh dokter di RSU.
  Post Natal
Selama nifas tidak ada keluhan, ibu tidak demam. Ibu tidak mengalami perdarahan. Ibu mengeluarkan
darah nifas selama 40 hari. Bekas jahitan operasi baik, tidak ada infeksi.
Neonatal
Ibu mengatakan dalam waktu beberapa jam melahirkan, bayinya sudah bisa berak dan kencing. Tali pusat
baik dan tidak terjadi perdarahan.
   Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan imunisasi anaknya lengkap.
Pola Kebiasaan Sehari–Hari
  Nurtisi
Setiap hari makan 3-4 x sehari dengan komposisi nasi ± ½ centong dengan sayur dimakan habis dan lauk
pauk. Anak masih minum ASI ± 4-5 x sehari.
Eliminasi
BAB : 1 x/hari
BAK : 5-7 x/hari
  Istirahat
Anak tidur siang ± 2-3 jam. Tidur malam ± 8-9 jam.
Aktivitas
Anak suka bermain dengan temannya dan dengan saudaranya didalam rumah. Siang hari kadang anak
bermain tapi kadang tidak.
  Personal Hygiene
Anak mandi 2 x/hari, ganti baju tiap kali habis mandi, ganti celana dalam tiap kali kotor/basah.
Riwayat Psikososial dan Budaya
  Psikologi
Ibu tampak senang menerima kelahiran anaknya. Anak diasuh oleh ibu dan ayah.
Sosial
Ibu mengatakan hubungan ibu dengan keluarga dan tetangga terjalin dengan baik juga dengan petugas
kesehatan juga terjalin dengan baik.
  Budaya
Dalam keluarga masih melakukan selamatan 7 bulanan, tidak ada budaya pantang makanan, tidak pernah
minum jamu, jika keluarga sakit selalu dibawa ke petugas kesehatan.
B.      DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Nadi : 90 x / menit
Pernafasan : 28 x /menit
Suhu : 36,6oC
BB : kg
TB : cm
Pemeriksaan Fisik
   Inspeksi
: Bentuk normal, rambut hitam, bersih
: Simetris, tidak pucat, tidak kuning.
: Simetris, sklera tidak kuning, konjungtiva merah muda.
: Bersih, tidak ada sekret
: Bersih, tumbuh gigi susu, gigi tidak ada karies, lidah bersih
: Tidak terlihat adanya pembesaran pada kelenjar limfe, kelenjar tiroid, maupun vena
jugularis.
: Simetris, tidak tampak retraksi dada
: Bentuk normal, tidak tampak pembesaran hepar
: Bersih, tidak ada pengeluaran sekret
: simetris, gerak aktif , tidak ada polidaktil dan sidaktil
: simetris, gerakan aktif, tidak ada polidaktil dan sidaktil

  Palpasi
: Tidak teraba benjolan abnormal
: tidak teraba pembekakan kelenjar tyroid, kelenjar limfe maupun vena jugularis.
: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal.
: Atas : tidak oedem
Bawah : tidak oedem
   Auskultasi
: Bising usus (+)
  Perkusi
: tidak kembung
   Perhitungan Umur anak
Tanggal Test : 23 November 2019
Tanggal Lahir : 10 November 2009
Perhitungan umur sebagai berikut : 2019 – 11 – 23
2014 – 11 – 10 _
5 — 0 — 13
Jadi An “F” berumur 5 Tahun 0 Bulan
Pemeriksaan Penunjang
  Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)


Bicara dan
Bahasa
2 Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut Gerak Halus
kata "lebih panjang”. Perlihatkan gambar kedua garis
ini, pada anak. Tanyakan, "Mana garis yang lebih
panjang?"
Gerak Halus
Bicara dan
Bahasa

4
Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan,katakan pada anak:
"Tunjukkan segi empat merah"

"Tunjukkan segi empat kuning"


"Tunjukkan segi empat biru"
"Tunjukkan segi empat hijau"
Tanya Ibu
Sosialisasi dan Kemandirian
Kemandirian Sosialisasi dan Kemandirian
Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan
melakukannya 3 kali. Dapatkah dia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 detik atau lebih?

Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kakl tidak lkut dinilai).
Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki.

ti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk


Letakkan kertas ini di atas lantal".

Letakkan kertas ini di bawah kursi.

Letakkan kertas ini di depan kamu".

Letakkan kertas ini di belakang kamu".


Gerak Kasar

Gerak Kasar Bicara dan

Bahasa
LANGKAH SELANJUTNYA
1.   Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan Gerak Halus Ya Tidak
dua kubus kecil yang ia pegang? Kerincingan
bertangkai dan tutup panci tidak ikut dinilai
2.   Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan Gerak Kasar Ya Tidak
berpegangan ?
3.   Tanpa bantuan apakah anak dapat bertepuk tangan atau Sosialisasi & Ya Tidak
melambai-lambai? Jawab tidak jika ia membutuhkan kemandirian
bantuan
4.   Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika ia Bicara & Ya Tidak
memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan “mama” bahasa
jika memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak
mengatakan salah satu diantaranya
5.   Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak
selama kira-kira 5 detik
6.   Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar Ya Tidak
selama kira-kira 30 detik atau lebih
7.   Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah Gerak Kasar Ya Tidak
anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di
lantai dan kemudian berdiri kembali
8.   Apakah anak dapat menunjukkan apa yang Sosialisasi  Ya Tidak
diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab Kemandirian
YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan
suara yang menyenangkan
9.   Apakah anak dapat berjalan disepanjang ruangan tanpa Gerak Kasar Ya Tidak
jatuh atau terhuyung-huyung?
10. Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti Gerak Halus Ya Tidak
kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk

II.                IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH


Dx : Anak “F” Usia 60 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
Ds : Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada anaknya
Do : Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Nadi : 90 x / menit
Pernafasan : 28 x /menit
Suhu : 36,6oC
BB : kg
TB : cm
Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan :
-    Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tidak terdapat kegagalan dalam KPSP

III.             ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


-
IV.             IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
V.                INTERVENSI
Dx : Anak “A” Usia 60 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
Tujuan : - Perkembangan anak sesuai dengan usianya
-    Anak tumbuh dan berkembang tanpa ada hambatan
riterial Hasil : Anak dapat melakukan semua tugas yang sesuai dengan usianya dengan baik
.Intervensi
1.      Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan dengan menggunakan metode DDTK
R/ Ibu mengetahui tentang perkembangan anaknya terutama tentang keterlambatan yang harus
segera ditangani
2.      Jelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian perkembangan dengan menggunakan
metode DDTK
R/ DDTK merupakan metode skrining terhadap kelainan perkembangan tumbuh kembang anak
3.      Motivasi orang tua untuk tetap memberikan nutrisi yang sesuai usia anak
R/ Gizi baik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
4.      Motivasi orang tua untuk tetap melatih motorik kasar anak
R/ Latihan yang terus diberikan akan membantu merpercepat kemajuan perkembangan anak
5.      Sarankan ibu untuk segera kontrol bila terdapat kelainan - kelainan dalam perkembangannya
R/ Untuk deteksi dini adanya kelainan perkembangan
6.      Beritahu ibu tugas perkembangan selanjutnya
R/ Acuan untuk memberikan stimulus perkembangan
7.      Anjurkan ibu untuk menimbang BB anak setiap bulan di Posyandu terdekat
R/ BB merupakan monitor pertumbuhan anak

VI.             IMPLEMENTASI
Dx : Anak “A” Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
Implementasi :
1.      Menjelaskan hasil pemeriksaan pada orang tua anak yaitu dari hasil pemeriksaan dengan
metode DDTK dapat diketahui bahwa masih terdapat beberapa point motorik kasar yang
tertinggal dalam penilaian Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
2.      Menjelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian perkembangan dengan menggunakan
metode DDTK yang sangat diperlukan karena apabila ada keterlambatan perkembangan
dapat segera dikonsultasikan dan segera dapat dilakukan penanganan dengan cepat.
3.      Memotivasi orang tua untuk tetap memberikan nutrisi yang sesuai dengan usia anak supaya
anak mendapat gizi dan nutrisi yang baik untuk proses perkembangannya.
4.      Memotivasi orang tua untuk tetap melatih motorik kasar anak agar dapat mencapai tingkat
perkembangan yang sesuai dengan usianya.
5.      Menyarankan ibu untuk segera kontrol bila terdapat kelainan–kelainan dalam perkembangan
anak supaya ibu bisa mengerti dan tahu apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan apa
yang terjadi pada anaknya.
6.      Memberitahu ibu tugas perkembangan selanjutnya yaitu :
-          Jika kita menggelindingkan bola ke anak, maka anak dapat menggelindingkan/melemparkan
kembali bola pada anak.
-          Anak dapat memegang sendiri cangkir/gelasdan minum dari tempat tersebut tanpa tumpah.
7.      Menganjurkan ibu untuk menimbang berat badan anaknya setiap bulan untuk memonitor
pertumbuhan anak.

VII.          EVALUASI
Tanggal :
Jam : 10.00 WIB
x : Anak “A” Usia 17 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
S : Ibu mengatakan agak khawatir setelah mengetahui hasil pemeriksaan perkembangan
anaknya
O : Anak dapat melakukan hampir dari semua perintah yang diberikan
A : Anak “F” Usia 60 bulan dengan Tumbuh Kembang Meragukan
P : - mengingatkan pada ibu untuk kembali kontrol 2 minggu lagi
-    membagikan susu dan biscuit
-    persiapan pasien pulang
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Anak “A” usia 17 bulan ditemukan bahwa
anak sekarang dalam keadaan sehat. Dalam penilaian didapatkan hasil masih terdapat
kegagalan pada beberapa point penilaian KPSP. Sehingga setelah melakukan pengkajian dari
data subyektif dan obyektif melalui tahap pengumpulan data dengan wawancara observasi,
pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosa yaitu Anak ”A” usia 17
bulan dengan tumbuh kembang meragukan, tidak ada kesenjangan teori dengan prakteknya,
terbukti semua anamnesa sudah terkaji dengan baik.
Dalam identifikasi masalah tidak ditemukan masalah yang dialami klien. Pada
masalah potensial tidak ditemukan suatu masalah sehingga dalam identifikasi kebutuhan
segera tidak memerlukan tindakan segera.
Setelah diketahui diagnosa pada langkah berikutnya yaitu intervensi didapatkan
penulis mengintervensi sesuai apa yang dibutuhkan klien, pada dasarnya intervensi yang
disusun sesuai dengan penatalaksanaan pada umumnya. Dan pada langkah ini penulis tidak
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
Setelah merencanakan dalam langkah berikutnya yaitu implementasi telah
dilakukan tindakan sesuai protap dan kebutuhan klien serta senantiasa menghargai klien
sehingga hubungan antara petugas dan klien terjalin dengan baik, dan tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek. Pada langkah terakhir yaitu evaluasi petugas melakukan
penilaian kembali dengan wawancara serta observasi keadaan klien dan tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada Anak “A” Usia 17 bulan dengan Tumbuh
Kembang Meragukan, penulis menyimpulkan:
1.      Pada pengkajian data asuhan yang diberikan sudah komprehensif untuk dapat menegakkan
diagnosa.
2.      Pada identifikasi masalah/diagnosa asuhan yang diberikan sudah sesuai komprehensif dan
dapat menegakkan diagnosa.
3.      Pada identifikasi masalah potensial juga dilakukan sesuai komprehensif dan langkah ini tidak
muncul masalah potensial.
4.      Pada Identifikasi kebutuhan segera tidak dilakukan dengan komprehansif karena dalam kasus
ini tidak memerlukan kebutuhan yang segera.
5.      Pada intervensi/perencanaan asuahan yang diberikan sudah dilakukan sesuai komprehansif
dan menyeluruh sesuai dengan teori dan praktek.
6.      Pada implementasi/pelaksanaan asuhan sudah dilakukan sesuai komprehansif dan
menyeluruh sesuai dengan teori dan praktek.
7.      Pada evaluasi asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan komprehensif.
Data yang diperoleh pada asuhan kebidanan ini yaitu dari hasil wawancara dan
observasi langsung.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Petugas
1.   Perlu ditingkatkan kerjasama yang baik antara pasien, keluarga pasien, serta paramedis dalam
proses asuhan kebidanan agar pelayanan kebidanan bertambah baik.
2.   Dalam melakukan proses kebidanan perlu dilakukan asuhan secara menyeluruh agar tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut.
3.   Etika dan sopan santun diperhatikan dan diterapkan dalam menghadapi pasien maupun
keluarga pasien agar mereka tidak cemas dan percaya pada petugas kesehatan.

5.2.2 Untuk Mahasiswa


Manggali ilmu semaksimal mungkin untuk menambah pengetahuan dan keterampilan
mahasiswa tentang masalah – masalah dan cara melakukan penilaian tumbuh kembang anak.

Anda mungkin juga menyukai