2435 3144 1 PB PDF
2435 3144 1 PB PDF
Pria
Muda Usia 19 Tahun
Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Multipel pada Pria Muda
Usia 19 Tahun
Brigita Sanina Manullang1, High Boy K Hutasoit2
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa, Rumah Sakit Jiwa, Provinsi Lampung
Abstrak
Diperkirakan ada sekitar 167 hingga 315 juta orang penyalahguna zat psioaktif dari populasi penduduk dunia yang berumur
15-64 tahun yang menggunakan obat-obatan terlarang minimal sekali dalam setahun pada tahun 2013. Hasil survei BNN
bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kesehatan UI tahun 2014 telah melahirkan angka prevalensi penyalahgunaan
narkoba secara umum sebesar 2,21% atau setara dengan 4.173.633 orang. Penyalahgunaan obat-obatan yang mengandung
zat psikoaktif dapat menghasilkan gejala psikotik. Pasien yang menggunakan zat psikoaktif biasanya enggan
mengungkapkan penggunaan narkoba mereka sehingga terkadang hal ini dapat merancukan diagnosis pada pasien dengan
gejala psikotik tanpa riwayat penggunaan zat psikoaktif. Pasien Tn.AP, 19 tahun datang diantar keluarga dengan keluhan
mengamuk, mendengar bisikan yang memerintah, melihat hal gaib, memiliki kekuatan membaca pikiran orang dan merasa
ada yang ingin mencelakakan dirinya. Tn.AP merupakan pasien NAPZA satu tahun yang lalu namun berhenti berobat. Pasien
mengaku menggunakan lem aibon, dextrometrophan, pil anjing, jamur tai sapi, Alprazolam dan Tramadol. Pasien
didiagnosis Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan Zat Multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya dan diberikan terapi
psikofarmaka, psikoterapi dan psikoedukasi.
Korespondensi: Brigita Sanina Manullang, alamat Jalan Sam Ratulangi nomor 22, Penengahan, Kedaton, Bandar Lampung,
HP 082368680886, e-mail bsmanullang@yahoo.co.id
setara dengan 4.173.633 orang2. berhenti minum obat dan keluhan mulai
Penyalahgunaan obat-obatan yang dirasakan kembali oleh pasien.
mengandung zat psikoaktif dapat Pasien merupakan pasien poli NAPZA
menghasilkan gejala psikotik. Pasien yang satu tahun yang lalu, namun setelah dua kali
menggunakan zat psikoaktif biasanya enggan kontrol, pasien berhenti berobat karena
mengungkapkan riwayat penggunaan merasa sudah sehat dan pindah ke Tangerang.
narkobanya sehingga terkadang hal ini dapat Selama pasien tinggal di Tangerang, pasien
merancukan diagnosis pada pasien dengan mengaku kembali menggunakan
gejala psikotik tanpa riwayat penggunaan zat Dextrometrophan, Alprazolam dan Tramadol.
psikoaktif2,4. Hal ini dilakukan hampir setiap hari bersama
Banyak penelitian epidemiologi dengan temannya. Pasien mengaku dalam
menunjukkan bahwa orang dengan riwayat sehari bisa menghabiskan sekitar satu box
penyalahgunaan zat psikoaktif dua kali lipat Dextrometrophan dan Tramadol, sedangkan
lebih banyak mengalami gejala psikotik untuk Alprazolam tergantung pemberian
dibandingkan dengan populasi umum5–7. teman pasien.
Penggunaan zat psikoaktif yang berkelanjutan Setelah tiga bulan berada di
juga berhubungan dengan berkembangnya Tangerang, pasien mulai mengalami perubahan
gejala depresif, gejala positif dan negatif dan perilaku dan merasakan keluhan-keluhan
menurunkan fungsi pasien secara global6,8. tersebut sehingga akhirnya pasien diantar
pulang oleh bibinya ke Lampung untuk kembali
Kasus berobat.
Tn. AP, laki-laki, usia 19 tahun, datang Pasien mengaku sudah menggunakan
dibawa oleh ibu dan pamannya ke Unit Gawat Dextromethorphan, Komix, Pil Anjing, lem
Darurat (UGD) Rumah Sakit Jiwa Provinsi Aibon dan jamur tai sapi semenjak kelas 2 SMA
Lampung hari Sabtu, 27 Juli 2019 pukul 03.00 dan hal itu sering dilakukan pasien bersama-
dengan keluhan mengamuk sejak dua hari yang sama temannya hampir setiap hari.
lalu. Pasien mengamuk dengan merusak Riwayat tumbuh kembang pasien baik
barang di rumah dan marah-marah kepada dengan pendidikan terakhir SMA, pasien saat
semua orang yang dia temui. Pasien juga ini tidak bekerja namun pernah bekerja sebagai
dikeluhkan berbicara sendiri, melantur saat satpam di sebuah rumah sakit dan tukang
diajak berbicara, sering memanjat plafon parkir. Pasien belum menikah namun memiliki
rumah karena merasa keluarga pamannya ingin seorang pacar dengan hubungan jarak jauh.
mencelakakan dirinya dan sulit tidur sejak lima Pasien beragama Islam dan mengaku
hari sebelum masuk rumah sakit. Keluarga beribadah meskipun masih tidak rutin. Riwayat
mengatakan bahwa pasien sering tidak tidur kehidupan militer, masalah psikoseksual serta
saat malam hari dan berkeliaran tanpa tujuan riwayat keluarga dengan keluhan serupa
di rumah. Pasien mengatakan bahwa dirinya disangkal.
melihat hal-hal gaib seperti bayangan jin dan Pada pemeriksaan status mental
mendengar bisikan yang menyuruh pasien ditemukan pasien seorang laki-laki sesuai usia,
memberhentikan mobil-mobil untuk kesadaran compos mentis, penampilan kurang
mengingatkan orang-orang akan kuasa Tuhan. rapi, cukup bersih, perilaku normoaktif, sikap
Pasien juga mengatakan bahwa dirinya yakin kooperatif terhadap pemeriksa, mood
mempunyai kekuatan untuk membaca pikiran hipotimia, afek terbatas, mood dan afek serasi.
orang lain setelah bersalaman dengan orang Pasien bicara spontan, artikulasi jelas, volume
tersebut. cukup, intonasi sedang, kuantitas cukup,
Pasien sebelumnya baru pulang ke kualitas cukup serta emosional. Pada persepsi
rumah selama sepuluh hari setelah ditemukan halusinasi auditorik dan halusinasi
sebelumnya dirawat di RSJD Provinsi Lampung visual, bentuk pikiran non-realistis dengan
selama satu bulan. Setelah lima hari berada di arus pikir koheren, pada isi pikir ditemukan
rumah, keluarga pasien mengaku mengundang waham kebesaran serta wahan rujukan.
Ustad untuk melakukan Rukiyah kepada Pengetahuan dan kecerdasan pasien sesuai
pasien, semenjak itu pasien mengaku mulai taraf pendidikan, daya ingat keseluruhan baik,
Majority | Volume 8 |Nomor 2 | Desember 2019 |2
Brigita Sanina Manullang dan High Boy K Hutasoit| Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Multipel pada Pria
Muda Usia 19 Tahun
(d.) Jamur tai sapi yang mengandung zat dikategorikan menjadi Gangguan Psikotik
Psilosibin yang mempunyai sifat Onset Lambat Akibat Penggunaan Zat Multipel
halusinogenika11. Zat ini adalah zat aktif dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya
dari jamur genus Psilocybe16. (F19.75) pada Aksis I.
(e.) Alprazolam merupakan obat golongan Berdasarkan kuisioner University of
benzodiazepin yang mempunyai efek Rhode Island Change Assessment Scale (URICA)
sedatif yang cukup besar12. Kasus kejadian memberi hasil skor 7,6 (fase pre-kontemplasi).
katatonia oleh penggunaan obat ini Hasil ini menunjukkan bahwa pasien tidak
pernah dilaporkan17. khawatir mengenai penggunaan zat psikoaktif
(f.) Tramadol yang merupakan salah satu obat dan juga tidak mempertimbangkan untuk
dengan golongan analgesik opioid12. mengubah perilakunya20. Hasil pemeriksaan
Laporan mengenai timbulnya gejala kuisioner Drug Abuse Screening Test (DAST)
psikotik akibat obat ini masih menjadi menghasilkan skor 12 (tingkat keparahan
perdebatan dan belum adanya teori dan substansi). Dua hasil kuisioner ini akan
pembuktian yang akurat mengenai berpengaruh pada rencana tatalaksana pasien
keadaan ini 18,19. selanjutnya21.
Berdasarkan riwayat penggunaan ini Pada aksis II tidak ditemukan adanya
dapat menegakkan adanya Gangguan Mental gangguan perkembangan (termasuk retardasi
dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel mental, gangguan perkembangan spesifik dan
dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya (F19)9 gangguan pervasif) dan gangguan kepribadian
pada pasien. (Z03.2)9. Pada aksis III juga tidak ditemukan
Kondisi klinis pasien saat diperiksa adanya gangguan fisik yang mempengaruhi
tidak ditemukan gangguan kesadaran dan keadaan mental pasien.
fungsi kognitif sehingga pasien dapat dikatakan Pada aksis IV ditemukan masalah
sedang tidak dalam kondisi Intoksikasi Akut dukungan keluarga karena kurangnya tenaga
(F1x.0)9. Pada pasien juga tidak ditemukan serta pengetahuan mengenai keadaan
adanya sindrom ketergantungan berupa obsesi pasien219,21. Pada skala penilaian fungsi secara
dan kompulsi untuk kembali menggunakan zat, global, ditemukan gejala pada pasien cukup
kesulitan mengontrol perilakunya, tidak ada kuat namun dalah kegiatan maupun kehidupan
gejala putus obat seperti anxietas maupun sehari-hari pasien masih dapat melakukannya
depresi, pasien tidak juga mengabaikan meski terkadang perlu dorongan sehingga
kesenangannya, dan tidak sedang untuk penilaian Global Assessment of
menggunakan zat-zat tersebut sehingga kondisi Functioning (GAF) Scale dapat dikategorikan
klinis pasien juga tidak dalam kondisi dengan gejala sedang, disabilitas sedang dalam
Penggunaan yang Merugikan (F1x.1), Sindrom fungsi, sehingga GAF 60-519.
Ketergantungan (F1x.2), Keadaan Putus Zat Tatalaksana pada pasien terdiri dari
(F1x.3) maupun Keadaan Putus Zat dengan psikofarmaka, psikoterapi dan psikoedukasi.
Delirium (F1x.4)9. Terapi psikofarmaka yang akan diberikan pada
Pemeriksaan status mental pada pasien didasari dengan gejala yang dialami oleh
pasien ditemukan adanya halusinasi berupa pasien21,22. Pada pasien ditemukan kumpulan
auditorik yang sifatnya menyuruh pasien untuk gejala psikotik tanpa adanya gejala depresif
melakukan sesuatu dan halusinasi visual serta maupun cemas, sehingga pilihan obat yang
waham kebesaran dan waham kejaran yang dapat diberikan adalah antipsikotik23. Pada
sudah muncul lebih dari dua minggu, maka pasien diberi Risperidone yang merupakan
diagnosis pasien menjadi Gangguan Mental antipsikotik generasi II (APG-II). Obat ini dipilih
dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel dengan dasar bahwa APG-II terbukti memiliki
dan Penggunaan Zat Psikoaktif lainnya dengan bermanfaat untuk mengontrol gejala positif
Gangguan Psikotik Onset Lambat (F19.75)9. maupun negatif serta memiliki resiko efek
Berdasarkan pemeriksaan status ekstrapiramidal lebih rendah jika dibandingkan
mental pada pasien ditemukan adanya gejala dengan antipsikotik generasi I(APG-I)21.
psikotik berupa halusinasi auditorik dan visual Risperidon diberi dengan dosis 2x2mg23.
serta waham kebesaran dan rujukan
Majority | Volume 8 |Nomor 2 | Desember 2019 |4
Brigita Sanina Manullang dan High Boy K Hutasoit| Gangguan Psikotik Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif Multipel pada Pria
Muda Usia 19 Tahun