Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329948239

Mengujikan Internet Addiction Test (IAT) ke Responden Indonesia

Preprint · December 2018


DOI: 10.31227/osf.io/7ag4w

CITATIONS READS

0 3,733

3 authors:

Rahman Azis Prasojo Devira Anggi Maharani


Bandung Institute of Technology Bandung Institute of Technology
16 PUBLICATIONS   47 CITATIONS    6 PUBLICATIONS   8 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Muhammad ogin Hasanuddin


Bandung Institute of Technology
2 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Cubesat Satellite for AIS Receiver using PIC16F877A View project

Human Machine Interaction View project

All content following this page was uploaded by Rahman Azis Prasojo on 06 August 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Abstract—Internet telah menjadi bagian tak terpisahkan Dari beberapa definisi tentang adiksi di internet, banyak
dari kehidupan Manusia. Sejumlah penelitian mengemukakan peneliti yang membuat instrument diagnostik untuk adiksi
konsep kecanduan internet sebagai disorder. Tujuan dari internet salah satunya yang diusulkan oleh Young pada tahun
penulisan artikel ini adalah untuk mengujikan IAT 1996. Young sebagai pelopor studi tentang adiksi internet,
menggunakan Bahasa Indonesia dengan responden 514 orang mengembangkan Internet Addiction Test (IAT) berdasarkan
kemudian melakukan pembahasan tentang perdebatan adiksi kriteria DSM-IV yang salah satunya adalah untuk judi
internet berdasarkan sisi filsafat ilmu pengetahuan. Hasil uji patologis [11]. IAT olah Young ini merupakan alat
reabilitas yag dilakukan menghasilkan reabilitas yang baik,
penyaringan paling populer yang terdiri dari 20 item dan
yaitu Cronbach’s Alpha 0.895 dan hasil uji validitas dari 20
telah terbukti dapat diandalkan dan valid [12]. Versi aslinya
pertanyaan hanya pada pertanyaan 7 yang memiliki koefisien
korelasi yang lebih rendah dari 0.4 sehingga jika dilihat dari
disusun dalam Bahasa Inggris Amerika dan telah
sisi filsafat ilmu pengetahuan, dengan melakukan survey dan diterjemahkan secara psikometri dievaluasi dalam Bahasa
perhitungan statistika, IAT membuktikan bahwa IAT adalah Italia, Prancis, Jerman, Persian dan Korea
logis,terbukti secara empirik sehingga termasuk dalam [13][14][15][16][17].
kategori sains dan bukan pseudosains. Meskipun IAT adalah salah satu instrument paling umum
Keywords—Adiksi Internet, Filsafat Ilmu Pengetahuan. untuk menilai adiksi internet, penggunaannya tetap memiliki
beberapa masalah, menurut Demetrovics [8] instrumen
I. LATAR BELAKANG tersebut belum mengalami penyelidikan psikometri yang
ketat dan sistematis. Meski demikian, sampai saat ini IAT
Selama beberapa dekade terakhir, internet telah menjadi
oleh Young masih banyak digunakan. Tujuan dari penulisan
bagian tak terpisahkan dari kehidupan yang telah berevolusi
artikel ini adalah untuk mengujikan IAT menggunakan
tentang bagaimana manusia memperoleh informasi,
Bahasa Indonesia dengan responden 514 orang, melakukan
berkomunikasi, bekerja, belajar, dan bermain. Banyak
analisis terhadap hasil survey, dan melakukan pembahasan
sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan
tentang perdebatan adiksi internet berdasarkan sisi filsafat
internet yang berlebihan menyebabkan permasalahan seperti
ilmu pengetahuan.
kehilangan pekerjaan, kegagalan dalam pembelajaran, dan
perceraian dalam rumah tangga. Dalam 10 tahun terakhir,
sebagian besar peneliti di bidang ini telah menggunakan II. PENGERTIAN ADIKSI INTERNET
istilah adiksi internet atau gangguan adiksi internet. Adiksi Internet umumnya dikategorikan dengan label
“kecanduan teknologi” [2]. Menurut Kandell, adiksi internet
Awalnya, konsep dari adiksi menjadi perdebatan besar sebagai ketergantungan psikologis apapun jenis kegiatannya
selama bertahun-tahun Konsep tersebut tidaklah mudah di internet dalam sekali login [3]. Adiksi internet ditandai
untuk didefinisikan, tetapi hal itu bergantung dari aktivitas dengan keasyikan yang berlebihan atau kurang terkontrol,
yang dilakukan. Bagi para ahli, konsep adiksi adalah hal dorongan atau perilaku mengenai penggunaan komputer dan
yang berkaitan dengan obat-obatan [1] sehingga sebagian akses internet yang menyebabkan gangguan atau
besar definisi adiksi pada kamus yaitu tentang obat-obatan.
penderitaan [18]. Black et al. mendefinisikan adiksi internet
Kemudian, konsep adiksi mengalami perkembangan seperti
adalah pengguna komputer yang kompulsif [19]. Dalam
[2][3][4] yang melihat jumlah perilaku berpotensi adiktif
tanpa melibatkan konsumsi obat. Hal ini termasuk perilaku fenomena adiksi internet, terdapat lima subtype telah
yang beragam seperti perjudian [5], makan [6], seks [7], dan diklasifikasikan yaitu [20] :
internet [8].
1. Adiksi Cybersexual: individu terlibat dalam perilaku
Ivan Goldberg, seorang psikiater di New York, pertama melihat, mengunduh, dan menjual pornografi
kali mendeskripsikan suatu kondisi yang disebut Internet online.
Addiction Disorders pada tahun 1995. Goldberg 2. Adiksi Cyber-relational: orang lain terlibat dalam
mendefinisikan Adiksi Internet (AI) sebagai pola maladaptif
hubungan secara online dan lebih penting daripada
dari penggunaan internet yang mengarah pada gangguan
kehidupan sebenarnya.
klinis atau penderitaan yang ditandai dengan adanya gejala-
gejala khusus [4]. Menurut Beard, adiksi internet merupakan 3. Net compulsions: seperti perjudian, belanja, dan
penggunaan internet yang berlebihan yang menyebabkan perdagangan online.
gangguan kondisi psikologis individu (baik mental dan
emosional), serta pendidikan atau pekerjaan dan sosial 4. Informasi yang berlebihan: terlalu sering melakukan
mereka [9]. Menurut Young [10] definisi adiksi internet pencarian informasi dari internet
adalah ketidakmampuan untuk mengontrol penggunaan 5. Adiksi Komputer: individu yang terlibat dengan
internet seseorang yang mengakibatkan kerusakan serius
game yang sangat berlebihan.
berbagai aspek kehidupan.
III. ADIKSI INTERNET DITINJAU DARI 3 TEORI REALITAS beberapa gejala adiksi dari sumber yang berbeda-beda.
Pada buku The Routledge Companion oleh Martin Curd Beberapa penjelasannya adalah:
membahas tentang epistemik dari teori relativisme.
TABLE I. GEJALA-GEJALA ADIKSI INTERNET [22]
Epistemik relativisme yang dimaksud adalah pandangan
yang menyatakan bahwa sains selalu terikat oleh sejarah,
budaya, konseptual tertentu dan kebenarannya hanya relatif
terhadap kondisi produksi para saintis [21]. Konsepsi
objektivitas sains tentang realism ilmu pengetahuan terdiri
dari tiga macam teori realistas yaitu realitas yang
dikonstruksi, realitas yang dipersepsi, dan realitas objektif
(apa adanya).
1. Realitas Objektif
Adiksi internet jika dilihat dari teori realitas objektif
yaitu banyaknya peneliti yang yakin bahwa terdapat
perilaku adiksi internet dimana proposal pertama kalinya
yang digunakan untuk mendiagnosis kriteria DSM-IV
sebagai gangguan adiksi internet yaitu oleh Dr. Young pada
tahun 1996 menggunakan Diagnostic Questionnaire (YDQ).
Berbagai macam kriteria adiksi internet ini banyak
diusulkan dan dipelajari oleh peneliti-peneliti lainnya, dan
beberapa diantaranya telah divalidasi. Usulan tersebut
diperkuat kembali dengan beberapa alat penilaian untuk
mengevaluasi yaitu Questionnaire, Young’s Internet
Addiction Test, the Problematic Internet Use Questionnaire
(PIUQ) yang dikembangkan oleh Demetrovics, Szeredi, dan
Pozsa, dan The Compulsive Internet Use Scale (CIUS). Ini Mood modification, menurut Young yaitu merasa ketakutan
semua dalah contoh intrumen yang digunakan untuk menilai bahwa hidup tanpa internet akan membosankan, hampa, dan
adanya adiksi internet. MRI (Magnetic Resonance Imaging) tidak bahagia. Antonius [23] mengatakan bahwa terlibat
Menggunakan Siemens 3.0 T Scanner dengan serangkaian dalam perilaku untuk mengelola suasana hati atau mood
192 gambar anatomi resolusi tinggi. dicirikan sebagai bagian dari model adiksi perilaku
(addcition behavior). Penulis yang lain Zillman,
2. Realitas Persepsi menyebutkan bahwa hal ini merupakan keadaan dimana
Realitas persepsi memandang adiksi internet terdapat seseorang memilih media online untuk memelihara
hubungan adiksi internet dengan mekanisme otak menurut rangsangan homeostasis diantara stimulasi berlebih dan
beberapa ahli. Dari beberapa pendapat tersebut kurang.
menunjukkan kesamaan hasil terhadap gangguan Tolerance, menurut Young yaitu menghabiskan lebih
penggunaan obat. Oleh karena itu, pembuktian ini banyak waktu on-line. Konsep toleransi ini mengacu pada
diklasifikasikan atau dinamakan sebagai adiksi internet. proses dimana banyak aktivitas tertentu yang diperlukan
3. Realitas yang dikonstruksi untuk mencapai efek sebelumnya. Contoh pecandu heroin
perlu meningkatkan dosis untuk mendapatkan jenis perasaan
Perdebatan yang berlangsung tentang cara terbaik untuk yang sama dari dosis sebelumnya yang lebih kecil. Dalam
mengklasifikasikan perilaku yang dicirikan oleh berjam-jam dunia perjudian, toleransi melibatkan penjudi secara
lamanya untuk menghabiskan waktu bermain komputer / bertahap harus meningkatkan ukuran taruhan agar
internet/ video game, semua hal yang berhubungan dengan mengalami efek suasana hati yang awalnya diperoleh
teknologi yang disertai dengan perubahan suasana hati, dengan taruhan yang jauh lebih kecil.
keasyikan dengan internet dan media digital lainnya,
ketidakmampuan untuk mengontrol jumlah waktu yang Withdrawal, perasaan tidak menyenangkan dan murung
dihabiskan berinteraksi dengan teknologi digital. Beberapa ketika sedang tidak online atau pada saat tidak sedang
peneliti dan praktisi kesehatan mental melihat penggunaan online. Biasanya memiliki sikap pemarah, stress, tegang,
internet yang berlebihan sebagai gejala gangguan. atau lebih fisiologis seperti mual, berkeringat, sakit kepala.
Konsensus yang berkembang bahwa konstelasi gejala ini Efek dari withdrawal ditulis oleh Orford [24] tentang adiksi
adalah kecanduan. Kemudian, American Society of obat dan adiksi perilaku seperti perjudian yang
Addiction Medicine (ASAM) merilis definisi baru menunjukkan gejala withdrawal [5].
kecanduan sebagai gangguan otak kronis, secara resmi Conflict/external consequences, konflik yang berkaitan
mengusulkan untuk pertama kalinya bahwa kecanduan tidak dengan kegiatan tertentu (pekerjaan, kehidupan sosial, dan
dibatasi karena penggunaan zat. hobi) bahkan dengan orang-orang di sekitarnya (konflik
interpersonal) atau dengan individu itu sendiri (konflik
IV. GEJALA-GEJALA ADIKSI INTERNET intrapsikik)[5]. Konflik dalam kehidupan pecandu ini,
Beberapa diagnostik kriteria dari adiksi internet yang mereka mengorbankan hubungan pribadi (misal pasangan,
paling populer ditunjukkan pada Tabel 1 dimana terdapat anak-anak, kerabat, dan teman), kehidupan di dunia kerja
atau pendidikan, dan kegiatan sosial. Bagi para pecandu,
mereka mengalami kehilangan kontrol secara subjektif. Start

Relapse, yaitu kecenderungan untuk kembali online atau


Questionnaire preparation (IAT
ketika pecandu ingin berhenti tetapi tidak berhasil. Contoh
based on Dr. Young)
perilaku relapse adalah para perokok yang sering tidak
tahan untuk jangka waktu tertentu dan kembali merokok.
Relapse tersebut biasa terjadi pada semua adiksi termasuk Indonesian version IAT (Dr. Rakhmat)
adiksi perilaku[2].
Craving/Anticipation, merasa antisipasi ketika sedang Prepare online questionnaire
online. Modify
using Google Sheets
Lying/Hiding use, menyembunyikan bahwa sedang online.
Salience/Preoccupation, merasa sedang online ketika Conducting small survey
offline seperti perasaan menantikan waktu untuk dapat (201 Respondents)
beraktifikas online atau pikiran-pikiran yang terkait dengan
aktifitas online sebelumnya sehingga ingin segera kembali
Internal reliability test
online. (Cronbach Alpha)

V. SURVEY UJI KECANDUAN INTERNET


1. Metodologi Satisfied?
Penelitian ini menggunakan versi Indonesia dari IAT,
yang dikembangkan Dr. Rakhmad [[25]] berdasarkan versi
Bahasa Inggris IAT Dr.Young [[11]]. Penyusunan kuesioner Conducting larger survey
menggunakan sarana Google Sheets dan disebarkan melalui (514 Respondents)
whatsapp melalui kontak pribadi dan grup. Pengujian
reliabilitas menggunakan Cronbach alpha. Sebanyak 201
responden telah mengisi kuesioner yang telah dibagikan, Internal reliability test
dan didapatkan hasil uji reliabilitas yang baik. Survey lebih (Cronbach Alpha) and Validity test
lanjut telah dilakukan dengan total responden 514,
kemudian dilakukan analisis deskriptif dan inferensial.
Descriptive and
Untuk mengukur tingkat level adiksi internet, kuesioner Inferential Analysis
IAT ini dibuat dengan 20 pertanyaan sebagai berikut[25]:
1. Seberapa sering Anda online lebih lama dari yang Finish
Anda rencanakan?
2. Seberapa sering Anda mengabaikan tugas rumah Gambar 1. Alur survey IAT
tangga demi bisa online lebih lama?
3. Seberapa sering Anda lebih memilih kesenangan 12. Seberapa sering Anda merasa takut bahwa hidup
main internet dibandingkan menghabiskan waktu tanpa internet itu akan membosankan, tidak
bersama teman? bermakna, dan tidak menyenangkan?
4. Seberapa sering Anda menjalin pertemanan baru 13. Seberapa sering Anda menggerutu, membentak,
dengan sesama pengguna internet? atau merasa kesal ketika ada orang yang
5. Seberapa sering orang lain dalam hidup Anda mengganggu ketika Anda sedang online?
mengeluh karena seringnya Anda menghabiskan 14. Seberapa sering Anda kehilangan jam tidur karena
waktu untuk online? bergadang demi bisa online saat malam?
6. Seberapa sering nilai Anda turun atau tugas 15. Seberapa sering Anda memikirkan internet ketika
sekolah Anda tercecer karena Anda sering online? sedang offline dan berkhayal sedang online?
7. Seberapa sering Anda memeriksa email dulu 16. Seberapa sering Anda berkata “sebentar lagi”
sebelum melakukan hal lain? ketika sedang online?
8. Seberapa sering kualitas pekerjaan atau 17. Seberapa sering Anda berusaha mengurangi waktu
produktivitas Anda merosot karena internet? untuk online tapi gagal?
9. Seberapa sering Anda jadi mudah tersinggung atau 18. Seberapa sering Anda merahasiakan sudah berapa
tertutup jika ada orang yang bertanya apa yang lama Anda online?
Anda lakukan saat online? 19. Seberapa sering Anda lebih memilih online
10. Seberapa sering Anda menutupi kecemasan Anda daripada keluar dengan teman-teman?
tentang kehidupan nyata dengan nyamannya hidup 20. Seberapa sering Anda merasa tertekan, tidak
dunia intenet? bersemangat, atau cemas ketika offline, dan rasa itu
11. Seberapa sering Anda menunggununggu waktu hilang begitu Anda online lagi?
kapan bisa online lagi?
Dari 20 pertanyaan di atas, kuesioner IAT yang dibagikan
memiliki 20 pertanyaan dengan masing-masing pertanyaan
memiliki nilai minimal 0 dan maksimal 5. Penilaian total
yang didapatkan adalah dengan menjumlahkan nilai yang
didapat. Pengelompokan nilai total berdasarkan berikut.
• 0-30 : Tingkat penggunaan internet yang normal
• 31-49 : Kecanduan internet ringan (mild)
• 50-79 : Kecanduan internet sedang (moderate)
• 80-100: Kecanduan internet parah (severe)
Pada Gambar 2 merupakan alur dari survey IAT. Selain
penilaian total, juga dilihat masing-masing gejala dari
kecanduan internet yang dijabarkan dalam IAT-Manual
sebagai berikut.
• Salience (q10,q12,q13,q15,q19)
• Penggunaan berlebihan (q1,q2,q14,q18,q20)
• Antisipasi (q7,q11)
• Mengabaikan pekerjaan (q6,q8,q9)
• Kurang kontrol (q5,q16,q17) Gambar 3. Hasil nilai survey IAT
• Mengabaikan kehidupan social (q3,q4)
a. Pengujian validitas-Pearson Correlation
2. Hasil dan Pembahasan Hasil uji validitas menunjukkan hasil yang baik dari 20
Sebanyak 201 responden (survey kecil) telah mengisi pertanyaan Kuesioner IAT dan terdapat satu pertanyaan
kuesioner yang telah dibagikan, dan didapatkan hasil uji (Q7) yang memiliki koefisien korelasi dibawah 0.4. Q7
reliabilitas yang baik dengan Cronbach alpha (CA) (Seberapa sering Anda memeriksa email dulu sebelum
mencapai 0.86. Nilai CA diatas 0.7 menunjukkan melakukan hal lain?) – Bisa jadi sudah tidak relevan dengan
konsistensi internal yang memadai. Survey yang lebih luas keadaan sekarang, mungkin dapat diganti “Seberapa sering
kemudian dilakukan, dan didapatkan jawaban dari 514 anda memeriksa notifikasi di gadget sebelum melakukan
responden. hal lain”. Pada Tabel 2 menunjukkan hasi pengujian
validitas.
Survey pada 514 responden mendapatkan sebaran umur
responden mulai dari 14 hingga 61 tahun, dengan jumlah TABLE II. UJI VALIDITAS-PEARSON CORRELATION
responden laki-laki sebanyak 310 dan perempuan sebanyak
204. Sebaran nilai IAT yang didapatkan yang paling rendah
8 hingga yang paling tinggi 82. Nilai rata-rata IAT dari 514
responden adalah 36.66. Frekuensi nilai IAT ditunjukkan
pada Gambar 2.
Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa responden yang
menjadi sasaran sebagian besar termasuk pada kategori
tingkat penggunaan internet yang ringan sedangkan
sebagian kecil tergolong pada kategori Kecanduan internet
sedang dan Kecanduan internet parah.

Histogram of IATScore
Normal
120 Mean 36.66
StDev 11.63
N 514

100
b. Pengujian reliabilitas-Cronbach Alpha
80 Pengujian reliabilitas dilakukan terhadap IAT berbahasa
Frequency

Indonesia berdasarkan jawaban dari 514 responden. Uji


60
reliabilitas dilakukan dengan menghitung Cronbach Alpha
dengan perhitungan sebagai berikut
40

20

dimana, N adalah jumlah item, c-bar adalah rata-rata


0
0 18 36 54 72 90 covariance dari item tersebut, dan v-bar adalah rata-rata
IATScore variansi.
Gambar 2. Histogram dari nilai IAT 514 responden Hasil reliabilitas yang didapatkan termasuk pada level
yang baik, dengan Cronbach Alpha sebesar 0.895, dimana
Cronbach Alpha diatas 0.7 dianggap memiliki reliabilitas
yang baik.
c. Pengujian hipotesis hubungan usia dengan nilai IAT d. Pengujian hipotesis hubungan jenis kelamin dengan
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis chi- nilai IAT
square. Pada hipotesis hubungan usia dengan nilai IAT, Pengujian hipotesis hubungan jenis kelamin dengan
didapatkan Pearson Chi-Square sebesar 77.11 dengan nilai IAT dilakukan dengan analisis chi-square, didapatkan
Derajat Kebebasan 9, dengan nilai P<0.05. Hal ini Pearson Chi-Square sebesar 5.13 dengan Derajat
menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan nilai Kebebasan 3, dan nilai P>0.05. Uji hipotesis ini
IAT. menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis
kelamin dan nilai IAT berdasarkan jawaban dari responden
TABLE III. JUMLAH RESPONDEN PADA TIAP KATEGORI HASIL IAT pada penelitian ini. Pada pengujian ini, nilai rata-rata pada
BERDASARKAN UMUR
responden laki-laki dan perempuan tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Gambar 7 menunjukkan
Age Normal Mild Moderate Severe histogram hasil IAT berdasarkan jenis kelamin.
Histogram of IATScore
Normal
<22 28 118 38 0 0.05 Gender
L
22-34 53 101 19 2 P
Mean StDev N
34-45 54 54 0 0 0.04 35.73 10.87 130
35.45 10.79 71
>45 29 7 3 0
0.03

Density
Nilai total IAT berdasarkan umur ditunjukkan pada
0.02
Tabel 3. Terdapat kecenderungan yang menunjukkan bahwa
pada responden dengan usia kurang dari 22 tahun memiliki
0.01
rata-rata nilai total IAT yang tinggi, yaitu 41.40. pada
kelompok usia 22-34 dan 34-45 tahun, rata-rata nilai IAT
0.00
didapatkan 35.98 dan 32.92 berturut-turut. Sementara pada 0 12 24 36 48 60 72
IATScore
kelompok umur diatas 45 tahun memiliki nilai rata-rata yang
lebih sedikit yaitu 28.46. Tabel 2 menunjukkan jumlah Gambar 7. Histogram dan nilai rata-rata hasil IAT
responden pada tiap kategori nilai IAT. Pada umur dibawah berdasarkan gender
22 tahun dan 22-34 tahun, kecanduan internet ringan yang
jumlahnya paling banyak, mencapai 118 dan 101 berturut- Berdasarkan gejala yang dikemukakan pada IAT-
turut. Manual, dilakukan analisis terhadap jawaban dari kelompok
pertanyaan masing-masing gejala. Pada semua kelompok
umur, ditemukan kecenderungan yang sama. Masing-
masing gejala menunjukkan turunnya nilai rata-rata
berdasarkan meningkatnya umur. Hal ini ditunjukkan oleh
gambar 8 dan gambar 9.

Gambar 5. Histogram dan nilai rata-rata dari hasil IAT


berdasarkan umur
Histogram of IATScore
Normal
0.08 AgeIndex
<22
>45
0.07 22-34
34-45

0.06 Mean StDev N


41.40 10.56 184
28.46 10.76 39
0.05 35.98 12.15 175
32.92 9.544 116
Density

0.04

0.03 Gambar 8. Histogram dan nilai rata-rata hasil IAT


0.02 berdasarkan gejala kecanduan internet
0.01

0.00
0 18 36 54 72 90
IATScore

Gambar 6. Histogram dan nilai rata-rata dari hasil IAT


berdasarkan umur

Pada Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa berdasarkan


umur responden, kelompok yang lebih muda memiliki
kecenderungan tingkat internet yang lebih tinggi.
Kimberly Young melakukan publikasi awal tentang IA
Berdasarkan publikasi Kimberly Young [11], Brenner [27],
Greenfield [28] mulai meneliti eksistensi IA, diikuti Kuss &
Griffiths[5]; Kuss et al.[29]; Widyanto & Griffiths [30].
Terjadi revolusi bahwa IA diteliti sebagai sebuah disorder.
Hal ini diperkuat penelitian yang menggunakan
neuroscience, Seperti Park [31][32][33] – adanya kesamaan
antara adiksi karena substance dan internet.
Dari pengujian yang dilakukan ini IAT menjadi lebih
handal, tertangguhkan atau coroborated. Sains itu tidak
hanya bersifat objektif tetapi di dalamnya terdapat
subjektifitas ada pro dan kontra tentang adiksi internet,
banyak pandangan, sehingga dalam hal ini kemungkinan
Gambar 9. Rata-rata nilai tiap gejala per kelompok umur
subjek pada latar belakang peneliti juga berpengaruh.
Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa berdasarkan VIII. KRITIK ATAS KONSEP ADIKSI INTERNET
gejala, semua kelompok umur memiliki kecenderungan
Terdapat beberapa kritikan atas konsep dari adiksi
yang sama.
internet diantaranya adalah:

VI. PERDEBATAN TENTANG ADIKSI INTERNET DARI SISI 1. Penggunaan Internet Spesifik/General?
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN • Beberapa penelitian membedakan dua tipe penggunaan
Menurut Popper, syarat sains “Suatu sistem disebut Internet, spesifik (Online Gaming atau Menonton
saintifik hanya jika ia bisa diuji dalam arti memiliki Pornografi) dan general (tidak terbatas pada satu tipe
kemungkinan difalsifikasi dengan pengalaman.”[26]. aktivitas).
Menurut kriteria Popper, IAT sebagai media pengukuran • Apakah internet sebagai goal, atau sebagai sarana
adiksi internet adalah sains dan uji hipotesa merupakan penyedia menuju goal tersebut. Karena apabila spesifik,
prinsip dari Karl Popper. Dengan hasil beberapa pengujian maka baik itu online atau offline, kecenderungannya
dari 514 responden yaitu dimulai dari pengujian reability sama.
Cronbach’s alpha 0,895 (good) dan difalsifikasi ala Popper • General: Perilaku yang hanya bisa dilakukan secara
pada pertanyaan (Q7) yang tidak relevan karena memiliki online, spt sosmed. – Bisa dikatakan kecanduan
koefisien korelasi dibawah 0.4 dengan pertanyaan Q7 internet.
(Seberapa sering Anda memeriksa email dulu sebelum • IAT belum dapat menjawab pertanyaan tsb.
melakukan hal lain?) mungkin dapat diganti “memeriksa • Yellowlees & Marks 2007; Adiksi Internet tidak ada,
notifikasi di gadget sebelum melakukan hal lain”. internet hanya sebagai medium untuk menuju aktivitas
Hypothesis 1 Test (Usia dengan IATScore) Chi-Square yang spesifik.
Test dengan nilai P-Value < 0.05 menyatakan bahwa ada
hubungan antara umur dan skor IAT dan berdasarkan umur 2. Penggunaan Internet Kompulsif
responden, kelompok yang lebih muda memiliki • Griffiths 2000; Kebanyakan pengguna tidak kecanduan
kecenderungan tingkat internet yang lebih tinggi. Skor IAT internet, hanya menggunakan internet berlebihan.
berdasarkan jenis kelamin memiliki nilai Chi-Square P- • Lebih cocok menggunakan nama “Penggunaan Internet
Value>0.05 sehingga menyatakan bahwa tidak ada yang Kompulsif”, daripada “Adiksi Internet”
hubungan jenis kelamin dan nilai IAT. Berdasarkan gejala,
semua kelompok umur memiliki kecenderungan yang sama. 3. Kritik Grohol terhadap Lingkaran ilmiah Young
Berdasarkan gejala, semua kelompok umur memiliki • Grohol [34] penelitian awal dari munculnya konsep
kecenderungan yang sama. adiksi internet (atau kecanduan internet) adalah berupa
Jadi, IAT termasuk realitas saintifik dan bukan pseudo survei ekplorasi, yang tidak dapat memberikan
saians karena IAT telah logis, empirik dan dapat diuji atau informasi tentang keterkaitan antara perilaku seseorang
difalsifikasikan dengan hasil uji reabilitas yang baik yaitu dan penyebabnya.
Cronbach’s alpha 0.895. Akan tetapi, terdapat beberapa • Tidak ditemukannya korelasi antara interaktivitas
catatan atau kritikan yang jika tanpa mempertimbangkan fungsi internet dan kecanduan fungsi internet dari hasil
beberapa kritikan tersebut nantinya praktik-praktik dan survey tersebut.
pengembangan bergeser menjadi pseudo-sains.
IX. CONCLUDING REMARKS
Setelah melakukan pengujian IAT menggunakan
VII. PERGESERAN PARADIGMA DAN SUBYEKTIFITAS Bahasa Indonesia dengan responden 514 orang, dilakukan
SAINS-KUHN
analisis terhadap hasil survey, dan membahas tentang
Suatu paradigma berisi suatu pandangan yang dapat perdebatan adiksi internet berdasarkan sisi filsafat ilmu
dipengaruhi oleh latar belakang, ideologi, relasi kekuasaan, pengetahuan, didapatkan beberapa hal sebagai berikut.
dan fanatisme mendasar tentang apa yang menjadi inti
persoalan suatu ilmu. Istilah Internet Addiction Disorder 1. Konsep Adiksi Internet
oleh Ivan Goldberg sebagai parodi dari DSM yang
digunakan untuk mengukur disorder baru. Pada 1996,
• Kecanduan internet adalah keasyikan, dorongan, dan kecenderungan tingkat kecanduan internet yang lebih
perilaku yang berlebihan atau dikendalikan secara tidak tinggi.
benar mengenai penggunaan Internet yang
menyebabkan gangguan atau kesulitan dalam beberapa 4. Kesimpulan
domain kehidupan. • Telah diujikan pada 514 responden Indonesia, dengan
• Fenomena berlama-lama online yang terjadi pada mayoritas “Mild level of Internet Addiction”
seseorang menjadi salah satu gejala bahwa seseorang • IAT masih menjadi alat pengukuran Adiksi Internet
mengidap kecanduan internet. yang banyak digunakan dengan versi Bahasa Indonesia
• Kebanyakan penelitian mendeskripsikan Adiksi Internet nya telah diuji menghasilkan Validitas dan Reliabilitas
dari gejala yang ditimbulkan yang baik
• Pendalaman dan penyempurnaan lebih lanjut tentang • Tetapi masih terdapat perdebatan diantara para ahli
adiksi internet diperlukan tentang konsep adiksi internet dan IAT secara khusus.
• Diperlukan perbaikan atau penyesuaian kuesioner • Kuesioner ini adalah falsifiable.
berdasarkan perkembangan jaman dan subjek yang • IAT sebagai media pengukuran Adiksi Internet
diteliti. • Jadi, IAT termasuk realitas saintifik dan bukan pseudo
sains karena iat sudah logis, empirik, dan dapat
2. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas diuji/difalsifikasi. Pengujian dari penelitian ini berhasil
• Telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap 20 dengan hasil uji reliabilitas yang baik, yaitu cronbach’s
pertanyaan kuesioner IAT berbahasa Indonesia alpha: 0.895
berdasarkan jawaban dari 514 responden. • Akan tetapi, terdapat beberapa catatan atau kritikan
• Hasil uji reliabilitas yang dilakukan menghasilkan yang jika tanpa mempertimbangkan beberapa kritikan
Reliabilitas yang baik, yaitu Cronbach’s Alpha: 0.895. tersebut nantinya praktik-praktik dan pengembangan
• Hasil uji validitas menghasilkan koefisien korelasi yang bergeser menjadi pseudo-sains.
baik dari 20 pertanyaan, hanya pada pertanyaan 7 • Tidak ada induksi dalam IAT, pemberian skor adalah
memiliki koefisien korelasi yang lebih rendah dari 0.4. cara mengukur.
• Q7 (Seberapa sering Anda memeriksa email dulu • Kritik-kritik yang ada dapat digunakan bahan
sebelum melakukan hal lain?) – Bisa jadi sudah tidak pengembangan dan perbaikan IAT kedepan sehingga
relevan dengan keadaan sekarang, mungkin dapat dapat menjadi semakin Corroborated.
diganti “memeriksa notifikasi di gadget sebelum
melakukan hal lain”.
REFERENCES
3. Hasil Survey Responden Indonesia [1] M. B. Walker, “Some problems with the concept of
‘gambling addiction’: Should theories of addiction be
generalized to include excessive gambling?,” J. Gambl.
Behav., vol. 5, pp. 179–200, 1989.
[2] M. Griffiths, “Internet addiction-time to be taken
seriously?,” Addict. Res., vol. 8, no. 5, pp. 413–418, 2000.
[3] K. JJ., “Internet Addiction on Campus: The Vulnerability
of College Students,” CyberPsychology Behav., vol. 1, no.
1, pp. 11–17, 1998.
[4] I. K. Goldberg, “Internet Addictive Disorder (IAD)
Diagnostic Criteria,” 1996. [Online]. Available:
http://www.psycom.net/iadcriteria.html.
[5] H. M. P. and J. B. Mark D. Griffiths , Daria J. Kuss,
“Where do gambling and internet ‘addictions’ belong?
The status of ‘other’ addictions Mark,” Int. Gaming Res.
Unit, pp. 1–48.
[6] G. A. Meule A, “Food addiction in the light of DSM-5,”
Nutrients, vol. 6, no. 9, 2014.
• Dari hasil survey pada 514 responden Indonesia, [7] L. Carnes, P. J., Murray, R. E., & Charpentier, “Bargains
responden yang menjadi sasaran sebagian besar with chaos: Sex addicts and addiction interaction
termasuk pada kategori “Mild level of internet
disorder,” Sex. Addict. Compulsivity, vol. 12, pp. 79–120,
addiction” sedangkan sebagian kecil tergolong pada
2005.
kategori Kecanduan internet sedang dan Kecanduan
internet parah. [8] R. S. Demetrovics Z, Szeredi B, “The three-factor model
• Dari 514 responden yang dikumpulkan, tidak of Internet addiction: the development of the Problematic
ditemukan perbedaan tingkat kecanduan internet antara Internet Use Questionnaire,” Behav Res Methods, vol.
laki-laki dan perempuan. Berdasarkan umur responden, 40(2), 2008.
pada kelompok umur yang lebih muda, memiliki [9] K. W. Beard and E. M. Wolf, “Modification in the
Proposed Diagnostic Criteria for Internet Addiction,”
CyberPsychology Behav., vol. 4, no. 3, pp. 377–383, Routledge Companion to Philos. Race, pp. 1–561, 2017.
2001. [22] G. Gmel, L. Notari, and E. Schneider, Is there an Internet
[10] Y. KS, “Internet addiction: The emergence of a new Addiction and what distinguishes it from problematic
clinical disorder,” Cyber Psychol Behav, vol. 1, no. 3, pp. Internet use - An attempt to provide working definitions,
237–244, 1998. no. 93. 2017.
[11] K. S. Young, “Psychology of Computer Use : Xl . [23] A. Van Rooij and N. Prause, “A critical review of
Addictive Use of the Internet : a Case That Breaks the ‘Internet addiction’ criteria with suggestions for the
Stereotype,” Psychol, pp. 899–902, 1996. future,” J. Behav. Addict., vol. 3, no. 4, pp. 203–213,
[12] Z. Tsimtsiou, A. B. Haidich, S. Kokkali, T. Dardavesis, K. 2014.
S. Young, and M. Arvanitidou, “Greek version of the [24] J. Orford, “Excessive appetites: A psychological view of
Internet Addiction Test: A validation study,” Psychiatr. the addictions (2nd ed.),” Chichester: Wiley, vol. 2, 2001.
Q., vol. 85, no. 2, pp. 187–195, 2014. [25] J. Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Edisi Revisi).
[13] D. B. M. Ferraro G, Caci B, D’Amico A, “Internet Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2018.
addiction disorder: An Italian study,” CyberPsychology [26] D. Mahayana, Filsafat Ilmu Pengetahuan. 2018.
Behav., vol. 10, p. :170–175, 2007. [27] V. Brenner, “Psychology of computer use: XLVII.
[14] Z. D. Khazaal Y, Billieux J, Thorens G, Khan R, Louati Parameters of Internet use, abuse and addiction: the first
Y, Scarlatti E, Theintz F, Lederrey J, Van Der Linden M, 90 days of the Internet Usage Survey,” Psychol. reports
“French validation of the Internet Addiction Test,” 80, 1997.
CyberPsychology Behav., vol. 11, pp. 703–706, 2008. [28] D. N. Greenfield, “Psychological characteristics of
[15] K.-H. B. Barke A, Nyenhuis N, “The German version of compulsive Internet use: A preliminary analysis,”
the Internet Addiction Test: A validation study,” Cyberpsychology Behav. 2, pp. 403–412, 1999.
Cyberpsychology, Behav. Soc. Netw., vol. 15, p. :534– [29] M. Griffiths, H. Pontes, and D. Kuss, “Clinical
542, 2012. psychology of Internet addiction: a review of its
[16] A. Mohagheghi, M. Alizadeh, F. Shahriari, and S. Jabbari, conceptualization, prevalence, neuronal processes, and
“Validity, Reliability and Psychometric Evaluation of implications for treatment,” Neurosci. Neuroeconomics,
Persian Version of Young Internet Addiction no. January, p. 11, 2015.
Questionnaire For Tabriz University and Tabriz [30] M. Widyanto, L. & Griffiths, “‘Internet addiction’: a
University of Medical Sciences Students,” Res. Dev. Med. critical review,” Int. J. Ment. Heal. Addict. 4, pp. 31–51,
Educ., vol. 4, no. 2, pp. 153–157, 2016. 2006.
[17] K. Lee, H. Gyeong, B. Yu, Y. M. Song, H. K. Lee, and D. [31] S. Park, B., Han, D. H. & Roh, “Neurobiological findings
Kim, “Reliability and validity of the Korean version of the related to Internet use disorders.,” Psychiatry Clin.
internet addiction test among college students,” J. Korean Neurosci., 2016.
Med. Sci., vol. 28, no. 5, pp. 763–768, 2013.
[32] Y. Achab, S., Simon, O., Müller, S., Thorens, G.,
[18] M. Shaw and D. W. Black, “Internet Addiction and Martinotti, G., Zullino, D. & Khazaal, “Internet addiction.
Clinical Management,” CNS Drugs, vol. 22, no. 5, pp. In N. El-Guebaly, G. Carra & M. Galanter (Eds.),” Textb.
353–366, 2006. Addict. Treat. Int. Perspect., pp. 1499–1513, 2015.
[19] S. S. Black DW, Belsare G, “Clinical features, psychiatric [33] F. Rumpf, H.-J., Arnaud, N., Batra, A., Bischof, A.,
comor- bidity, and health-related quality of life in persons Bischof, G., Brand, M., Gohlke, A., Kaess, M., Kiefer and
reporting compulsive computer use behavior,” J Clin T. & Leménager, “Memorandum Internetbezogene
Psychiatry., vol. 60, no. 12, pp. 839–844, 1999. Störungen der Deutschen Gesellschaft für Suchtforschung
[20] R. Poli, “Internet addiction update: diagnostic criteria, und Suchttherapie (DG-Sucht),” sucht, pp. 167–172,
assessment and prevalence,” Neuropsychiatry (London)., 2016.
vol. 7, no. 1, pp. 4–8, 2017.
[21] P. C. Taylor, L. M. Alcoff, and L. Anderson, “The
routledge companion to the philosophy of race,”

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai