Anda di halaman 1dari 34

Peran Wanita Pada Masa Restorasi Meiji

Kelompok 4
Alfath Iqbal Khoir Piszry (1906391074)
Bimo Naufal Wicaksono (1906391093)
Dinda Fadlika Yorinada (1906306981)
Fathia Aufa Syahidah (1906368430)
Muh Fadlan Jagad Miftah Saleh (1906303216)
Shafitri Diniyah Andrayani (1906303935)
01 02
Kehidupan Wanita
03
Bias Gender di
Latar Belakang
Restorasi Meiji Jepang Pada Zaman Jepang
Restorasi Meiji

04
Tokoh-Tokoh
05
Pengaruh Peran
06
Kesimpulan
Feminis Wanita Wanita Pada Masa
pada Masa Meiji Meiji
01
Latar Belakang
Restorasi Meiji
Sejarah Singkat Restorasi Meiji
Kedatangan Komodor Perry
Pada tahun 1853, Komodor Perry dari Angkatan Laut
Amerika Serikat beserta kapal-kapal uapnya berlabuh
di Teluk Edo, menuntut Jepang untuk membuka diri
dari sakoku dan berdagang dengan Amerika

Kedatangan Komodor Perry mengejutkan para petinggi


bakufu yang terkejut dengan adanya superiortas
teknologi yang dimiliki oleh para “bangsa barbar dari
barat” tersebu
Salah satu pemimpin Bakufu pada saat itu seperti Shimazu
Nariakira merasakan bahwa satu-satunya cara untuk melawan
barat adalah dengan mengadopsi nilai-nilai modern barat.

Tetapi pemerintahan Bakufu tidak merespon modernisasi


dengan tangan terbuka. Mayoritas daimyo tetap memegang
pandangan yang konservatif terhadap teknologi modern.

Ketidakberdayaan pemerintahan bakufu Tokugawa dalam


menghadapi ultimatum dari kekuatan asing seperti komodor
Perry, membuat banyak pihak kecewa, termasuk para
bangsawan dan Kaisar Komei sendiri.

Sentimen masyarakat menjadi sangat anti-asing dan


slogan-slogan anti asing mulai muncul
Pengembalian kekuasaan ke kaisar
Restorasi Meiji yang sesungguhnya, dimulai pada 1868 dimana kelompok daimyo yang memimpin
han atau domain dari Choshu dan Satsuma yang dipimpin oleh Sakamoto Ryōma untuk
mengembalikan kekuatan politik Kaisar dan melawan pengaruh Bakufu Tokugawa .

Pada tahun 1868 Perang Boshin pecah dimana ke daimyoan Satsuma dan Choshu yang
mendukung reformasi berhasil mengalahkan pasukan bakufu.

Kaisar yang dimana pada tahun 1867 telah berganti menjadi Kaisar Meiji, memanggil para daimyo
pada tahun baru 1868 dan secara resmi mengumumkan restorasi Meiji, mencabut segala
wewenang dari Bakufu dan membubarkan sistem han.
Dampak dari Restorasi Meiji
Efek dari pengembalian kekuasaan ke tangan Kaisar membuat sistem pemerintahan baru
yang mengadopsi gaya pemerintahan barat dibentuk untuk menggantikan sistem
pemerintahan feodal yang usang. Selain itu dengan adanya kontrol terpusat, maka
pemerintaahan meiji dapat melakukan modernisasi besar-besaran yang diadopsi dengan
slogan resmi yang bernama Fukoku kyōhei 富国強兵 yang bertujuan untuk menggaet
masyarakat agar menaati langkah-langkah modernisasi Jepang yang diinisiasi oleh
Pemerintah dan Swasta.
02
Kehidupan Wanita Jepang pada
Restorasi Meiji
-Kedudukan dan fungsi sosial wanita Jepang mengalami banyak
perubahan di sejarah setiap zamannya.

-Politik dan ekonomi negara Jepang merupakan faktor-faktor yang


mempengaruhi perubahan kedudukan dan fungsi sosial wanita Jepang.

-Ketika ratu Himiko menjadi pemimpin negara Jepang, mereka


menganut sistem matrilineal dalam mengatur struktur kehidupan
masyarakat Jepang sehingga kedudukan dan fungsi sosial wanita pada
masa itu sangat tinggi.

-Memasuki zaman Tokugawa, wanita Jepang mulai sulit untuk berperan


dalam masyarakat. Musyawarah politik zaman Tokugawa membentuk
kebijakan budaya patriarki dalam menjalani struktur sosial masyarakat
Jepang. Sistem Ie merupakan salah satu hasil dari kebijakan tersebut
yang semakin mempersulit kehidupan dan peran wanita Jepang.
Statue of Queen Himiko in front of Kanzaki
Station (north exit).
Source:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Statue-of-Queen
-Himiko-at-Kanzaki-Station.png
-Memasuki zaman Meiji, wanita perlahan-lahan bisa menikmati kehidupannya. Masuknya pemikiran barat dan
diadopsinya pemikiran tersebut telah turut memperbaiki kehidupan wanita Jepang. Salah satu kebijakan barat
yang diadopsi oleh Jepang adalah kebijakan akan persamaan hak-hak manusia serta kesetaraan gender.

-Untuk memperkuat kebijakan tersebut, dibuatlah undang-undang Meiji 1889 ( 大日本帝国憲法


/dainiponteikokukenpou) dalam mengatur segala aspek kehidupan bangsa Jepang.

-Meskipun terdapat pasal yang mengatur hak-hak antaraindividu, wanita pada zaman ini masih tetap tertekan
oleh pemikiran patriarki dan kebijakan feodal yang masih tertanam di dalam benak bangsa Jepang termasuk
kaisar.

- Pada restorasi Meiji, pendidikan menjadi fokus utama bagi pemerintah Jepang. Terjadilah perbaikan
kebijakan di bidang pendidikan dimana sekolah dibuka untuk umum, tidak hanya untuk pria dan bangsawan,
tetapi juga wanita dan rakyat biasa dapat belajar di sekolah. Tidak ada lagi diskriminasi kelas, semua pria dan
wanita memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. (Kebijakan Bunmei Kaika)
- Pada restorasi Meiji, pendidikan menjadi fokus utama bagi pemerintah Jepang. Terjadilah perbaikan
kebijakan di bidang pendidikan dimana sekolah dibuka untuk umum, tidak hanya untuk pria dan bangsawan,
tetapi juga wanita dan rakyat biasa dapat belajar di sekolah. Tidak ada lagi diskriminasi kelas, semua pria dan
wanita memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. (Kebijakan Bunmei Kaika)

-Sistem pendidikan bagi wanita Jepang zaman Meiji berasaskan ryousaikenbo yang merupakan asas perpaduan
paham barat dan ajaran Konfusius. Ryousaikenbo merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan
yang memfokuskan untuk mendidik wanita menjadi istri yang baik dalam melayani dan membantu setiap
keperluan suami dan menjadi ibu yang bijaksana bagi anaknya demi mendidik anaknya menjadi penerus
bangsa Jepang yang berkualitas dan sehat.

-Seluruh hidup wanita Jepang zaman Meiji telah didedikasikan untuk keluarganya. Meskipun sudah memiliki
hak bebas untuk berpendidikan, kebanyakan wanita Jepang tidak bisa pergi ke sekolah karena beban rumah
tangga. Untuk mengisi luang setelah pekerjaan rumah selesai, kebanyakan wanita Jepang memilih untuk
mengambil pekerjaan sampingan untuk membantu ekonomi suami.

-Dibandingkan dengan zaman Tokugawa, wanita pada zaman Meiji sudah bisa merasakan sedikit perubahan
sehingga dapat merasakan kehidupan di dunia pendidikan dan berbaur secara sosial dengan kelompok wanita
lainnya. Diperbolehkannya wanita untuk memiliki pekerjaan sampingan oleh pemerintah juga merupakan
perubahan yang baik dalam kehidupan wanita Jepang pada restorasi Meiji.
03
Bias Gender di Jepang
Bias Gender di Jepang

Bias gender adalah suatu keadaan dimana terjadinya penyimpangan


terhadap peranan dan hubungan antara pria dan wanita dalam
kehidupan sosial masyarakat. Atau dengan kata lain bias gender
adalah kebijakan atau kondisi yang memihak atau merugikan salah
satu jenis kelamin baik itu kaum wanita maupun kaum pria.
Faktor terjadinya Bias Gender di Jepang

berdasarkan
Sistem Ie Pandangan
Kepercayaan
Sistem Ie

Diterapkannya sistem Ie sebagai sistem dalam keluarga tradisional Jepang


telah menjadi salah satu faktor yang membatasi ruang lingkup wanita dalam
lingkungan sosial serta mempersempit peran yang dijalankan wanita. Wanita
Jepang hanya ditugaskan sebagai pelayan suami dalam segala urusan rumah
tangga serta dalam hal merawat anak. Tidak ada hal lain yang dapat dilakukan
wanita selain menerima kodratnya sebagai wanita dan menjalankan
tugas-tugas yang sudah semestinya wanita kerjakan.
Pandangan Kepercayaan

pandangan dari beberapa ideologis jepang tentang gender menurut


Situmorang dalam ASJI (2016:2) adalah sebagai berikut :
- Pandangan Shinto :
- Pandangan Konfusius
- Pandangan Budha
Pandangan Shinto

Menurut Pandangan Shinto hanya pria yang boleh tampil didepan


publik sementara wanita hanya ditempatkan dirumah sebagai
penjaga rumah. Adanya pandangan Shinto dalam membedakan
posisi pria yang adalah superior sementara wanita merupakan
inferior menyebabkan adanya ketidaksetaraan fungsi serta status
wanita jepang baik dalam hukum maupun, pendidikan dan
kesempatan memperoleh pekerjaan.
Pandangan Konfusius

Dalam ajaran Konfusius terdapat aturan yang dibuat untuk wanita


dimana wanita dalam hidupnya terikat pada tiga hal yaitu : Pada
waktu kecil patuh kepada ayahnya, ketika sudah menikah patuh
kepada suaminya dan sesudah tua patuh kepada anak laki-lakinya. Hal
ini menjadi landasan pemikiran masyarakat jepang yang menghambat
kebebasan seorang wanita.
Pandangan Buddha

Dalam Budha kaum wanita lebih rendah derajatnya daripada kaum


pria, pada dasarnya dalam pandangan Budha, manusia adalah sama
namun mereka ditentukan oleh karmanya.
04
Tokoh-Tokoh Feminis
Wanita pada Masa Meiji
Tsuda Umeko (1865-1929)
- Ikut serta dalam Misi Iwakura
- Perkembangan dunia pendidikan wanita Jepang.
- Dia belajar dan tinggal di amerika
- Ada perbedaan keadaan sosial di Amerika dengan di
Jepang
- Pentingnya menaikkan taraf kehidupan wanita
Jepang
- 1900 Mendirikan Joshi Eigaku Juku atau Sekolah
Bahasa Inggris bagi Wanita
Umeko Tsuda at graduation 1890 - Mempersiapkan wanita Jepang yang handal dan
mandiri
Kishida Toshiko (1863-1901)
- Orator wanita pertama di Jepang
- 1882 bergabung dengan partai liberal
- aktivis dari Jiyuu Minken Undou atau Gerakan
Hak dan Kebebasan
- Menuntut agar wanita diberi hak suara untuk
bergabung dalam dunia politik Jepang
- Orasi terkenal Hako Iri Musume/Gadis Dalam
Kotak
- Pidato "The goverment lords it overs the people;
men lord it over women”.
Fukuda Hideko (1865-1927)
- Gerakan-gerakannya dalam menuntut persamaan gender
dan sistem monogami.
- Mendirikan Joukou Gakusha 1883 namun di tutup pada
1884.
- Bergabung pada Jiyuu Minken.
- Menuntut agar wanita diberikan hak pilih dan kesempatan
untuk berpartisipasi aktif dalam pemerintahan
- 1885 Fukuda Hideko dipenjarakan
- Tulisannya, Prison Recollection
“Jika hak-hak wanita adalah ditingkatkan dan persamaan di antara gender
diterima, sebanyak 37 juta wanita akan berpartisipasi dalam politik, tentunya
menyelamatkan keadaan, menghapus kesalahan politik, dan hukum. Selain itu,
wanita barangkali mendatangkan lebih banyak cinta akan negara jika wanita
mengemukakan kebudayaan bersama pria. Jadi, saya memutuskan untuk
berpartisipasi dalam tuntutan terhadap pembebasan. Saya sangat berharap hal
seperti ini.”
(Kiguchi, 2005:135).
05
Pengaruh Peran
Wanita
Terhadap Keluarga

- Kaum feminis Jepang mulai


menolak budaya patriarki
- Persamaan hak di dalam hukum
- Perceraian atas dasar persetujuan
bersama telah dilegalkan secara
hukum pada tahun 1898
Terhadap Pendidikan

- Wanita mendapat kesempatan untuk


memperoleh pendidikan yang sama
dengan pria
- Didirikannya sekolah wanita yaitu Tokyo
Joshi Shihan Gakkō (Sekolah Wanita
Tokyo) pada tahun 1875, Jisen Joshi
Daigaku, yang didirikan pada tahun 1899
oleh Shimoda Utako, dan lain-lainnya
Terhadap Ekonomi
- Masuknya wanita ke dalam dunia kerja
- Di tahun 1900, sebanyak 250.000 wanita bekerja di
industri tekstil
- Seiring dengan munculnya banyak tenaga kerja
wanita, muncul pula pekerja wanita yang berasal
dari kaum cendekiawan Jepang yang memiliki
keahlian
06
Kesimpulan
Konklusi Ringkas

01 Gerakan feminisme pada masa Restorasi Meiji berawal dari kesadaran


kaum intelektual dan kaum feminisme di Jepang yang menginginkan
keadilan atas hak-hak wanita Jepang yang tertindas oleh pengaruh
tradisi, sejarah, struktur sosial masyarakat, politik, dan budaya patriarki
dalam sistem kekeluargaan di Jepang.

02 Gerakan feminisme mulai bangkit setelah semakin banyaknya


pihak-pihak yang bergabung dengan gerakan ini dan melakukan
doktrin pada masyarakat pada segala kesempatan baik di bidang
pendidikan maupun media massa.
Konklusi Ringkas

03 Dampak feminisme dalam keluarga dapat dilihat dari dikeluarkannya


hukum perdata yang mengatur tentang kepatuhan wanita terhadap
kepala keluarga dan lelaki secara umum telah dijustifikasi legal
sebagaimana UUD Jepang akhirnya memberikan hak perseorangan
persamaan pria dan wanita dalam sistem keluarga. Perceraian atas dasar
persetujuan bersama pun telah dilegalkan secara hukum pada tahun 1898.

04 Dampak gerakan feminisme terhadap masyarakat adalah terlihat akan


adanya kesadaran untuk memberikan wanita kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dan kesempatan untuk bekerja sama dengan pria. Pada Restorasi
Meiji, wanita akhirnya mulai diperkenankan oleh pemerintah untuk bekerja
diluar rumah setelah menyelesaikan urusan rumah tangganya.
Daftar Pustaka
- Simorangir, Masria C.S. 2017. Feminisme Pada Masa Meiji di Jepang,
(Online),
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/7588/130708077.p
df?sequence=1&isAllowed=y. (Diakses 23 Oktober 2020)
- Wulandari, Endah H. 2003. Gerakan Feminisme Jepang, ( Online ), 5(1).
http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/viewFile/317/300. (Diakses
23 Oktober 2020)
Terima Kasih
Atas
Perhatiannya
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons
by Flaticon, and infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai