Di Susun Oleh : Istiti Ayuningtyas A11701564 Ivianna Dyah Wijayanti A11701565 Kasiffah Kamelia A11701566 Khanif Ridlo Sakhrizal A11701567 Khusnul Khotimah A11701568 Yohanes Feriga Susilo A11701569 Lailyana Khoerunissa A11701570 Lulu Permatasari A11701572 Luthfiana Dewi A11701574 Maudy Rismawati Al MaisyA11701575 Pendahuluan Stroke adalah suatu penyakit cerebrovascular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak (Wardhani & Santi, 2015) Stroke terjadi karena terganggunya suplai darah ke otak yang dikarenakan pecahnya pembuluh darah atau karena tersumbatnya pembuluh darah. Tersumbatnya pembuluh darah menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan otak. Stroke survivors (pasien pasca stroke) yang mengalami kecacatan perlu untuk dilakukan rehabilitasi segera dan tujuan rehabilitasi tersebut yaitu untuk membantu pasien pasca stroke menjadi mandiri lagi dan dapat memperoleh kualitas hidup yang baik. Rehabilitasi harus segera dimulai ketika seluruh kondisi pasien stroke sudah stabil, yaitu terkadang 24 hingga 48 jam setelah stroke (National Institutes of Health, 2014). Beberapa penelitian mengenai tindakan mandiri perawat mengenai efektifitas form FIM telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa dalam penerapan program rehabilitasi stoke berbasis rumah yang diberikan 3 kali dalam seminggu memeberikan dampak efek yang signifikan bagi penderita struk yang dirawat di rumah. Penelitian lain menunjukan perlakuan fisioterapi Bobath lebih baik dibanding fisoterapi pasif untuk memperbaiki fungsional pasien struk iskemik fase akut. Patofisiologi Penebalan dinding pembuluh darah (arteri serebral) yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran darah tidak adekuat yang selanjutnya akan terjadi iskemik Pecahnya dinding pembuluh darah yang menyebabkan hemoragik. Pembesaran satu atau kelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak. Edema serebral yang merupakan pengumpulan cairan pada ruang interstitial jaringan otak Tanda dan Gejala 1. Kehilangan Motorik.
2. Kehilangan Komunikasi
3. Gangguan Persepsi
4. Defisit Intelektual
5. Difungsi kandung kemih tidak bisa m
Functional Independent Measure (FIM) Pengukuran FIM - Tipe pengukuran: Aktivitas fungsional, FIM sering dipakai sebagai patokan pengukuran di dunia rehabilitasi dan alat evaluasi efektivitas dan efisiensi program - Komponen tes: ada 6 sub tes terdiri dari 18 jenis tes, masing-masing berskala 1-7 (atau 1-4) - Skor normal 126 (skala 1-7) atau 72 (skala 1-4) - Validitas dan reliabilitas dilaporkan cukup tinggi
- Keunggulan dan kelemahan hampir sama dengan
pemeriksaan fungsional lainnya dan harus memiliki definisi operasional yang jelas untuk tiap-tiap komponen tes dan standart nilainya.
- Prosedur tes : pasien dinilai saat melakukan
aktivitas dibawah ini : 1. Perawatan diri (makan, berdandan, mandi, berpakaian, dan toileting). 2. Kontrol sfingter (kontrol BAK dan BAB)
3. Mobilitas (transfer bed-kursi, transfer toilet)
4. Lokomosi (jalan atau memakai kursi roda dan naik-
turun trap
5. Komunikasi (komprehensif dan ekspresi)
6. Kognisi sosial (interaksi sosial, pemecahan masalah
dan memori). Pembahasan Jurnal yang ditulis oleh Yudi Hardianto, dkk. (2020) berjudul “Gambaran Efektifitas Penerapan Program Rehabilitasi Stroke Berbasis Rumah Di Kota Makassar”. Jumlah populasi dalam penelitian ini melibatkan 10 orang. Subjek penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok yang masing masing terdiri dari 5 orang, kelompok 1 diberikan program rehabilitasi berupa kunjungan fisioterapis untuk diberikan latihan selama 1 kali seminggu sementara kelompok 2 diberikan kunjungan 3 kali dalam seminggu. Program rehabilitasi stroke berbasis rumah pada kedua kelompok dilakukan selama 1 bulan. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran kekuatan otot, risiko jatuh, dan kemandirian. Ketiga variabel tersebut masing-masing diukur dengan menggunakan dynamometer, timed up and go test dan fungsional independence measure (FIM). Jurnal yang ditulis oleh Imran, dkk. (2018) berjudul “Efektifitas New Bobath Concept terhadap Peningkatan Fungsional Pasien Stroke Iskemik dengan Outcome Stroke Diukur Menggunakan Fungsional Independent Measurement (FIM) dan Glasgow Outcome Scale (GOS) di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Tahun 2018”. Jumlah populasi dalam subjek penelitian ini adalah 40 pasien stroke iskemik yang dirawat di ruang saraf Rumah Sakit dr Zainoel Abidin Banda Aceh, dibagi 2 kelompok (20 pasien kelompok perlakuan dan 20 pasien kelompok kontrol). Kedua kelompok terlebih dahulu diukur kemampuan fungsionalnya menggunakan Functional Independence Measure (FIM) dan diukur ulang setelah perlakuan. Keluaran kedua kelompok subjek dinilai menggunakan Glasgow Outcome Scale (GOS) saat pasien dipulangkan dari rumah sakit. Jurnal yang ditulis oleh Soofia Naghdi, dkk. (2016) judul "Validasi lintas budaya dari versi Persia dari Ukuran Kemandirian Fungsional untuk pasien dengan stroke". Populasi 40 pasien stroke (usia rata- rata 60 tahun). Diukur menggunakan FIM versi Persia (PFIM), yang merupakan instrumen yang sangat andal dan valid untuk mengukur status fungsional rebility dan validitas Persian FIM (PFIM) pasien stroke Persia. Jurnal ditulis Seyed Mansoor Rayegani, dkk. (2016) berjudul “Evaluasi status fungsional lengkap pasien stroke dengan skala Pengukuran Kemandirian Fungsional pada saat masuk, pulang, dan enam bulan pasca stroke”. Populasi Sebanyak 108 pasien stroke ikut serta dalam penelitian ini, di mana diagnosis stroke (berdasarkan pemeriksaan klinis dan pencitraan) akhirnya dikonfirmasi oleh ahli saraf. Subjek dipilih secara acak dari pasien stroke di Bangsal Neurologi Umum Rumah Sakit Shohadaye Tajrish, Teheran, Iran. Karakteristik pasien termasuk usia, jenis kelamin, jenis stroke, dan durasi rawat inap dicantumkan. Status fungsional subjek dinilai menggunakan kuesioner FIM pada saat masuk, pulang, dan enam bulan setelah kejadian stroke. Jurnal yang ditulis oleh Douglas Chumney, et al. (2010) berjudul "Kemampuan untuk Mengukur Kemandirian Fungsional untuk secara akurat memprediksi hasil fungsional dari populasi stroke tertentu: tinjauan sistematis". Populasi terdiri dari pasien sipil dan veteran post hemoragik dan stroke iskemik dengan usia rata-rata 50 tahun atau lebih yang mengikuti program rehabilitasi rawat inap. diukur dengan Functional Independence Measure (FIM) yang banyak digunakan dan diterima sebagai alat penilaian tingkat fungsional yang mengevaluasi status fungsional pasien selama proses rehabilitasi. Dari 5 analisa jurnal yang terpilih menyatakan bahwa pengukuran menggunakan FIM sangat efektif sebagai alat ukur penilaian tingkat fungsional yang mengevaluasi status fungsional pasien selama proses rehabilitasi. Efek pasti dari prosedur rehabilitasi dan perbandingan tanpa pengobatan, harus dinilai dalam studi terpisah. Kesimpulan Dari hasil penelitin ini, dapat disimpulkam bahwa terdapat banyak tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi stroke. Tindakan tersebut bisa dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi dan juga bisa dilakukan program rehabilitasi berbasis rumah yang diberikan 3 kali dalam seminggu memberikan dampak yang signifikan bagi penderita stroke yang di rawat di rumah Saran Penerapan program rehabilitasi stroke berbasis rumah dilanjutkan ke penelitian yang lebih besar dengan jumlah subjek penelitian yang lebih banyak untuk melihat bagaimana efektivitas dan efisiensi program rehabilitas stroke berbasis rumah terhadap pasien. Hal ini akan menjadi dasar penerapan program rehabilitas stroke berbasis rumah untuk membantu pasien stroke yang membutuhkan layanan rehabilitas intensif yang sulit mereka dapatkan ketika harus ke rumah sakit atau klinik. TERIMAKASIH
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu