Anda di halaman 1dari 7

MASA INKUBASI PENYAKIT KARAT DAUN DAN TINGKAT KERUSAKAN

PADA BIBIT PERUPUK (Lophopetalum multinervium) DI PERSEMAIAN


PT. INHUTANI II MANDOR
Incubation The Leaves Rust Disease And Level of Damage to Seed Perupuk
(Lophopetalum multinervium) in The Nursery PT. Inhutani II Mandor

Bandi Rabuansyah, Iskandar, Rosa Suryantini


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124
e-mail: bandi_rabuansyah@yahoo.co.id

ABSTRACT
This study aimed to determine the level of damage to seedlings perupuk caused by leaf rust
disease and know the incubation time is needed leaf rust pathogen that infects seedlings
perupuk and study the development of leaf rust disease symptoms on seedlings perupuk.
Observation of the stricken plant was conducted using descriptive, of direct observation in the
field and conducted an assessment of the extent of damage caused by the attack while the
incubation time in the laboratory. The results showed that the leaf rust disease incubation time
attacking seedlings perupuk (Lophopetalum multinevium) were 19 hours and the percentage of
plants damaged by leaf rust disease were 71.22%. This was high and affects the quality of
perupuk growth at the sites. While the average level of crop damage due to attack perupuk leaf
rust disease on study sites were classified in the category that was equal to 44.26%.

Keyword: Perupuk, attack rate, decay rate, incubation time.

PENDAHULUAN sampai saat ini belum ada penelitian


Persemaian PT. INHUTANI II tentang tingkat kerusakan penyakit karat
Cabang Mandor merupakan salah satu daun di persemaian PT. Inhutani II
persemaian yang memproduksi bibit Cabang Mandor.
perupuk yang berkualitas tinggi Salah satu penyakit yang biasanya
sehingga dapat memenuhi kebutuhan menyerang bibit perupuk pada tingkat
untuk setiap tempat lokasi penanaman. semai di persemaian adalah penyakit
Perupuk adalah jenis pohon dari famili karat daun yang disebabkan oleh jamur
Celastarea yang merupakan salah satu Puccinia spp, Cercospora orizae
jenis pohon yang memiliki nilai ekono- Miyake, Cronartium ribicola, Hemileia
mi yang tinggi. Perupuk (Lophopetalum vastatrix dan lain-lain. Pada umumnya
multinervium) merupakan salah satu penyakit karat daun yang ada di areal
jenis pohon yang dieksploitasi pada persemaian P.T. Inhutani II Cabang
hutan alam sehingga potensinya sema- Mandor disebabkan oleh jamur
kin berkurang dan dapat mengancam Puccinia. Penyakit ini biasanya tampak
kelestarian jenis tersebut (Anonim, pada daun, tangkai daun dan kadang-
2009). Dalam kegiatan produksi bibit kadang pada batang yang mula-mula
perupuk banyak dijumpai penyakit terbentuk bercak-bercak dan kemudian
salah satunya adalah penyakit karat berkembang menjadi pustul yang
daun. Penyakit karat daun ini banyak berwarna seperti karat. Pada umumnya
ditemukan pada persemaian PT. serangan terjadi pada permukaan bawah
Inhutani II Cabang Mandor namun daun dan serangan awal biasanya terjadi

394
pada daun-daun bawah yang kemudian dan dilanjutkan dengan pengujian
berkembang ke daun yang lebih atas waktu inkubasi dan perkembangan
(Yusmarni dan Sumartini, 2001). patogen penyakit karat daun di
Penyakit karat daun dapat memper- laboratorium Silvikultur Universitas
lemah tanaman, sehingga mudah terjadi Tanjungpura.
pembentukan buah terlalu banyak. Adapun waktu yang dibutuhkan
Tanaman juga dapat kehabisan cada- untuk penelitian ini adalah 5 (lima)
ngan makanan pati dalam akar, ranting- bulan mulai dari tahap persiapan,
ranting dan akar mati, bahkan pohon pelaksanaan dan pengolahan data.
dapat mati. Lemahnya tanaman dapat Penelitian terhadap kerusakan bibit
menyebabkan berkurangnya hasil panen perupuk (L. ultinervium) di bedeng
pada masa berikutnya meskipun mung- pengamatan yang berumur 1.5 tahun
kin pada masa itu penyakit tidak timbul. dengan luas bedeng 1m x 4m dengan
Dengan demikian kerugian akibat jumlah semai per bedengnya yaitu
penyakit ini sulit diperhitungkan karena 1000–1300 batang bibit. Pengamatan
bersifat akumulatif dan berlangsung terhadap tanaman terserang dilakukan
satu sampai dua tahun setelah terjadinya dengan metode deskriptif dan pengama-
serangan (Semangun, 1996). tan dilakukan pada seluruh bedeng.
Untuk mendapatkan bibit yang Adapun perehitungan untuk analisis
berkualitas baik diperlukan bibit yang tingkat kerusakan adalah :
sehat terutama tidak terserang penyakit a. Persentase tanaman terserang
pada saat di persemaian. Hal ini Persentase tanaman terserang ada-
dikarenakan bibit di persemaian lebih lah nilai yang menunjukan banyaknya
rentan terhadap serangan penyakit tanaman yang terserang oleh patogen
sehingga pertumbuhan bibit menjadi jamur yang menyebabkan penyakit pada
terganggu dan menyebabkan kematian bibit, dalam satu bedeng pengamatan
pada bibit (Widyastuti, S.M, Sumardi, dibagi dengan jumlah tanaman yang
dan Harjono. 2005). diamati pada blok tersebut (Handayati
dan Suhardi, 1992 dalam Hernilatati)
METODOLOGI PENELITIAN dengan rumus :
Alat yang digunakan pada a
penelitian ini meliputi petridish, pinset, P= x 100%
N
kertas koran, kapas, tabung semprot, dimana :
kamera, dan bahan yang digunakan P = persentase serangan
pada penelitian ini adalah meliputi bibit a = jumlah tanaman yang terserang
dan daun perupuk (Lophopetalum N = jumlah tanaman yang diamati
multinervium) serta alkohol 70%. b. Tingkat kerusakan pada setiap
Penelitian ini dilaksanakan di areal bedeng pengamatan
PT. Inhutani III Mandor Kabupaten Tingkat kerusakan adalah nilai
Landak Provinsi Kalbar dengan mela- yang menunjukan keadaan daun yang
kukan observasi lapangan terdahulu rusak akibat serangan penyakit dengan
untuk mengetahui tingkat kerusakan rumus :

395
I= ¦ ni x vi
x 100%
N = jumlah tanaman yang di teliti
N x V V = nilai serangan dari kategori tertinggi
dimana : Pengamatan intensitas serangan
I = Intensitas serangan;
dilakukan berdasarkan kriteria :
ni = jumlah tanaman tiap kategori
vi = nilai serangan tiap kategori serangan

Tabel 1. Kriteria Penilaian Kerusakan Tanaman Akibat Penyakit Karat Daun


Berdasarkan Tipe Kerusakan yang Tampak (Assesment Criteria Crop
Damage Due Leaf Rust Disease Damage by Type That Looks)
No. Tanda Kerusakan Skor
1. Pertumbuhan baik, daun hijau, sehat dan segar, beberapa daun hilang 0
pada pangkal batang
2. < 21% bagian tanaman daunnya terlihat bercak, terdapat jamur, 1
berlubang.
3. 21–60 % bagian tanaman daunya terlihat bercak, terdapat jamur, 2
berlubang, dan kerusakan sampai pada bagian pucuk
4. 61–100% tanaman mati atau rusak berat, dimana lebih dari setengah 3
tanaman yang patah, gundul dan hampir mati.
Sumber : Modifikasi kriteria Sugiharso, 1983.

c. Tingkat kerusakan rata-rata seluruh melihat perkembangan gejala penyakit


bedeng pada bibit perupuk dan dibiarkan

û=
¦I berkembang, diamati sampai daun terse-
n but menjadi kering dan mati, selanjut-
dimana : nya tiga daun diinfeksikan dengan
menempelkan dua uredium dan diamati
û = tingkat kerusakan rata-rata seluruh perkembangan penyakitnya sampai
bedeng
daun tersebut menjadi kering dan mati.
¦I = jumlah besarnya tingkat kerusakan
Tiga daun berikutnya juga diinfeksikan
pada tiap bedeng pengamatan
n = jumlah bedeng dengan menempelkan tiga uredium dan
diamati perkembangan penyakitnya
Adapun prosedur untuk mengetahui sampai daun tersebut menjadi kering
waktu inkubasi patogen penyakit karat dan mati.
daun dan pengamatan perkembangan Daun yang sudah disterilkan dan
gejala penyakit karat daun pada bibit telah diinfeksi dengan uredium karat
perupuk dilakukan dengan cara daun dimasukkan ke dalam petridish
mengambil 12 helai sampel daun bibit yang telah disterilkan dan diberi kassa
perupuk yang belum terinfeksi (sehat), yang lembab untuk menjaga bagian
setelah itu daun disterilkan bawah daun tetap lembap dan memu-
menggunakan alkohol 70%. Tiga daun dahkan dokumentasi, setelah itu petri-
yang sehat yang digunakan sebagai dish di tutup rapat dan sampel tersebut
kontrol, tiga daun berikutnya diinfek- diamati perkembangan penyakitnya
sikan dengan menempelkan satu uredi- setiap hari pada pagi jam 06.00 WIB
um, pada tahap ini bertujuan untuk dan sore hari jam 17.00 WIB.

396
Cara mengetahui masa inkubasinya rata-rata sebesar 44,26%. Hal ini
yaitu mengamati daun sampai muncul- menunjukkan bahwa tanaman perupuk
nya nekrosis pada daun atau bercak (Lophopetalum multinervium) sudah
kecoklatan pada daun, sedangkan untuk dalam keadaan terserang penyakit karat
mengetahui perkembangan gejala pe- daun dengan tingkat kerusakan sedang
nyakit karat daun dilakukan dengan cara (Sugiharso, 1983). Selain itu juga
mengamati sampel daun yang telah ditunjukan dengan hasil pengamatan di
terinfeksi, mengamati perkembangan- lokasi persemaian bahwa gejala penya-
nya setiap hari sampai sampel daun kit terjadi secara merata.
mengering atau mati dan mencatat Tingginya persentase tanaman yang
setiap perubahan pada sampel daun. terserang perlu dilakukan pengendalian
yang lebih serius, agar tidak terjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN kerusakan yang lebih parah. Kurangnya
Berdasarkan pengamatan yang intensitas penyemprotan dengan fungi-
dilakukan pada penelitian ini menun- sida menyebabkan penyakit mudah
jukan waktu tercepat masa inkubasi berkembang. Tidak teraturnya kegiatan
patogen karat daun yang menyerang penyiangan, pemupukan dan pemangka-
perupuk yaitu ±19 jam dimulai pada san juga menyebabkan tingginya per-
saat sampel telah selesai diinfeksikan sentase tanaman terserang. Penyiangan
uredium yaitu pukul 11.00 WIB. Penga- dan pemangkasan setelah terjadi penu-
matan pertama dilakukan pada jam tupan tajuk dapat mengurangi kelem-
17.00 WIB dan menurut pengamatan baban udara di dalam tegakan
visual pada daun tersebut belum terlihat (Sugiharso, 1983).
perubahan. Pada pengamatan kedua Menurut Haryono Semangun
daun mulai terlihat bercak sebagai tanda (1996) besarnya tingkat kerusakan pada
tumbuhnya jamur dan sebagai tanda tanaman perupuk di lapangan disebab-
berakhirnya masa inkubasi. Masa inku- kan oleh keadaan lingkungan, yaitu
basi terlama dalam penelitian ini yaitu dengan kelembaban yang tinggi dan
±30 jam berikutnya jam 17.00 WIB suhu yang rendah. Juga oleh kegiatan
pada pengamatan ketiga. Dari hasil pemeliharaan yang tidak teratur, seperti
pengamatan ini penginfeksian uredium penyiangan, pemupukan dan pemang-
dengan satu uredium menghasilkan dua kasan serta kurangnya intensitas
helai daun yang terinfeksi penyakit penyemprotan dengan fungisida.
karat dan infeksi dengan dua uredium Kerusakan yang paling dominan
hanya terdapat satu daun yang berhasil terlihat pada tanaman perupuk di lokasi
terinfeksi oleh penyakit karat daun, dan penelitian adalah bagian daun dan
penginfeksian dengan tiga uredium juga pucuk. Penyebab gejala penyakit yang
menghasilkan satu daun yang terinfeksi. paling banyak menyerang adalah
Berdasarkan hasil pengamatan di penyakit karat daun yang jumlahnya
lapangan diperoleh hasil bahwa persen- sebesar 266 yang terserang dari 1200
tase tanaman yang rusak pada umur tanaman. Selanjutnya, tanaman yang
tanaman 17 bulan dengan persentase mengalami kerusakan pada daun dan

397
pucuk akan mengalami keterlambatan populasi penyakit dan juga menekan
pertumbuhan bahkan dapat mengaki- tingkat kerusakan yang terjadi pada
batkan kematian. tanaman dipersemaian.
Untuk menanggulangi resiko Walaupun kerusakan yang terjadi
kematian akibat penyakit maka perlu digolongkan dalam kategori sedang
dilakukan pemeliharaan yang teratur tetapi perlu diantisipasi sehingga keru-
yaitu dengan penyiangan secara teratur, sakanya tidak meningkat yang meng-
pemupukan agar unsur hara yang arah kepada katagori berat Flint dan
kurang dapat terpenuhi, dan pemang- Bosch (1990). Untuk itu perlu adanya
kasan untuk mengurangi kelembaban tindakan pencegahan dengan cara
udara di dalam tegakan. Pemberantasan sistem silvikultur yaitu pengaturan jarak
penyakit dapat dilakukan dengan mene- bibit, pemeliharaan bibit, penyia-ngan
bang dan membakar bagian tanaman dan penyemprotan. Selain itu factor-
yang terserang. Pengendalian ini faktor yang mempengaruhi perkem-
ditujukan agar pertumbuhan tanaman bangan penyakit juga berpengaruh pada
tidak terganggu (Hernilatati, 2006). kerusakan bibit. Tinggi rendahnya keru-
Faktor yang menyebabkan kerusa- sakan yang ditimbulkan oleh penyakit
kan tanaman yang terjadi adalah karena terutama ditentukan oleh jumlah
kegiatan pemeliharaan tanaman yang individunya. Menurut Ramlan dan
dilakukan oleh petugas persemaian Nurjanani (2011) bahwa perkembangan
seperti penyemprotan, penjarangan penyakit bersifat dinamis. Jumlah popu-
bibit, dan penyiangan bedeng. Pemeli- lasi bisa naik, bisa turun atau seimbang,
haraan ini dilakukan untuk menghindari tergantung keadaan lingkungan yang
kerusakan yang lebih berat. Menurut mempengaruhi perkembangan penyakit
Hernilatati (2006) bahwa ketersediaan adalah :
makanan secara berkelanjutan sangatlah a. Suhu
mempengaruhi besarnya populasi Suhu yang terlalu tinggi atau
penyakit. rendah akan berakibat fatal bagi
Kerusakan yang ditimbulkan oleh perkembangan hidupnya (Santoso
patogen karat daun pada bibit perupuk 1980). Selanjutnya Santoso menyatakan
di persemaian terutama pada bagian kisaran suhu dimana patogen masih
pucuk daun. Tanaman yang mengalami dapat bertahan hidup adalah antara 10ÛC
kerusakan pada daun dan pucuk akan sampai 40ÛC. Faktor lingkungan yang
mengalami keterlambatan pertumbuhan mempengaruhi perkembangan penyakit
bahkan dapat mengakibatkan kematian. antara lain adalah suhu, kelembapan
Menurut Natawiria (1992) yang menga- udara, curah hujan, dan sinar matahari.
takan kerusakan pada daun akan Suhu di atas 15ÛC di sekitar tanaman
menyebabkan terganggunya proses menghambat perkembangan penyakit
fotosintesis, pertukaran gas, evaporasi, (Brown et al. 1995, dalam Mahfud,
dan fungsi pelindungan. Kegiatan pe- 2012).
meliharaan bibit merupakan salah satu Dari hasil pengamatan di lapangan
cara untuk menekan perkembangan bahwa rata-rata suhu selama penelitian

398
secara umum adalah pada pagi hari Hal ini tergolong tinggi dan sangat
25,86ÛC, pada siang hari 28,23ÛC dan berpengaruh terhadap kualitas petum-
pada sore hari 26ÛC. Pada rentang suhu buhan perupuk di lokasi penelitian.
tersebut penyakit masih dapat berkem- Sedangkan rerata tingkat kerusakan
bang dengan baik. Perbedaan suhu pada tanaman perupuk akibat serangan
pagi, siang dan sore hari berpangaruh penyakit karat daun pada lokasi peneli-
pada perkembangan penyakit, penyakit tian tergolong dalam kategori sedang
lebih senang pada suhu yang rendah yaitu sebesar 44,26%.
yaitu pada pagi dan sore hari. Apabila dilihat dari hasil penelitian
b. Kelembaban dilapangan diatas maka disarankan
Kelembaban merupakan faktor pen- untuk dilakukan pengendalian penyakit
ting dalam perkembangan penyaakit. karat daun secara rutin sehingga
Bila kelembaban sesuai, maka cende- penyakit ini tidak mempengaruhi
rung tahan suhu-suhu ekstrim dan akti- kualitas pertumbuhan bibit perupuk.
fitas patogen dipengaruhi oleh kelemba-
ban yaitu berkisar antara 73% -100% KESIMPULAN DAN SARAN
(Rukmana dan Saputra, 1997). Pada Kesimpulan
lokasi penelitian kelembaban udara rata- Dari hasil penelitian diketahui
rata adalah 78,36% pada pagi hari, bahwa rerata tingkat kerusakan tanaman
69,66% pada siang hari dan 73% pada perupuk akibat serangan penyakit karat
sore hari. Menurut McCartney 1994; daun pada lokasi penelitian tergolong
Brown et al. 1995 dalam Mahfud dalam kategori sedang yaitu sebesar
(2012), faktor lingkungan yang mempe- 44,26%. Sedangkan waktu inkubasi
ngaruhi perkembangan penyakit antara penyakit karat daun menyerang bibit
lain adalah suhu, kelembapan udara, perupuk (Lophopetalum multinevium)
curah hujan, dan sinar matahari. Suhu di adalah 19 jam dan persentase tanaman
atas 15ÛC di sekitar tanaman mengham- yang mengalami kerusakan akibat
bat perkembangan penyakit. Hujan serangan penyakit karat daun adalah
berperan dalam meningkatkan kelemba- 71,22%. Hal ini tergolong tinggi dan
pan sehingga cocok bagi perkecam- sangat berpengaruh terhadap kualitas
bahan uredospora. Sinar matahari petumbuhan perupuk di lokasi
langsung kepermukaan daun meng- penelitian
hambat proses perkecambahan uredo- Saran
spora dan memperpanjang periode Disarankan untuk dilakukan
inkubasi penyakit karat daun. pengendalian penyakit karat daun secara
Dari hasil penelitian dapat disim- rutin sehingga penyakit ini tidak
pulkan bahwa waktu inkubasi penyakit mempengaruhi kualitas pertumbuhan
karat daun menyerang bibit perupuk bibit perupuk.
(Lophopetalum multinevium) adalah 19
jam dan persentase tanaman yang
mengalami kerusakan akibat serangan
penyakit karat daun adalah 71,22%.

399
DAFTAR PUSTAKA Ramlan dan Nurjanani. 2011. Penge-
nalan Penyakit Karat Daun
Anonim. 2009. Tanaman Perupuk. (Phakopsora pachyrhizi) dan
http://www.tanamanindonesia.co Pengelolaannya Pada Kedelai.
m. Diakses pada tanggal 20 Mei Suara Perlindungan Tanaman,
2012. Vol.1.,No.4.
Hernilatati. 2006. Studi Penyakit yang Santoso, B. 2000. Klasifikasi Perupuk
Menyerang Tanaman Jati Emas (Lophopetalum sp). http://www.
Plus (Tectona grandis Linn. F) di docstoc.com. Diakses pada
Areal CV. Alam Nusantara Prima tanggal 26 April 2012.
Kecamatan Sei. Tebelian Kabupa-
ten Sintang. Skripsi Fakultas Santoso. 2003. Studi Habitat Perupuk
Kehutanan UNTAN. (Tidak (Lophopetalum multinervium) di
dipublikasikan) Areal Kelompok Hutan Sungai
Sepada HPH PT. Inhutani II Sub
Mahfud, M.C. 2012. Teknologi Dan Unit Teluk Air Kabupaten Ponti-
Strategi Pengendalian Penyakit anak. Skripsi Fakultas Kehutanan
Karat Daun Untuk Meningkatkan UNTAN. (Tidak dipublikasikan)
Produksi Kopi Nasional. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Semangun H. 1996. Pengantar Ilmu
Jawa Timur. Pengembangan Penyakit Tumbuhan. Gadjah
Inovasi Pertanian University Press, Yogyakarta.
Natawiria, D, 1992, Teknik Pengen- Sulastiningsih, I.M, 2009. Keunggulan
dalian Hama Hutan Industri, Pusat Kayu Perupuk. www.word
Penelitian Pengembangan Hutan, press.com . Diakses pada tanggal
Bogor. 22 Juni 2012.
Rukmana, R dan Saputra, S. 1997. Widyastuti,S.M, Sumardi, dan Harjono.
Hama Tanaman dan Teknik Pe- 2005. Patologi Hutan. Gadjah
ngendalian. Kanisius, Yogyakarta Mada University Press. Jogjakarta

400

Anda mungkin juga menyukai