Anda di halaman 1dari 7

TM 1: PENDAHULUAN & ASAS2 HPI

PENDAHULUAN
A. ISTILAH HPI

 Hukum perdata? Yaitu hubungan hukum perorangan dalam hubungan keluarga (badan
pribadi atau harta kekayaan) dan pergaulan masyarakat (baik yang bersifat absolute
contohnya hukum benda, maupun relatif contohnya hukum perikatan)
absolut
Pergaulan masyarakat- hk harta kekayaan
relatif
Hh perdata
Hk ttg orang
Perhubungan keluarga
Hk keluarga

Hk waris = hk keluarga + hk harta kekayaan

 Istilah HPI diperkenalkan oleh GGS tahun 1972/1973 di Cipanas dalam konsorsium ilmu
hukum. Dulu HATAH namanya Conflict of Laws (hukum perselisihan), hal ini tidak tepat
karena seolah-olah ada bentrokan / tabrakan dua atau lebih sistem hukum yang bertemu.
Padahal sistem hukum tersebut tidak bentrok dibuktikan dengan teori Alf Ross dengan
“Inter Legal Law”nya. Ia mengatakan masalah HPI bukan hanya hukum perdatanya saja,
tetapi ada sistem hukum tata negara, hukum pidana dsb. Logeman memberikan istilah
“Inter recht Orden Recht”.

 Istilah HPI beda ditiap-tiap negara:


Inggris: International Private Law
Denmark: International Private Recht
 HPI bagian dari HATAH (menurut GGS: HPI merupakan bagian dari hukum nasional,
bukan hukum internasional).
Sementara ahli HI lain - Muktar Kusumaatmaja – berbeda pendapat dimana HPI bagian
dari hukum internasional karena pengertian HI dalam arti luas meliputi hukum publik dan
hukum privat (dalam bukunya “Pengantar HI”). Sehingga di UNPAD HPI masuk dalam
jurusan HI.

 HATAH:
1. HATAH Intern (HAW, HAT, HAG)
2. HATAH Ekstern - HPI, tersangkut 2 teori dari HATAH;
a. Lingkungan kuasa hukum (gabied leer) teori dari Hans Kelsen dan dikembangkan
oleh Longeman
b. TTP – point of contact / aanknopping punten.

2 kontradiksi dari istilah “HPI Indonesia” dimana “perdata internasional” menunjuk pada
hukum perdata, bukan hukum publik (internasionalya), sementara “Indonesia” menunjuk
pada nasional (Indonesia), bukan internasional.

Hal ini menimbulkan 2 aliran dalam HPI:


1. Internasionalistis
2. Nasionalistis
Ad 1:
Aliran pertama berisi dikehendakinya HPI sebagai sistem hukum yang supra-nasional.
Artinya hanya ada satu HPI yang berlaku untuk seluruh dunia.
Aliran ini hapus karena 2 alasan:
1. dengan adanya lembaga PBB yang mengakui tiap2 negara punya HPInya sendiri2,
tergantung jumlah negara merdeka yang ada.
2. Dilihat dari segi teoritis yaitu masalah perbedaan „status personil seseorang‟ dihadapan
hukum, yang dapat digolongkan menjadi 2:
a. Nasionalitas (kewarganegaraan)
Contohnya Indonesia menganut nasionalitas dengan dasar hukum pasal 16 AB.
b. Tempat tinggal (domisili)
Contohnya Inggris dan Amerika. Contoh kasusnya penunjukan kembali dimana WN
Inggris yang punya warisan banyak meninggal di Surabaya tanpa mempunyai ahli
waris. Hakim Surabaya bertanya ke kedutaan Inggris, ternyata Inggris menganut
prinsip domisili.
Sementara ada negara yg tidak punya pendirian tegas ttg status wewenang dengan
memilih yang paling menguntungkan. Seperti Rusia, Venezuela dan Australia.

Ad 2:
Tiap negara punya HPI nya sendiri-sendiri.

Tambahan:
ICJ (International Court of Justice) yg merupakan salah satu organh utama PBB yg kusus
memberikan nasihat dlm hukum, sedikit pengaruhnya karena putusan ICJ hanya bersifat
advisory opinion. Tapi Mahkamah Internasional terhadap Indonesia pernah berjasa dalam
kasus tembakau Bremen (Indonesia menang).

B. SUMBER HUKUM HPI


2 sumber hukum HPI:
1. Tertulis
a. Perundang-undangan
b. Traktat
2. Tidak tertulis
a. Kebiasaan
b. Yurisprudensi
c. Doktrin (termasuk literature)
Contoh traktat yaitu traktat Den Haag 1902 dan 1905 (ttg perkawinan campuran internasional
berlaku hukum calon suami). Tetapi dengan UU nomor 12 tahun 2006 prinsip ini berubah
dimana anak dapat mempunyai dwikewarganegaraan sampai usia 18 tahun.
Sumber hukum tertulis HPI Indonesia hanya pasal 16, 17, 18 AB.
Pasal 22 AB: hakim akan dituntut jika menolak mengadili karena tidak adanya peraturan. Hal
ini karena sering terjadi kekosongan hukum dalam masalah HPI, sehingga sumber hukum
tidak tertulis menjadi sangat penting.
Sebagai perbandingan Pasal 1 BW Swiss: jika dalam HPI tidak ada peraturannya, maka
hakim harus mencari dalam hukum kebiasaan.
Dalam menemukan hukumnya, hakim harus memperhatikan cara2 Sarjana Hukum (terutama
HPI) dalam menyelesaikan perkara, pendapat penulis dan yurisprudensi asing. Selain asas2
umum yg merupakan tradisi Sarjana Hukum HPI, sehingga putusannya benar2 putusan yg
hidup (living law).

C. DEFINISI HPI

Menurut GGS HPI adalah “keseluruhan peraturan atau keputusan hukum yg menunjukkan
stelsel hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum jika
hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga negara pada satu waktu tertentu
memperlihatkan titik2 pertalian dengan stelsel2 dan kaidah2 hukum dari 2 atau lebih warga
negara yg beda dalam lingkungan kuasa, tempat, pribadi dan soal2”.

Perhatikan beberapa hal penting dari definisi di atas:


 “…yg menunjukkan stelsel hukum manakah yg berlaku…” merupakan kaidah
penunjuk (reference rule) – di Indonesia hanya 3 pasal: 16, 17, 18 AB.
1. Pasal 16 AB: tentang status dan wewenang seseorang. Dalam hal ini berlaku hukum
nasional warga negara ybs (asas lex patriae).
Pasal 16 AB harus dianalogikan terhadap orang asing dimana harus dinilai menurut
hukum asing itu sendiri. Pasal ini merupakan doktrin umum internasional. Misalnya
perkawinan harus berlaku hukum nasionalnya sendiri. Pasal ini erat hubungannya dengan
traktat Den Haag 1902 tentang kawin campur internasional (yang berlaku hukum si suami)
2. Pasal 17 AB: tentang benda2 tetap atau tidak bergerak (lex resitae) berlaku hukum
dari negara dimana benda itu berada. Co: Istri dari pegawai
pertamina yg menyimpan surat berharga di Singapore – pasal 17.
3. Pasal 18 AB: tentang cara atau tindakan hukum / perbuatan hukum – hukum yg
berlaku adalah hukum dari negara dimana cara dilakukan (asasnya bernama
locus regit actum).
Co: surat wasiat, orang sakit minta berobat.
 “…apakah yg merupakan hukum” merupakan kaidah mandiri (own rule).
 “…berbeda dalam lingkungan kuasa, tempat, pribadi dan soal2…” dalam hal ini GGS
menunjuk teori lingkungan kuasa hukum dari Hans Kelsen dan Longeman sehingga
skema HPI dapat digambarkan sbb:

WW
T - T
P - P
S - S
negara X negara Y

W= Waktu; T=Tempat; P=Person/orangnya; S=Soal/masalahnya


Definisi HPI menurut Meijers, van Brakael, Matin Wolf, Cheshire cari sendiri.

Dari beberapa definisi tersebut maka HPI adalah “perkara perdata yg bercorak
internasional”. Menurut Cheishere perkara internasional adalah perkara yg
mengandung unsur asing.
Secara teoritis unsur asing tersebut merupakan titik pertalian yaitu Titik Taut Primer
atau Titik Taut Pembeda (adalah fakta yg menunjukkan hubungan hukum perdata
internasional) sebab menghubungkan fakta2/peristiwa2/unsur2 dengan sistem hukum
tertentu.
Perkara yg mengandung unsur asing selalu diikitu dengan pertanyaan: Hukum
manakah yg berlaku? inilah yg merupakan Titik Taut Sekunder (Titik Taut
Penentu) baik berupa kaidah penunjuk maupun kaidah mandiri.

D. MEKANISME HPI

Mekanisme / cara kerja HPI dalam menyelesaikan perkara internasional:


1. Langkah pertama: menunjuk pada sistem hukum tertentu (reference rule) apakah itu
hukum nasional atau hukum asing
2. Langkah kedua: apakah peraturannya sendiri langsung menyelesaikan masalahnya
sendiri (tanpa ketentuan penunjuk). Disebut ketentuan mandiri. GGS menyebutnya
dengan ketentuan swatantra (own rule)
SKEMA dan ASAS2 HPI
-Kewarganegaraan saat pewaris meninggal
-Warisan terletak
Hk. Pewarisan -Tempat pewaris meninggal
-Waris berdomisili
Hk. Perjanjian -lex loci contractus
-lex loci solutionis
-lex loci celebrationis -party otonomy
Hk. Keluarga
-nationality before marriage
-domicili before marriage
-tempat perkawinan
dilangsungkan

Hk.benda -lex fori


-lex situs
Asas2 -domicile

-lex loci delicti


Perbuatan melawan hk -tempat perbuatan pidana dilakukan
-ditentukan hakim

domisili
-domicili of origin
-domicili of dependence
-domicili of choice
Subjek
hk
nasionalitas

-kewarganegaraan
-pusat administrasi
badan hk -tempat dibuatnya perusahaan
HPI
-ketidakpastian hk
kontra r -penyerahan kedaulatan
sikap para -circulus vituosis
pihak
pro r -harmonisasi putusan
-keputusan berbeda
-tidak chauvinis
-praktis
Renvoi
-penunjukan
jenis2
-penunjukan kembali
-penunjukan lebih
lanjut
-sachnorm-verweisung
kaidah -gesamt-verweisung
k.u. intern
Ketertiban umum
k.u. ekstern

unsur2 k.u -ekonomi


-agama
Penyelundupan hk -politik
-budaya
HPI
Pilihan hukum

Persoalan pendahuluan

k.hukumnya
Kualifikasi
k.faktanya

Anda mungkin juga menyukai