Sahlan
Jurusan D3 Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Email : sahlan@gmail.com
Erlina
Jurusan Teknik Sipil, Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Email : erlina_st@yahoo.com
Pranoto Yulistyo
Jurusan D3 Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknik – PLN
Abstract
Maintenance of generating units is done regularly based on specific operating hours and in various
types of maintenance, inspections and overhauls. Each overhoul performed and maintenance unit is
not operating in the maintenance period. Thus the implementation of maintenance should be done as
effectively and efficiently as possible. Rotor position one of the activities in overhoul that much help
and determine the smoothness pealaksanaan overhoul. With peaksanaannya smooth and maximum
results will help peaksanaan other activities so that implementation can overhoul more effective and
targeted.
1. PENDAHULUAN
berputar disebut rotor dan bagian turbin yang
Rotor Position adalah salah satu kegiatan diam disebut stator atau rumah turbin. Rotor
pemeliharaan yang dilaksanakan saat sebuah unit memutar poros yang menggerakkan beban
pembangkit sedang dalam perbaikan. Perbaikan (generator listrik, kompresor atau alat lainnya).
disini lebih sering dikenal dengan istilah Sistem turbin gas yang paling sederhana terdiri
overhoul. Sebuah kegiatan secara keseluruhan dari tiga komponen yaitu kompresor, ruang
untuk mengembalikan kinerja sebuah unit bakar dan turbin gas. Saat ini sistem turbin gas
pembangkit agar dapat beroperasi sesuai standar telah banyak diterapkan untuk berbagai
kriteria pengoperasian. keperluan seperti mesin penggerak generator
listrik, mesin industri, pesawat terbang
Adapun permasalahan yang diangkat dalam danlainnya.Sekarang ini penggunaan turbin gas
pengerjaan penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk pembangkitan terus ditingkatkan
1. Apakah rotor dalam kondisi sentries terhadap berhubung bahan bakar gas lebih efektif dalam
bearing dan casing turbin? menghasilkan energi listrik.
2. Bagaimana carap engukurannya?
3. Bagaimana posisinya yang tepat? 2.2. Prinsip kerja turbin gas
4. Seberapakah besar pergeserannya? Udara masuk ke dalam kompresor melalui
5. Bagaimana proses pemusatannya? saluran masuk udara (inlet). Kompresor
berfungsi untuk menghisap dan menaikkan
2. KAJIAN LITERATUR tekanan udara tersebut, sehingga temperatur
udara juga meningkat. Kemudian udara
2.1. Turbin gas bertekanan ini masuk ke dalam ruang bakar. Di
Turbin gas adalah suatu alat yang memanfaatkan dalam ruang bakar terjadi pembakaran dengan
gas hasil pembakaran sebagai fluida kerja untuk cara mencampurkan udara bertekanan dan bahan
memutar turbin. Di dalam turbin gas, energi bakar. Proses pembakaran tersebut berlangsung
kinetik dikonversikan menjadi energi mekanik dalam keadaan tekanan konstan sehingga dapat
berupa putaran yang menggerakkan roda turbin dikatakan ruang bakar hanya untuk menaikkan
sehingga menghasilkan daya. Bagian turbin yang temperatur. Gas hasil pembakaran tersebut
49
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513
1 - 2 Proses kompresi:
Udara dihisap dari udara luar oleh kompresor
turbin, blade-blade kompresor menyebabkan
udara mengalami penyempitan volume dan
termampatkan oleh kecepatan udara karena
putaran rotor kompresor. Sehingga volume turun Gambar 1. Siklus Brayton T-S dan P-V
sedangkan tekanan udara naik, temperature
udara sedikit bertambah karena terkompres 2.4. Pengertian rotor position
sedangkan entrophinya turun. Rotor Position position adalah suatu kegiatan
yang ditujukan untuk menghitung kesentrisan
2 – 3 Proses Pembakaran: posisi sebuah rotor turbin terhadap
Bahan bakar ditambahkan/dicampurkan dengan compressor/turbin vane carrier setelah terpasang.
udara bertekanan yang dialirkan melalui diffuser Jumlah hasil perhitungan rotor position pada
menuju ruang bakar. Fungsi diffuser disini bearing 1 (bearing di akhir exhaust turbin) harus
adalah untuk memperlambat kecepatan (velocity) di settingkan sesuai permintaan untuk
udara, sehingga udara bercampur dengan bahan menyentriskan posisi rotor. Posisi rotor harus
bakar dengan sempurna. dibuat sedemikian rupa agar saat pemasangan
yang menghasilkan posisi rotor yang sepusat
3 – 4 Proses Ekspansi: dengan casingnya.
Gas hasil proses pembakaran di ekspansikan
melalui nozzel. Bagian turbin merubah energi 2.5. Standart rotor position
kinetik gas panas hasil pembakaran dari ruang a. Selisih nilai dititik bagian atas rotor yakni di
bakar menjadi tenaga putar mekanis. titik “a” dan “b” tidak lebih dari 0.2 mm
b. Selisih nilai dititik bagian bawah rotor yakni
4 – 1 Proses Pembuangan: di titik “c” dan “d” tidak lebih dari 0.2 mm.
Gas hasil pembakaran dikeluarkan menuju Catatan : batasan a dan b adalah mengacu
regenerator (jika ada), melalui suatusistem pada celah antara vela (blade kompressor)
exhaust duct (saluran pengeluaran) tetapi jika terhadap compressor vane carrier. Apa bila
tidak langsung ke udara bebas atmosfer. celah ini terlalu sempit dapat menyebabkan
blade compressor membentur casing dan
Siklus Brayton adalah siklus 4 (empat) proses, patah.
seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut c. Selisih nilai jarak rata-rata sisi bawah dan sisi
ini. atas a+b/2 - (c+d/2) berkisar antara 0.30-
0.80 mm.
50
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513
akan terlalu longgar sehingga putarannya oleng metode perhitungan rotor mrnggunakan metode
(tidak halus). Sedangkan bila, bearing terlalu dudukan (on the side) baik yang 3 titik maupun 4
rapat dibawah 0.30 mm putarannya berat dan titik.
berakibat bearing menjadi panas dan dapat - Pemeliharaan type C yaitu saatoperasi turbin
terbakar (pelumasnya). gas telah mencapai 24.000 EoH. Disini seluruh
komponen turbin dibongkar sehingga berlaku
perhitungan sesuai shop asssembly.
2.6. Hal-Hal yang Berkaitandengan Rotor
Position 3. METODE PENELITIAN
1. Leveling turbin casing can compressor Dalam penelitian ini digunakan metode
casing ketidak sejajarannya menyebabkan pengukuran dan perhitungan untuk mendapatkan
posisi bearing tidak sejajar kibatnya bearing data penyimpangan rotor dan seberapa besar
menjepit rotor nilai pergeserannya agar posisinya kembali
2. Leveling bearing bearing poros turbin dan sepusat terhadap casing pada rotor turbin GT 1.1
pengikat Pedestal (untuk penyesuaian celah Muara Tawar
pada bearing turbin). Saat pengencangan
bearing turbin kekerasan pengencangan 3.1. Teknik Pengumpulan Data
bearing dapat memberikan pengaruh Agar tujuan yang telah diuraikan sebelumnya
terhadap celah antara rotor dan permukaan dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan
bearing. data yang akurat sebagai dasar acuan. Data untuk
3. Pengukuran hasil celah bearing terhadap dasar penelitian ini penulis dapat dengan cara
casing dan celah tule (blade turbin) terhadap sebagai berikut:
casing. Meskipun ukuran standar blade 1. Studi Literatur
kompresor dan turbin telah memenuhi 2. Wawancara
standar terkadang masih saja terjadi blade 3. Studi Lapangan
membentur casing luar sehingga patah.
4. Untuk putaran rotor barring yang berat dan 3.2. Kerangka Pemecahan Masalah
terlalu lama dapat menjadi indikasi dari Untuk mempermudah pemahaman yang
posisi rotor maupun bearing yang tidak dilakukan dalam penelitian, maka digunakan
benar sehingga rotor bergesekan dengan skema pemecahan masalah sebagai berikut :
bearing. Standart rotor barring maksimal
dalam 1 putaran membutuhkan waktu 4
menit. Pemutaran dilakukan oleh hydrolic
rotor barring yang mempunyai tekanan
output standart 18-20 bar. Apabila waktu
putarannya melebihi waktu maksimal ada
indikasi posisi bearing ataupun pedestal
tidak sesuai sehingga menekan rotor yang
berakibat pada putaran rotor yang menjadi
berat.
Rotor barring dilakukan pada saat selesai
perakitan bearing ataupun rotor, fast cooling
generator turbin, dansaat generator turbin
shutdown untuk menghindari poros turbin
mengalami lendungan di bagian tengah
poros.
51
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513
52
Jurnal Power Plant ISSN No :2356-1513
Kesimpulan
1. Rotor position adalah rangkaian kegiatan untuk
menyepusatkan titik pusat rotor dan casing
turbin maupun kompresor.
2. Rotor position tidak hanya penting untuk
menghasilkan putaran rotor yang halus namun
juga untuk keselamatan komponen rotor saat
pemasangan maupun operasi.
3. Hasil final sesuai standart rotor position yakni
ukuran dititik – titik pengukuran yaitu :
A = 500
B = 519
C = 570
D = 556
Nilai tersebut sudah memenuhi standart kriteria
rotor position.
Daftar Pustaka
53