PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jimat bukanlah sesuatu yang asing bagi peradaban manusia dari dulu
hingga zaman modern saat ini. Bahkan Sebagian masyarakat kita
masih memelihara kepercayaan terhadap benda- benda mati
tersebut. Mereka menganggap bahwa benda mati tertentu memiliki
kekuatan, kesaktian, atau keistimewaan yang sangat dahsyat
,sehingga bisa di jadikan sebagai jimat , senjata atau yang lainnya
masyarakat tidak menyadari bahwa tindakan yang mereka lakukan
termasuk kedalam dosa syirik. seperti memakai atau
mempunyai batu akik, keris, benda- benda bertuah dll.
Pokok masalah
Tujuan penulisan
Pengertian jimat
Jimat dibagi menjadi dua macam, yaitu jimat yang berasal dari
Al-Qur’an atau do’a-do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
jimat yang bukan berasal dari keduanya. Adapun hukum jimat
yang bukan berasal dari Al-Qur’an atau do’a Nabi, maka
termasuk ke dalam kemusyrikan. Tergolong ke dalam syrik kecil
jika seseorang meyakini jimat tersebut hanya sebagai
sebab/sarana, namun tetap meyakini hanya Allah yang maha
kuasa untuk menghilangkan bahaya dan mendatangkan
manfaat. Dapat termasuk ke dalam syirik besar (yang
mengeluarkan dari Islam) jika meyakini jimat tersebutlah
dengan sendirinya yang mendatangkan manfaat dan
menghilangkan kesusahan tanpa meyakini adanya kekuasaan
Allah dalam memberikan pengaruh dari sebab yang diambil
(Majmu’ Fatawa Wa Rasail karya Syaikh Utsaimin).
Sedangkan jimat yang berasal dari Al-Qur’an, maka terdapat
perselisihan diantara para ulama apakah hal tersebut
diperbolehkan atau tidak. Alasan diperbolehkannya karena Al-
Qur’an bukan termasuk makhluk melainkan Kalamullah. Namun
yang lebih tepat adalah pendapat yang melarang penggunaan
Al-Qur’an sebagai jimat. Hal tersebut didasarkan atas beberapa
alasan: (1) Keumuman dalil pelarangan jimat dan tidak ada dalil
lain yang mengkhususkan bolehnya hal tersebut; (2) Dapat
menyebabkan penghinaan terhadap Al-Qur’an karena dibawa
ke tempat najis dan kotor; (3) Demi menutup jalan-jalan
kemusyrikan, yaitu perbuatan menggantungkan selain Al-
Qur‘an sebagai jimat; (4) Tidak adanya dalil dari Al-Qur’an
maupun As-Sunnah yang membolehkan hal tersebut
(Haasyiatu Kitabi at-Tauhid karya Syaikh Abdurrahman bin
Qaasim). Jadi kesimpulannya seluruh bentuk jimat adalah
terlarang dalam syari’at Islam, baik yang berasal dari Al-Qur’an
atau selain Al-Qur’an
Akibat menggunakan jimat
c. Tidak tertarik, buta secara rohani dan tidak merasa berdosa.
a. Pikiran ingin bunuh diri dan ketakutan yang tidak normal.
a. Anak yang lahir bisa cacat fisik dan mengalami sakit-sakitan.
5. Akibat secara moral yakni suara hati tidak berperan dan
cenderungan melanggar aturan.
6. Akibat secara sosial yaitu Merasa gelisah apabila berada di antara
orang-orang percaya, cenderung merusak hubungan dalam keluarga
dan komunitas dan Inferior feeling (merasa rendah).
Masih banyak contoh macam dan peristiwa lain yang dapat dinilai
bahwa benda yang digunakan adalah jimat. Apabila tujuannya adalah
untuk menghilangkan atau menolak bahaya dan sebabnya tidak
terbukti baik secara syar’i maupun keilmiahan/logika, serta benda itu
dikalungkan, digantung atau disimpan dengan cara apapun, maka
benda-benda tersebut termasuk jimat.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian di atas kita bisa menyimpulkan Penggunaan jimat
termasuk kedalam perbuatan syirik.di lingkungan masyarakat masih
banyak orang-orang yang menggunakan jimat untuk keberuntungan,
terhindar dari kesialan dll.kita sebagai umat muslim harus mengerti
dan menghindari perbuatan syirik,karena perbuatan syirik bisa
berbahaya bagi diri kita sendiri.
SARAN
Saran kami untuk kita semua adalah selalu percaya terhadap allah.
Agar terhindar dari perbuatan syirik,dan selalu berada di
perlindungan allah.
DAFTAR PUSTAKA
http://fransaliadi1.blogspot.com/2013/06/pengertian-jimat-talisman-
amulet.html
http://buletin.muslim.or.id/aqidah/jimat-menurut-islam
BAB 1
PENDAHULUAN
Kehidupan dunia bagi seorang yang beriman adalah tempat cobaan dan
ujian.tidaklah sedetik waktu yang berlalu kecuali akan diisi dengan cobaan yang
silih berganti.maha benar Allah ta`ala ketika mengingatkan kita dalam
firmannya :
َ قُ ْلنَا ا ْهبِطُو ْا ِم ْن َها َج ِميعا ً فَإ ِ َّما َيأْتِيَنَّ ُكم ِّمنِّي ُهدًى فَ َمن تَبِ َع ُهدَا
َي فَالَ َخ ْوفٌ َعلَ ْي ِه ْم َوالَ ُه ْم يَ ْح َزنُون
Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang
petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya
tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".[2]
Dari kedua ayat tersebut dan ayat yang semisal dengannya ,sangat jelas
bagi kita bahwa permusuhan antara kebenaran dan kebatilan adalah abadi hingga
akhir zaman. satu hal yang seharusnya kita yakini bersama,untuk menuju
janjinya ..maka iblis dan para pengikutnya akan senantiasa berusaha
menggunakan bermacam – macam cara dan metode untuk menyesatkan umat
manusia.diantara usaha yang paling digemari setan adalah menjerumuiskan umat
manusia dalam jurang kekafiran dan kesyirikan.
1.2 Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang diatas dapat diambil beberapa rumusan masalah seperti:
a. Apakah definisi jimat?
b. Macam-macam jimat dan hukumnya?
c. Bentuk bentuk jimat di zaman sekarang?
d. Manfa'at dalam Jimat dan Tangkal?
e. Dalil dalil haramnya menggunakan jimat dan tangkal?
BAB 11
PEMBAHASAN
BAB 111
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
jimat adalah benda yang dianggap mengandung kesaktian ( menolak
penyakit ,menyebabkan kebal ) dan dalam bahasa arab disebut tamimah ( sesuatu
yang dikalungkan dileher anak atau yang lainnya sebagai penagkal atau pengusir
penyakit,pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki ).
3.2 SARAN
Sebaiknya kita sebagai umat islam jangan sekali-sekali menggunakan jimat
atau pangkal dalam kehidupan sehari-hari. Apabila kita menggunakan jimat atau
kita percaya pada kekuatan jimat sama aja kita menyekutukan Allah SWT .
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam
Dosen :
Disusun oleh :
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur mari kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
senantiasa memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Tidak lupa
shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sudut Pandang Islam Terhadap Tradisi
Menyalakan Dufa” dengan penuh kelancaran. Ucapkan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada dosen yang telah memberikan bimbingan kepada penulis tanpa kenal
lelah.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan karena hanya amat sedikit
tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tak perlu dibiasakannya
dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri beberapa refleks, beberapa
tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan apabila ia sedang membabi buta.
Menurut Antopologi, ‘’kebudayaan’’ adalah keseluruhan system gagasan, tindakan, dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar.
Begitupun materi yang kelompok kami angkat mengenai ‘’budaya Ngukus’’ yang
sampai saat ini masih ada yang melakukan. Dimana budaya ngukus atau dufa itu
dilakukan oleh orang islam dan tidak disangka budaya Ngukus ini malah dijadikan hal
negatif seperti berhubungan dengan alam gaib.
1.2 Rumusan Permasalahan
Adapun terdapat beberapa permasalahan yang dapat penulis rumuskan
berdasarkan latar belakang di atas, yaitu :
3. Bagaimana ciri-ciri, fungsi, dan tujuan seseorang yang melakukan budaya ngukus atau
dufa?
4. Bagaimana sudut pandang islam terhadap budaya dufa dan ngukus ini?
3. Mengetahui apa tujuan, fungsi dan cirri-ciri kebudayaan dufa atau ngukus tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memebrikan pengetahuan dan
pemahaman tentang sejarah singkat dari kebudayaan dufa atau ngukus
dilihat segi kebudayaan dan islam khususnya. Adapun manfaat bagi pembaca lebih
kepada bahan yang dapat dijadikan sebagai referensi untuk topik dan pembahasan yang
serupa serta diharapkan dapat mengambil nilai positif dari dari makalah yang kami buat.
BAB II
PEMBAHASAN
“Kemenyan” berasal dari “getah” (eksudat) kering yang berasal dari pohon
kemenyan, yang keluar dengan sendirinya atau senagaja ditoreh (diturih), serupa
dengan cara mengambil getah karet. Terdapat beberapa jenis kemenyan yang masing-
masing memiliki kadar wangi yang berbeda-beda, sangat tergantung pada kualitasnya.
Kemenyan yang bagus, pada masanya, mempunyai harga sebanding dengan emas.
Pada satu sisi, ngukus merupakan bagian dari budaya yang dilaksanakan oleh
sebagian masyarakat Sunda, dan lainnya. Pada sisi lainnya, kepemilikan kemenyan dapat
menunjukkan status sosial pemiliknya, yakni jika ia memiliki kemenyan yang berkualitas
tinggi, berarti ia adalah orang kaya, demikian sebaliknya. Pada sisi lain juga, pada
jamannya, kemenyan menunjukkan komoditas yang mampu menggerakkan roda
ekonomi.
Pada zaman dahulu sebelum ada parfum jika sedang ada acara kendurian atau
tahlilan suka sekali menggunakan kemenyan untuk menghilangkan bau, sehingga
mereka pun menggunakan kemenyan untuk mengharumkan ruangannya. Untuk
wanginya sendiri boleh saja digunakan ketika holakoh untuk mengusir nyamuk, tetapi
jika kemenyan tersebut digunakan untuk hal-hal gaib, membangkitkan arwah atau
meminta kepada Allah itu merupakan sesuatu hal yang dilarang dan mendekati ke hal
yang bersifat musyrik.
Menurut narasumber sendiri tidak ada larangan khusus dalam Al-Qur’an, hanya
saja kebiasaannya yang bisa dimasukan kedalam kemusyrikan. Bahkan ada salah satu
hadis yang menyebutkan “Beribadahlah kalian kepada Allah dan jangan menyekutukan
Allah”. Adapun hukum seseorang yang membakar kemenyan hanya untuk mendapatkan
keselamatan, yaitu :
b. Tentang membakar kemenyan untuk memanggil ruh nenek moyang, maka yang datang
bisa yang dibakarkan oleh kemenyan tersebut adalah ruh-ruh jahat yang disebut
syaithan atau jin-jin kafir yang mengaku-ngaku seperti nenek moyang. Adapun ruh-ruh
nenek moyang itu sendiri, setelah meninggal dunia, semuanya ditahan di alam barzakh
(alam kubur) dan tidak dapat keluar kecuali pada hari kiamat nanti. Memang ada nabi-
nabi tertentu yang dapat memanggil ruh orang yang sudah mati untuk kembali ke
jasadnya lagi, seperti nabi Musa yang memanggil ruh dari orang yang telah dibunuh
untuk ditanyai siapa pembunuhnya sebagaimana yang diceriterakan dalam Al Qur'an
dan nabi Isa yang dapat menghidupkan kembali orang yang sudah mati ratusan tahun
untuk membuktikan bahwa beliau adalah utusan Allah, tetapi tidak untuk dimintai
keselamatan dan lainnya.
2.6 Analisis
Berbicara sebuah kebudayaan akan sangat erat kaitannya dengan tradisi dan
kebiasaan suatu masyarakat yang berkembang. Semua itu tercakup dalam 7 unsur
kebudayaan secara universal yang didalamnya terdapat sebuah kepercayaan/religi.
Berbicara mengenai kepercayaan, sangat sensitif sekali dan rawan akan bermasalah dan
terjadi singgungan.
Budaya ngukus merupakan salah satu kebudayaan yang berkaitan erat dengan
sebuah kepercayaan. Ngukus jika dilihat dari sudut pandang budaya yang berkembang
dimasyarakat itu bukan hal yang asing dan dianggap tidak baik. Akan tetapi jika dilihat
dari sudut pandang lain khususnya islam sangat berbanding terbalik. Dimana bahwa
islam tidak mengajarkan manusia untuk ngukus, dan dilarang untuk menyekutukan Allah
salah satunya dengan prilaku-prilaku yang mengarah kesana seperti ngukus. Jika
mendengar perkataan orang yang suka melakukan ngukus, secara sepintas bahwa
ngukus memang baik dan banyak mengatakan bahwa segala sesuatunya pasti ada
perantara lain yang dapat membantu/mempercepat tujuan yang ingin dicapai.
Dalam sudut pandang islam, ngukus ini mendekati kemusyrikan. Dalam al-Quran
dikatakan bahwa beribadahlah kepada Allah dan jangan menyekutukan Allah. Hal-hal
yang dapat menyekutukan Allah ini disebut musyrik, dan prilaku dengan membudayakan
ngukus untuk hal-hal gaib itu dapat dikatakan sebagai bentuk menyekutukan Allah.
Dalam pandangan para ulama dan ustadz mengenai ngukus/membakar kemenyan,
bahwa itu sah sah saja jika itu hanya sebagai untuk wangi-wangian atau mengusir
nyamuk saja, bukan kaitannya dengan hal-hal yang gaib yang mendatangkan sebuah
arwah yang telah meninggal atau sebagai media untuk meminta sesuatu walaupun
tujuannya kepada Allah semata.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan kebudayaan ngukus atau dufa itu merupakan kebudayaan
orang sunda yang berkembang secara turun temurun dengan kemenyan sebagai
medianya. Makna dari membakar kemenyan bagi orang Islam sendiri adalah untuk
wangi-wangian karena pada saat penyebaran Islam Rosulullah suka terhadap wangi-
wangian dan diturunkan kepada para pengikutnya. Sedangkan makna dari membakar
kemenyan atau dufa bagi orang hindu adalah sebagai bentuk persembahan kepada
dewa api.
Islam mengajarkan untuk menyelisihi kebiasaan agama lain, jadi jika ingin
membakar kemenyan atau dufa sebaiknya jangan mengikuti kebiasaan agama lain yg
mengkhususkan waktu atau tempat membakar kemenyan atau dupa, tapi jika memang
diperlukan tidak mengapa asal bisa menjaga hati dari mengikuti agama lain
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan juga pembaca. Saran kami adalah jangan sekali-sekali berbuat hal yang
dapat menyekutukan Allah SWT walaupun itu ada kaitannya dengan agama ini. salah
satunya dengan budaya ngukus.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Permasalahan
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
2.6 Analisis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN