Anda di halaman 1dari 4

Nama : Reni Agustin

Nim : 11190331000060
Kelas : AFI 3 A
Kelompok :7

AGAMA BAHA’I

A. Latar Belakang Sejarah dan Pembawa Agama Baha’i


Tidak terlepas dari Sayyid Ali Muhammad dari Shiraz Iran, meskipun
beberapa literatur menyebut nama Baha’ullah sebagai pendiri agama ini, namun
sebenarnya agama ini dideklarasikan ole Ali di tahunn 1844M di Iran, Ali yang
berdakwa disana kemudian mendapat gelar al-Baab atau sang Bab atau pintu hidayah.
Namun ajarannya kemudian dianggap sesat oleh pemerintah Iran pada saat itu dan
akhirnya ia diasingkan di pegunungan Azerbaijan , ditempat ini ajarannya justru
mendapat sambutan luar biasa, namun ia dianggap membahayakan syariat islam
kemudian shah Iran memutuskan untuk menghukum mati Ali di Tabriz pada tahun
1850. Setelah kematian Ali, kepemimpinan selanjutnya dipimpin oleh Mirza Husein
Ali seorang bangsawan dari keluarga shah Iran, kemudia ia digelari Baha’ullah karena
berjasa menyusun kitab suci dan merumuskan fondasi dasar kehidupan agama Baha’i
dari gelar inilah agama Baha’i diambil. Baha’ullah kemudian diasingkan ke Baghdad
dan dipenjara dibawah tanah selama lima tahun. Setelah itu, kepemimpinan
dilanjutkan oleh anaknya yaitu Abdul Bah, namun ia bernasib sama seperti ayahnya
dipenjara. Sebelum meninggal, Abdul Baha meninggalkan wasiat bahwa kelak yang
menggantikan kepemimpinannya adalah cucunya yaitu Shogi Efendi Rabbani. Dan
selepas Shoghi Effendi, umat Baha’i dibimbing oleh lembaga international yang
dinamakan Balai Keadilan Sedunia atau Baha’i International Community (BIC). Sejak
itu agama Baha’i terus berkembang. Meskipun agama Baha’i menyebar ke banyak
negara didunia namun tidak semua negara mengakui keberadaannya. Termasuk di
Iran, Agama Baha’i juga mendapat perlawanan keras. Bahkan banyak pengikut Baha’i
yang dieksekusi.
B. Kitab Agama Baha’i
Kitab suci agama Baha’i adalah kumpulan tulisan dan juga amanat-amanat
sang bab dan ajaran Baha’u’llah yang dikumpulkan dalam sebuah kitab disebut Kitab-
i-Aqdas. Tulisan-tulisan suci dalam bentuk asli disahkan oleh Baha’u’llah sendiri,
sehingga tidak ada keraguan atas keasliannya. Dalam ayat-ayat suci-Nya yang
diwahyukan antara tahun 1853-1892, Baha’u’llah mengulas berbagai hal, seperti
keesaan Tuhan dan fungsi wahyu Ilahi; tujuan hidup; ciri dan sifat roh manusia;
kehidupan setelah mati; hukum dan prinsip-prinsip agama; ajaran-ajaran akhlak;
perkembangan kondisi dunia serta masa depan umat manusia. Selain berpijak pada
tulisan suci Baha’u’llah, kehidupan masyarakat Baha’i juga dituntun melalui buku
dan surat yang ditulis oleh Abdul Baha’ dan Shogi Effendi.
C. Sistem Kepercayaan Agama Baha’i
1. Ke-Esaan Tuhan
Baha’i mengajarkan umatnya untukmengkui bahwa Tuhan hanya satu, oleh karena
itu semua agama haruslah saling menghormati dengan agama yang lain. Tuhan
telah memilih untuk membuat Diri-Nya dikenal manusia melalui para Rasul dan
Nabi, seperti Ibrahim, Musa, Krishna, Zoroaster, Budha, Isa, Muhammad, dan
Baha’ullah. Para Rasul dan Nabi yang suci itu bagaikan cermin yang
memantulkan sifat-sifat dan kesempurnaan Tuhan. Mereka merupakan manusia
yang menjadi cerminan bagi yang lain juga.
2. Percaya kepada Rasul sebagai Utusan Tuhan
Percaya akan adanya rasul merupakan salah satu hal yang disemua agama harus
meyakininya termasuk dalam agama Baha;i
3. Keselarasan dan Toleransi
Umat Baha’i percaya bahwa setiap agama ada untuk saling bisa toleransi dalam
perbedaan, harus saling menghormati dan tolong menolong setiap agama.
4. Kesatuan dalam Keanekaragaman
Awgama Baha’i merangkul setiap golongan, entah itu berbeda ras, kasta atau
semacamnya, karena semua adalah sama, maka hal ini akan menimbulkan kedamaian
dan kecintaan antar sesama manusia yang lain.
5. Kesatuan Umat Manusia
Agama Bahai mengajarkan bahwa setiap manusia itu adalah sama dan harus
saling menghargai, Baha’i mencela orang-orang yang berprasangka buruk
terhadap golongan yang lain.
6. Sifat Roh dan Kehidupan Sesudah Mati
Baha’i percaya adanya roh walaupun tidak sepenuhnya mampu memahami sifat
roh, roh tumbuh dan berkembang sesuai dengan hubungan rohaninya dengan
Tuhan.
7. Budi Pekerti yang Luhur
Agama Baha’i percaya bahwa umat manusia harus berupaya memperoleh sifat
yang mulia dan bertingkah laku sesuai standar moral yang baik, salah satu tujuan
agama Baha’i pun salah satunya menjunjung tinggi budi pekerti yang luhur.
8. Kemandirian dalam Mencari Kebenaran
Dalam proses mencari kebenaran mesti independent tidak boleh terkekang oleh
sikap atau tradisi, penganut Baha’i harus memiliki keinginan untuk mencari
kebenaran.
9. Surga dan Neraka
Para perwujudan Tuhan telah mengajarkan kepada kita mengenai kehidupan
setelah mati dalam kiasan tetapi Bahaullah bersabda bahwa kita sudah siap untuk
mengetahui arti sebenarnya dari surga dan neraka. Dua kenyataan penting yang
harus kita ingat adalah:
a. Jiwa kita kekal dan terus hidup setelah kita mati
b. Akibat-akibat dari perbuatan kita di dunia akan berlangsung terus bahkan
setelah roh kita meninggalkan badan.
D. Praktik Agama Baha’i
Beberapa praktik keagamaan agama ini diantaranya adalah doa atau sembahyang yang
dilakukan setiap hari dirumah, diantaranya meditasi, shalat wajib (berdoa minimal
satu kali sehari), berpuasa 17 hari (dilakukan setiap tahun baru Baha’i, pernikahan
(Bahaullah sangat memuji lembaga perkawinan dan menyatakan sebagai perintah
abadi tuhan. Perceraian diperbolehkan, tetapi hanya setelah pasangan tinggal satu
tahun berpisah, sambil mencoba menyelesaikan perselisihan.
E. Hari Besar
 Pemeluk agama Baha’i juga memiliki hari besar diantaranya :
 21 Maret merupakan hari raya Naw-Ruz (tahun baru)
 21 April merupakan Hari raya Ridwan pertama, pengumuman Bahaullah
(1863) pukul 03.00 sore
 29 April merupakan hari raya Ridwan ke sembilan
 02 Mei merupakan pengumuman Sang Bab (1844) 2 jam 11 menit setelah
matahari terbenam pada tanggal 22 Mei atau Hari lahir Abdul Baha.
 29 Mei merupakan hari Wafatnya Bhaullah (1892) pukul 03.00 pagi
 09 Juli merupakan hari kesyahidan Bab (1850) pada tengah hari
 20 Oktober merupakan hari lahir Sang Bab (1819)
 12 November merupakan hari lahir Bahaullah (1817)
 26 November merupakan hari perjanjian
 28 November merupakan hari wafatnya Abdul Baha (1921) pukul 01.00 pagi
 26 Februari-1 Maret merupakan hari-hari sisipan (ayami-ha)
 2-20 Maret merupakan hari Puasa[19]

Referensi
Ali Imron, Muhamad, 2015. Sejarah terlengkap Agama-agama Dunia. Yogyakarta :
IRCiSoD.
Ghazali, Aceng muchtar. 2000. Ilmu Perbandingan Agama. Bandung : Pustaka Setia
http://intanmarhumah.blogspot.com/2013/05/agama-bahai.html

Anda mungkin juga menyukai