Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Dilansir Britannica, landasan kepercayaan Baha'i adalah keyakinan bahwa Bahaʾ


Allah dan pendahulunya, yang dikenal sebagai Bab, dalam bahasa Persia berarti "Gerbang",
adalah manifestasi Tuhan, yang esensinya tidak dapat diketahui. Prinsip utama Baha'i adalah
kesatuan esensial semua agama dan kesatuan umat manusia. Baha'i percaya bahwa semua
pendiri agama-agama besar dunia telah menjadi manifestasi Tuhan dan agen dari rencana
ilahi untuk umat manusia. Terlepas dari perbedaan nyata mereka, agama-agama besar dunia,
menurut Bahāʾī, mengajarkan kebenaran yang identik. Fungsi khusus Bahaʾ Allah
(Baha'u'llah) adalah untuk mengatasi perpecahan agama dan membangun iman universal.
Baha'i percaya pada kesatuan umat manusia dan mengabdikan diri pada penghapusan
prasangka rasial, kelas, dan agama. Sebagian besar ajaran Baha'i berkaitan dengan etika
sosial. Iman tidak memiliki imamat dan tidak menjalankan bentuk-bentuk ritual dalam
ibadahnya.
Baháʼí (bahasa Arab: 'Baha'iyyah') adalah sebuah agama monoteistik yang
menekankan pada kesatuan spiritual bagi seluruh umat manusia. Agama Bahá'í lahir di Persia
(sekarang Iran) pada tahun 1863. Pendirinya bernama Mírzá Ḥusayn-`Alí Núrí yang bergelar
Bahá'u'lláh (kemuliaan Tuhan, kemuliaan Alláh). Bahá'í awalnya berkembang secara terbatas
di Persia dan beberapa daerah lain di Timur Tengah yang pada saat itu merupakan wilayah
kekuasaan Turki Usmani. Sejak awal kemunculannya, komunitas Bahá'í Timur Tengah
khususnya di Persia menghadapi persekusi dan diskriminasi yang berkelanjutan. Pada awal
abad kedua puluh satu, penganutnya mencapai lima hingga delapan juta jiwa yang berdiam di
lebih dari dua ratus negara dan teritori di seluruh dunia.
AJARAN AGAMA BAHA’I
Ada tiga prinsip ajaran dan doktrin Baha’i, yaitu kesatuan Tuhan, kesatuan agama,
dan kesatuan kemanusiaan. Kitab Suci agama Baha'i berasal dari tulisan Baha' Allah pada
Kitab i-Aqdas. Kitab itu mendefinisikan banyak hukum dan praktik bagi individu dan
masyarakat, beriringan dengan Kitab i-Iqan yang secara harafiah adalah kitab kesepahaman
sebagai dasar selanjutnya. Peter Smith, seorang peneliti terkemuka dalam kajian Baha’i pada
bukunya berjudul A Concise Encyclopedia of the Baha'i Faith menyebut dalam Baha’i,
Tuhan secara berkala mengungkapkan kehendaknya melalui utusan ilahi, yang tujuannya
adalah untuk mentransformasikan karakter manusia. Dengan demikian, agama dilihat secara
tertib, terpadu dan progresif dari zaman ke zaman.
Pandangan iman Baha’i terhadap Tuhan sendiri adalah Tuhan yang tunggal,
mahatahu, mahakuasa, tidak dapat binasa, tanpa awal dan akhir, merupakan pencipta segala
sesuatu yang ada di alam semesta. Tuhan tetap dipandang sadar akan ciptaannya, dengan
kehendak dan tujuan yang diungkapkan melalui utusannya yang disebut Manifestasi Tuhan.
Karena gagasan wahyu agama yang progresif, maka Baha’i menerima keabsahan agama-
agama besar lainnya yang pendirinya dianggap bagian dari Manifestasi Tuhan. Hingga saat
ini, perkiraan angka jumlah pengikut Baha’i masih belum dapat diketahui secara pasti. Jika
merujuk data Baha’i World Centre, awal tahun 1991 silam, jumlahnya mencapai lebih dari 5
juta orang. Pada pertengahan 2004, ensiklopedia Britannica memperkirakan ada 7,5 juta
pemeluk Baha’i tersebar di 218 negara berdasarkan data yang diambil dari World Christian
Encyclopedia. The Economist dalam laporannya April 2017 kemarin menyebut saat ini ada
sekitar 7 juta pemeluk Baha’i di seluruh dunia.

Anda mungkin juga menyukai