Anda di halaman 1dari 10

Baha'i

Agama Bahá’í dimulai di Iran pada abad 19. Pendirinya bernama Bahá’u’lláh. Pada awal abad
kedua puluh satu, jumlah penganut Bahá’í sekitar enam juta orang yang berdiam di lebih dari
dua ratus negeri di seluruh dunia.
 
Dalam ajaran Bahá’í, sejarah keagamaan dipandang sebagai suatu proses pendidikan bagi umat
manusia melalui para utusan Tuhan, yang disebut para "Perwujudan Tuhan". Bahá’u’lláh
dianggap sebagai Perwujudan Tuhan yang terbaru. Dia mengaku sebagai pendidik Ilahi yang
telah dijanjikan bagi semua umat dan yang dinubuatkan dalam agama Kristen, Islam, Buddha,
dan agama-agama lainnya. Dia menyatakan bahwa misinya adalah untuk meletakkan pondasi
bagi persatuan seluruh dunia, serta memulai suatu zaman perdamaian dan keadilan, yang
dipercayai umat Bahá’í pasti akan datang.
 
Mendasari ajaran Bahá’í adalah asas-asas keesaan Tuhan, kesatuan agama, dan persatuan umat
manusia. Pengaruh dari asas-asas hakiki ini dapat dilihat pada semua ajaran kerohanian dan
sosial lainnya dalam agama Bahá’í. Misalnya, orang-orang Bahá’í tidak menganggap "persatuan"
sebagai suatu tujuan akhir yang hanya akan dicapai setelah banyak masalah lainnya
diselesaikan lebih dahulu, tetapi sebaliknya mereka memandang persatuan sebagai langkah
pertama untuk memecahkan masalah-masalah itu. Hal ini tampak dalam ajaran sosial Bahá’í
yang menganjurkan agar semua masalah masyarakat diselesaikan melalui proses musyawarah.
Sebagaimana dinyatakan Bahá’u’lláh: "Begitu kuatnya cahaya persatuan, sehingga dapat
menerangi seluruh bumi."Daftar isi [sembunyikan]
1 Ajaran
1.1 Tuhan
1.2 Agama
1.3 Manusia
2 Statistik
3 Asas-asas sosial
4 Sejarah
4.1 Báb
4.2 Bahá’u’lláh
4.3 ‘Abdu’l-Bahá
4.4 Shoghi Effendi dan Balai Keadilan Sedunia
5 Kehidupan masyarakat
5.1 Hukum Bahá’í
5.2 Perkawinan
5.3 Administrasi
5.4 Rumah ibadah
5.5 Kegiatan
5.6 Perserikatan Bangsa-Bangsa
6 Pranala luar
7 Referensi
 
 
[sunting]
Ajaran
 
[sunting]
Tuhan
 
Para penganut agama Bahá’í beriman kepada Tuhan Yang Esa, dan Bahá’u’lláh menegaskan
bahwa semua percobaan untuk memahami atau mengisyaratkan Realitas Ilahi dalam
pernyataan mana pun, tidak lain hanyalah penipuan diri: "Bagi mereka yang berilmu dan
hatinya diterangi, telah terbukti bahwa Tuhan, Hakikat yang tak dapat diketahui, Keberadaan
Suci, sangatlah dimuliakan melebihi segala sifat manusia, seperti keberadaan jasmani, naik dan
turun, maju dan mundur. Jauhlah dari kemuliaan-Nya bahwa lidah manusia dapat mengatakan
pujian yang cukup bagi-Nya, atau hati manusia memahami rahasia-Nya yang tak terkira."
Menurut ajaran Bahá’í, alat yang dipakai oleh Pencipta segala makhluk untuk berinteraksi
dengan ciptaan-Nya yang terus berevolusi adalah munculnya Sosok-sosok kerasulan yang
mewujudkan sifat-sifat dari Ketuhanan Yang tak dapat dijangkau itu: "Oleh karena pintu
pengetahuan Sang Purba ditutup sedemikian rupa di depan wajah semua makhluk, maka
Sumber kemuliaan yang tak terhingga … telah menyebabkan para Permata Kesucian muncul
dari alam rohani, dalam bentuk mulia badan manusia dan dijelmakan kepada seluruh umat
manusia, agar mereka membagikan rahasia Tuhan … kepada dunia, dan mengabarkan tentang
kehalusan Hakikat-Nya yang kekal." Menurut Bahá’u’lláh, apa yang dimaksud dengan
"mengenal Tuhan", adalah mengenal para Perwujudan yang menyatakan kehendak-Nya dan
sifat-sifat-Nya, dan justru di sinilah jiwa menjadi akrab dengan Pencipta Yang melebihi bahasa
maupun pemahaman.
 
Agama Bahá’í menganggap para "Perwujudan Tuhan" itu, yang telah menjadi pendiri agama-
agama besar di dunia, sebagai wakil Tuhan di bumi dan pembimbing utama umat manusia.
Menurut ajaran Bahá’u’lláh, semua perbedaan dan pembatasan yang berkaitan dengan wahyu
mereka masing-masing telah ditentukan oleh Tuhan sesuai dengan kebutuhan misinya. Oleh
karena itu, orang-orang Bahá’í tidak meninggikan salah satu Perwujudan di atas yang lainnya,
tetapi menganggap, dalam kata-kata Bahá’u’lláh, bahwa mereka semua "berdiam dalam kemah
yang sama, membubung di langit yang sama, duduk di atas takhta yang sama, mengucapkan
sabda yang sama, serta mengumumkan Agama yang sama".
 
[sunting]
Agama
 
Menurut Bahá’u’lláh: "Agama merupakan sarana terbesar untuk menciptakan tata tertib di
dunia dan kebahagiaan yang sentosa bagi semua yang berdiam di dalamnya.” Mengenai
kemunduran atau penyelewengan agama, dia menulis: "Jika lampu agama meredup, maka
keributan dan kekacauan akan terjadi, cahaya-cahaya kejujuran, keadilan, ketenangan dan
kedamaian, akan berhenti bersinar.” Jadi, peran agama dinilai sangat penting. Sebagaimana
telah ditulis oleh Bahá’u’lláh: “Agama Tuhan adalah untuk kasih dan persatuan; janganlah
membuatnya penyebab kebencian dan perselisihan.”
 
Dalam pandangan Bahá’í, agama memiliki dua aspek, yaitu aspek hakiki dan aspek sementara.
Aspek hakiki adalah ajaran-ajaran kerohanian yang tidak berubah, sedangkan aspek sementara
adalah peraturan-peraturan yang diberikan sesuai dengan keperluan zamannya. Tulisan Bahá’í
mengumpamakan para Perwujudan Tuhan dengan seorang dokter, yang tugasnya adalah
“menyembuhkan umat manusia yang terpecah-belah dari penyakitnya.” Obat yang diberikan
pada suatu zaman tidak akan sama dengan obat yang diberikan pada zaman berikutnya. Oleh
karena itu, agama-agama besar di dunia tampaknya berbeda-beda. Tapi sebenarnya, menurut
ajaran Bahá’í, semua agama itu tunggal dan berasal dari Sumber yang sama.
 
Menurut ajaran Bahá’í, agama Tuhan sesuai dengan ilmu pengetahuan. Kepercayaan yang tidak
sesuai dengan ilmu pengetahuan bukanlah iman tetapi ketakhayulan belaka.
 
[sunting]
Manusia
 
Ajaran sosial yang terpenting dari agama Bahá’í adalah kesatuan umat manusia dan persatuan
dunia. Dalam kata-kata Bahá’u’lláh: “Kemah kesatuan telah ditegakkan; janganlah engkau
memandang satu sama lain sebagai orang asing. Engkau adalah buah-buah dari satu pohon dan
daun-daun dari satu dahan.” “Bumi hanyalah satu tanah air dan umat manusia warganya.” Pada
tingkat individu dan masyarakat, orang-orang Bahá’í dianjurkan untuk menghapus segala
macam prasangka buruk yang berdasarkan ras, agama, atau kelas sosial. Dan sebagai umat
beragama, orang-orang Bahá’í didorong untuk berasosiasi dan bekerja bersama dengan semua
agama lainnya. Kata Bahá’u’lláh: “Bergaullah dengan para pengikut semua agama dengan
penuh keramah-tamahan dan persahabatan.”
 
Pada tingkat global, Bahá’u’lláh telah memberikan beberapa ajaran berkaitan dengan masalah
perdamaian internasional. Dia menyeru kepada para pemimpin dunia agar mengadakan suatu
pertemuan akbar yang akan melahirkan dasar dari hukum internasional yang dapat
menyelesaikan masalah-masalah antarnegara. Dia menganjurkan prinsip keamanan kolektif
pada skala sedunia: “Saatnya pasti tiba, tatkala semua orang menyadari kebutuhan yang sangat
penting untuk mengadakan pertemuan besar yang mencakup seluruh umat manusia. Para
penguasa dan raja-raja di dunia harus menghadirinya, dan mereka—dengan berpartisipasi
dalam musyawarahnya—harus mempertimbangkan cara-cara dan sarana-sarana untuk
meletakkan dasar Perdamaian Agung sedunia di antara sesama manusia. Perdamaian semacam
itu menuntut agar negara-negara yang paling besar dan berkuasa bertekad untuk mewujudkan
kerukunan sepenuhnya di antara mereka sendiri demi ketenteraman semua bangsa di dunia.
Seandainya ada seorang raja mengangkat senjata melawan raja yang lain, maka semua harus
bangkit dan mencegahnya bersama-sama. Jika hal ini dilakukan, negara-negara di dunia tak
akan lagi memerlukan persenjataan, kecuali untuk tujuan menjaga keamanan dan memelihara
ketertiban dalam negeri di wilayah mereka masing-masing.”
 
Agama Bahá’í mengajarkan persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria. Tulisan Bahá’í
menyatakan: “Dunia kemanusiaan memiliki dua sayap—yang satu kaum wanita dan yang satu
lagi kaum pria. Burung itu tidak dapat terbang sebelum kedua sayapnya itu berkembang ke
tingkat yang sama.” Kemajuan kaum wanita juga dianggap sebagai prasyarat bagi tercapainya
perdamaian dunia.
 
Salah satu ajaran yang diberi tekanan khusus dalam agama Bahá’í adalah pendidikan.
Bahá’u’lláh berkata: “Anggaplah manusia sebagai tambang yang kaya dengan permata-permata
yang tak ternilai harganya. Hanya pendidikanlah yang dapat menampakkan kekayaannya itu
dan memungkinkan umat manusia mendapatkan keuntungan darinya.” Pendidikan universal
adalah asas Bahá’í dan semua keluarga Bahá’í dianjurkan untuk mendidik anak-anaknya. Dan
apabila dalam suatu keluarga dana tidak tersedia untuk mendidik semua anak, maka diusulkan
agar prioritas diberikan kepada anak perempuan, karena anak perempuanlah yang kelak akan
menjadi ibu, dan ibu adalah pendidik pertama dari generasi baru.
 
[sunting]
Statistik
 
Sumber-sumber Bahá’í biasanya memperkirakan jumlah penganut Bahá’í di atas 5 juta.
Kebanyakan sumber lain memperkirakan antara 5-6 juta.
 
Menurut The World Almanac and Book of Facts 2004, Kebanyakan penganut Bahá’í hidup di
Asia (3,6 juta), Afrika (1,8 juta), dan Amerika Latin (900.000). Menurut beberapa perkiraan,
masyarakat Bahá’í yang terbesar di dunia adalah India, dengan 2,2 juta orang Bahá’í, kemudian
Iran, dengan 350.000, dan Amerika Serikat, dengan 150.000. Selain negara-negara itu, jumlah
penganut sangat berbeda-beda. Pada saat ini, belum ada negara yang mayoritasnya beragama
Bahá’í. Guyana adalah negara dengan persentase penduduk yang beragama Bahá’í yang paling
besar (7,0%).
 
Encyclopedia Britannica Book of the Year (1992-kini) memberikan informasi sebagai berikut:
Agama Bahá’í adalah agama paling tersebar di dunia setelah agama Nasrani menurut jumlah
negeri di mana para penganut tinggal.
Agama Bahá’í ada di 247 negeri di seluruh dunia.
Anggota-anggotanya berasal dari lebih dari 2.100 suku, ras, dan suku bangsa.
Tulisan suci Bahá’í telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 800 bahasa.
 
[sunting]
Asas-asas sosial
 
Dari banyak ajaran Bahá’í, dua belas asas yang bersifat sosial berikut ini paling sering dikutip:
Keesaan Tuhan
Kesatuan agama
Persatuan umat manusia
Persamaan hak antara kaum wanita dan kaum pria
Penghapusan segala macam prasangka buruk
Perdamaian dunia
Persesuaian antara agama dan ilmu pengetahuan
Mencari kebenaran secara bebas
Keperluan untuk pendidikan universal yang wajib
Keperluan untuk bahasa persatuan sedunia
Tidak boleh campur tangan dalam politik
Penghapusan kemiskinan dan kekayaan yang berlebih-lebihan
 
[sunting]
Sejarah
 
[sunting]
Báb
 
Pada tahun 1844 Sayyid ‘Alí Muhammad dari Shíráz, Iran, yang lebih dikenal dengan gelarnya
Sang Báb (artinya “Pintu” dalam bahasa Arab), mengumumkan bahwa dia adalah pembawa
amanat baru dari Tuhan. Dia juga menyatakan bahwa dia datang untuk membuka jalan bagi
wahyu yang lebih besar lagi, yang disebutnya “Dia yang akan Tuhan wujudkan”. Antara lain,
Sang Báb mengajarkan bahwa banyak tanda dan peristiwa yang ada dalam Kitab-kitab suci
harus dimengerti dalam arti kias, bukan arti harfiah. Dia melarang perbudakan, juga melarang
perkawinan sementara, yang pada waktu itu merupakan praktek Syiah Iran.
 
Agama Báb tumbuh dengan pesat di semua kalangan di Iran, tetapi juga dilawan dengan keras,
baik oleh pemerintah maupun para pemimpin agama. Sang Báb dipenjarakan di benteng Máh-
Kú di pegunungan Azerbijan, di mana semua penduduk bersuku bangsa Kurdi, yang dikira
membenci orang Syiah; tetapi tindakan itu tidak berhasil memadamkan api agamanya, dan
mereka pun menjadi sangat ramah terhadap Sang Báb. Kemudian dia dipenjarakan di benteng
Chihríq yang lebih terpencil lagi, tetapi itu juga tidak berhasil mengurangi pengaruhnya. Pada
tahun 1850 Sang Báb dihukum mati dan dieksekusi di kota Tabríz. Jenazahnya diambil oleh para
pengikutnya secara diam-diam, dan akhirnya dibawa dari Iran ke Bukit Karmel di Palestina
(sekarang Israel) dan dikuburkan di suatu tempat yang ditentukan oleh Bahá’u’lláh. Makam
Sang Báb kini menjadi tempat berziarah yang penting bagi umat Bahá’í.
 
[sunting]
Bahá’u’lláh
 
Antara tahun 1848 dan 1852, lebih dari 20.000 penganut agama Báb telah dibunuh, termasuk
hampir semua pemimpinnya. Mírzá Husayn ‘Alí yang lebih dikenal dengan gelarnya Bahá’u’lláh
(artinya “Kemuliaan Tuhan” dalam bahasa Arab) adalah seorang bangsawan Iran yang menjadi
pendukung utama Sang Báb. Pada tahun 1852, ketika Bahá’u’lláh ditahan di penjara bawah
tanah Síyáh-Chál (“lubang hitam”) di kota Teheran, dia menerima permulaan dari misi Ilahinya
sebagai “Dia yang akan Tuhan wujudkan” sebagaimana telah diramalkan oleh Sang Báb.
Bahá’u’lláh menceritakannya sebagai berikut: “Suatu malam dalam mimpi, firman-firman yang
luhur ini terdengar dari segenap penjuru: ‘Sesungguhnya, Kami akan memenangkan-Mu melalui
Diri-Mu serta pena-Mu. Janganlah Engkau bersedih hati atas apa yang telah menimpa-Mu, dan
janganlah takut pula, sebab Engkau ada dalam keadaan selamat. Tak lama lagi, Tuhan akan
membangkitkan harta-harta bumi, orang-orang yang akan membantu-Mu melalui Diri-Mu dan
melalui Nama-Mu, dengan mana Tuhan telah menghidupkan kembali hati mereka yang
mengenal Dia.’”
 
Bahá’u’lláh dibebaskan dari Síyáh-Chál, tetapi dia diasingkan dari Iran ke Baghdad, ‘Iráq. Pada
awalnya, Bahá’u’lláh tidak mengumumkan misinya kepada para penganut agama Báb lainnya di
‘Iráq, yang berada dalam keadaan sangat kacau dan hina. Dia mulai mendidik dan
menghidupkan kembali umat itu melalui tulisannya dan teladannya, dan beberapa Kitab suci
Bahá’í yang penting berasal dari masa Baghdad ini, seperti Kalimat Tersembunyi, Tujuh Lembah,
dan Kitáb-i-Íqán (“Kitab Keyakinan”). Pada tahun 1863, di sebuah taman yang diberi nama
Taman Ridwán, Bahá’u’lláh mengumumkan misinya kepada para pengikut Báb yang berada di
Baghdad, dan sejak itu agama ini dikenal sebagai agama Bahá’í.
 
Segera setelah pengumuman itu, Bahá’u’lláh diminta oleh pemerintahan Turki untuk pindah ke
Konstantinopel (Istanbul), dan dari sana ke kota Adrianopel (Edirne). Di Adrianopel Bahá’u’lláh
mulai mengirimkan “Loh-loh” kepada berbagai raja dan pemimpin dunia, yang mengumumkan
kepada mereka kedatangan Hari Tuhan dan menyerukan agar mereka berdamai. Misalnya,
salah satu loh yang ditujukan kepada para raja secara kolektif, berbunyi: “Wahai raja-raja di
bumi! Kami melihat engkau setiap tahun meningkatkan pengeluaranmu, dan membebankannya
pada rakyatmu. Ini sesungguhnya, sama sekali dan jelas tidak adil.…Rakyatmu adalah hartamu…
jangan sampai engkau menyerahkan rakyatmu ke tangan perampok.…Wahai para penguasa di
bumi! Berdamailah di antaramu sendiri, sehingga engkau tidak lagi memerlukan persenjataan,
kecuali apa yang dibutuhkan untuk menjaga wilayah-wilayah…dalam kekuasaanmu.…Wahai
raja-raja di bumi! Bersatulah, karena dengan demikianlah prahara perselisihan akan berakhir di
antaramu, dan rakyatmu akan memperoleh ketenangan…”
 
Pada tahun 1868, Bahá’u’lláh diasingkan ke kota ‘Akká di Palestina (sekarang Israel), yang pada
waktu itu dipakai sebagai penjara oleh kekaisaran Usmani. Pada awalnya, Bahá’u’lláh
dipenjarakan di barak di ‘Akká, tetapi dengan berlalunya waktu kondisi hidupnya semakin
membaik, walaupun secara resmi dia masih seorang pesakitan. Kitab suci yang mengandung
kebanyakan hukum Bahá’í, Kitáb-i-Aqdas (“Kitab Tersuci”), diturunkan di ‘Akká. Pada tahun
1892, Bahá’u’lláh wafat di Bahjí dekat ‘Akká, tempat yang menjadi Qiblat agama Bahá’í.
 
[sunting]
‘Abdu’l-Bahá
 
Dalam Kitáb-i-‘Ahd, surat wasiatnya, Bahá’u’lláh telah menunjuk putranya, ‘Abdu’l-Bahá sebagai
pemimpin agamanya dan Penafsir tulisannya. Hal itu menjamin agar agama Bahá’í tidak
mengalami perpecahan.
 
‘Abdu’l-Bahá telah mengalami pembuangan dan pemenjaraan yang panjang bersama ayahnya.
Setelah dia dibebaskan sebagai akibat dari “Revolusi Pemuda Turki” (pada tahun 1908), dia
mengadakan suatu perjalanan besar selama tahun 1910-1913 ke Mesir, Inggris, Skotlandia,
Perancis, Amerika Serikat, Jerman, Austria, dan Hungaria, di mana dia mengumumkan prinsip-
prinsip ajaran Bahá’í. ‘Abdu’l-Bahá juga mengirimkan ribuan surat ke masyarakat-masyarakat
Bahá’í setempat di Iran, dengan akibat umat itu yang dahulu miskin dan hina menjadi
berpendidikan dan mandiri. ‘Abdu’l-Bahá wafat di Haifa pada tahun 1921, dan kini dikuburkan
di salah satu ruang dari Makam Sang Báb.
 
[sunting]
Shoghi Effendi dan Balai Keadilan Sedunia
 
Dalam Surat Wasiat ‘Abdu’l-Bahá, cucunya, Shoghi Effendi ditunjuk sebagai “Wali Agama
Tuhan”. Selama masa hidupnya, Shoghi Effendi menterjemahkan banyak tulisan suci Bahá’í,
melaksanakan berbagai rencana global untuk pengembangan masyarakat Bahá’í,
mengembangkan Pusat Bahá’í Sedunia, melakukan surat-menyurat dengan banyak masyarakat
dan individu Bahá’í di seluruh dunia, dan membangun struktur administrasi Bahá’í yang
mempersiapkan jalan untuk didirikannya Balai Keadilan Sedunia. Shoghi Effendi meninggal pada
tahun 1957.
 
Menurut Kitáb-i-Aqdas, urusan masyarakat Bahá’í setempat dan nasional harus ditangani oleh
badan-badan musyawarah yang sekarang dinamakan “Majelis Rohani”, yang terdiri dari
sembilan anggota yang dipilih secara demokratis. Pada tingkat internasional, Kitáb-i-Aqdas
menetapkan sebuah lembaga yang dinamakan “Balai Keadilan Sedunia”, yang dipilih oleh para
anggota Majelis-majelis Rohani Nasional di seluruh dunia. Balai Keadilan Sedunia telah dipilih
untuk pertama kalinya pada tahun 1963, dan sejak itu dipilih tiap lima tahun sekali. Selain
berlaku sebagai pemimpin agama Bahá’í, Balai Keadilan Sedunia diberi fungsi khusus oleh
Bahá’u’lláh untuk membuat hukum-hukum yang tidak ditetapkan dalam Kitáb-i-Aqdas; aspek ini
dianggap penting karena memberi agama Bahá’í fleksibilitas untuk menghadapi perubahan
zaman tanpa kehilangan persatuannya.
 
[sunting]
Kehidupan masyarakat
 
[sunting]
Hukum Bahá’í
 
Kebanyakan hukum Bahá’í terdapat dalam Kitáb-i-Aqdas tetapi hukum-hukum itu akan
diterapkan secara bertahap sesuai dengan keadaan masyarakat. Beberapa hukum Bahá’í yang
sudah berlaku secara umum adalah yang berikut ini:
Sembahyang wajib Bahá’í.
Membaca tulisan suci tiap hari.
Dilarang bergunjing dan memfitnah.
Menjalankan puasa Bahá’í tiap tahun.
Minuman beralkohol dan obat bius dilarang, kecuali untuk perawatan medis.
Hubungan seksual hanya diperbolehkan antara suami dan isteri, dan hubungan homoseksual
tidak diperbolehkan.
Dilarang berjudi.
 
Dalam ajaran Bahá’í, memisahkan diri dari dunia tidak diperbolehkan, tetapi sebaliknya
manusia harus bekerja. Melakukan pekerjaan yang berguna dianggap beribadah.
 
[sunting]
Perkawinan
 
Perkawinan Bahá’í adalah bersatunya seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Tujuannya
terutama bersifat rohani dan adalah demi keselarasan, persahabatan, dan persatuan pasangan
itu. Ajaran Bahá’í menyebutkan perkawinan sebagai benteng kesejahteraan dan keselamatan
dan menempatkan lembaga keluarga sebagai pondasi struktur masyarakat manusia. Bahá’u’lláh
sangat memuji lembaga perkawinan dan menyatakannya sebagai perintah abadi Tuhan.
Perceraian diperbolehkan, tetapi hanya setelah pasangan tinggal satu tahun terpisah, sambil
mencoba menyelesaikan perselisihannya.
 
Dua orang Bahá’í yang ingin menikah harus saling mempelajari karakter mereka dan saling
mengenal sebelum mengambil keputusan untuk menikah, dan ketika mereka menikah, maksud
mereka harus untuk membuat suatu ikatan yang kekal. Orang tua tidak boleh memilih jodoh
bagi anak-anak mereka, tetapi begitu dua orang memutuskan untuk menikah, pasangan itu
wajib mendapatkan persetujuan dari semua orang tua, meskipun salah seorang dari pasangan
itu tidak beragama Bahá’í. Upacara Bahá’í sangat sederhana; satu-satunya kewajiban adalah
pembacaan ayat dari Kitáb-i-Aqdas yang berikut ini, oleh mempelai pria dan mempelai wanita,
di depan dua orang saksi: "Kita semua, sesungguhnya, tunduk akan Kehendak Tuhan."
 
[sunting]
Administrasi
 
Kalender Bahá’í berdasarkan kalender yang telah ditetapkan Sang Báb. Satu tahun terdiri dari
19 bulan yang masing-masing terdiri dari 19 hari, ditambah 4 atau 5 hari sisipan yang
membuatnya satu tahun matahari penuh. Tahun Baru Bahá’í, yang namanya “Naw-Rúz”, sama
dengan Tahun Baru tradisional Iran, yang jatuh pada ekuinoks tanggal 21 Maret, pada akhir
bulan puasa Bahá’í.
 
Urusan masyarakat setempat ditangani oleh Majelis Rohani Setempat, yang dipilih tiap tahun
oleh para mukmin. Pemilihan itu harus dilakukan tanpa nominasi, partai, atau kampanye pada
kenyataannya, semua orang dewasa adalah calon—dan dalam suasana penuh doa dan
meditasi. Pada awal tiap bulan Bahá’í, ada pertemuan seluruh masyarakat setempat yang
namanya “selamatan sembilan belas hari”. Di samping bertujuan berdoa bersama dan sosial,
selamatan sembilan belas hari itu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berinteraksi dengan Majelis Rohani Setempat, untuk mengajukan usulan dan bermusyawarah
bersama.
 
Majelis Rohani Nasional juga dipilih tiap tahun dengan cara yang sama, tetapi melalui dua
tahap, yaitu para mukmin di seluruh negeri memilih wakil-wakil yang kemudian memilih para
anggota Majelis Rohani Nasional. Sebagaimana telah disebutkan, para anggota Majelis-majelis
Rohani Nasional di seluruh dunia memilih Balai Keadilan Sedunia tiap lima tahun.
 
Di samping badan-badan musyawarah itu, ada pula beberapa individu yang ditunjuk untuk
waktu tertentu, yang mendidik dan membantu masyarakat Bahá’í, terutama dalam hal
pengembangan dan perlindungan agama. Tetapi individu-individu ini bukannya berfungsi
sebagai pendeta, yang tidak ada dalam agama Bahá’í.
 
[sunting]
Rumah ibadah
 
Rumah ibadah Bahá’í dinamakan “Mashriqu’l-Adhkár” (“Tempat-terbit pujian kepada Tuhan”),
yakni tempat untuk berdoa, meditasi dan melantunkan ayat-ayat suci Bahá’í dan agama-agama
lain. Rumah ibadah Bahá’í ini terbuka bagi orang-orang dari semua agama.
 
Rumah ibadah Bahá’í bertemakan ketunggalan: harus mempunyai sembilan sisi dengan sebuah
kubah di tengahnya, dan direncanakan untuk masa depan sebagai pusat dari berbagai lembaga
sosial bagi masyarakat setempat, termasuk rumah sakit, universitas, rumah jompo, dan lain
sebagainya. Sampai sekarang di seluruh dunia ada tujuh Rumah ibadah Bahá’í—di New Delhi,
India; Kampala, Uganda; Frankfort, Jerman; Wilmette, Illinois, Amerika Serikat; Panama City,
Panama; Apia, Samoa Barat; dan Sydney, Australia.
 
[sunting]
Kegiatan
 
Di samping sembahyang wajib, yang dilakukan secara perseorangan, dan selamatan sembilan
belas hari, ada pula kegiatan doa bersama, yang terbuka bagi orang dari semua agama, di mana
doa-doa dibacakan dari tulisan suci berbagai agama. Masyarakat Bahá’í setempat juga
melakukan pendidikan kerohanian bagi anak-anak serta suatu program pendidikan bagi orang
dewasa dan pemuda yang dipelajari melalui kelompok-kelompok belajar. Program ini, yang
pada awalnya dikembangkan oleh Institut Ruhi di Kolombia, Amerika Selatan, membahas
berbagai tema, seperti kehidupan roh, doa, pendidikan anak-anak, pendidikan remaja, riwayat
hidup Sang Báb dan Bahá’u’lláh, dan pengabdian sebagai dasar dari kehidupan. Kegiatan
kelompok belajar dan kelas anak-anak juga terbuka bagi orang-orang dari agama apa saja yang
ingin ikut serta.
 
Ada sembilan hari besar yang dirayakan oleh masyarakat Bahá’í, yang memperingati peristiwa-
peristiwa khusus dalam sejarah Bahá’í.
 
Apabila masyarakat Bahá’í sudah cukup besar di suatu tempat, mereka didorong untuk
merencanakan dan melakukan proyek-proyek pengembangan sosial dan ekonomi untuk
membantu menangani berbagai masalah yang dihadapi masyarakat umum. Sampai sekarang
kebanyakan proyek ini dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
 
[sunting]
Perserikatan Bangsa-Bangsa
 
Umat Bahá’í telah mendukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak permulaannya. Bahá’í
International Community (“Masyarakat Internasional Bahá’í”), suatu badan yang berada di
bawah arahan Balai Keadilan Sedunia, memiliki status “hak berkonsultasi” dengan organisasi-
organisasi PBB yang berikut ini:
United Nations Economic and Social Council (ECOSOC)
United Nations Children’s Fund (UNICEF)
World Health Organization (WHO)
United Nations Development Fund for Women (UNIFEM)
United Nations Environment Program (UNEP)
 
Bahá’í International Community memiliki kantor di Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York
dan Geneva, juga perwakilan di komisi-komisi PBB regional serta kantor-kantor lainnya di Addis
Ababa, Bangkok, Nairobi, Roma, Santiago dan Wina. Pada tahun-tahun terakhir ini suatu
“Kantor Lingkungan Hidup” dan “Kantor untuk Kemajuan Kaum Perempuan” telah didirikan
sebagai bagian dari Kantor PBB Bahá’í International Community itu. Agama Bahá’í juga telah
bekerja bersama dalam mengembangkan program-program dengan berbagai instansi PBB
lainnya. Dalam Millennium Forum dari Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2000, seorang
Bahá’í menjadi satu-satunya orang non-pemerintah yang diundang untuk memberikan pidato.

Anda mungkin juga menyukai