Anda di halaman 1dari 10

SUSUNAN DAN APLIKASI SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN

ORGANISASI IBI SEBAGAI PAYUNG HUKUM PROFESI BIDAN


SERTA MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN DAN
PERENCANAAN PELAYANAN KEBIDANAN DENGAN
APLIKASI INPUT, PROSES, DAN OUTPUT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Organisasi Manajemen dalam


Pelayanan Kebidanan

Disusun Oleh:
Vina Aresya Noeraini
195401426451

PROGRAM SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2020
A. Susunan Sistem Organisasi IBI
Ikatan Bidan Indonesia memiliki visi Ikatan Bidan Indonesia mewujudkan Bidan
profesional berstandar Global. visi dijabarkan dalam misi meningkatkan kekuatan
organisasi, meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pendidikan bidan,
meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan
kesejahteraan anggota, mewujudkan kerja sama dengan jejaring kerja.
Struktur organisasi IBI terdiri dari pengurus pusat IBI yang berada di
Jakarta, Pengurus Daerah berada di 33 Propinsi, Pengurus cabang di 495 kabupaten/kota, dan
pengurus ranting di 2045 kecamatan/unit kerja. Untuk pembinaan individu anggota
di mulai dari tingkat daerah (propinsi), cabang hingga ranting dengan pembinaan langsung
melalui pembentukan standar pelayanan bidan mandiri (Bidan DELIMA), dan
pembinaan tidak langsung misalnya dengan penulisan karya ilmiah dalam majalah
Bidan serta melakukan kegiatan ilmiah lainnya berupa seminar, lokakarya, dan pelatihan-
pelatihan.
1. Pengembangan pendidikan dan pelatihan
Bidan melalui organisasi profesi mendukung pendirian Asossiasi Institusi
Pedidikan Kebidanan Indonesia menjaga mutu pendidikan, Pembentukan komite
pendidikan ( Komite Uji Kompetensi , komite Standar Profesi , Komite Standar
Pendidikan dan Pelayanan). Standarisasi Pendidikan Bidan, Akreditasi
Pendidikan Bidan, berbagai pelatihan seperti penanganan asfeksia dan metode kanguru,
APN dan APK, kontrasepsi update, ABPK dll , Seminar dan Lokakarya tentang
KIA/ KB dan Kespro
2. Pengembangan pelayanan
a. Bidan Delima
Standarisasi pelayanan BPS. 15 propinsi, 196 kab/ kota, jumlah bidan
delima 8397, jumlah fasilitator 1602 (dana dari USAID)
b. Pos Bakti Bidan
Bidan beserta masyarakat yang ada di lingkungan bidan meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak. Tahun 2009: Jumlah proposal 159. Yang
mendapatkan awards : MDGs 4 - 5 bidan
c. Pelayanan Tanggap Darurat, misalnya
- Relawan bidan 124 orang
- Pelayanan KIA/ KB di camp pengungsi
- Pelayanan KIA/ KB relokasi pengungsi
- Pelatihan Kespro dan KKG untuk IBI dan Poltekes NAD (Dana dari
Ford Foundation)
3. Pengabdian masyarakat, mobilisasi masyarakat dan Pemberdayaan
masyarakat
Pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh bidan seperti melakukan
Bulan Bakti IBI, HUT IBI Pelayanan gratis (BPS), Pelayanan KIA/KB
(IBI,Dinkes & BKKBN), pelayaman ibu asuh Pelayanan gratis untuk ibu tidak
mampu di BPS (10 % dari jumlah pasien) dan kakak asuh magang bidan-bidan
yunior Program Mellenium Challenge corporation Indonesia/ Immunization
program (MCCI/ IP) dengan kegiatan pelatihan imunisasi, mobilisasi
masyarakat, pelayanan imunisasi (lokasi : 7 propinsi, 67 kabupaten)

B. Susunan Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia


I. PENGURUS HARIAN
Ketua Umum : Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes
Sekretaris Jenderal : Dr. Ade Jubaedah, SSiT, MM, MKM
Ketua I : Nunik Endang Sunarsih, SST, SH, MSc
Ketua II : Yetty Leoni Irawan, MSc
Bendahara : Heru Herdiawati, SST, SH, MH

II. BIDANG-BIDANG
Tata Usaha dan Rumah : Sri Setiyati
Tangga
Humas : Ida Ayu Citarasmi, SSiT, MKM
Advokasi dan Hub. Luar : Laurensia Lawintono, MSc
Negeri

Organisasi : Sri Poerwaningsih, SST, SKM, M.Kes


Hukum : Herlyssa, SST, MKM
Penelitian dan : Dra. Maryanah, AmKeb, M.Kes
Pengembangan

Pendidikan : Dr. Indra Supradewi, MKM


Pelatihan : Tuti Sukaeti, SPd, SST, M. Kes
Pelayanan : Siti Romlah, MKM

Administrasi Keuangan : Sri Martini


Fund Rising : Ratna Chairani, SST, M. Kes

Ketua Yayasan Buah Delima : Asniah, SST, M. Kes

Majelis Pertimbangan : Nur Ainy Madjid, SKM


Organisasi
Tuminah Wiratnoko, SIP, MM

Majelis Pertimbangan Etik : Aan Andanawaty, SST, MM. Kes


Bidan

III. TIM TEKNIS PENGURUS PUSAT IBI


Nama-nama Tim Teknis PPIBI:
1. Grietje U. Masyitha, SST, SKM, M. Kes
2. Wasnidar, M. Kes
3. Sugiyati, SKM, MSi
4. Endang Sundari, SST
5. Fitriani, SST, MHKes
6. Bintang Petralina, SST, M. Keb
7. Erika Yulita, SST, M. Keb
8. Juli Oktalia, MA
9. Zulvi Wiyanti, SSiT, M.Kes
10. Mitra Kadarsih, M. Keb
11. Kusuma Dini, AmKeb, SKM, MKM
12. Herlina Mansur, MKM
13. Marlynda Happy NS, S.ST, MKM

C. Langkah – langkah Manajemen Pelayanan Kebidanan dibagi 3 yaitu :


1. P1 (PERENCANAAN)
Perencanaan adalah proses untuk merumuskan masalah kegiatan,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan
kegiatan yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (landasan dasar).
Contoh :
- Rencana Pelatighan untuk kader
- Jadwal Pelayanan ANC di Posyandu, Puskesmas
2. P2 (PENGORGANISASIAN)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan
menggolong-golongkan, dan mengatur berbagai kegiatan, penetapan tugas-
tugas dan wewenang seseorang dan pendelegasian wewenang dalam rangka
pencapaian tujuan layanan kebidanan.
Inti dari pengorganisasian adalah merupakan alat untuk memadukan
atau sinkronisasi semua kegiatan yang berasfek personil, finansial, material
dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan pelayanan kebidanan yang telah
di tetapkan.
Contoh : P2 (Pelaksanaan)
- Puskesmas
- Puskesmas Pembantu
- Polindes dan Pembantu
- Balai Desa
3. P3 (Penggerakan dan Pelaksanaan, Pengawasan dan Pengendalian)
Penggerakan dan Pelaksanaan adalah suatu usaha untuk
menciptakan iklim kerja sama di antara pelaksanaan program pelayanan
kebidanan sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana seseorang
manajer pelayanan kebidanan mengarahkan dan menggerakkan semua
sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pelayanan kebidanan yang
telah di sepakati.
Contoh :
- Pencatatan dan pelaporan (SP2TP)
- Supervisi
- Stratifikasi
- Survey
D. Perencanaan dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan
Seorang Bidan haruslah berfikir logikatik, anallitis, sistematik,teruji
secara empiris, memenuhi sifat pengetahuan umum yaitu : objektif, umum dan
memiliki metode ilmiah. Penerapan di dalam Manajemen Pelayanan
Kebidanan.
Unsur- unsur dalam perencanaan Pelayanan Kebidanan meliputi :
1. INPUT
Merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan
aktifitas yang meliputi :
- Man: Tenaga yang di manfaatkan. (Contohnya staf atau bidan yang
kompeten)
- Money: Anggaran yang di butuhkan atau dana untuk program
- Material: Bahan baku atau materi (sarana dan prasarana)
- Metode: Cara yang di pergunakan dalam bekerja atau prosedur kerja
- Minute / Time: Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program
- Market: Pasar dan pemasaran atau sarana program
2. PROSES
Memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan. Meliputi Manajemen
Operasional dan Manajemen asuhan.
- Perencanaan (P1)
- Pengorganisasian (P2)
- Penggerakan dan pelaksanaan, Pengawasan dan Pengendalian (P3)
3. OUT – PUT
Cakupan Kegiatan Program :
- Jumlah kelompok masyarakat yang sudah menerima layanan
kebidanan (memerator), di bandingkan dengan jumlah kelompok
masyarakat yang menjadi sasaran program kebidanan. (Denominator)
- Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan
(Mulai dari KIE, Asuhan Kebidanan, dsb). Contoh : Untuk BPS : Out –
Putnya adalah
- Kesejahteraan ibu dan janin
- Kepuasan Pelanggan
- Kepuasan bidan sebagai provider
4. EFFECT
Perubahan pengetahuan, sikap, dan prilaku masyarakat yang diukur
dengan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kebidanan
yang ada di sekitarnya ( Posyandu, BPS, Puskesmas dsb ) yang tersedia.
5. OUT – COME (IMPACT)
Di pergunakan untuk menilai perubahan atau dampak ( impact ) suatu
program, perkembangan jangka panjang termasuk perubahan status
kesehatan masyarakat..

E. MANAJEMEN ORGANISASI IBI SEBAGAI PAYUNG HUKUM


PROFESI BIDAN
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang kompetensinya
memberikan pelayanan kebidanan yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Pelayanan kebidanan diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga
utamanya ibu dan anak.
Bidan dapat berpraktik di rumah sakit, puskesmas, klinik dan unit-unit
pelayanan kesehatan lainnya. Jika bidan hendak melakukan praktik, maka yang
bersangkutan harus memiliki kualifikasi agar mendapatkan lisensi untuk praktik.
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464 tahun 2010
mengatur tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.Untuk
menyelenggarakan praktik mandiri, bidan wajib memiliki persyaratan khusus
antara lain pendidikan minimal Diploma III kebidanan, terdaftar melalui Surat
Tanda Register (STR), memiliki Surat Ijin Praktek Bidan (SIPB), mempunyai
tempat praktik, yang secara sah dan legal digunakan untuk menjalankan praktik
kebidanan mandiri sesuai dengan kewenangan dan kompetensi bidan. Praktik Bidan
memiliki kewenangan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan
anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Ketika bidan dalam melakukan upaya kesehatan tidak sesuai kewenangannya,
maka berisiko terjadi penyimpangan kewenangan. Risiko tersebut dapat berupa
pelanggaran terhadap hak pasien. Pelanggaran hak pasien akan berakibat
terancamnya keselamatan pasien, dimana tidak adanya perlindungan hukum bagi
pasien. Oleh karena itu untuk mencegah agar tidak terjadi pelanggaran tersebut
maka bidan praktik mandiri perlu ditingkatkan mutu pelayanannya.
Dalam hal peningkatan mutu ini tentu diperlukan pengawasan oleh berbagai
pihak. Salah satu pihak tersebut yang paling utama yaitu organisasi profesi bidan
(Ikatan Bidan Indonesia) sebagai pembuat standart profesi bidan dan standart
layanan kebidanan professional.
Organisasi profesi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) berfungsi sebagai pengontrol
bagi anggotanya dan bertujuan menjaga, mengendalikan mutu pelayanan dan
pengabdian profesi bidan. IBI melakukan upaya dengan mempertahankan dan
menjaga mutu profesionalisme guna memberi perlindungan bagi masyarakat
sebagai penerima jasa dan bidan sendiri sebagai pemberi jasa pelayanan. Dalam
rangka melindungi masyarakat terhadap pelayanan kebidanan yang berkualitas, IBI
melakukan penilaian kemampuan keilmuan dan ketrampilan (kompetensi).
Disamping itu IBI juga menilai kepatuhan setiap bidan terhadap kode etik profesi
dan kesanggupan melakukan praktik mandiri.
Bidan selaku profesi yang mengemban amanah akan kesehatan ibu dan anak,
mempunyai kedudukan yang bermutu professional dalam peningkatan pelayanan
kesehatan. Namun demikian peran dan fungsi organisasi profesi bidan belum
mampu mengontrol yang baik dalam praktik pelayanan kebidanan. Dalam
praktiknya bidan praktik mandiri belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
sehingga membutuhkan pengawasan oleh organisasi profesi bidan (IBI) perlu
dioptimalkan.

Contoh Kasus di RS X:
Seorang Ibu Primigravida dibawa oleh suaminya ke igd Rumah sakit X
untuk bersalin, pasien tsb belum pernah melakukan anc di rs . mengatakan sudah
cukup bulan. Bidan melakukan inform consent dan anamnesa sebelum melakukan
tindakan. Saat datang pasien mengatakan lebih dari 24 jam mengalami mules dan
ibu merasa keluar air air seperti BAK dan saat ditanya oleh petugas rs pasien
tersebut pasien pindahan dari daerah (imigan) tidak memiliki ansuransi kesehatan
apaun. Sebelumnya pasien hanya melakukan anc sekali di kampunya.
keadaan ibu nya sudah mulai lemas dan kelelahan karena sudah terlalu lama
merasakan mules dan tampak kesakitan. Saat diperiksa, ternyata pembukaan sudah
lengkap namun djj janin melemah 89x/menit, bidan pun segera melapor dr obgyn,
dan dari dokter obgyn pun pro SC. Bidan segera mempersiapkan ruang operasi
untuk melakukan tindakan SC Cyto. Saat disiapkan persiapan operasi suami pasien
tidak setuju untuk SC. Lalu suami pasien di berikan edukasi terus menerus oleh
bidan jaga bahwa pasien tersebut tidak bisa melahirkan normal dan segera harus
dilakukan section secaria. Pasien pun awalnya menolak dengan alesan inginya dr
obgyn nya wanita. tetapi Setelah di lakukan edukasi ulang kembali, dan akhirnya
suaminya pun setuju dilakukan SC dan menandatangani surat izin operasi (SIO).
menolong persalinan dengan SC. Ternyata terdapat 2 lilitan tali pusat. Bayi
pun terlahir tidak menagis kuat, keadaan kulit bayi membiru, tidak adanya reflek
iritabilitas/tornus otot lemah dan frekuensi denyut jantung 78x/menit. Langsung
dilakukannya resusitasi secara berkala pada bayi tsb. Namun nyawa bayi tidak
tertolong karena bayi mengalami asfixia berat dan hypoxia saat didalam kandungan.
Suami dan keluarganya pun tidak terima bahwa anaknya yg baru saja dilahirkan
sudah tiada. Suami pasien menggap ini kesalahan bidan rs.dan melaporkannya ke
hukum.
Untuk penyelesaian tindak pidana yang dilakukan oleh bidan yang telah masuk ke
pengadilan, semua tergantung kepada pertimbangan hakim yang menangani kasus
tersebut untuk menentukan apakah kasus yang ditanganinya termasuk kedalam
malpraktek atau tidak. Atau apakah si pelaku dapat dimintai pertanggung jawaban
secara pidana atau tidak.
Dalam kasus ini, keluarga tidak bisa menuntut bidan/dokter karena
sebelumnya persalinan ditangani. Telah dilakukannya inform concent dan telah
menjalankan pekerjaanya sesuai prosedur. Bidan tidak melanggar kode etik karena
langsung inisiatif memberikan edukasi, melakukan infoem consent dan segera
menyiapkan operasi sc untuk pasien tsb serta melaporkannya ke dokter obgyn untuk
kolaborasi. Namun keadaan bayi saat lahir mengalami axfiksia berat diakibatkan
lilitan talipusat dan lamanya pengambilan keputusan.
Maka penyelesaian atas hal tersebut dilakukan IBI sebagi paying pelindung
untuk melindungi teman sejawatnya karena telah melakukan pekerjaanya sesuai
dengan SPO yg telah ditetapkan. Sedangkan apabila seorang bidan tidak melakukan
tindakan sesuai SPO dan tidak melakukan inform concent . Maka IBI melalui MPA
dan MPEB wajib melakukan penilaian apakah bidan tersebut telah benar-benar
melakukan kesalahan. Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau
kelalaian tersebut terjadi bukan karena kesalahan atau kelalaian bidan, dan bidan
tersebut telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi, maka IBI melalui
MPA wajib memberikan bantuan hukum kepada bidan tersebut dalam menghadapi
tuntutan atau gugatan di pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai