Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PEMODELAN MATEMATIKA

(MODEL MATEMATIKA GERAK AYUNAN MASSA)

KELOMPOK 4 2018 A :
NURUL FIQRIAH (105361100918)
ASRI (105361101418)
WILDAYANTI (105361101618)
RAHMADANI AHMAD (105361102218)
JUMRIANA (105361109218)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “MODEL MATEMATIKA GERAK AYUNAN MASSA”. Sholawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita yaitu Nabi
Muhammad SAW. Kami bersyukur dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun masih banyak kekurangan di dalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan kita tentang model matematika gerak ayunan massa. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran dan usulan demi
memperbaiki makalah yang akan kami buat lagi nanti mengingat tidak ada yang
sempurna tanpa saran yang membangun

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca.

Makassar , 27 November 2020

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………
C. TUJUAN MAKALAH…………………………………………………………

BAB II

PEMBAHASAN

4.2 MODEL MATEMATIKA GERAK AYUNAN MASSA………………………..

4.3 PENDEKATAN UNTUK SIMPANGAN KECIL……………………………….

4.4 ANALISIS BIDANG FASE……………………………………………………..

4.5 GERAK AYUNAN TEREDAM………………………………………………….

4.6 TRANSFORMASI KE VARIABEL TANPA DIMENSI………………………..

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN………………………………………………………………
B. SARAN………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gerak ayunan massa sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Bandul jam bergerak dari kiri ke kanan kemudian ke kiri lagi secara terus-
menerus. Gerakan berayun dari kiri ke kanan kemudian ke kiri lagi secara
terus menerus dialami oleh bandul jam secara periodic kalau kita amati waktu
yang diperlukan oleh suatu gerakan kiri dan kanan kemudian ke kiri lagi sama
dengan waktu yang diperlukan oleh gerakan serupa berikut ini.Pada peristiwa
yang lain seorang anak duduk di kursi ayunan pada,taman bermain anak-anak.
Kursi ayunan tersebut didorong oleh orang tuanya kedepan, kemudian kursi
ayunan tersebut dilepas. Karena gaya gravitasi, anak yang duduk di kursi
ayunan akan bergerak kembali ke belakang. Bila dibiarkan, anak dikursi
ayunan tersebut akan bergerak kedepan dan ke belakang secara terus menerus.
Dengan menggerakkan badan secara khusus, anak yang duduk dikursi
ayunan tersebut dapat memberbesar simpangan ayunan. Di sisi lain, dengan
gerakan tertentu si anak dapat juga memperkecil simpangan gerak ayunan,
sehingga pada akhirnya ayunan tersebut berhenti. Dalam hal ini si anak
mengurangi energy yang bekerja pada system. Dalam kondisi demikian
dikatakan si anak memberi gaya luar ke dalam system gerak ayunan tersebut.
Pada bab ini kita akan membahas pemodelan matematika gerak
ayunan massa dalam pembahasannya dimulai dengan asumsi tidak terdapat
pengaruh gaya dari luar, sehingga tidak terjadi gerakan yang membuat
simpangannya yang membesar, atau gerakan yang simpangannya mengecil
dan akhir berhenti. Pembahasan di lanjutkan apabila system mengalami gaya
luar, yaitu yang di akibatkan oleh gesekan massa dengan udara.
B. Rumusan Masalah
4.2 MODEL MATEMATIKA GERAK AYUNAN MASSA
4.3 PENDEKATAN UNTUK SIMPANGAN KECIL
4.4 ANALISIS BIDANG FASE
4.5 GERAK AYUNAN TEREDAM
4.6 TRANSFORMASI KE VARIABEL TANPA DIMENSI
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui model matematika gerak ayunan massa
2. Untuk mengetahui pendekatan untuk simpangan kecil
3. Untuk mengetahui analisis bidang fase
4. Untuk mengetahui gerak ayunan teredam
5. Untuk mengetahui transformasi ke variabel tanpa dimensi
BAB II

PEMBAHASAN

4.2 Model matematika gerak ayunan massa

Model matematika ayunan massa adalah sebagai berikut. System gerak ini melibatkan
benda bermassa m (dalam satuan kg) dan seutas tali sepanjang l (dalam satuan m),
lihat gambar 4.2.1. panjang tali tersebut tidak mengalami perenggangan maupun
penyusutan yang di akibatkan oleh gaya benda yang bekerja sepanjang tali. Jadi
panjang tali selalu konstan, yaitu l. lebih dari itu, tali tersebut juga diasumsikan tidak
memiliki massa.

Ujung tali yang satu di ikatkan pada titik tetap P, sedangkan pada ujung yang
lain di ikatkan benda bermassa m tersebut diatas. Disini di asumsi juga bahwa massa
benda tersebut berpusat pada ujung tali. Sudut yang di bentuk oleh tali pada putaran
berlawanan pada arah jarum jam didefinisikan positif yang dihitung dari garis vertical
dari titik pusat ke bawah, garis PO sedangkan sebaliknya negative. Demikian juga
kecepatan benda berputar berlawanan dengan arah jarum jam didefinisikan positif,
dan sebaliknya negative.

Posisi benda pada setiap saat ditentukan pada panjang busur lingkaran yang
telah dilalui benda sampai dengan pada saat t, yaitu x (t) = l θ (t). perhatikan bahwa
lintasan benda yang berupa busur lingkaran merupakan fungsi terhadap waktu t,
demikian juga halnya dengan sudut yang telah di bentuk oleh tali terhadap garis PO.
Berdasarkan hokum kedua Newton tentang gerak di peroleh persamaan.

F = m ẍ,

Atau

F = mlθ
¨ (4.2.1)
Di sisi lain, gaya yang dialami benda dan sejajar dengan lintasan benda yang
diakibatkan oleh gaya gravitasi adalah f = -g m sinθ (4.2.2)

Seperti ditunjukkan pada gambar 4.2.1. tanda negative menunjukkan arah gaya
berlawanan dengan simpangan. Dari persamaan (4.2.1) dan (4.2.2)

diperoleh persamaan gerak ayunan benda bermassa m pada seutas tali sepanjang l,
yaitu

−g
θ= sin θ (4.2.3)
l
Perhatikan bahwa persamaan gerak ini tidak tergantung pada massa m, tetapi
tergantung percepatan gravitasi g dan pada panjangnya tali l.

4.3 PENDEKATAN UNTUK SIMPANGAN KECIL


Persamaan gerak ayunan yang diberikan Oleh persarnaan (4.2.3) merupakan
persamaan diferensial tak linear. Sifat ketaklinearan ini seringkali menjadi kendala
yang sangat serius dalam mencari solusi eksak persamaan diferensial. Metode
mencari solusi persamaan diferensial tak linear masih terus, atau mungkin akan
selamanya akan, menjadi topik penelitian maternatika yang sangat menarik perhatian
dan energi para ahli matematika.
Salah satu cara untuk mencari solusinya adalah secara 'lokal' yaitu solusi di
sekitar suatu titik dengan melakukan 'linearisasi' terhadap persamaan diferensial tak
linear tersebut. Dengan metode linearisasi ini akan diperoleh persamaan diferensial
linear. yang dalam kondisi tertentu solusinya akan cukup dekat dengan solusi
persarnaan diferensial asalnya. Yang dimaksud dengan kondisi tertentu tersebut
biasanya nilai solusinya ‘cukup kecil' di sekitar suatu nilai tertentu. Namun demikian,
perlu dicatat bahwa persamaan diferensial linear yang diperoleh hanyalah pendekatan
terhadap persarnaan diferensial tak linear asalnya. Dengan demikian, solusi
persamaan diferensial linearnya juga BUKAN solusi persamaan diferensial tak linear
asalnya. Hal ini diharapkan akan jelas pada pembahasan bagian berikut.
Linearisasi persamaan (4.2.6) dilakukan terhadap ruas kanannya, yaitu sin θ.
Caranya dengan menuliskannya dalam deret Taylor di sekitar O, yaitu untuk solusi θ
yang cukup kecil mendekati nol. Sekarang kita tuliskan deret Taylor fungsi
f(θ ) = sinθ (4.3.1)
di sekitar O, yaitu
1
f(θ ¿ = θ θ 3 + … (4.3.2)
6
Perhatikan bahwa persamaan (4.3.2) hanya berlaku untuk -l <θ<¿1, sehingga
ruas kanannya konvergen. Lebih dari itu, bila klta hanya ingin memperhatikan suku
linearnya saja, rnaka θ harus cukup kecil. Nilai θ harus cukup kecil sedemikian rupa
sehingga θ 3 dan pangkat yang lebih tinggi tidak cukup berarti dibandingkan dengan θ.
Misalkan bila θ=0,1 maka kita menganggap θ 3 = 0,001 yang hanya 1% dari
nilai θ. Besaran 1% ini bisa dianggap cukup kecil. Dalam bahasa maternatika, kita
melupakan suku order ketiga O (03 ). Dengan hanya memperhatikan suku linearnya,
yaitu untuk θ yang kecil, kita memperoleh
Sin θ ≅ θ
Dengan demikian, persamaan (4.2.6) didekati oleh persamaan
−g
θ= θ (4.3.3)
l
Perhatikan bahwa persamaan (4.3.3) menyerupai model sistem pegas-
massa linear yang dibahas pada bab sebelumnya. Dalam bab tersebut solusi eksak
persamaan ini telah dibahas dan dapat dengan mudah dicari. Mahasiswa disarankan
untuk mempelajari ulang bab terdahulu bilamana masih dirasa perlu.
Persamaan (4.3.3) memberikan solusi umum dalam bentuk.

θ=A sin (√ gt t )+ B cos( √ gt t ) , (4.3.4)

Dengan A dan B sebarang konstan. Lebih dari itu, kecepatan anguler massa pada
setiap saat di berikan oleh.

g g g g
θ=A
√ √ t √ t √ t t),
t(sint )−B cos ( (4.3.5)

Perbedaannya dan seberapa jauh pendekatan persamaan diferensial linear (4.3.3)


terhadap persamaan diferensial tak linear asalnya (4.2.3) akan di bahas pada bagian
selanjutnya, yaitu analisa bidang fase. Sebelum itu kita akan membahas pendekatan
polimonial order yang lebih tinggi.
Bila pendekatan terhadap sin θ dapat di lakukan sampai pada order tiga dan diperoleh
1
Sin θ ≅ θ− θ 3
6
Dengan demikian, persamaan (4.2.6) didekati oleh persamaan
g 1g 3
θ́ = - θ+ θ (4.3.6)
l 6 l
Persamaan ini secara kualitatif juga merupakan model sistem pegas-massa sampai
order tinggi dan sudah di bahas pada bab sebelumnya, walaupun persaman (4.3.6)
merupakan pendekatan persamaan (4.2.6) dengan mengabaikan order kelima, tetapi
persamaan (4.3.6) berupa persamaan taklinear. Seperti bab sebelumnya, mencari
solusi eksak persamaan ini bukan hal yang sederhana dan bukan tujuan dari buku ini.
4.4 ANALISIS BIDANG FASE
Pada bagian ini kita akan menganalisa bidang fase yang penjelasannya dengan
menggunakan analisa standar pada sistem Newton telah di bahas pada bab
sebelumnya. Energi kinetik diberikan oleh
1 1
Ek = mx= ml θ (4.4.1)
2 2
Dan energi totalnya adalah jumlah energi potensial V dan energi kinetiknya
ETot = V + Ek (4.4.2)
∂ Ek
Karena energi totalnya tetap, maka =0. Karena itu, kita mempunyai
∂t
∂t (V+Ek) = 0 (4.4.3)

Ruas kiri (4.3.3) memberikan


dv
˙
∂ t ( V + E k )= θ + ml θ̇ θ̈

Persamaan (4.4.3) dan (4.4.4) menghasilkan
−dV
=ml θ̈ (4.4.5)

Subtitusikan (4.2.3) ke dalam (4.4.5_ diperoleh
dV
=mg sin θ

ini memberikan
V =−mgcos θ (4.4.7)

Gambar 4.4.1 menunjukkan kurva energi potensial persamaan (4.4.7) untuk setiap
nilai θ dan beberapa tingkatan energi total yang mewakili setiap klasifikasi gerakan
massa yang berbeda. Pada gambar ini kita mempertimbangkan empat buah tingkatan
energi yang mempunyai karakteristik, dari yang kecil ke yank besar yaitu a,b,c, dan d
serta e. Tingkatan energi di bawah a selalu menghasilkan energi kineti negatif, ingat
Ek = ETot – V. Energi kinetik negatif ini tidak didefinisakan karena kita, membahas
kecepatan θ yang real. Gambar 4.4.2 menyatakan phase portrait sistem gerak ayunan
massa pada (4.2.3) yang bersesuaian dsengan tingkat energi pada gambar 4.4.1 sumbu
horisontal menyatakan θsedangkan sumbu vertikal menyatakan energi

Gambar 4.4.1. kurva ebergi potensial persamaan (4.4.1) dan beberapa tingkatan
energi total

Tingkatkan energi a memberikan energy kinetik 0 di titik θ = 2nπ dengan n


bilangan bulat, dan negatif di titik-titik yang lain. Karena itu di tingkatan energy ini
massa benda hanya berada (dan diam) di posisi θ = 2nπ dengan n bilangan bulat.
Dalam bidang fase, phase portrait-nya diberikan pada Gambar 4.4.2 a yang berupa
titik.
Gambar 4.4.2. Gambar fase solusi persamaan (4.2.3) untuk beberapa tingkat
energy yang diberikan pada gambar 4.4.1.

Tingkatan energi b mempunyai energi kinetik yang negatif di interval-interval


tertentu, dan tak negatif di interval-interval yang lain. Pada interval yang energi
kinetiknya tak negatif, sistem gerak ayunan massa pada (4.2.3) ini memberikan phase
portrait berupa elips-elips dengan pusat di θ = 2nπ dengan n bilangan bulat, Gambar
4.4.2 kurva b.

Sementara itu tingkatan energy c mempunyai energy yang tak pernah negative
untuk semua nilai θ, nol pada θ = (2n-1) π dengan n bilangan bulat. Hal ini
memberikan phase portrait berupa elips-elips dengan pusat di θ = 2nπ dengan n
bilangan bulat, Gambar 4.4.2 kurva c.

Hal yang membedakannya dengan phase portrait tingkat energi b adalah


sebagai berikut. Kurva phase portrait tingkat energi b berupa elips-clips yang saling
terpisah. Sedangkan phase portrait tingkat energi c berupa elips-elips yang saling
bersinggungan di titik θ = 2nπ dengan n bilangan

Sedangkan tingkatan energi d dan e energi kinetiknya selalu positif. Hal ini
memberikan phase portrait berupa kurva terbuka satu di atas dan lainya di bawah
sumbu horisontal, Gambar 4.4.2 kurva d yang menyatakan benda terus menerus
berputar berlawanan arah jarum jam dan e untuk benda berputar terus menerus
searah jarum jam. Bandingkan dengan phase portrait yang berupa kurva-kurva
tertutup tingkat energi b, dan c.

Gambar 4.4.3 menunjukkan hubungan antara tingkatan energi dengan phase


portrait-nya. Garis putus-putus menghubungkan energi potensial maksimum (atau
energi kinetik nol) di tingkatan energi tersebut dengan kecepatan nol di bidang fase.
Ujung atas garis putus-putus berada pada energi potensial maksimum, sedangkan
ujung bawahnya berada pada titik kecepatan nol kurva phase portrait di bidang fase.

Gambar 4.4.3. Hubungan tingkatan energy dan kurva phase portrait.

Pada Gambar 4.4.2 dan 4.4.3 terdapat beberapa jenis kurva, yang masing-
masing menyatakan gerak ayunan yang spesifik. Kita sudah membahas bahwa jenis
kurva-kurva ini ditentukan oleh tingkatan energinya. Interpretasi kurva-kurva ini
terhadap gerak ayunan massa yang diakibatkan oleh sistem yang memiliki tingkatan
energy tertentu adalah sebagai berikut.

 Titik a, massa diam di titik kesetimbangan O, tidak berayun. Perhatikan bahwa


titik O ini bersesuaian dengan θ = 2nπ, untuk n bilangan bulat, Gambar 4.3.4.

Gambar 4.4.4. Gerakan yang bersesuaian dengan kurva a Gambar 4.4.2.


 Kurva b, massa berayun dari titik O ke titik A, kembali ke titik O terus ke titik B,
lalu kembali ke titik O lagi diteruskan ke titik A dan diteruskan seperti semula.
Lihat Gambar 4.4.5. Karena titik O bersesuaian dengan θ = 2nπ, akibatnya semua
elips b yang berpusat di θ = 2nπ secara fisis menyatakan gerakan berayun yang
sama.

Gambar 4.4.5. Gerakan yang bersesuaian dengan kurva b Gambar 4.4.2

 Kurva c, massa berayun dari titik O ke titik A, diteruskan ke titik B, gambar 4.4.6. di
titik B massa berhenti sejenak, di sini terdapat dua percabangan, yaitu meneruskan
gerak ke titik C (gerak berputar) atau kembali ke titik B (gerak berayun).
Menghubungkannya dengan phase portraitnya kurva c pada gambar 4.4.2 gerakan
berputar ini phase portraitnya di sebelah kanannya atau kurva c bawah, lihat titik Q.
bila mengikuti cabang kurva c atas sebelah kanan, gerak massa dilanjutkan ke titik C,
gambar 4.4.6. jadi hal terpenting pada kurva c adalah keadaan bahwa gerakannya
berhenti sejenak di titik Q, dan di titik ini mungkin gerakan tersebut diteruskan atau
mungkin berlawanan dengan arah semula.
 Kurva d, massa berputar berlawanan dengan jarum jam, lihat gambar 4.4.4 sedangkan
kurva e, massa berputar searah jarum jam. Hal yang membedakan pada kedua kurva
ini dibandingkan dengan kurva c adalah titik Q. gerakan yang bersesuaian dengan
kurva d dan kurva c tidak berhenti di titik Q, kecepatannya di titik ini tidak pernah
nol. Dengan demikian di titik Q gerakan massa selalu meneruskan arah gerak
sebelumnya.

Di sisi lain, phase portrait untuk persamaan diferensial linear (4.3.3) dapat
dijelaskan sebagai berikut. Ekspresi matematika (4.3.4) dan (4.3.5) memberikan
persamaan elips berpusat di titik pusat koordinat.

g 2 2
θ + θ̇ =R 2 (4.4.5)
l

Dengan R2 = A2 + B2. Dalam bidang fase, persamaan (4.4.5) untuk g/l = ¼ dan
berbagai nilai R diberikan pada gambar 4.4.8. perhatikan bahwa persamaan (4.4.5)
tidak memperhatikan pembatasan terhadap nilai θ. Semua gerak ayunan
direpresentasikan dengan fase potrait berupa elips yang berpusat di titik pusat
koordinat berapapun besarnya nilai R. bandingkan dengan Elips Elips yang berpusat
padaθ = 2 n dengan n bilangan bulat gambar 4.4.2 lebih jauh dibandingkan dengan
keberadaan pasar potrait kurva d dan e yang tidak berupa elips

Catatan : setelah diperoleh persamaan diferensial linear 4.3.3 solusi dapat diperoleh
tanpa adanya pembatasan terhadap nilai θ secara umum hal ini tidak sesuai dengan
persamaan diferensial tak linier asalnya 4.2.3 kesamaan di antara keduanya hanyalah
untuk nilai θ yang kecil di sekitaran 0. nilai θ Ini sebenarnya sudah digunakan pada
saat proses sterilisasi pada saat penggunaan suku deret Taylor untuk pendekatan
terhadap fungsi Sin θ

diskusikan portrait berupa Elis pada gambar 4.4.8 bandingkan untuk elips dengan R =
1 dengan R = 5 mungkinkan dengan R = 5 mempresentasikan gerak ayunan dalam
kondisi sesungguhnya ?

4.5 GERAK AYUNAN TEREDAM

Gerakan ini dapat diakibatkan oleh gesekan dengan udara , maupun oleh poros
ayunan. Penggunaan ‘peluru’ dan pemberian minyak pelumas pada poros berfungsi
untuk mengurangi pengaruh gesekan pada poros. Gaya gesek secara keseluruhan kita
asumsikan sebanding secara linear dengan kecepatan (-klθ̇ ), tetapi arahnya
berlawanan dengan arah gerak. Oleh karena itu gaya yang dialami benda dan sejajar
dengan lintasan benda diakibatkan oleh komponen gaya gravitasi dan gaya gesek
adalah

F= -gm sinθ - klθ̇ (4.5.1)


Dari persamaan (4.2.1) dan (4.5.1) diperoleh persamaan gerak ayunan benda
bermassa m pada seutas tali sepanjang l, yaitu

gm
mθ̈ = sinθ−k θ̇ (4.5.2)
l

atau

gm
m θ̈ +k θ̇+ sinθ=0 (4.5.3)
l

Perhatikan bahwa berbeda dengan persamaan gerak ayunan (4.2.3) , persamaan gerak
ini (4.5.3) bergantung pada massa m, percepatan gravitasi g dan pada panjangnya tali
l. Persamaan (4.5.3) juga lebih kompleks (rumit) daripada persamaan (3.3.2).
persamaan (3.3.2) merupakan persamaan diferensial orde dua dan linear, sedangkan
persmaan (4.5.3) disamping persamaan diferensial orde dua, juga merupakan
persamaan diferensial tak linear.

Linearisasi terhadap persamaan diferensial (4.5.2) dengan menggunakan suku linear


deret taylor fungsi sin pada persamaan (4.3.1) dan (4.3.2), dari persamaan (4.5.3) kita
memperoleh

gm
m θ̈ +k θ̇+ θ=0 (4.5.4)
l

gm
Persamaan (4.5.4) tidak lain adalah persamaan (3.3.2) dengan k = dan x=θ .
l
Dengan demikian solusi persamaan (4.5.4) dan analisisnya mengikuti bahasan pada
bab III bagian 3.3 tersebut.
4.6 TRANSFORMASI KE VARIABELTANPA DIMENSI

Seperti pada bab sebelumnya, kita juga tertarik untuk menuliskan persamaan (4.2.3)
ke dalam bentuk matematika yang hanya melibatkan variabel tanpa dimensi. Untuk
itu kita memperkenalkan transformasi

g
t=
√ t
.t dan ϑ=θ (4.6.1)

Perhatikan bahwa kedua variabel τ dan ϑ tidak berdimensi. Transformasi (4.6.1) tidak
mengubah besarnya sudut, tetapi hanya mengubah waktu t menjadi τ yang tidak
bergantung panjang tali dan besarnya gravitasi. Dengan transformasi ini, persamaan
(4.2.3) ekivalen dengan

d2ϑ
=−sinϑ (4.6.2)
d τ2

Untuk selanjutnya, kita akan menuliskan persamaan (4.6.2) dengan tetap


menggunakan variabel t dan θ. Karena itu persamaan (4.6.2) menjadi

θ̈=−sin θ (4.6.3)

Hendaknya mahasiswa tidak bingung dalam memandang persamaan (4.6.2) dan


(4.6.3). keduanya sekarang sama sebagai variabel tanpa dimensi.

θ̈=−θ (4.6.4)

Bandingkan persamaan (4.6.4) dengan persamaan gerak system satu pegas – satu
massa dalam variabel tanpa dimensi (3.7.3). dari sudut pandang matematika kedua
persamaan ini sama, yang membedakan hanyalah lambing (variabel) yang digunakan.
Perbedaan lambing (variabel) dalam hal ini tidak penting, variabel-variabel yang
demikian disebut variabel boneka.

Sama seperti pada bagian 3.7, solusi umum persamaan (4.6.4) diberikan oleh

θ=A cos t+ B sin t (4.6.5)

Yang ekuivalen dengan

θ ( t )=R cos( t−ω0 ) (4.6.6)

Di samping itu, kecepatan massa setiap saat ditentukan oleh

θ̇ ( 0 ) =−R sin(t−ω 0) (4.6.7)


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Model matematika ayunan massa adalah sebagai berikut. System gerak ini
melibatkan benda bermassa m (dalam satuan kg) dan seutas tali sepanjang l
(dalam satuan m), lihat gambar 4.2.1. panjang tali tersebut tidak mengalami
perenggangan maupun penyusutan yang di akibatkan oleh gaya benda yang
bekerja sepanjang tali. Jadi panjang tali selalu konstan, yaitu l. lebih dari itu, tali
tersebut juga diasumsikan tidak memiliki massa.
Persamaan gerak ayunan yang diberikan Oleh persarnaan (4.2.3) merupakan
persamaan diferensial tak linear. Sifat ketaklinearan ini seringkali menjadi
kendala yang sangat serius dalam mencari solusi eksak persamaan diferensial.
Metode mencari solusi persamaan diferensial tak linear masih terus, atau
mungkin akan selamanya akan, menjadi topik penelitian maternatika yang sangat
menarik perhatian dan energi para ahli matematika.
Gerakan ini dapat diakibatkan oleh gesekan dengan udara , maupun oleh
poros ayunan. Penggunaan ‘peluru’ dan pemberian minyak pelumas pada poros
berfungsi untuk mengurangi pengaruh gesekan pada poros. Gaya gesek secara
keseluruhan kita asumsikan sebanding secara linear dengan kecepatan (-klθ̇),
tetapi arahnya berlawanan dengan arah gerak.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis memiliki harapan agar pembaca memberikan kritik
dan saran yang membangun. Karena penulis sadar dalam penulisan makalah ini
terdapat begitu banyak kekurangan. Selain itu, penulis juga menyarankan setelah
membaca makalah ini  kita semua dapat lebih memahami tentang apa itu model
matematika gerak ayunan massa.

Anda mungkin juga menyukai