Irawati P.2016.01.132 Q3
Irawati P.2016.01.132 Q3
OLEH :
IRAWATI
NIM : P.2016.01.132
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paru(WHO, 2015).
Pada tahun 2014 total penderitaan TB paru didunia seluruhnya 9,6 sejuta
jiwa, di antaranya adalah pria ialaah 5,4 juta jiwa (56,25%) dan wanita
totalnya 3,2 juta jiwa (33,33%) serta anak-anak sebanyak 1 juta orang
menderita TB Paru. Dari 9,6 jutaan penderita TB Paru, lebih dari setengah
(58%) kasusnya berasal dari Seasia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat.
Angka kejadian TB Paru yang terbanyak ialah negara India, Cina dan
9 juta penderita terbaru seta globalnya meningakat dalam tiap tahun ialah 1%.
Di Indonesia tuberkulosis yaitu permasalahan mendasar, total penderita
paling banyak urut ke tiga telah India serta Cina total berkisar 10% untuk
semua jumlah yang ada didunia. Secara keseluruan di 2010 ialah sebanyak
302.861 jiwa. 183.366 penderita diantara lain mengalami BTA positif. total
kasus. Pada tahun 2017 jumlah tersebut meningkat menjadi 446.732kasus dan
2019).
peringkat kedua puluh satu dengan jumlah kasus di Indonesia dibawah DKI
Jawa Barat (71%), Gorontalo (70,8%), Jawa Tengah (67,7%), Jawa Timur
Data Laporan Tahunan Dinkes Provinsi Sultra tahun 2017 jumlah kasus
11
Berdasarkan data laporan tahun 2019 jumlah penderita TB paru di beberapa
Puskesmas Perumnas yaitu sebesar 586 kasus dan kasus yang paling sedikit
capaian dalam penanganan kasus TB paru masih sangat kurang yaitu 40%
dari target yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 191%. Selain itu kasus yang
(MDR) yaitu penderita TB yang resisten terhadap jenis obat utama yang
12
kesadarannya dalam meningkatkan kesehatannya (Notoatmojo, 2010).
ketempat pelayanan kesehatan. Jarak yang jauh dan sulit ditempuh dapat
medis. Hal ini akan mengakibatkan diagnosa atau penemuan kasus TB paru
biasa terkendala sehingga penularan penyakit tidak bisa diatasi oleh tenaga
kurang antara lain tidak mengetahui apa itu tuberkulosis paru, apa faktor
13
hal tersebut penulis akan meneliti dengan judul “faktor risiko kejadian
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengetahuan mengenai TB paru merupakan faktor risiko
kendari?.
kota kendari?.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor risiko kejadian tuberkulosis paru di wilayah
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
14
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
tuberkulosis paru.
E. Kebaruan Penelitian
Tabel 1. Kebaruan Penelitian
Peneliti dan Judul
No. Persamaan Perbedaan
Tahun penelitian
1. Eni, N., Pengaruh Salah satu Variabel
Tamsah, H., tingkat variabel independen pada
Kadir, I pengetahuan independen penelitian ini adalah
(2019) dan lingkungan yaitu tingkat lingkungan.
terhadap pengetahuan Sedangkan yang
pencegahan dilakukan oleh
penularan TB peneliti adalah
15
paru melalui riwayat kontak dan
perilaku jarak rumah dengan
masyarakat di fasilitas pelayanan
Wilayah Kerja kesehatan. Selain
Puskesmas itu melalui perilaku
Tanasitolo masyarakat.
Kabupaten Sedangkan yang
Wajo dilakukan oleh
peneliti adalah
kejadian
tuberkulosis paru.
Perbedaan lain
adalah metode
penelitian survey.
dilakukan oleh
peneliti case
control.
2. Fransiska, Faktor risiko Salah satu Variabel
M., Hartati, kejadian variabel independen pada
E (2019) tuberkulosis independen penelitian ini adalah
yaitu tingkat umur, merokok, dan
pengetahuan. kepadatan hunian.
Selain itu Sedangkan yang
desain dilakukan oleh
penelitian peneliti adalah
yang riwayat kontak dan
digunakan jarak rumah dengan
yaitu case fasilitas
control.
3. Bawihu, Hubungan Variabel Variabel
L.C., Lolo, pengetahuan independen independen pada
W.A., penderita yaitu penelitian ini hanya
Rotinsulu, tuberkulosis pengetahuan. satu yaitu
H (2017) paru dengan pengetahuan.
tingkat Sedangkan yang
kepatuhan dilakukan oleh
dalam program peneliti selain
pengobatan pengetahuan adalah
tuberculosis riwayat kontak dan
paru di jarak rumah dengan
Puskesmas fasilitas pelayanan
Bahu kesehatan. Selain
Kecamatan itu program
Malalayang pengobatan
Manado tuberkulosis paru.
Sedangkan yang
16
dilakukan oleh
peneliti adalah
kejadian
tuberkulosis paru.
Perbedaan lain
adalah deskriptif
korelasi. Sedangkan
dilakukan oleh
peneliti ialah case
control.
4. Budi, A.S., Faktor-faktor Salah satu Variabel
Tuntun, M yang variabel independen pada
(2016) berhubungan independen penelitian ini adalah
dengan kejadian yaitu tingkat lantai
tuberculosis pengetahuan. rumah,kelembaban,
paru BTA Selain itu perilaku merokok,
positif pada desain dan kondisi sosial.
pasien rawat penelitian Sedangkan yang
jalan di UPT yang dilakukan oleh
Puskesmas digunakan peneliti adalah
Wonosobo yaitu case riwayat kontak dan
Kabupaten control. jarak rumah dengan
Tanggamus. fasilitas pelayanan
kesehatan.
5. Izzati, S., Faktor risiko Variabel Variabel
Basyar, M., yang dependen independen pada
Nazar, J berhubungan yaitu status gizi,
(2015) dengan kejadian kejadian pencahayaan
tuberkulosis tuberkulosis rumah, penyakit
paru di wilayah paru. Selain DM, ventilasi dan
kerja itu desain kepadatan hunian.
Puskesmas penelitian Sedangkan yang
Andalas tahun yang dilakukan oleh
2013 digunakan peneliti adalah
yaitu case pengetahuan,
control. riwayat kontak dan
jarak rumah dengan
fasilitas pelayanan
kesehatan.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Tuberkulosis
18
Tuberkulosis adalah penyakit menular di udara dan paling banyak
2. Etiologi
sampai 4 mm, lebih kecil dari ukuran eritrosit atau sel darah merah. Basil
dalam ruangan yang lembab (Price and Wilson, 2006). Seseorang bisa
mengandung droplet besar (lebih besar dari 100 µ) dan droplet kecil (1
sampai 5 µ). Droplet yang besar menetap sementara droplet yang kecil
tertahan di udara dan dihirup oleh individu yang rentan (Smeltzer & Bare,
2001).
19
3. Manifestasi
a. Batuk berdarah
d. Badannya lemah
f. Penurnan BB
g. Mual muntah
4. Komplikasi
gagal napas, tuberculosis milier dan kavitas paru (Amin & Asril, 2009).
Selain itu, komplikasi yang sering terjadi pada stadium lanjut adalah
27
spontan, infeksi ke organ lain dan insufisiensi kardio pulmoner
5. Cara Penularan
paru. Percikan dahak pada klien dangan BTA positif yang mengandung
28
a. Tahapan Pengobatan Tuberkulosis
bakteri yang ada di dalam tubuh klien, sehingga klien dapat sembuh
29
anemia, agranulositosis,
trombositopeni.
Etambutol (E) Bakteriostatik Gangguan pengelihatan, buta
warna, neuritis perifer.
1) Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3
2) Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
a) Klien kambuh;
30
c) Klien yang diobati kembali setelah putus berobat (last to
follow up)
Etambutol.
a. Umur
b. Jenis Kelamin
2014).
c. Tingkat pendapatan
31
Faktor pekerjaan sangat terkait dengan kemiskinan pendapatan
gizi dan berdampak sering mengalami gizi buruk pada akhimya dapat
2002).
d. Tingkat pendidikan
e. Kepadatan hunian
f. Ventilasi
32
Ventilasi adalah usaha untuk memelihara kondisi atmosfir yang
g. Suhu
(Permenkes, 2011).
h. Kelembaban
33
i. Pencahayaan
yang sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-
tahun lamanya, dan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol,
karbol dan panas api dan rumah yang tidak masuk sinar matahari
j. Kebiasaan merokok
jendela setiap hari, menutup mulut bila batuk atau bersin, meludah
(Suarni, 2009).
34
penularan baik di rumah maupun di tempat kerja untuk orang-orang di
kurang baik tentang TB paru memiliki risiko yang lebih besar terkena TB
tentang TB paru.
Riwayat kontak yang dimaksud antara lain pernah tinggal serumah dengan
lewat bersin atau batuk penderita dapat terhirup bersama dengan oksigen di
dengan kejadian TB paru BTA (+). Mereka yang tinggal serumah dengan
dengan mereka yang tidak ada kontak serumah. Temuan ini sesuai dengan
35
D. Tinjauan Umum Tentang Jarak Rumah Ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
yang meliputi rumah sakit, puskesmas, dan lainnya. (Khudhori, 2012). Selain
Jarak dan waktu tempuh yang terlalu jauh juga memungkinkan penderita
pelkes sepertinya pusat kesmas ataupun RS. Hal ini bisa terjadi karena
dari penyakitnya.
memiliki jarak < 3 km. Pengukuran jarak tersebut bisa menggunakan aplikasi
google maps.
E. Kajian Empiris
36
Malalayang Manado. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan
0,05).
BTA positif.
Penelitian Izzati, S., Basyar, M., Nazar, J (2015) dengan judul faktor
paru dimana masing-masing nilai p > 0,05 yaitu 0,186, 0,324, 0,731.
37
BAB III
KERANGKA KONSEP
38
Pengetahuan yang kurang baik tentang penyakit tuberculosis beresiko
Kontak langsung juga salah satu beresiko jadian tuberculosis. Hal ini
tidak tinggal serumah dengan penderita tuberkulosis paru tidak akan berisiko
fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini karena jarak yang terlalu jauh
39
B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan
Kejadian Tuberkulosis Paru
Riwayat Kontak
Jarak Rumah ke
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Keterangan:
: Variabel dependent
: Variabel independent
: Hubungan
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
2. Variabel Independen
33
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
Kriteria objektif:
(BTA +)
sehat)
2. Pengetahuan
Total pertanyaan sepuluh soal, betul bernilai satu dan tidak benar nilai
I= (Sugiono, 2010)
Dimana :
I = Interval
34
R = Range atau kisaran (100-0 = 100)
100
I=
I = 50%
Kriteria objektif:
3. Riwayat Kontak
Yang dimaksud dengan riwayat kontak dalam penelitian ini adalah pernah
Kriteria objektif:
a. Ada :
bila responden pernah tinggal serumah dengan
35
4. Jarak Rumah ke Puskesmas
Nambo).
Kriteria objektif:
E. Hipotesis Penelitian
1. Pengetahuan
kendari.
Ha : Pengetahuan merupakan faktor risiko kejadian tuberkulosis paru
kendari.
Ha : Riwayat kontak merupakan faktor risiko kejadian tuberkulosis
36
3. Jarak Rumah ke Tempat Pelayanan Kesehatan
BAB IV
METODE PENELITIAN
37
A. Jenis dan Desain Penelitian
kelompok kontrol (tidak menderita tuberkulosis paru atau orang yang sehat)
pelayanan kesehatan.
(Notoatmodjo, 2012).
Populasi
Matching: Umur
(Sampel)
38
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Kendari.
2. Waktu Penelitian
2020.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita tuberkulosis paru
yang tercatat di buku rekam medis puskesmas nambo kota kendari tahun
2. Sampel
kelompok kontrol yang diambil dari kelompok yang sehat atau tidak
N
n=
N . d ²+1
39
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
N 52 52
n= 2 = 2 =
N ( d ) +1 52 ( 0,05 ) +1 1,13
n = 46
oleh peneliti.
4) Umur ≥ 19 tahun.
40
1) Dapat berkomunikasi, membaca dan menulis dengan baik.
4) Umur ≥ 19 tahun.
D. Instrumen Penelitian
E. Pengumpulan Data
1. Data Primer
2. Data Sekunder
41
Didapat dari DinKes Provinsi Sultra dan Laporan Tahunan Puskesmas
Nambo.
dilakukan yaitu:
a. Tahap persiapan
penyakit lain yang ada direkam medik puskesmas nambo (nama pasien,
42
kesempatan pada hari tersebut, peneliti menanyakan kapan waktu luang
d. Tahap pelaporan
43
F. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
a. Coding
quesioner
b. Editing
di kuesioner.
c. Tabulating
d. Processing
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
44
persentase yaitu kejadian tuberkulosis paru, tingkat pengetahuan,
b. Analisis Bivariat
Uji Chi Square untuk melihat odds ratio, jika tidak memenuhi syarat
untuk dilakukan uji Chi Square alternatif yang digunakan uji Fisher
Exact Test.
tuberkulosis paru.
45
axd
OR =
bxc
Kejadian penyakit
Kasus Kontrol Jumlah
Faktor Risiko
Ya (+) a b a+b
Tidak (-) c d c +d
Jumlah a +c b+d a+b+c+d
3. Penyajian Data
G. Etika Penelitian
confidentiality)
oleh responden. Data pribadi dari responden ditulis dalam bentuk kode
46
tertentu. Hal ini dilakukan untuk menjaga privacy dan memenuhi aspek
anonymity.
47
BAB V
dari luas Kecamatan Nambo. Selain itu juga, UPTD Puskesmas Nambo
merupakan salah satu 10 Puskesmas rawat jalan dari 15 Puskesmas yang ada
dengan status puskesmas rawat jalan,hingga tahun 2019 wilayah kerja UPTD
48
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
1) Jenis Kelamin
2) Umur Responden
terkecil adalah kelompok umur 29-38 tahun dan 39-48 tahun masing-
49
3) Pendidikan Terakhir
2. Analisis Univariat
ini:
50
b. Pengetahuan
responden (60,9%).
c. Riwayat Kontak
51
1. Ada 16 69,6 2 8,7 18 39,1
2. Tidak 7 30,4 21 91,3 28 60,9
Total 23 100 23 100 46 100
Sumber: Data Primer (2020)
(91,3%).
ini:
52
sebanyak 20 responden (43,5%), terdiri dari kelompok kasus sebanyak
(65,2%).
3. Analisis Bivariat
a. Pengetahuan
responden (60,9%).
53
responden yang memiliki pengetahuan yang kurang mempunyai risiko
b. Riwayat Kontak
(91,3%).
tuberkulosis paru.
54
c. Jarak Rumah Ke Puskesmas
(65,2%).
C. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
55
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, tabel 4 menunjukkan
adalah laki-laki. Menurut peneliti hal ini terjadi karena rata-rata penderita
laki-laki banyak yang kontak dengan penderita. Selain itu dari data
penderita TB paru pada laki-laki hampir 1,5 kali lebih tinggi apabila
49-58 tahun. Hal ini karena diusia lansia berbagai fungsi dalam tubuh
sering lupa minum obat sehingga masa pengobatan saat berobat tidak
penderita tubekulosis paru yang pernah putus obat dan masuk kategori II
adalah lansia. Usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang
56
Hasil penelitian lain berdasarkan tabel 6 didapatkan bahwa tingkat
57
yang tidak berada dilingkungan sekitar penderita tuberkulosis paru maka
sebesar 4,40 kali untuk mengalami terjadinya tuberkulosis paru. Hal ini
faktor risiko terjadinya tuberkulosis paru sebesar 6,42 kali (Fransiska, M.,
menderita tuberkulosis paru karena tidak ada faktor risiko yang membuat
58
Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat 2 responden
(8,7%) ada riwayat kontak akan tetapi tidak menderita tuberkulosis paru.
2012),
TB paru (Harfadhilah, D., Noor, N.N., Sunarka, I.N., 2013). Selain itu
59
Puskesmas Kertapati sebesar 4,7 kali (Oktavia, S., Mutahar, R.,
tuberkulosi paru.
Tuberkulosis Paru
yang memiliki keinginan yang besar untuk sehat walaupun jarak rumah ke
M.Y., 2018)
responden (43,5%) (Budianto, A., Inggri, R.H., 2015). Faktor jarak antara
60
rumah dan fasilitas kesehatan ini merupakan faktor yang penting. Deteksi
dekat, sehingga jumlah penderita akan lebih awal diketahui dan diobati
sebesar 6,75 kali untuk mengalami terjadinya tuberkulosis paru. Hal ini
dengan kepatuhan minum obat pasien TBC di Rumah Sakit Islam Sunan
61
BAB VI
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa :
paru di Wilayah Kerja Puskesmas Nambo Kota Kendari sebesar 4,40 kali,
62
2. Riwayat kontak dengan penderita merupakan faktor risiko terjadinya
kontak.
sebesar 6,75 kali, bila dibandingkan dengan jarak rumah yang dekat.
B. Saran
tuberkulosis.
63
dengan penderita, dan memiliki kesadaram umtuk berobat ke puskesmas
walaupun jarak rumah ke puskesmas jauh agar tidak terjadi putus obat
selama pengobatan.
64
65