Anda di halaman 1dari 14

KONSEP JATUH DALAM BAHASA SUNDA (ANALISIS KOMPONEN MAKNA)

Harmi, Regina*), Drs. Hendarto Supatra, S. U dan Riris Tiani, S.S., M.Hum.
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang Semarang, Indonesia 50275. Telp: (024)76480619
Email: reginaharmi@gmail.com

INTISARI

Penelitian ini mendeskripsikan kata-kata bermakna ‘jatuh’ dalam bahasa Sunda dengan
metode analisis komponen makna. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan makna umum
yang dimiliki kata bermakna ‘jatuh’ beserta kata-kata bermakna khususnya sehingga
terbentuk suatu konsep secara semantis. Penelitian ini memakai teori semantik (leksikal)
dengan sumber data awal berupa Kamus Bahasa Sunda-Indonesia dan Kamus Basa Sunda
dan sumber data lanjut berupa informan penutur bahasa sunda. Penyediaan data dilakukan
dengan metode simak dengan teknik catat dan teknik simak libat cakap (SLC). Metode
analisis data menggunakan metode padan referensial dan metode kontras; metode agih
dengan teknik ekpansi; dan metode analisis komponen makna.
Berdasarkan penelitian, terdapat arti leksikal serta makna kata ‘jatuh’ dalam bahasa
Sunda, analisis komponen makna dan konsep semantis. Pada analisis komponen makna,
terdapat 34 kata dengan empat dimensi pembeda utama yang membawahi beberapa
komponen di dalamnya. Keempat dimensi tersebut adalah APA (MAUJUD), BAGAIMANA
(PROSES), DIMANA, dan AKIBAT dengan fungsi masing-masing dimensi memiliki peran
untuk membedakan suatu peristiwa jatuh. Komponen-komponen tersebut membentuk makna
dengan konsep dari makna-makna spesifik berupa (1) Konsep semantis pada kata bermakna
‘jatuh’ dikelompokkan sebagai konsep KEJADIAN yang merupakan suatu tindakan, proses
dan pengalaman; (2) makna kata-kata spesifik sejumlah 33 kata dalam bentuk taksonomi
yakni KOMPONEN INTI, KOMPONEN KONTRASTIF, dan KOMPONEN INSIDENTAL;
dan (3) makna umum-khusus.

Kata kunci: Jatuh, semantik leksikal, komponen makna, bahasa Sunda, konsep, makna kata
umum, komponen inti, komponen kontrastif, komponen insidental.
ABSTRACT

This research describes words that have the meaning of ‘fall’ in Sundanese language
using semantic feature analysis method. The purpose of this research is to describe general
meaning that word ‘fall’ have, along with its particular meaning so that it will semantically
form a concept. This research use semantic (lexical) theory with the primary data sources
are coming from Kamus Bahasa Sunda-Indonesia and Kamus Basa Sunda and secondary
data source is from native Sundanese speaker. The data collected using participant
observation method, with listening and note-taking technique. Data analysis methods used is
referential identity method and contrast method; distributional method with expansion
technique, and semantic feature analysis method.
Based on the research, there is lexical meaning as well as significance of word ‘fall’
in Sundanese language, semantic feature analysis, and semantic concept. In the semantic
feature analysis, there are 34 words with four main distinguishing dimensions that underlie
some of the components inside. The four dimensions are WHAT (CONCRETE), HOW
(PROCESS), WHERE, and CONSEQUENCE as each of the dimension has a role to
distinguish the occurrence of word ‘fall’. These components form meaning with the concept
from specific meaning of (1) Semantic concept of the word ‘fall’ is categorized as a concept
of OCCURRENCE which is an action of process and experience; (2) Meaning of specific
words of 33 words in taxonomical form namely MAIN COMPONENT, CONTRASTIVE
COMPONENT, and INSIDENTAL COMPONENT; and (3) general-to-specific meaning

Keywords: fall, lexical semantic, semantic component, Sundanese language, concept, general
word meaning, main component, contrastive component, incidental compone

BAB I PENDAHULUAN bahasa Indonesia, kata ‘jatuh’ hanya


dileksikalkan dengan jatuh. Kata jatuh
Bahasa adalah sistem lambang
dalam KBBI (2013: 201) diartikan dengan
bunyi secara arbitrer yang digunakan
“terlepas dan turun ke bawah dengan
untuk bekerja sama, berkomunikasi dan
cepat….”. Terlepas apa yang jatuh,
mengidentifikasikan diri oleh para anggota
bagaimana jatuhnya, kemana hal tersebut
kelompok sosial (Kridalaksana, 1983: 2).
jatuh, kata jatuh hanya dideskripsikan
Hal itu tercermin jika dihadapkan dengan
sesuatu yang melaju cepat ke arah bawah.
bahasa daerah yang mengidentifikasi diri
Kata jatuh pada bahasa Sunda
dengan bahasa yang digunakan sesuai
berdasarkan makna generik atau makna
letak geografisnya. Selain identifikasi diri
umum dileksikalkan dengan kata ragrag.
atau identitas diri, bahasa daerah memiliki
Namun kata ragrag memiliki beberapa
sistem lambang berupa kosakata atau
kata-kata spesifik yang maknanya beragam
leksikon yang berbeda juga. Hal ini selaras
dan saling tumpang tindih. Misalnya untuk
dengan Kridalaksana (1983: 3)
kata tigeblag dan tigeblug merupakan
menyatakan bahwa salah satu sifat bahasa
jatuh secara cepat untuk benda berukuran
bersifat unik, artinya tiap bahasa
besar. Jika dianalisis menggunakan
mempunyai sistem yang khas yang tidak
komponen makna, terlihat perbedaan dari
harus ada dalam bahasa lain.
kedua kata tersebut. Tigeblag memiliki
Keunikan bahasa bisa diketahui
komponen makna +BENDA,
dari fenomena bahasa sehari-hari tanpa
+BELAKANG, +TERLENTANG dan
disadari saat penutur menggunakannya.
+CEPAT dengan maksud bahwa tigeblag
Keunikan terjadi ketika kata jatuh berada
merupakan jatuh untuk benda dengan arah
dalam penggunaan bahasa Sunda. Dalam
jatuh ke belakang, posisi dengan jatuh
yakni suatu penelitian yang bertujuan bernyawa dan semua satuan tidak
untuk memberikan gambaran tentang bernyawa. KEJADIAN mencakup semua
realitas pada objek yang diteliti secara tindakan, proses dan pengalaman.
objektif (Nawawi, 1991: 63). Maka ATRIBUT mencakup semua sifat kualitas
penelitian ini harus berdasarkan fakta dan dan kuantitas yang dianggap berasal dari
terdapat kesesuaian dengan keadaan yang BENDA atau KEJADIAN. RELASI
sebenarnya tanpa menambahi atau mencakup semua hubungan antara dua
mengurangi fakta. buah satuan semantis di atas.
Pengelompokan ini dilakukan dengan
a. Data dan Sumber Data maksud untuk mengetahui konsep inti
Sudaryanto (2015: 217) pada suatu kata berdasarkan referen atau
menyatakan bahwa terdapat dua jenis data rujukannya.
yaitu data awal dan data lanjut. Data awal
merupakan sekolompok data yang 2.3 Makna konseptual
diperoleh saat peneliti mulai melakukan Makna langsung atau makna
proses kinerja penelitian terhadap objek konseptual adalah makna kata atau leksem
yang dipilih. Adapun data lanjut yang didasarkan atas penunjukkan yang
merupakan sekolompok data yang langsung pada suatu hal atau objek di luar
diperoleh pada durasi waktu berikutnya. bahasa (Sudaryat, 2008: 23), makna
Kamus dipilih sebagai sumber data pada konseptual dapat dibedakan atas makna
data awal penelitian ini. Selanjutnya, data luas/umum dan makna sempit/khusus. Hal
lanjut berupa data lisan yang melibatkan ini selaras dengan pendapat Leech (2003:
informan. 20) bahwa makna konseptual adalah
makna yang sesuai dengan konsepnya,
b. Tahap Penyediaan Data makna yang sesuai dengan referennya, dan
Penyediaan data merupakan sebuah makna yang bebas dari asosiasi atau
langkah awal dalam melakukan penelitian. hubungan apapun atau sama dengan
Penyediaan data dilakukan dengan metode makna leksikal dan makna denotatif.
simak dengan teknik catat dan teknik
simak libat cakap (SLC). Teknik catat 2.4 Komponen makna
adalah kegiatan mencatat langsung baik Makna yang dimiliki oleh setiap
dari informan maupun dari kajian pustaka kata itu terdiri dari sejumlah komponen
(Sudaryanto, 1986:33). Teknik simak SLC yang disebut komponen makna lalu
adalah kegiatan menyimak dengan cara membentuk keseluruhan makna kata itu.
berpartisipasi dalam pembicaraan guna Komponen makna ini dapat dianalisis,
membentuk dan memunculkan calon data dibutiri, atau disebutkan satu per satu,
(Sudaryanto, 2015: 203). berdasarkan pengertian-pengertian yang
c. Tahap Analisis Data dimilikinya. Hal ini selaras dengan
Analisis data merupakan tahapan pernyataan abdul Chaer (2013: 114) bahwa
berikutnya setelah tahapan penyediaan komponen makna atau komponen
data dilakukan. Analisis data digunakan semantik (semantiv feature, Semantic
adalah metode padan, agih dan analisis property atau semantic marker)
komponen makna. Metode padan adalah merupakan setiap kata atau unsur leksikal
metode yang alat penentunya di luar, terdiri dari satu atau beberapa unsur yang
terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bersama-sama membentuk makna kata
bahasa (langue) yang bersangkutan atau makna unsur leksikal tersebut.
(Sudaryanto, 1993: 13).
Selanjutnya metode agih yang BAB III PEMBAHASAN
dikemukakan oleh Sudaryanto (1993: 15) Penguraian makna konsep jatuh
yaitu metode analisis yang alat penentunya dalam bahasa Sunda berdasarkan analisis
pada bagian bahasa itu sendiri. komponen makna. Nida (dalam Surayat,
2009: 38) menyebutkan bahwa terdapat seseorang bagian bawah yang terantuk
empat teknik dalam menganalisis pada apa saja, biasanya gigi atas dan gigi
komponen makna yakni penamaan, bawah beradu menimbulkan bunyi /trok/’
parafrasis, pendefinisian dan (Danadibrata, 2006: 131).
pengklasifikasian. Berdasarkan hal 3.1.2 Kata cengklak
tersebut, kata-kata yang bermakna ‘jatuh’ Kata cengklak menurut KBSI
dalam bahasa Sunda dianalisis berdasarkan memiliki arti “dikatakan untuk kepala
penamaan dan parafrasis dengan anak-anak yang terkulai ke belakang
menggunakan deskripsi makna leksikal. (sedang digendong)” (Satjadibrata, 2016:
Selanjutnya dilakukan analisis komponen 75). Sedangkan menurut KBS, cengklak
makna dengan prosedur pendefinisian dan “dikatakan pada leher bayi yang terkulai
pengklasifikasian guna mendapatkan suatu ke belakang karena tergeser saat
kata berbeda dengan makna kata lainnya digendong pada bagian kepalanya’
dengan terperinci. (Danadibrata, 2006: 138).
3.1.3 Kata geblag
3.1 Makna Leksikal Kata geblag menurut KBSI
Arti leksikal adalah arti kata yang memiliki arti “jatuh atau runtuh umpama
sesuai dengan apa yang dijumpai di dalam pintu atau dinding” (Satjadibrata, 2016:
leksikon (kamus). Namun secara 111). Sedangkan menurut KBS, “geblag
operasional di dalam kalimat, arti-arti merupakan sebuah kata kerja, terlepas atau
leksikal dapat bergeser, berubah dan terbukanya pintu atau keseluruhan
menyimpang. Maka arti dibedakan dari jendela” (Danadibrata, 2006: 215).
makna. Arti adalah apa yang disebut arti 3.1.4 Kata geblug
leksikal (dapat dicari di dalam kamus), dan Kata geblug menurut KBSI
makna adalah hubungan yang ada di antara memiliki arti “bunyi sesuatu yang jatuh”
satuan bahasa atau terbentuk karena (Satjadibrata, 2016: 112). Sedangkan
terdapat perubahan struktur morfemis. menurut KBS, geblug merupakan “kasur
Berikut penjelasan dan penggunaan dari 34 yang sedang dijemur dipukul oleh alat
kata bermakna jatuh yang ditemukan pemukul agar kotoran bisa keluar”
dalam kamus. (Danadibrata, 2006: 215).
Selanjutnya, beberapa leksikon 3.1.5 Kata gebrus
yang menggunakan prefiks, seperti Kata gebrus menurut KBSI
ticatrok, ticengklak, dan tigeblag: memiliki arti “bunyi tiruan untuk benda
(1) ti- + catrok  ticatrok ‘jatuh secara yang agak besar dimasukkan ke dalam air”
terantuk pada bagian dagu’ (Satjadibrata, 2016: 112). Sedangkan
(2) ti- + cengklak  ticengklak ‘jatuh ke menurut KBS, gebrus merupakan “suara
belakang dengan leher terkilir’ air yang terjatuh/tertimpa dari seseorang
(3) ti- + geblag  tigeblag ‘jatuhnya yang turun dari atas atau meloncat lalu
suatu benda besar’ terdengar suara berupa /brus/”
Selanjutnya, guna mengetahui makna (Danadibrata, 2006: 216).
dan arti pada tiap kata bermakna ‘jatuh’, 3.1.6 Kata geubis
dilakukan pendataan 34 kata berdasarkan Kata geubis menurut KBSI
kamus dan kalimat secara operasional. memiliki arti “jatuh untuk orang”
(Satjadibrata, 2016: 117). Sedangkan
3.1.1 Kata catrok menurut KBS, geubis merupakan “jatuh
Kata catrok menurut KSBI dari kuda, dari tempat tidur” (Danadibrata,
memiliki arti “dikatakan untuk dagu yang 2006: 225).
terantuk atau terbentur sesuatu” 3.1.7 Kata golepak
(Satjadibrata, 2016: 72). Sedangkan Kata golepak menurut KBSI
menurut KBS memiliki arti “Dagu memiliki arti “jatuh terlentang”
(Satjadibrata, 2016: 121). Sedangkan 3.1.14 Kata jalikeuh
menurut KBS, golepak merupakan Kata jalikeuh menurut KBSI
“terjatuh lalu terlentang dan tidak bisa memiliki arti “terkilir” (Satjadibrata, 2016:
berdiri lagi” (Danadibrata, 2006: 231). 145). Sedangkan menurut KBS, jalikeuh
3.1.8 Kata golosor merupakan “kedua kaki yang tidak
Kata golosor menurut KBSI seimbang karena menginjak salah satu
memiliki arti “tergelincir perlahan-lahan” telapak kaki dan menjadi miring”
(Satjadibrata, 2016: 121). Sedangkan (Danadibrata, 2006: 279).
menurut KBS, golosor merupakan 3.1.15 Kata Jengkang
“tergilincir di jalan” (Danadibrata, 2006: Kata jengkang menurut KBSI
131). memiliki arti “jatuh terlentang”
3.1.9 Kata gorobas (Satjadibrata, 2016: 150). Sedangkan
Kata gorobas menurut KBSI menurut KBS, jengkang “sedang berdiri
memiliki arti “tiruan bunyi di dalam atau duduk lalu terjatuh ke belakang”
semak” (Satjadibrata, 2016: 122). (Danadibrata, 2006: 290).
Sedangkan menurut KBS, gorobas 3.1.16 Kata jongjolong
merupakan “suara injakan kaki di tempat Kata jongjolong menurut KBSI
yang berantakan” (Danadibrata, 2006: memiliki arti “terdorong ke depan dan
131). hampir jatuh” (Satjadibrata, 2016: 153).
3.1.10 Kata gorolong Sedangkan menurut KBS, jongjolong
Kata gorolong menurut KBSI merupakan “langka untuk dipakai”
memiliki arti “berguling-guling atau (Danadibrata, 2006: 296).
menggelinding” (Satjadibrata, 2016: 122). 3.1.17 Kata jungkel
Sedangkan menurut KBS, gorolong Kata jungkel menurut KBSI
merupakan “bergeraknya suatu barang memiliki arti “jatuh terguling”
yang berbentuk bulat” (Danadibrata, 2006: (Satjadibrata, 2016: 154). Sedangkan
233). menurut KBS, jungkel merupakan “saat
3.1.11 Kata gubrag berdiri atau sedang berhenti lalu terjatuh
Kata gubrag menurut KBSI dan rubuh ke arah samping” (Danadibrata,
memiliki arti “kata pengantar untuk 2006: 299).
ragrag ‘jatuh’” (Satjadibrata, 2016: 123). 3.1.18 Kata jungkir
Sedangkan menurut KBS, gubrag Kata jungkir menurut KBSI
merupakan “menjatuhi balagbag secara memiliki arti “jungkir” (Satjadibrata,
begitu saja” (Danadibrata, 2006: 235). 2016: 154). Sedangkan menurut KBS,
3.1.12 Kata gulinting, gulitik jungkir merupakan “kepala di bawah,
Kata gulinting menurut KBSI kedua kaki berada diatas, badan tertahan
memiliki arti “jatuh terguling” oleh kedua telapak tangan atau kepala”
(Satjadibrata, 2016: 124). Sedangkan (Danadibrata, 2006: 299).
menurut KBS, gulinting merupakan 3.1.19 Kata kedewet
“gulitik” ‘jatuh secara terguling-guling’ Kata kedawet menurut KBSI
(Danadibrata, 2006: 131). memiliki arti “kaki beradu karena kain
3.1.13 Kata gurawil agak tergulung” (Satjadibrata, 2016: 170).
Kata gurawil menurut KBSI Sedangkan menurut KBS, kedewet
memiliki arti “jatuh karena kurang kuat merupakan “memakai kain sarung sampai
memegang sesuatu” (Satjadibrata, 2016: tanah dan dipegang dengan keras”
72). Sedangkan menurut KBS, gurawil (Danadibrata, 2006: 366).
merupakan “salah injak atau terpeleset dari 3.1.20 Kata kepluk
dahan pohon yang sedang dipanjat” Kata kepluk menurut KBSI
(Danadibrata, 2006: 131). memiliki arti “tiruan bunyi benda yang
jatuh” (Satjadibrata, 2016: 173). 3.1.27 Kata poros
Sedangkan menurut KBS, kepluk Kata poros menurut KBSI
merupakan “saling terjatuh” (Danadibrata, memiliki arti “terporosok ke dalam
2006: 343). lubang” (Satjadibrata, 2016: 275).
3.1.21 Kata kosewad Sedangkan menurut KBS, poros
Kata kosewad menurut KBSI merupakan “menggilinding”
memiliki arti “tergelincir dari tempat yang (Danadibrata, 2006: 541).
agak tinggi” (Satjadibrata, 2016: 184). 3.1.28 Kata porosot
Sedangkan menurut KBS, kosewad Kata porosot menurut KBSI
merupakan “tergelincir dari bangku” memiliki arti “terlepas, turun harga,
(Danadibrata, 2006: 343). merosot” (Satjadibrata, 2016: 275).
3.1.22 Kata kucuprak Sedangkan menurut KBS, porosot
Kata kucuprak menurut KBSI merupakan “celana atau sarung yang
memiliki arti “bunyi air, umpama sedang sedang dipakai terlepas dengan sendirinya
mencuci kaki di tempat yang dangkal” ke bawah” (Danadibrata, 2006: 541).
(Satjadibrata, 2016: 186). Sedangkan 3.1.29 Kata ragrag
menurut KBS, kucuprak merupakan Kata ragrag menurut KBSI
“suara dari gerakan mencuci kaki di air memiliki arti “labuh atau jatuh untuk
yang dangkal” (Danadibrata, 2006: 343). orang” (Satjadibrata, 2016: 282).
3.1.23 Kata kunclung Sedangkan menurut KBS, ragrag
Kata kunclung menurut KBSI merupakan “segala sesuatu yang bergerak
memiliki arti “tenggelam” (Satjadibrata, dari atas ke bawah” (Danadibrata, 2006:
2016: 189). Sedangkan menurut KBS, 557).
kunclung merupakan “jatuh ke dalam air” 3.1.30 Kata sirep
(Danadibrata, 2006: 343). Kata sirep menurut KBSI memiliki
3.1.24 Kata kusruk arti “menidurkan orang dengan
Kata kusruk menurut KBSI menggunakkan sejenis mantera”
memiliki arti “jatuh tertiarap, tersungkur” (Satjadibrata, 2016: 324). Sedangkan
(Satjadibrata, 2016: 191). Sedangkan menurut KBS, sirep merupakan “mantra
menurut KBS, kusruk merupakan “kata atau guna-guna agar seseorang tiba-tiba
kerja, mematikan obor yang menyala tertidur pulas atau pingsan” (Danadibrata,
dengan digesekkan pada tanah” 2006: 644).
(Danadibrata, 2006: 379). 3.1.31 Kata soledat
3.1.25 Kata labuh Kata soledat menurut KBSI
Kata labuh menurut KBSI memiliki arti “tergelincir, salah sasaran
memiliki arti “jatuh” (Satjadibrata, 2016: atau tidak terlaksana” (Satjadibrata, 2016:
193). Sedangkan menurut KBS, labuh 326). Sedangkan menurut KBS, “soledat
merupakan “duduk, menelungkup atau merupakan “menginjak tapi seperti tidak
terlentang, menyamping, tersungkur, merasa menginjak karena yang diinjak
menungging, jatuh secara susah payah berlumpur dan licin” (Danadibrata, 2006:
ketika berjalan” (Danadibrata, 2006: 381). 648).
3.1.26 Kata lelep 3.1.32 Kata sorodot
Kata lelep menurut KBSI memiliki Kata sorodot menurut KBSI
arti “terbenam atau karam” (Satjadibrata, memiliki arti “tergelincir” (Satjadibrata,
2016: 203). Sedangkan menurut KBS, 2016: 327). Sedangkan menurut KBS,
lelep merupakan “masuk ke dalam sorodot merupakan “kata kerja,
lumpur” (Danadibrata, 2006: 401). tergesernya suatu tempat dari atas ke
bawah, bergerak di jalan yang menanjak
dan licin dan sering tergelincir” pada tempat yang datar serta kering, serta
(Danadibrata, 2006: 648). mengalami luka di bagian leher.
3.1.33 Kata tajong 3.2.3 Kata Tigeblag
Kata tajong menurut kamus SD Berdasarkan komponen makna
memiliki arti “menendang dengan jari tersebut, bahwa kata Tigeblag merupakan
kaki” (Satjadibrata, 2016: 334). Sedangkan jatuh secara cepat untuk benda berukuran
menurut kamus DD, tajong merupakan besar dengan arah jatuh bisa ke depan atau
“kata kerja, sesuatu yang mengenai ujung ke belakang pada tempat yang datar serta
jari kaki dari arah depan” (Danadibrata, kering, serta mengalami keretakan atau
2006: 669). utuh setelah benda itu terjatuh.
3.1.34 Kata tolonjong 3.2.4 Kata Tigeblug
Kata tolonjong menurut KBSI Berdasarkan komponen makna
memiliki arti “berjalan hampir jatuh” tersebut, bahwa kata Tigeblug merupakan
(Satjadibrata, 2016: 354). Sedangkan jatuh secara lambat maupun cepat untuk
menurut KBS, tolonjong merupakan benda berukuran besar dengan arah jatuh
“berjalan tidak sengaja karena terjatuh dari atas menuju bawah pada tempat yang
dengan posisi jongkok atau jatuh begitu datar serta kering, serta mengalami
saja” (Danadibrata, 2006: 709). keretakan atau utuh setelah benda itu
terjatuh.
3.2 Analisis Komponen Makna 3.2.5 Kata Tigebrus
Setelah mengetahui makna leksikal Berdasarkan komponen makna
kata bermakna ‘jatuh’ dalam bahasa sunda, tersebut, bahwa kata Tigebrus merupakan
selanjutnya dilakukan prosedur jatuh secara cepat untuk seseorang atau
pendefinisian dan pengklasifikasian benda berukuran kecil maupun besar
komponen makna dengan bantuan matriks. dengan arah jatuh dari atas menuju bawah
Analisis komponen makna dilakukan pada tempat yang datar serta kering, serta
untuk mendeskripsikan seluruh komponen mengalami keretakan atau utuh setelah
pada kata, sehingga terbentuk satuan benda itu terjatuh dan seluruh badan bagi
makna dan kata menjadi jelas. insan.
Berdasarkan hal tersebut, berikut
3.2.6 Kata Tigeubis
uraian komponen makna pada tiap kata
Berdasarkan komponen makna
yang telah diteliti berdasarkan komponen
tersebut, bahwa kata Tigeubis merupakan
dasar dan komponen tambahan sehingga
jatuh secara lambat atau cepat untuk
terbentuk dimensi yang menaungi
seseorang dengan arah jatuh ke depan,
komponen-komponen tersebut dalam
belakang, dari atas (ketinggian tertentu)
bentuk matriks.
dan ke bawah pada tempat yang datar serta
kering, serta mengalami luka dibagian
3.2.1 Kata Ticatrok seluruh tubuh.
Berdasarkan komponen makna
3.2.7 Kata Tigolepak
tersebut, bahwa kata Ticatrok merupakan
Berdasarkan komponen makna
jatuh secara cepat untuk seseorang dengan
tersebut, bahwa kata Tigolepak merupakan
arah jatuh ke depan pada tempat yang
jatuh secara cepat untuk seseorang dengan
datar dan kering, serta mengalami luka
arah jatuh ke depan, belakang, dan ke
pertama kali dibagian mulut, gigi atau
bawah pada tempat yang datar serta kering
dagu.
atau basah, serta mengalami luka di bagian
3.2.2 Kata Ticengklak seluruh tubuh.
Berdasarkan komponen makna
3.2.8 Kata Tigolosor
tersebut, bahwa kata Ticengklak
Berdasarkan komponen makna
merupakan jatuh secara cepat untuk
tersebut, bahwa kata Tigolosor merupakan
seseorang dengan arah jatuh ke belakang
jatuh secara lambat atau cepat untuk benda jatuh secara lambat atau cepat untuk
berukuran kecil atau besar dengan arah seseorang dengan arah jatuh dari atas
jatuh bisa ke depan, atas dan ke bawah (ketinggian tertentu) dengan posisi
pada tempat yang miring serta kering, menahan jatuh namun terjatuh juga
basah maupun licin serta mengalami mengarah ke bawah pada tempat yang
keadaan utuh setelah benda itu terjatuh. datar serta kering, serta mengalami luka di
3.2.9 Kata Tigorobas bagian seluruh tubuh.
Berdasarkan komponen makna 3.2.14 Kata Tijalikeh
tersebut, bahwa kata Tigorobas merupakan Berdasarkan komponen makna
jatuh secara cepat untuk seseorang atau tersebut, bahwa kata Tijalikeh merupakan
benda berukuran kecil maupun besar jatuh secara cepat untuk seseorang dengan
dengan arah jatuh ke depan, dari atas arah jatuh kebawah yang memiliki maksud
menuju bawah pada tempat yang datar suatu maujud tersebut dalam posisi diam,
serta kering, serta mengalami keretakan bergerak, berdiri dan tiba-tiba terjatuh
sampai pecah atau utuh setelah benda itu dengan posisi menahan jatuh namun
terjatuh dan seluruh badan bagi insan. terjatuh pada tempat yang datar serta
3.2.10 Kata Tigorolong kering, serta mengalami luka di bagian
Berdasarkan komponen makna pergelangan kaki.
tersebut, bahwa kata Tigorolong 3.2.15 Kata Tijengkang
merupakan jatuh secara lambat maupun Berdasarkan komponen makna
cepat untuk benda berukuran kecil atau tersebut, bahwa kata Tijengkang
besar dengan arah jatuh ke depan atau dari merupakan jatuh secara cepat untuk
atas dengan posisi menggelinding menuju seseorang dengan arah belakang dan ke
bawah pada tempat yang datar, miring bawah yang memiliki maksud suatu
maupun berundak serta kering, serta maujud tersebut dalam posisi terlentang
mengalami keadaan utuh setelah benda itu pada tempat yang datar serta kering, serta
terjatuh dan benda tersebut berbentuk mengalami luka di bagian punggung,
lingkaran karena dapat menggelinding. pantat atau kedua kaki.
3.2.11 Kata Tigubrag 3.2.16 Kata Tijongjolong
Berdasarkan komponen makna Berdasarkan komponen makna
tersebut, bahwa kata Tigubrag merupakan tersebut, bahwa kata Tijongjolong
jatuh secara lambat atau cepat untuk merupakan jatuh secara cepat untuk
seseorang dengan arah jatuh dari atas seseorang dengan arah depan, dari atas
(ketinggian tertentu) dan ke bawah pada (ketinggian tertentu) dan ke bawah yang
tempat yang datar serta kering, serta memiliki maksud suatu maujud tersebut
mengalami luka di bagian seluruh tubuh. dalam posisi tertahan dengan maksud
3.2.12 Kata Tigulinting, Tigulitik menahan jatuh dalam keadaan berdiri dan
Berdasarkan komponen makna terhalang atau melewati sesuatu pada
tersebut, bahwa kata Tigulinting tempat yang berundak atau berbentuk
merupakan jatuh secara lambat atau cepat tangga serta kering, serta mengalami luka
untuk seseorang dengan arah jatuh ke di bagian kedua kaki.
depan, dari atas (ketinggian tertentu) 3.2.17 Kata Tijungkel
dengan posisi menggelinding mengarah ke Berdasarkan komponen makna
bawah pada tempat yang datar serta tersebut, bahwa kata Tijungkel merupakan
kering, serta mengalami luka di bagian jatuh secara cepat untuk seseorang dengan
seluruh tubuh. arah jatuh ke depan, dari atas (ketinggian
3.2.13 Kata Tigurawil tertentu) dengan posisi terlempar
Berdasarkan komponen makna mengarah ke bawah pada tempat yang
tersebut, bahwa kata Tigurawil merupakan
datar serta kering, serta mengalami luka di tempat yang datar serta bertekstur berair,
bagian seluruh tubuh serta mengalami luka di bagian seluruh
3.2.18 Kata Tijungkir tubuh.
Berdasarkan komponen makna 3.2.23 Kata Tikunclung
tersebut, bahwa kata Tijungkir merupakan Berdasarkan komponen makna
jatuh secara lambat atau cepat untuk tersebut, bahwa kata Tikunclung
seseorang atau benda berukuran kecil merupakan jatuh secara cepat untuk benda
maupun besar dengan arah jatuh ke depan berukuran kecil; dengan arah jatuh dari
atau belakang menuju bawah pada tempat atas (ketinggian tertentu) pada tempat yang
yang datar serta kering, serta mengalami datar serta berair, dan mengalami keadaan
keretakan atau utuh setelah benda itu masih utuh setelah benda itu terjatuh.
terjatuh dan terluka pada seluruh badan 3.2.24 Kata Tikusruk
bagi insan. Berdasarkan komponen makna
3.2.19 Kata Tikedewet tersebut, bahwa kata Tikusruk merupakan
Berdasarkan komponen makna jatuh secara cepat untuk seseorang dengan
tersebut, bahwa kata Tikedewet merupakan arah jatuh ke depan menuju bawah pada
jatuh secara cepat untuk seseorang dengan tempat yang datar serta kering dengan
arah jatuh ke depan atau belakang dengan posisi menelungkup atau jatuh terduduk
posisi tertahan oleh suatu hal dengan atau menungging, atau disebut tertahan
maksud terjatuh lalu menahan jatuh dalam dengan kaki yang menahan jatuh serta
posisi berdiri kembali, pada tempat yang mengalami luka di bagian muka atau
datar serta kering, serta mengalami luka di kedua kaki.
bagian kedua kaki. 3.2.25 Kata Tilabuh
3.2.20 Kata Tikepluk Berdasarkan komponen makna
Berdasarkan komponen makna tersebut, bahwa kata tilabuh merupakan
tersebut, bahwa kata Tikepluk merupakan jatuh secara cepat untuk seseorang dengan
jatuh secara cepat untuk benda berukuran arah jatuh dari atas (ketinggian tertentu)
kecil dengan arah jatuh dari atas atau dengan posisi menahan jatuh namun
ketinggian menuju bawah pada tempat terjatuh juga mengarah ke bawah pada
yang datar serta kering dengan jumlah tempat yang datar serta kering, serta
sedikit atau banyak, serta mengalami mengalami luka di bagian seluruh tubuh.
keadaan masih utuh setelah benda itu 3.2.26 Kata Tilelep
terjatuh. Berdasarkan komponen makna
3.2.21 Kata Tikosewad tersebut, bahwa kata Tilelep merupakan
Berdasarkan komponen makna jatuh secara lambat atau cepat untuk
tersebut, bahwa kata Tikosewad seseorang dengan arah jatuh ke depan,
merupakan jatuh secara cepat untuk belakang, dari atas (ketinggian tertentu)
seseorang dengan arah jatuh dari atas dari berbagai posisi menuju ke bawah pada
(ketinggian tertentu) dan ke bawah pada tempat yang datar serta mengandung air,
tempat yang berundak atau berbentuk serta mengalami luka di bagian seluruh
tangga serta bertekstur kering, basah atau tubuh.
licin, serta mengalami luka di bagian 3.2.27 Kata Tiporos
pinggang, pantat atau kaki Berdasarkan komponen makna
3.2.22 Kata Tikucuprak tersebut, bahwa kata Tiporos merupakan
Berdasarkan komponen makna jatuh secara lambat atau cepat untuk
tersebut, bahwa kata Tikucuprak seseorang dengan arah jatuh ke depan,
merupakan jatuh secara cepat untuk belakang, dari atas (ketinggian tertentu)
seseorang dengan arah jatuh dari atas dari berbagai posisi menuju ke bawah pada
(ketinggian tertentu) dan ke bawah pada
tempat yang datar serta kering, serta menuju bawah pada tempat yang miring
mengalami luka di bagian seluruh tubuh. serta kering, basah atau licin serta
3.2.28 Kata Tiporosot mengalami keadaan utuh setelah benda itu
Berdasarkan komponen makna terjatuh dan seluruh badan bagi insan.
tersebut, bahwa kata Tiporosot merupakan 3.2.33 Kata Titajong
jatuh secara cepat untuk benda berukuran Berdasarkan komponen makna
kecil atau besardengan arah jatuh dari atas tersebut, bahwa kata Titajong merupakan
atau ketinggian tertentu menuju bawah jatuh secara cepat untuk seseorang dengan
pada tempat yang datar serta kering arah jatuh ke depan atau belakang menuju
dengan jumlah sedikit bisa satu, dua, tiga, ke bawah dalam posisi terlempar,
empat atau lima benda, serta mengalami terlungkup atau tertahan (berdiri) pada
keadaan masih utuh setelah benda itu tempat yang datar serta kering, serta
terjatuh mengalami luka di bagian kaki seperti
3.2.29 Kata Ragrag pergelangan kaki, jari atau kedua kaki.
Berdasarkan komponen makna 3.2.34 Kata Titolonjong
tersebut, bahwa kata Ragrag merupakan Berdasarkan komponen makna
jatuh secara lambat atau cepat untuk tersebut, bahwa kata Titolonjong
seseorang atau benda berukuran kecil merupakan jatuh secara lambat untuk
maupun besar dengan arah jatuh ke depan, seseorang dengan arah jatuh ke depan atau
belakang, dari atas menuju bawah pada belakang menuju ke bawah pada tempat
tempat yang datar serta kering, basah, licin yang datar, kering atau berundak (tangga)
atau berair serta mengalami keretakan serta bertekstur kering, serta mengalami
sampai hancur atau utuh setelah benda itu luka di bagian kedua kaki.
terjatuh dan seluruh badan bagi insan.
3.2.30 Kata Tisirep 3.3.1 Jenis konsep secara semantis
Berdasarkan komponen makna Konsep menurut Larson (1989:
tersebut, bahwa kata Tisirep merupakan 30-31) merupakan satuan terkecil dalam
jatuh secara lambat atau cepat untuk struktur semantis dalam bentuk komponen
seseorang dengan arah jatuh ke depan, makna. Secara semantis komponen makna
belakang, dari atas (ketinggian tertentu) dan konsep terbagi menjadi empat
menuju ke bawah pada tempat yang datar, kelompok utama, yaitu BENDA,
miring atau berundak serta bertekstur KEJADIAN, ATRIBUT, dan RELASI.
kering, serta mengalami luka di bagian BENDA mencakup semua makhluk
seluruh tubuh bernyawa dan semua satuan tidak
3.2.31 Kata Tisoledat bernyawa. KEJADIAN mencakup semua
Berdasarkan komponen makna tindakan, proses dan pengalaman.
tersebut, bahwa kata Tisoledat merupakan ATRIBUT mencakup semua sifat kualitas
jatuh secara cepat untuk seseorang dengan dan kuantitas yang dianggap berasal dari
arah jatuh ke belakang kemudian ke bawah BENDA atau KEJADIAN. RELASI
pada tempat yang datar, miring atau mencakup semua hubungan antara dua
berundak (tangga) serta bertekstur basah buah satuan semantis di atas.
atau licin, serta mengalami luka di bagian Pengelompokan ini dilakukan dengan
pantat maksud untuk mengetahui konsep inti
3.2.32 Kata Tisorodot pada suatu kata berdasarkan referen atau
Berdasarkan komponen makna rujukannya.
tersebut, bahwa kata Tisorodot merupakan Konsep kata bermakna ‘jatuh’
jatuh secara cepat untuk seseorang atau dikelompokkan sebagai konsep
benda berukuran kecil maupun besar KEJADIAN. Artinya kata-kata bermakna
dengan arah jatuh ke depan atau dari atas ‘jatuh’ ini merupakan suatu tindakan,
proses dan pengalaman. Hal ini
ditunjukkan dengan kata bermakna ‘jatuh’ 3.3.1.5 Komponen Insidental BIDANG
berdasarkan makna generik atau makna MIRING
umum yang dileksikalkan dengan kata Suatu kata bermakna ‘jatuh’
ragrag. berdasarkan tempat terjatuhnya suatu
maujud dalam bidang miring.
3.3.1.1 Komponen kontrastif +INSAN
Maujud berupa insan ditemukan 3.3.1.6 Makna generik-khusus
sebanyak 22 kata. Kata-kata berdasarkan Makna generik merujuk ke cara
komponen +INSAN memiliki perbedaan pada kata-kata suatu bahasa
berupa luka pada anggota badan yang dikelompokkan dan dinamakan secara
pertama kali terkena akibat peristiwa jatuh umum. Dengan maksud kata yang lebih
tersebut. Anggota badan yang dimaksud generik mencakup hampir semua anggota
terdiri dari kepala yang terdiri dari muka perangkat kata tersebut. Menurut Larson
dan leher, mulut dan gigi, serta dagu; (1989: 71) menyatakan bahwa kata generik
punggung; pantat; dan kaki yang terdiri adalah kata kelas, yang maknanya juga
dari pergelangan, jari dan kedua kaki. ditemukan dalam dua atau lebih kata yang
lebih spesifik serta kata yang lebih spesifik
3.3.1.2 Komponen kontrastif BENDA mempunyai komponen makna tambahan
Maujud berupa benda ditemukan selain makna kata generiknya.
sebanyak 6 kata. Kata-kata berdasarkan
komponen +BENDA memiliki perbedaan BAB IV PENUTUP
berupa keadaan benda setelah terjatuh 4.1 Simpulan
menjadi utuh, retak dan hancur. Maujud 1. Makna leksikal terbagi menjadi dua
berupa benda berdasarkan ukuran yakni berdasarkan arti dari KBSI dan
ditemukan sebanyak 2 kata dari 6 kata KBS; dan makna didapatkan dengan
maujud benda. meneliti hubungannya di dalam
struktur bahasa.
3.3.1.3 Komponen kontrastif INSAN dan 2. Berdasarkan analisis komponen makna
BENDA di atas terbagi menjadi empat dimensi
Maujud berupa insan dan benda pembeda utama yang membawahi
ditemukan sebanyak 5 kata. Kata-kata beberapa komponen di dalamnya.
berdasarkan komponen +INSAN dan Keempat dimensi tersebut adalah:
+BENDA memiliki perbedaan berupa luka a. Dimensi APA (MAUJUD) adalah
pada anggota badan yang pertama kali segala hal yang dijadikan objek
terkena akibat peristiwa jatuh tersebut. yang terjatuh dalam bentuk maujud
Anggota badan yang dimaksud terdiri dari atau benar-benar ada, nyata,
kepala, punggung, pantat dan kaki konkret dan berwujud dengan
sedangkan benda meliputi keadaan yang membawahi beberapa komponen
masih utu, retak dan hancur. yakni BERNYAWA atau INSAN
dan TIDAK BERNYAWA atau
3.3.1.4 Komponen Insidental ARAH
BENDA;
Suatu kata bermakna ‘jatuh’
b. Dimensi BAGAIMANA
berdasarkan arah jatuh ke depan, belakang,
(PROSES) adalah runtunan proses,
dari atas atau ketinggian tertentu dijadikan
cara, perbuatan suatu maujud
komponen tambahan setelah melihat
dalam melakukan kegiatan
maujud kata bermakna ‘jatuh’.
bermakna ‘jatuh’ dengan menaungi
empat komponen makna di
dalamnya yaitu ARAH, POSISI,
DURASI, dan VOLUME;
c. Dimensi DIMANA adalah
keterangan mengenai tempat suatu
maujud terjatuh dengan menaungi berdasarkan ukuran ditemukan
dua komponen yang sebanyak 2 kata dari 6 kata
membawahinya yaitu TEMPAT meliputi kata tikepluk (merujuk
dan TEKSTUR; pada benda berukuran kecil) dan
d. Dimensi AKIBAT adalah suatu tigeblug (merujuk pada benda
kondisi maujud setelah melakukan berukuran besar);
aktifitas jatuh atau merupakan 3) Maujud yang memiliki
akhir dan hasil suatu peristiwa komponen kontrastif pada Insan
terjatuh dengan memiliki dua dan benda ditemukan 5 kata
komponen berdasarkan jenis meliputi kata tigebrus, tigorobas,
maujud yaitu komponen BENDA tijungkir, ragrag dan tisorodot;
dan komponen INSAN. 4) Berdasarkan makna dan maujud,
3. Konsep kata bermakna ‘jatuh’ terdapat penyebutan kata spesifik
dikelompokkan sebagai konsep secara terpisah berjumlah 8 kata.
KEJADIAN yang merupakan suatu Seperti jatuh menggelinding untuk
tindakan, proses dan pengalaman. Hal benda berupa tigorolong dan
ini ditunjukkan dengan kata bermakna untuk insan berupa tigulitik; Jatuh
‘jatuh’ berdasarkan makna generik pada bidang miring untuk benda
atau makna umum yang dileksikalkan berupa tisorodot dan untuk insan
dengan kata ragrag dan memiliki berupa tisoledat; Jatuh ke dalam
makna kata-kata spesifik sebanyak 33 air untuk benda berupa tikunclung
kata dalam bentuk taksonomi. Dalam dan untuk insan berupa tigebrus;
bentuk taksonomi terdapat komponen dan jatuh dari atas untuk benda
generik dan komponen kontrastif berupa tigeblug dan untuk insan
bersama yang membedakan unsur berupa tigubrag.
leksikal satu sama lain serta komponen b. Selanjutnya terdapat komponen
insidental sebagai komponen insidental yang menjadi komponen
tambahan. Konsep tersebut antaralain: tambahan guna mengetahui
a. Komponen kontrastif yang perbedaan terkecil antarkata dalam
memisahkan kata-kata spesifik perangkat semantis tersebut yaitu
berdasarkan pelaku atau maujud ARAH dan tempat jatuhnya suatu
jatuh yaitu INSAN, BENDA dan maujud dengan bentuk BIDANG
INSAN sekaligus BENDA sebagai MIRING.
berikut. 1) Berdasarkan arah, sejumlah 3
1) Maujud yang memiliki kata meliputi kata tigubrag (jatuh
komponen kontrastif pada Insan dari arah atas atau ketinggian
ditemukan 22 kata yang meliputi tertentu); tijengkang (jatuh ke arah
kata ticatrok, tiengklak, tigeubis, belakang); dan tikusruk (jatuh ke
tigolepak, tigubrag, tigulinting, arah depan);
tigurawil, tijalikeh, tijengkang, 2) Tempat pada bidang miring,
tijongjolong, tijungkel, tikedewet, sejumlah 4 kata meliputi kata
tikosewad, tikucuprak, tikusruk, tigolosor, tigorolong, tigulitik dan
tilabuh, tilelep, tiporos, tisirep, tisorodot
tisoledat, titajong dan titolonjong; c. MAKNA GENERIK-KHUSUS
2) Maujud yang memiliki ditemukan berupa kata ragrag
komponen kontrastif pada benda sebagai makna generik dengan
ditemukan 6 kata meliputi kata memiliki notasi semantik (+) lebih
tigeblag, tigeblug, tigolosor, banyak atau hampir ada pada setiap
tigorolong, tikepluk dan komponen maknanya. Kata
tikunclung; Maujud berupa benda Ragrag bisa menjadi ragtag, purag
(jatuh untuk benda) dan murag Djajasudarma, Fatimah. 2012. Semantik 1
(jatuh untuk insan). Bentuk ragrag (Makna leksikal dan Gramatikal).
menjadi demikian karena terdapat Bandung: PT Refika Aditama
proses morfofonemik (gejala
perubahan, penambahan, Elvan Efendi, Akhmad Sofyann, Agus
pengurangan fonem pada morfem Sarjono. 2015. “Analisis
dasar) dengan gejala morfofonemik Komponen Makna Kata Yang
disimilasi regresif pada kata Bermakna Dasar Memukul Dalam
ragrag. Bahasa Madura Dialek
Pamekasan”. Jurnal Ilmu Sastra
Indonesia Vol. 1, Desember 2015
DAFTAR PUSTAKA
Endang, Asteria, Paternus, Firman. 2013.
Adisutrisno, Wagiman. 2008. Semantics “Medan Makna Verba Mengambil
(An Introduction to The Basic Dalam Bahasa Dayak Banyadu”.
Concepts). Yogyakarta: Penerbit Jurnal Program Studi Pendidikan
Andi Yogyakarta Bahasa Indonesia

Aminuddin. 2008. Semantik Pengantar Firmanningrum, Fabiola Natalina. 2016.


Studi Tentang Makna. Bandung: “Komponen Makna Kata Kerja
Sinar Baru Algensindo Yang Bermakna Memukul Dalam
Bahasa Jawa”. Skripsi (S1)
Arieni, Ririn. 2012. “Relasi Semantis Universitas Sanata Dharma,
Kata-Kata Bermakna Dasar Jatuh Yogyakarta. (diunggah tanggal 11
dalam Bahasa Indonesia”. Skripsi September 2016, diunduh tanggal
(S1) Fakultas Ilmu Budaya 17 Agustus 2017)
Universitas Diponegoro, Semarang
Hidayah, Nurul. 2016. “Analisis
Barnwell, Katharine. 1980. Introduction to Komponen Makna Kata Semedan
Semantics and Translation. Makna Dengan Kata Takut”.
Horsleys Green, England: Summer Skripsi (S-1) Fakultas Ilmu Budaya
Institute of Linguistics Universitas Diponegoro,
Semarang.
Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik
Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Jatu Perwitosari, Ahadi Sulissusiawan,
Asdi Mahasatya Firman Susilo. 2012. “Medan
Makna Verba Membawa Dalam
Cruse, Allan. 2004. Meaning in language Bahasa Melayu Dialek Siantang”.
(An Introduction to Semantics and Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Pragmatics). Oxford: Oxford Sastra Indonesia. . (diunduh
University Press tanggal 17 Agustus 2017)
Danadibrata, R A. 2015. Kamus Basa Kridalaksana. 1983. Pengantar Linguistik.
Sunda. Bandung: PT Kiblat Buku Jakarta: PT Gramedia.
Utama
Larson, Mildred L. 1989. Penerjemahan
De Saussure, Ferdinand. 1988. Pengantar Berdasarkan Makna: Pedoman
Linguistik Umum (Terjemahan untuk Pemadanan Antarbahasa.
Cours de Linguistique Generale Jakarta: Penerbit Arcan
oleh Rahayu S. Hidayat).
Yogyakarta: Gadjah Mada Leech, Geoffrey. 2003. Semantik.
University Press. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Lehrer, A. 1974. Semantic Fields and Sudaryat, Yayat. 2009. Makna Dalam
Lexikal Structure. Amsterdam: Wacana. Bandung: Yrama Widya.
North Holand Publishing Company
Suharso dan Ana Retnoningsih. 2013.
Lesmana, Sisikya Saman, Agus Syahrini. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Tanpa tahun. “Medan Makna (Edisi Lux). Semarang: Widya
Verba Berbicara Bahasa Melayu Karya
Dialek Sambas”. Jurnal Program
Studi Pendidikan Bahasa Sumarsono. 2014. Pengantar Semantik
Indonesia (Stephen Ullman). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Lyons, John. 1968. Introduction to
Theovitical Linguistic. London: Sunarti. 2016. “Medan Makna Kata Verba
Cambridge University Press Makan Pada Manusia Dalam
Bahasa Jawa Dialek Surakarta”.
Mansoer, Pateda. 2010. Semantik Leksikal. Skripsi (S1) Fakultas Ilmu Budaya
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Universitas Diponegoro, Semarang
Muniah, Hari Sulastri dan Atidjah Hamid. Wijana, Dewa Putu dan Muhammad
2000. “Kesinoniman dalam Bahasa Rohmadi. 2011. Semantik (Teori
Indonesia”. Jurnal Departemen dan Analisis). Surakarta: Yuma
Pendidikan Nasional Pustaka.
Nardiati, Sri. 2015. “Kata bermakna
mengelupas dalam bahasa Jawa”.
Jurnal Balai Bahasa Yogyakarta
Vol 17, No 2, Juni
Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian
Sosial. Gajah Mada Press.
Yogyakarta.
Palmer, Gary B. 1999. Towards a Theory
of Cultural Linguistics. Austin:
University of Texas Press.
Satjadibrata, R. 2016. Kamus Sunda-
Indonesia. Bandung: PT Kiblat
Buku Utama
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka
Tehnik Analisis Bahasa
(Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan
secara Linguistik). Yogyakarta:
Duta Wacana University Press.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka
Teknik Analisis Bahasa.
Yogyakarta: Duta Wacana
University.

Anda mungkin juga menyukai