PROPOSAL
Oleh:
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah adalah lembaga untuk para siswa, pengajaran siswa/murid dibawah pengawasan
guru. Saat ini kata sekolah berubah arti menjadi : merupakan bangunan atau lembaga untuk
belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin oleh
seorang kepala sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah. Bangunan sekolah
disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang
lain. Ketersediaan sarana dalam suatu sekolah mempunyai peran penting dalam terlaksananya
proses pendidikan.
Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Secara umum
pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Secara sederhana, pengertian pendidikan
adalah proses pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat mengerti, paham, dan membuat
manusia lebih kritis dalam berpikir.
Matematika bukanlah pengetahuan yang dapat menjadi sempurna untuk dirinya sendiri,
tetapi matematika terutama untuk membantu orang memahami dan mengatasi masalah
matematika sosial, ekonomi dan alam. Ini tumbuh dan berkembang karena proses berpikir oleh
karena itu, logika adalah dasar untuk pembentukan matematika (Kline,1973).
Secara umum matematika dapat didefenisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari
pola dari struktur, perubahan dan ruang. Maka secara informal dapat juga disebut sebagai ilmu
bilangan dan angka.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa matematika sangat penting dalam proses
pendidikan. Karena matematika dapat membantu bukan hanya dalam menyelesaikan pelajaran
lain tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Maka ada baiknya jikalau matematika lebih
ditingkatkan lagi kualitasnya.
Matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang sulit karena para pelajar sudah
menjudge bahwa matematika itu sulit dan rumit karena selalu berhubungan dengan angka, rumus
dan hitung-menghitung. Mereka pun tidak memiliki niat untuk mempelajarinya, kecuali karena
tuntutan materi. Pemikiran awal seseorang yang seperti itu jelas akan memengaruhi terhadap
penguasaan matematika seseorang karena sebelumnya sudah ada rasa takut tidak bisa memahami
pelajaran matematika dan malas. Mereka sudah terlebih dahulu tidak tertarik dengan matematika
sebelum mencobanya.
Sebenarnya, matematika itu bukanlah suatu pelajaran yang menakutkan atau sulit, bahkan
mengasyikan jika benar-benar mau berusaha dan berlatih. Mungkin memang ada beberapa guru
yang terlihat killer dan membuat setiap para pelajar yang melihatnya merasa takut dan tidak
tertarik untuk memahami materi yang diajarkan olehnya,tetapi jika mau berusaha dan terlihat
rajin, guru tersebut pun pasti akan menghargai setiap usaha dan akhirnya matematika pun
menjadi pelajaran yang disukai.
Dibutuhkan ketekunan dan rajin berlatih dari para pelajar untuk memahami berbagai
macam materi yang ada di dalam matematika. Para pelajar pun tidak perlu memikirkan pendapat
orang lain yang beranggapan bahwa matematika itu pelajaran yang sulit karena yang diperlukan
untuk memahami matematika adalah banyak berlatih. Kerjakan soal mulai dari soal yang lebih
mudah, lalu dilanjutkan ke tingkat yang lebih sulit. Percayalah, ketika kita mengerjakan satu saja
soal matematika, lalu kita menemukan jawabannya, akan ada kepuasan di dalam hati yang
membuat kita lebih bersemangat untuk mengerjakan soal lain dengan tingkat yang lebih sulit.
Para guru juga harus memikirkan bagaimana cara mengajar yang menyenangkan dan
mudah dipahami para pelajar. Para guru harus memikirkan bagaimana metode belajar yang bisa
membuat setiap pelajar merasa senang dan menyukai guru tersebut. Setiap pelajar pun
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menyerap materi-materi yang diajarkan.
Untuk itu, perlu kesabaran dari para guru dalam mengajarkan para pelajar yang memiliki
berbagai macam perbedaan tersebut. Dampak lainnya yaitu rendahnya kemampuan nalar siswa
dalam pembelajaran, siswa juga kurang dilatih dalam menganalisis permasalahan matematika
dan menyampaikan ide untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Kondisi seperti itu juga dialami siswa SMA MUHAMMADIYAH 8 Kisaran. Guru
banyak menggunakan metode yang dikuasai bukan memikirkan metode apa yang sesuai dengan
pokok bahasan yang akan diajarkan, seperti menggunakan metode ceramah. Metode ceramah
merupakan metode yang aktif bagi guru namun pasif bagi siswa. Akan lebih baik apabila metode
ceramah dikolaborasikan dengan media pembelajaran yang akan membangun siswa menjadi
lebih aktif dalam proses pembelajaran. Didukung dengan hasil wawancara dengan salah satu
guru matematika SMA MUHAMMADIYAH 8 Kisaran. Guru menyatakan bahwa : “Hasil
ulangan harian soal tentang materi Peluang, terdapat 50% siswa masih dibawah nilai KKM.” Hal
ini disebabkan karena siswa belum mampu memahami pokok permasalahan yang diberikan.
Salah satu metode yang dapat digunakan guru dalam mengatasi kesulitan siswa diatas
adalah dengan memberikan penjelasan materi peluang dengan bantuan alat peraga melalui model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Pada dasarnya CTL merupakan suatu sistem
pengajaran yang menekankan pada materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara
nyata, sehingga dapat menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan model pembelajara CTL dalam pembelajaran matetmatika khususnya Peluang
melibatkan peserta didik untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan
kemampuan peserta didik dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik.
Berdasarkan latar belakang diatas, fokus penelitian ini adalah Meningkatkan hasil belajar
siswa dengan menggunakan media pembelajaran melalui metode Contextual Teaching and
Learning pada materi peluang di kelas xii sma muhammadiyah 8 kisaran tahun ajaran 2019/2020.
B. Identifikasi Masalah
Masalah yang dapat diidentifikasi sesuai dengan latar belakang masalah adalah :
1. Matematika merupakan pelajaran yang sulit bagi siswa
2. Hasil belajar siswa dibawah KKM
3. Penggunaan metode yang kurang tepat dalam mengajar
4. Siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menggunakan metode Contextual Teaching and Learning pada materi peluang di kelas xii sma
muhammadiyah 8 kisaran tahun ajaran 2019/2020.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
“Bagaimana hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
pada materi peluang di kelas XII SMA MUHAMMADIYAH 8 KISARAN?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian
ini adalah “untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning pada materi peluang di kelas XII SMA MUHAMMADIYAH 8
KISARAN”
F. Manfaat Penelitian
Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam dunia pendidikan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Secara umum dapat memberikan sokongan kepada pendidikan khususnya dibidang
matematika mengenai hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning pada materi peluang dan faktor yang mempengaruhi kemampuan dalam
menyelesaikan masalah tersebut.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, peneliti dan
sekolah.
a. Bagi siswa, dengan mengetahui media pembelajaran tentang peluang diharapkan siswa
mampu menyelesaikan soal.
b. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang pembelajaran
menyelesaikan soal dengan metode CTL menggunakan media pembelajaran tentang peluang.
c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya.
d. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran untuk memperbaiki strategi
serta proses pembelajaran yang tepat.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian belajar
Belajar dapat diartikan sebagai sebuah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku
atau potensi perilaku sebagai hasil dari sebuah pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya iteraksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan prilakunya. Menurut teori ini,
dalam belajar yang paling penting adalah adanya input yang berupa stimulus serta adanya output
yang berupa respons yang ditimbulkan. Dengan kata lain, defenisi belajar secara singkat adalah
upaya dan berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman, kegiatan belajar bisa dilakukan dimana saja,
misalnya dirumah, disekolah, dan ditempat lain seperti museum, laboratorium, hutan dan lain-
lain.
Adapun menurut James Patrick Chaplin : 1985. Belajar dibatasi dengan dua macam
rumusan. Rumusan pertama belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua belajar ialah proses
memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
Bertolak dari berbagai pendapat yang telah dijelaskan sebelumnya, secara umum belajar
dapat dipahami bahwa belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.
Magner : 1962 mendefenisikan tujuan pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik sesuai kompetensi. Sedangkan Dejnozka
dan Kavel : 1981 mendefenisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spesifik yang
dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan
hasil belajar yang diharapkan.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Langkah-langkah CTL :
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cu-kup mudah. Secara garis besar,
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut.
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Ciptakan masyarakat belajar
d. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
a. Saling kerjasama
b. Saling menunjang
c. Menyenangkan, tidak membosankan
d. Belajar dengan bergairah
e. Pembelajaran terintegrasi
f. Menggunakan berbagai sumber
g. Siswa aktif
h. Sharing dengan teman
i. Siswa kritis guru kreatif
j. Dinding dan lorong-lorong penuh hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan
lain-lain
k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa
yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format
antara program pembelajaran konven-sional dengan program pembelajaran kontekstual. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan
operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada
skenario pembelajarannya.
RuangSampel
Perhatikan ilustrasi berikut ini!
Ilustrasi 1.1
Divisi quality control suatu perusahaan lampu ingin menguji coba kualitas produk
lampu baru model LED. Dua kemungkinan hasil yang diperoleh pada percobaan ini
adalah Buruk (R) dan Baik (B). Jika terdapat dua buah lampu yang yang akan diuji
maka tentukanlah kemungkinan kemungkinan hasil percobaantersebut.
Penyelesaian
Pengambilan sebuah bola lampu, kemungkinan yang terjadi adalah Buruk (R) dan Baik
(B).Dalam sekali percobaan sekaligus, maka akan terdapat 4 kemungkinan yang akan
terjadi, yaitu BB, RB, BR, dan RR. Kemungkinan-kemungkinan tersebut dinamakan
anggota ruang sampel. Untuk menentukan ruang sampel dapat disajikan dengan
beberapa cara sebagaiberikut:
Ilustrasi 1.2
Seorang koki menentukan menu sarapan peserta didik asrama sekolah dengan
menggunakan putaran jarum jam. Kemungkinan hasil yang muncul pada satu percobaan
pemutaran jarum jam tersebut adalah roti isi (R), nasi goreng (N), lontong sayur (L).
dapatkah kamu menentukan kemungkinan hasi-hasil yang muncul untuk dua
kaliputaran?
Penyelesaian
Dari hasil satu kali pemutaran jarum jam, kemungkinan hasil percobaan tersebut adalah:
{R} merupakan kejadian munculnya menu sarapan roti isi
{N} merupakan kejadian munculnya menu sarapan nasigoreng
Himpunan kemungkinan hasil dari pemutaran jarum jam dapat ditulis: S = {R,N,L}
dengan banyak anggota ruang sampeln(S) = 3. Dengan mendaftarkan setiap kemungkinan
hasil yang muncul untuk dua kali percobaan pemutaran jarum jam dapat diperoleh:
Ilustrasi 1.3
2
1 5
Gambar 2. 1 . Kubus sisi enam
Pada kegiatan pelemparan sebuah kubus sisi enam, akan dihasilkan enam kemungkinan
munculnya mata kubus. Kemungkinan – kemungkinan itu disajikan sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6
Kegiatan melempar kubus disebut dengan percobaan. Enam kemungkinan hasil seperti
yang disajikan pada Gambar 1 adalah semua hasil yang mungkin terjadi dalam suatu
percobaan. Hasil munculnya mata 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 adalah titiktitik contoh. Jadi titik
contoh adalah semua hasil yang mungkin terjadi dari sebuah percobaan. Ruang Sample
(S) adalah suatu himpunan yang anggotanya adalah titiktitik sample. Adapun yang
menjadi ruang contoh dari hasil pelemparan sebuah kubus adalah S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}.
Kejadian (E) merupakan himpunan bagian dari ruang contoh. Pada percobaan
pelemparan satu buah kubus sisi enam kejadian-kejadiannyaadalah
– {1} merupakan kejadian muncul mata kubus1.
Ilustrasi 1.4
Ku
1 2 3 4 5 6
bu
s
I/I
I
1 {1, {1, {1, {1, {1, {1,
1} 2} 3} 4} 5} 6}
2 {2, {2, {2, {2, {2, {2,
1} 2} 3} 4} 5} 6}
3 {3, {3, {3, {3, {3, {3,
1} 2} 3} 4} 5} 6}
4 {4, {4, {4, {4, {4, {4,
1} 2} 3} 4} 5} 6}
5 {5, {5, {5, {5, {5, {5,
1} 2} 3} 4} 5} 6}
6 {6, {6, {6, {6, {6, {6,
1} 2} 3} 4} 5} 6}
Kegiatan melempar dua kubus di atas disebut dengan percobaan. Banyak hasil yang
mungkin terjadi adalah 36. Jadi banyak titik sampelnya 36 buah. Himpunan dari semua
kejadian yang mungkin terjadi atau himpunan dari semua titik-titik sampel dinamakan
Ruang Sampel (S). Kejadian (K) merupakan himpunan bagian dari ruang sampel.
Misalnya kejadian (K) adalah muncul mata kubus pertama dan kedua yang jika
dijumlahkan hasilnya adalah 6. Kemungkinan pasangan mata kubus yang muncul
dengan jumlah 6 adalah (1,5), (2,4), (3,3), (4,2), (5,1). Jadi kejadian (K)
dapat ditulis :
K = {(1,5),(2,4),(3,3),(4,2),(5,1)}.
Ilustrasi 1.5
Karena ruang contoh adalah himpunan semua hasil yang mungkin maka dari
pelemparan dua koin sekaligus diperoleh S = {(A,A), (A,G), (G,A), (G,G)} dengan
n(S) = 4.Misalkan kejadian K adalah munculnya hanya satu sisi angka maka K= {(A,G),
(G,A)} dengan n(K) = 2.
Ilustrasi 6
Suatu kotak berisi 4 kelereng merah dan 2 kelereng biru. Dilakukan percobaan dengan
mengambil 2 kelereng sekaligus. Dapatkah kamu menentukan kemungkinan hasil yang
diperoleh 1 bola merah dan 1 bola biru dari percobaan tersebut? Jika kejadian K adalah
munculnya dua kelereng merah sekaligus maka tentukanlah kemungkinan hasil dalam
kejadian K.
Alternatif Penyelesaian
Misalkan keempat kelereng merah disimbolkan dengan M1, M2, M3, M4, dan dua
kelereng biru disimbolkan B1, B2 maka dengan menggunakan cara tabulasi (tabel) dapat
dituliskan seluruh kemungkinan hasil yang muncul dari pengambilan dua kelereng
sekaligus sebagai berikut:
Kelere M2 M3 M4 B1 B2
ng
M1 ( M1, M2 ) ( M1, M3 ) ( M1, M4 ) ( M1, B1 ) ( M1, B2 )
M2 ( M2, M3 ) ( M2, M4 ) ( M2, B1 ) ( M2, B2 )
M3 ( M3, M4 ) ( M3, B1 ) ( M3, B2 )
M4 ( M4, B1 ) ( M4, B2 )
B1 ( B1, B2 )
B2
Dari tabel tersebut didapatkan jumlah anggota ruang sampel n(S) = 15. Kejadian K adalah
munculnya dua kelereng merah sekaligus diperoleh:
K = {(M1,M2), (M1,M3), (M1,M4), (M2,M3), (M2,M4), (M3,M4)} dengan banyak
anggota kejadian n(K) = 6.
Secara umum, untuk menghitung banyaknya anggota ruang sampel dalam pelemparan n
buah koin dan n buah kubus dapat ditulis sebagai berikut.
Sifat-1
Berdasarkan berbagai informasi yang diperoleh dari hasil percobaan di atas, kita tetapkan
definisi titik sampel, ruang sampel, dan kejadian sebagai berikut :
1. Titik sampel adalah hasil yang mungkin dari sebuah percobaan.
2. Ruang sampel (S) adalah himpunan semua hasil yang mungkin dari
suatupercobaan.
3. Kejadian (K) adalah himpunan bagian dari ruang sample.
Berdasarkan definisi titik sampel dan ruang sampel di atas, kita tetapkan definisi peluang
suatu kejadian sebagai berikut:
Peluang suatu kejadian K adalah hasil bagi banyak hasil dalam K dengan banyak anggota
ruang sampel dari suatu percobaan, ditulis:
n (k )
p ( k )=
n( s)
Keterangan :
6. Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran
disekolah. Pemanfaatan media pembelajaran juga merupakan upaya kreatif dan sistematis untuk
menciptakan pengalaman yang dapat membantu proses belajar siswa. Hal ini dikarenakan media
berperan sebagai alat perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga
murid tidak mudah bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Meski begitu, perlu diingat
bahwa pemilihan media harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin
dicapai.
Adapun menurut Latuheru : 1988 media adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara
guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Media pembelajaran
memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran .
Berdasarkan penjelasan diatas, disini peneliti menggunakan media pembelajaran/alat
peraga berupa dadu, kubus, logam, dan manik-manik sebagai alat bantu pada saat proses
pembelajaran peluang berlangsung. Dimana alat peraga ini berguna sebagai konsep untuk
membuktikan rumus peluang bagi siswa.
B. Kerangka Konseptual
Sesuai dengan kerangka teoritis diatas, model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning dapat dijadikan sebagai alat alternatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah pada siswa terutama dibidang matematika .
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
Metode Contextual Teaching and Learning pada materi peluang di kelas XII SMA
Muhammadiyah 8 Kisaran Tahun Ajaran 2019/2020.
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas XII SMA Muhammadiyah 8 Kisaran. Jalan,
Madong Lubis. Tahun Ajaran 2019/2020. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas beberapa
timbangan yaitu:
1) Jumlah siswa di kelas XII SMA Muhammadiyah 8 Kisaran cukup memadai untuk dijadikan
sampel penelitian sehingga lebih akurat
2) Di sekolah tersebut memiliki kualitas dan fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan
penelitian.
3) Lokasi ini mudah terjangkau dan lebih menghemat biaya dan waktu penelitian.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada tanggal 29 Januari - Febuari dikelas XII SMA
Muhammadiyah 8 Kisaran 2019/2020 sebagaimana yang ada pada table dibawah ini:
Tabel 3.1 Rencana dan Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Bulan/Tahun 2019/2020
Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei
1 Pengajuan Judul
2 Observasi Awal
3 Pembuatan Bab
Proposal
4 Bimbingan
Proposal
5 Seminar
Proposal
6 Revisi Proposal
7 Pengumpulan
Data
8 Pengolahan
Data
9 Bimbingan
Skripsi
B. Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi yaitu objek yang dijadikan suatu penelitian. Menurut Arikunto (2013: 173)
“Populasi adalah keseluruhan objek penelitian”.Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
XII SMA Muhammadiyah 8 Kisaran tahun pelajaran 2019/2020 Jumlah siswa kelas XII adalah
70 siswa yang terdiri dari 2 kelas.
1 XII-1 35 orang
2 XII-2 35 orang
Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diambil untuk melakukan suatu penelitian. Menurut
Arikunto (2013:174) menyatakan “Untuk sekedar ancer-ancer bila subjek penelitian kurang dari
100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan populasi. Selanjutnya jika
lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%, sedangkan menurut Sugiyono
(2010:81) menyatakan “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik. yang dimiliki
populasi tersebut”. Yang berjumlah 140 siswa dan terdiri dari 4 kelas, sampel di bagi menjadi
kelas ekperimen dan kelas kontrol yang kelas ekperimen diajarkan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning. Sedangkan kelas kontrol diajarkan dengan model (ceramah).
Berdasarkan cara tersebut,penelitian mengambil dua kelas sebanyak 70 siswa. Pada siswa
kelas XII IPA 2 sebagai kelas kontrol berjumlah 34 orang dan kelas siswa kelas XII IPA 1
sebagai kelas eksperimen yang jumlah nya 34 siswa. Dengan cara random sampling class
( secara acak kelas), untuk menentukan sampel, maka ditentukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menyiapkan potongan-potongan kertas sebanyak 4 buah sesuai dengan jumlah populasi kelas
2. Menuliskan nama kelas pada masing-masing potongan kertas, kemudian kertas tersebut
digulung satu persatu
3. Penulis mengambil dua gulungan kertas. Gulungan kertas tersebutlah yang dijadikan sebagai
sampel penelitian. Kelas yang terpilih yaitu kelas XII IPA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas
XII IPA 2 sebagai kelas eksperimen.
C. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2011: 107), “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan Sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa melalui Metode Contextual Teaching and
Learning pada Materi Peluang di Kelas XII SMA MUHAMMADIYAH 8 Kisaran Tahun
Pelajaran 2019/2020”.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala objek yang akan dilakukan dalam suatu penelitian. Menurut
Arikunto (2006: 121) “Variabel penelitian adalah objek fenomena yang terdapat dalam suatu
masalah penelitian yang mamiliki indikator yang dapat diukur”. Dalam penelitian ini terdapat
dua variabel utama yang dijadikan dasar dalam penelitian yaitu:
a. Variabel bebas (X) adalah variabel yang memengaruhi. Variabel bebas(X) pada penelitian ini
adalah Metode Contextual Teaching and Learning .
b. Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel terikat (Y) pada penelitian ini
adalah Hasil belajar siswa terhadap materi peluang.
E. SiklusPenelitian
Rencana TindakanPenelitian
Secara garis besar prosedur penelitian tindakan mencakup empat taraf : perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi(reflekting).
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
SIKLUS
Permasalahan Alternatif Pemecahan Pelaksanaan Tindakan I
1
Refleksi I S IAnalisis
K L UData
S Observasi I
Belum Terselesaikan
Dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus dengan tahapan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian dilakukan
secara kolaborasi partisipasi antara guru pelajaran matematika SMA Muhammadiyah 8
Kisaran.
1. SiklusI
a. Tahap perencanaan
a. Tahap perencanaan
c. TahapObservasi
F. Tehnik PengumpulanData
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh
data yang diperlukan. Data yang diperoleh dari penelitian akan dipecahkan selalu ada
keterkaitan dengan permasalahan, dengan demikian jenis penelitian ini akan berpengaruhi
pada urutan data yang akan dikumpulkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Dokumenter
Metode dokumenter digunakan untuk mendapatkan daftar nama peserta didik kelas
XII IPA.1 SMA Muhammadiyah 8 Kisaran, serta untuk mendapatkan daftar nilai pada tahun
pelajaran2019/2020.
2. Data keaktifan peserta didik selama berlangsungnya proses belajar mengajar pada
saat dilaksanakan tindakan, diambil melalui lembar pengamatan
3. Tes
Tes hasil belajar atau achievement test ialah tes yang dipergunakan untuk menilai
hasil – hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh
dosen kepada mahapeserta didiknya, dalam jangka waktu tertentu. Untuk mengukur
keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran, baik pada siklus I maupun siklus II guru
perlu mengadakan ulangan atau tes. Tes prestasi pada umumnya mengukur penguasaan dan
kemampuan para peserta didik setelah mereka selama waktu tertentu menerima proses
belajar- mengajar dari guru. Dengan metode tes ini dapat diketahui seberapa jauh penguasaan
peserta didik pada materi yang telah mereka kaji.
G. Tehnik AnalisaData
Metode analisis yang digunakan merupakan analisis yang mampu mendukung
tercapainya tujuan dari kegiatan penelitian, berdasarkan tujuan yang ingin dicapai yaitu
menambah keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dan peningkatan hasil
belajar peserta didik dalam materi peluang kejadian.
Analisis yang digunakan secara umum terdiri dari proses analisis untuk menghitung
prosentase keaktifan peserta didik dan mengetahui tingkat hasil belajar peserta didik.
1. Data keaktifan pesertadidik
Untuk mengetahui berapa besar keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses
belajar mengajar matematika, maka analisa ini dilakukan pada instrumen lembar
observasi dengan menggunakan teknik deskriptif presentase dengan perhitungan:
n
Persentase (%) = x 100 %
N
Keterangan :
% = persentase keaktifan peserta didik
n = skor yang dicapai
N = skor maksimal
Kriteria penilaian.
<60% = keaktifan peserta didik kurang
60%-75% = keaktifan peserta didik sedang
> 75% = keaktifan peserta didik tinggi
Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang berupa kemampuan peserta
didik dalam menyelesaikan soal menggunakan nilai rata - rata dan ketuntasan belajar
klasikal dengan analisis kualitatif deskriptif . Adapun rumus yang digunakan adalah :
a. Menghitung nilai rata-rata
Untuk menghitung nilai rata-rata menggunakan rumus :
x́=
∑x
N
Keterangan :
x́ = rata-rata nilai
∑ x = jumlah seluruh nilai
N= jumlah peserta didik
b. Menghitung ketuntasan belajar
Ketuntasan individu dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif persentase
yaitu :
jumlah siswa yang diperoleh
Persentase (%) = x 100 %
jumlah skor maksimal
c. Ketuntasan klasikal
Ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif
persentase yaitu :
jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase (%) = x 100 %
jumlah skor maksimal
H. InstrumenPenelitian
Aspek Keaktifan
N Nam S Persentase K
A B C D E F G
o a ko et
r r
1
2
3
Jumlah
Rata-
rata
Keterangan:
I. IndikatorKeberhasilan
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
Majid, Abdul, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.