Anda di halaman 1dari 43

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA

MENGGUNAKAN METODE MAKE-A MATCH


PADA SISWA SMA HARAPAN MEKAR
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

LAPORAN PENELITIAN

Diajukan Untuk Melengkapi Mata Kuliah Metodologi Penelitian pada


Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

RISKA HANDAYANI
NPM : 1602030008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


UNIVERSITAS MUHAMMDIYYAH SUMATERA UTARA
TAHUN AJARAN 2018/2019
MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke khadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

ini. Selanjutnya Shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW yang

telah membawa risalahnya kepada seluruh umat manusia.

Penulis menyelesaikan proposal ini guna menyelesaikan tugas dari

mata kuliah Metodelogi Penelitian. Proposal ini berjudul “ Upaya Meningkatkan

Minat Belajar Matematika Menggunakan Metode Make-A Match Pada Siswa

SMA Harapan Mekar TahunPelajaran 2018/2019”

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan

dan masih banyak kekurangan baik dalam kemampuan pengetahuan dan

penggunaan bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari para pembaca. Saya mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Indra Prasetia, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah

metodelogi penelitian.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga

proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis serta para pembaca sekalian.

Medan, Juli 2019

Penulis

RISKA HANDAYANI
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identitas Masalah ................................................................................. 6

C. Batasan Masalah................................................................................... 6

D. Rumusan Masalah ................................................................................ 6

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 9

A. Kerangka Teoritis ................................................................................. 9

1. Pengertian Belajar ......................................................................... 9

2. Pengertian Pembelajaran Matematika ........................................... 10

3. Pengertian Model Pembelajaran.................................................... 10

4. Mode Pembelajaran Kooperatif Tipe Make-a match .................... 11

B. Penelitian Yang Relevan ...................................................................... 13

C. Hipotesis Penelitian.............................................................................. 14
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 15

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................................. 15

B. Subjek Dan Objek Penelitian ............................................................... 15

1. Subjek Penelitian ........................................................................... 15

2. Objek Penelitian ............................................................................ 15

C. Jensis Penelitian .................................................................................. 15

D. Prosedur Penelitian.............................................................................. 16

E. Instrumen Penelitian............................................................................. 21

F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 28

1. Menganalisis Hasil Observani ........................................................... 28

2. Rata – Rata Kelas ............................................................................... 28

3. Menentukan Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa (individual) ............ 29

4. Menentukan Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa (klasikal) ................ 30

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi diri,

menambah pengetahuan, serta dapat mengembangkan keterampilan yang dimiliki

sebagai bekal kehidupan bermasyarakat. menurut M.J. Langeveld “Pendidikan

merupakan upaya dalam membimbing manusia yang belum dewasa kearah

kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha dalam menolong anak untuk

melakukan tugas-tugas hidupnya, agar mandiri dan bertanggung jawab secara

susila. Pendidikan juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri

dan tanggung jawab”.

Tujuan pendidikan nasional adalah “untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan mendjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”(pasal 3 dan penjelasan atas UU

RI No.20 tahun 2003). Berlandaskan pada hukum tersebut, maka dapatlah

disimpulkan bahwa untuk dapat melaksanakan proses pendidikan serta

mewujudkan tujuan pendidikan nasional dibutuhkan peran seorang guru.

Salah satu yang perlu di kembangkan dalam pendidikan adalah

pembelajaran matematika, karena matematika merupakan salah satu pengetahuan

dasar yang dibutuhkan siswa agar berhasil dalam dunia pendidikan. Siswa

dikatakan berhasil dalam dunia pendidikan apabila mampu mencapai tujuan

matematika yang telah ditetapkan. Pembelajaran matematika melatih kemampuan


kritis, logis, sistematis, bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan

permasalahan dengan menggunakan aksioma dan hukum logika, sebagaimana

dijelaskan oleh W.soejana bahwa “pada hakikatnya matematika merupakan suatu

ilmu yang diasakan atas dasar akal (rasio) yang berhubungan dengan benda –

benda abstrak”. Hal ini sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh matematika

yaitu memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir

deduktif, memiliki symbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta

pembicaraan serta konsisten dalam sistemnya.

Siswa memandang pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan

membosankan. Hal ini dikarenakan siswa kurang dilibatkan didalam

pembelajaran,. Aktivitas siswa di dalam kegiatan pembelajaran sering kita lihat

hanya bertindak pasif yakni hanya duduk, mendengar, dan mencatat. Disamping

itu, konsep matematika tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari,

sehingga para siswa menganggap matematika hanya berupa rumus – rumus yang

perlu dihafal dan bersifat abstrak. Jika hal ini dibiarkan berlanjut bagi

keberhasilan siswa dalam pelajaran matematika. Keberhasilan proses belajar

mengajar pada pembelajaran matematika dapat dilihat dari keberhasilan siswa

yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu ditinjau dari tingkat

pemahaman, penguasan materi serta prestasi belajar siswa.

Pada hakikatnya guru matematika adalah pihak yang bertanggung jawab

terhadap masalah prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika. Salah satu

tugas guru dalam proses belajar mengajar adalah memilih dan menggunakan

model atau strategi atau metode dalam mengajar. hal ini sesuai dengan penjelasan

Abbas (dalam sakinah dan rahmah johar) menyatakan bahwa: “banyak faktor
yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa, salah satunya

adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru di

kelas. Untuk menerapkan suatu metode dalam pengajaran metematika diperlukan

menyusun strategi pembelajaran yang tepat akan mempermudah proses

terbentuknya pengetahuan pada siswa sehingga tujuan dari pengajaran dapat

diwujudkan dengan baik.

Dan dalam pelajaran matematika bagi sebagian siswa adalah

matapelajaran yang sulit, ini merupakan masalah utama yang dihadapi para guru

matematika. Rendahnya minat belajar matematika karena adanya berbagai cap

negative telah melekat di benak siswa berkenaan dengan pelajaran matematika,

yang bisa jadi itu semua dimunculkan dari guru baik secara langsung maupun

tidak langsung, disadari atau tidak disadari. Faktor lain yang menyebabkan

kecilnya minat siswa terhadap pelajaran matematika adalah metode maupun

pendekatan yang digunakan oleh guru. Selain itu, pada setiap proses pembelajaran

siswa hanya belajara dengan cara mendengarkan ceramah dan mencatat sehingga

proses belajar dikelas terasa kurang menarik dan membosankan. Kurang

menariknya proses pembelajaran tersebut mengakibatkan berkurangnya minat

belajar siswa terutama dalam pelajaran matematika. Pada akhirnya kurangnya

pula minat belajar siswa tersebut menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya

prestasi belajar.

Minat belajar merupakan salah satu pengaruh besar terhadap aktivitas

belajar. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai dengan minat. Minat

merupakan alat motivasi yang utama yang dapat meningkatkan belajar siswa agar

pelajaran yang diberikan mudah di terima dan difahami.


Untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satu usaha yang harus

dilakukan oleh guru matematika adalah mengoptimalkan keberadaan siswa

sebagai objek dan sekaligus subjek pembelajaran. Memilih model pembelajaran

yang tepat dapat meningkatkan pengetahuan pada siswa, karena dengan

pengetahuan siswa yang baik akan membangkktkan minat siswa itu dalam belajar.

Salah saru alternative yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan cara

menerapkan model pembelajran kooperatif yang sesuai dengan materinya.

Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pembelajaran yang lain,

karena dalam pembelajaran koeeperatif langsung melibatkan siswa untuk aktif

dalam berfikir, menuangkan seluruhpikiran – pikiran yang ada dalam memori otak

siswa, sehingga akan menemukan sendiri konsep dalam belajar matematika. Salah

satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran Kooperatif Tipe Make-A

match merupakan pembelajaran yang di kemukan oleh Lorna Curran pada tahun

1994. Salah satu keuntungan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil

belajar mengenai konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Teknik

ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia

anak didik. Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan – persoalan dan

jawaban, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusa

menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan

persoalannya siswa yang benar mendapatkan nilai reward, kartu dikumpulkan dan

dikocok kembali, untuk bebak berikutnya.

Model pembelajaran Kooperatif Tipe Make-A Match cocok digunakan

untuk meningkatkan minat belajar siswa karena pada model pembelajran ini siswa

diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa lain, suasana belajar dikelas
dapat diciptakan sebagai suasan permainan, ada kompetisi antar siswa untuk

memecahkan masalah yang terkait dengan topic pelajaran matematika serta

adanya penghargaan, sehingga siswa dapat belajar matematika dalam suasana

yang menyenangkan. Dan dalam kegiatan pembelajaran ini juga siswa ditugaskan

untuk menemukan pasangan dari kartu yang di pegangnya. Hal ini membuat rasa

ingin tahu siswa tentang penyelesaian dari permasalahan dalam kartunya sehingga

dapat segera mencocokkan kartu yang dimilikinya. Dalam meningkatkan minat

belajar siswa itu dapat diawali dengan melibatkan siswa secara aktif dalam

pembelajaran dan mengandung unsur permainan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar

Siswa menggunakan Metode Make-A match pada siswa SMA Harapan Mekar T.A

2018/2019.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah :


1. Bagaimanakah minat belajar siswa jika menggunakan model pembelajaran

Kooperatif Tipe Make-A Macth ?

2. Apakah dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make-A

Match dapat meningkatkan minat belajar siswa ?

C. Pembatasan Masalah Penelitian

Penelitian ini dibatasi oleh :

1. Minat belajar yang akan diteliti adalah minat belajar matematika siswa

kelas X IPA di SMA Harapan Mekar Medan T.P 2018/2019.

2. Metode pembelajaraan yang diteliti adalah metode pembelajaran Make – A

Match.

D. Rumusan Masalah Penelitian

Sesuai dengan batasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah

pada penelitian ini adalah apakah dengan menggunakan model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Make-A Match mampu meningkatkan minat belajar matematika

pada siswa SMA Harapan Mekar Tahun Pelajaran 2018/2019?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model

pembelajaran Kooperatif Tipe Make-A Match mampu meningkatkan minat belajar

matematika pada siswa SMA Harapan Mekar Tahun Pelajaran 2018/2019.

F. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat

memberikan manfaat yang berarti:

a. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang

bagaimana meningkatkan minat belajar matematika dengan menggunakan

model pembelajaran Kooperatif Tipe Make-A Match.

b. Bagi pendidik dan calon pendidik, dapat menambah pengetahuan dan

sumbangan pemikiran tentang cara bagaimana untuk meningkatkan minat

belajar matematika pada siswa dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe

Make-A Match.

c. Bagi peserta didik yang merupakan sebagai subjek penelitin, diharapkan

dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai pembelajran secara aktif,

kreatif dan menyenangkan, dan dimana belajar sambil bermain, dengan

menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make-A Match. Dan

minat siswa bertambah dalam mempelajari matematika sehingga akan banyak

siswa ynag menyukai pelajaran matematika.

d. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan program

pembelajran serta menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat

untuk meningkatkan minat belajar matematika siswa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KERANGKA TEORITIS

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan,

keterampilan maupun sikap dan nilai yang fositif sebagai pengalaman untuk

menapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.

Menurut ahli Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata,

1984:252) Belajar memiliki pengertian sebagai proses dari perbuatan yang telah

dilakukan dengan sengaja atau dilakukan dalam keadaan sadar. Kemudian

menimbulkan adanya perubahan dan menyebabkan keadaan yang berbeda dari

sebelumnya. Berdasarkan pengertian ini belajar juga menimbulkan perubahan diri

dan lebih baik jika atas kemauan dari masing-masing pribadi dan bukan paksaan,

karena dengan cara ini tak jarang mereka yang belajar berakhir depresi hingga

tekanan mental. Hansen (dalam Susanto, 2013: 57) menyatakan bahwa minat

belajar siswa erat hubugannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep

diri atau identifikasi, factor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan.

Dari kesimpulan di atas bahwa dapat diambil kesimpulan yaitu belajar

adalah usaha sengaja yang dilakukan siswa dalam memperoleh suatu pengetahuan

atau atau pemahaman yang di peroleh dari aktifitas aktif dari lingkungan.

2. Pengertian Pembelajaran Matematika


Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa

yang melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika pada suatu

lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dan berbagai metode agar

program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa

dapat melakukan belajar secara efektif dan efesien.

3. Pengertian Model pembelajaran

Menurut Syafaruddin, Irwan Nasution model pembelajaran adalah

deskripsi dari lingkungan pembelajaran yang bergerak dari perencanaan

kurikulum, mata pelajaran, bagian-bagian dari pelajaran untuk merangcang materi

pelajaran, buku latihan kerja, program, dan bantuan kompetensi untuk program

pembelajaran. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah bantuan alat-alat

yang mempermudah siswa dalam belajar. Jadi, keberadaan model pembelajaran

berfungsi membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, keterampilan, nilai-

nilai, cara berpikir dan pengertian yang diekspresikan mereka.

Menurut Amin Suyitno Mengatakan bahwa model pembelajaran adalah

suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan guru agar

tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat

dicapai dengan lebih efektif dan efisien.

Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran

adalah dimana langkah – langkah dalam pembelajaran yang akan berfumgsi dalam

membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, keterampilan, nilai- nilai, cara

berfikir dan pengertian yang di ekspresikan oleh mereka yang dimana telah
diterapkan oleh guru tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan

akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.

4. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make-A Match.

a. Pengertian

Suyatno (2009 : 72) mengungkapkan bahwa model make and match

adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau

permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan

kartunya. Model pembelajaran make and match merupakan bagian dari

pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran Kooperatif Tipe Make-A Match (mencari pasangan)

merupakan salah satu model yang dikembangkan dari pendekatan pembelajaran

kooperatif. Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau

topic dalam suasana menyenangkan.

b. Kelebihan dan Kekurangan

- Kelebihan

1. Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik

dalam suasana yang menyenangkan.

2. Tehnik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan bisa digunakan

untuk semua usia.

3. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran

4. Kerjasama siswa akan terwujud dengan dinamis

5. Munculnya dinamika gotong royong seluruh siswa yang merata.


- Kekurangan

1. Memerlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan

2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak

bermain-main dalam proses pembelajaran.

3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai

4. Akan tercipta kegaduhan dan keramaian yang tidak terkendali.

c. Langkah – langkah

1. Guru menyiapkan kartu-kartu yang berisikan pertanyaan sekaligus kartu yang

berisikan jawabannya.

2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu (Soal atau jawaban)

3. Siswa yang sudah mendapatkan kartu memikirkan jawaban/soal dari kartu

yang didapatkannya

4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang sekiranya cocok dengan kartu yang

dimilikinya

5. Jika siswa tidak bisa mencocokan kartu yang tepat atau tidak menemukan

kartu yang cocok sebelum batas waktu yang ditetapkan, maka siswa

bersangkutan akan mendapatkan hukuman berdasarkan kesepakatan bersama

6. Setelah menyelesaikan satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap peserta

didik mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya

7. Guru bersama siswa sama-sama membuat kesimpulan.

B. Penelitian Yang Relevan


Penelitian tentang model pembelajaran Kooperatf Tipe Make-A Match

pada materi komposisi fungsi di kelas XI IPA MAN Darussalam, Aceh Besar.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas siswa, kemampuan guru,

hasil belajar siswa, dan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran melalui

pembelajaran Make-A Match. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

tindakan kelas (PTK) dengan komponen yang terdiri dari perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi. Adapun teknik pengumpulan data adalah melalui lembar

observasi aktivitas siswa, lembar observasi. kemampuan guru, lembaran

wawancara, tes hasil belajar siswa dan lembar angket respon siswa. Hasil

penelitian yang berlangsung selama tiga siklus menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa yang sudah mencapai ketuntasan denga persentase 96,77%, aktivitas siswa

dalam mengikuti pembelajaran aktif, kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran sudah baik, dan respon siswa yang positif.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

dimana terdapat peningkatan minat belajar matematika dengan menggunakan

metode Make-A match terhadap minat belajar matematika pada SMA HArapan

Mekar Tahun Pelajaran 2018/2019.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Harapan Mekar Medan, lokasi terletak di

JL. Marelan Raya No. 77, Medan Marelan. Sedangkan waktu penelitian

dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2018/2019 antara bulan juli

sampai dengan selesai.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dilakukan pada siswa kelas X IPA SMA Harapan Mekar

Medan Marelan Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 30 orang.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan minat belajar

matematika menggunakan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Make-A Match

pada siswa SMA Harapan Mekar Tahun Pelajaran 2018/2019.

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yaitu penelitian yang berkaitan dengan isu – isu seputar profesionalisme,

praktik di kelas, control terhadap guru, serta di anggap memiliki banyak manfaat

terhadap dunia pendidikan (Hopkins 2010). Dengan demikian PTK berfokus pada

proses belajar – mengajar dikelas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat


peningkatan minat belajar matematika siswa di kelas X IPA SMA Harapan

Mekar Medan Marelan tahun pelajaran 2018/2019.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau lebih dikenal

dengan PTK. Penelitian yang lebih di fokuskan pada situasi kelas atau yang lazim

dikenal dengan classroom action research. Suhardjono (2007) mengemukakan

Penelitian Tindakan Kelas sebagai penelitian tindakan yang dilakukan diruang

kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu proses atau praktik

pembelajaran. Prosedur penelitian tindakan kelas ini berbenduk daur siklus yang

memiliki empat tahap kegiatan yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu

(1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (action), (3) pengamatan (observing),

dan (4) refleksi (reflecting) (Wardani, dkk, 2007: 23). Siklus penelitian tindak

kelas ini dilakukan sampai tercapainya tujuan pembelajran yang di harapkan.

Berikut ini merupakan gambar alur siklus penelitian tindak kelas yang diadaptasi

dari (Arikunto, dkk, 2006: 16).


SIKLUS RANCANGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

Perangkat
Pembelajaran
Perencanaan
(Pertemuan I)

Refleksi

Observasi Siklus I Revisi

Tindakan

Perencanaan
(Pertemuan II)

Refleksi

Observasi Siklus II Revisi

Tindakan

Perencanaan

.....

Gambar 3.1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas.9

Berdasarkan bagan alur prosedur penelitian gambar di atas, maka

penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus/ tindakan berulang

yang didalamnya terdapat 4 tahapan utama yaitu sebagai berikut :

1. Rencana : kegiatan yang di susun sebelum tindakan dimulai.

2. Tindakan : perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan

perencanaan yang disusun sebelumnya.


3. Observasi : kegiatan yang di lakukan oleh pengamat untuk mengumpulkan

informasi tentang tindakan yang dilakukan peneliti ternasuk pengaruh yang di

timbulkan oleh perlakuan guru.

4. Refleksi : kegiatan yang dilakukan untuk mengkaji dan menganalisis hasil

observasi, terutama untuk melihat berbagai kelemahan yang perlu di perbaiki.

Secara lebih rinci langkah – langkah atau persiapan yang dilakukan untuk

penelitian tindakan kelas adalah sebagai uraian berikut ini:

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan maksud untuk

mengetahui perkembangan perubahannya dan dapat melakukan tahapan perbaikan

dengan baik. Adapun tahapan dan rencana dalam penelitian tindakan tersebut

yang di paparkan sebagai berikut.

1. Perencanaan

Perencanaan yaitu identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecah

masalah. Pada penelitian ini tahap penyusunan rencana yang di lakukan peneliti

adalah :

a. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah.

b. Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan.

c. Merumuskan masalah secara jelas.

d. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menentukan jawaban.

e. Menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan

indicator – indicator keberhasilan.

f. Membuat secara rinci rancangan tindakan.

Dengan mengacu pada perencanaan di atas, maka sebagai peneliti harus

melakukan hal – hal sebagai berikut :


a. Menetapkan materi yang akan di teliti.

b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

c. Menyusun alat evaluasi atau tes berbentuk uraian (essay).

d. Menyusun instrument respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar.

e. Menyusun lembar aktivitas siswa dan guru.

2. Tindakan

Tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh guru berdasarkan

perencanaan yang telah disusun. Tahap ini merupakan implementasi

(pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat.

Kegiatan – kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut ini :

a. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I yaitu guru

mengorientasi siswa pada masalah dengan menjelaskan pembelajaran dan

pendekatan pembelajaran yang di tearapkan. Selanjutnya guru menjelaskan

materi pelajaran kepada siswa dan guru memberikan latihan secukupnya.

Kemudian siswa diminta mengajukan 1 atau 2 soal yang menentang dan

siswa yang bersangkutan harus mampu untuk menyelesaikannya, tugas ini

dapat pula dilakukan seccara berkelompok.

b. Jika siklus I siswa tidak memperoleh ketuntasan belajar, maka akan

dilanjutkan dengan siklus II

c. Jika siklus II siswa tidak juga mencapai ketuntasan belajar, maka akan

dilanjutkan dengan siklus berikutnya dengan pokok bahasan yang sama.

d. Setelah setiap pokok bahasan selesai diajarkan, diadakan posttest untuk

mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang di ajarkan.


Kegiatan ini terus berlangsung sampai mencapai ketuntasan belajar, akan

tetapi jika pada siklus I siswa telah mencapai ketuntasan belajar, maka siklus II

atau III tidak perlu di lanjutkan, begitupun materi selanjutnya.

3. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses

pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah disusun.

Adapun pengamatan tersebut yaitu sebagai berikut :

a. Melakukan observasi dengan memakai format observasi.

b. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format.

4. Refleksi

Refleksi merupakan mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil

dari tindakan di berbagai kriteria. Adapun refleksi tersebut sebagai berikut :

a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah di lakukan yang meliputi evaluasi

mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.

b. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang scenario

pembelajaran dan lain – lain.

c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai evaluasi, untuk digunakan pada

siklus berikutnya.

d. Evaluasi tindakan.

Hasil refleksi yang di peroleh dijadikan pedoman dan masukan untuk

revisi kelemahan pada RPP I sehingga dapat di gunakan dalam menyusun RPP II

seddemikian seterusnya hingga selesai.


E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk mencatat kegiatan

yang dilakukan secara langsung oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran

selama tindakan diberikan untuk mendapatkan data yang akurat di lapangan.

lembar observasi kemampuan komunikasi matematis siswa secara lisan.

Pengembangan lembar observasi kemampuan komunikasi matematis siswa secara

lisan sesuai dengan indikator yang diadaptasi dari Sumarmo sebagai berikut:

Tabel III.1.Indikator Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi

Matematis Secara Lisan

No. Indikator Kemampuan Aspek yang diamati

Komunikasi Matematis

Secara Lisan

a. Mendengarkan dan berdiskusi 1. Siswa mendiskusikan hasil

tentang matematika. penyelidikan.

2. Siswa mendengarkan dan

berdiskusi tentang matematika.


b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi 1. Mencoba mengemukakan

matematika secara lisan. pendapat sendiri mengenai apa

yang dipikirkannya juga

mencatat segala sesuatu dalam

diskusi.

2. Siswa menjelaskan ide, situasi,

dan relasi matematika yang

dimilikinya dalam diskusi

secara lisan.

3. Siswa saling berbagi dan

bekerjasama dengan teman

sekelompok

4. Siswa mengungkapkan dan

menjelaskan pemikiran mereka

tentang idea matematika dan

hubungannya dalam diskusi.

5. Siswa saling sharing strategi

solusi matematika.

c. Membuat konjektur, menyusun 1. Siswa berani dan aktif dalam

argumen, merumuskan definisi, dan mengemukakan pendapatnya.

generalisasi. 2. Siswa menyusun dan

mendefinisikan bersama tentang

matematika.

d. Menjelaskan dan membuat 1. Siswa menjelaskan dan


pertanyaan tentang matematika membuat pertanyaan tentang

yang telah dipelajari. matematika dalam diskusi.

Lembar observasi kemampuan komunikasi matematis berisi pedoman

dalam mengamati komunikasi matematis siswa secara lisan selama diskusi

kelompok berlangsung. Lembar observasi kemampuan komunikasi matematis

siswa secara lisan berbentuk tabel yang terdiri atas aspek kemampuan komunikasi

matematis secara lisan beserta skor yang diperoleh dari hasil pengamatan kegiatan

komunikasi matematis berbentuk chek list (√).

Skala Penilaian Kategori


1 Kurang Baik
2 Cukup Baik
3 Baik
4 Baik Sekali

b. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman ketika melakukan

pengamatan (observasi) secara langsung untuk mendapatkan data yang akurat di

lapangan. Lembar observasi yang digunakan oleh peneliti adalah lembar observasi

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM) merupakan instrumen observasi untuk mengamati kemampuan guru untuk

mengupayakan meniningkatkan prestasi belajar matematika siswa menggunakan


model pembelajaran jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar. Lembar observasi

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) memuat 15 butir pernyataan yang berisi

catatan kegiatan guru maupun siswa selama pelaksanaan pembelajaran

matematika dengan model jigsaw. Indikator observasi kegiatan Belajar mengajar

yaitu sebagai berikut :

Tabel III.2.Indikator Lembar Observasi Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM)

No. Indikator Aspek yang diamati

1. Kelengkapan perangkat 1. Kelengkapan RPP.

pembelajaran 2. Kelengkapan Buku Ajar.

2. Pelaksanaan Pendahuluan 1. Menyajikan indikator dan

tujuan pembelajaran.

2. Memotivasi siswa untuk

mengikuti pelajaran.

3. Pelaksanaan Kegiatan Inti 1. Menjelaskan langkah-

langkah pembelajaran

matematika dengan model

make-a match.

2. Menjelaskan secara singkat

tentang materi yang akan

dipelajari dan mengajukan


masalah atau pertanyaan

kepada siswa dengan

menambahkan humor di

dalamnya.

3. Mengorganisasikan siswa

untuk belajar berpikir

secara mandiri dari materi

yang diajarkan atau masalah

yang diajukan di depan

kelas dengan cara yang

kreatif dan menarik.

4. Mengorganisasikan siswa

membentuk kelompok yang

beranggotakan 4 siswa

untuk mendiskusikan hasil

pemikiran secara mandiri

materi yang dijelaskan atau

mendiskusikan masalah di

depan kelas dengan kreatif

dan menarik.

5. Mengorganisasikan siswa

untuk berdiskusi atau

berbagi hasil jawaban dan

menuliskan hasil jawaban


yang telah ditemukan

dengan kelompok lain.

6. Mendorong siswa untuk

mempresentasikan hasil

diskusi di depan kelas.

7. Memberi evaluasi.

4. Pelaksanaan Penutup 1. Memberikan penghargaan


dan hukuman bagi siswa
yang menang dan kalah
dalam games tersebut.
5. Suasana Kelas 1. Suasana kelas ceria, kreatif
dan menyenangkan.
2. Siswa antusias dan
bersemangat
3. Guru antusias dan
bersemangat
Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran ini berbentuk chek

list (√) dengan kriteria sebagai berikut:

Skala Penilaian Kategori


1 Kurang Baik
2 Cukup Baik
3 Baik
4 Baik Sekali
c. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang digunakan

untuk mengetahui hal-hal yang dirasa kurang jelas pada saat observasi.

d. Lembar Soal Matematika


Lembar soal siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi soal-soal

yang dikerjakan oleh siswa.

e. Dokumen

Dokumen dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dari

observasi. Dokumen yang digunakan adalah foto aktivitas belajar Matematika

dengan menggunakan strategi pembelajaran make-a match.

F. Teknik Analisis Data

Agar dapat diteliti memberikan gambaran tentang fenomena yang diteliti

maka analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis Hasil Obsevasi

Lembar observasi digunakan untuk mengukur aktivitas siswa. Perhitungan

nilai setiap observasi dilakukan berdasarkan :

∑𝑋
𝑋= (Nana Sudjana, 2014 : 109)
𝑁

Keterangan :

𝑋 = mean (rata – rata)

∑ 𝑋 = jumlah seluruh skor

N = banyaknya siswa

2. Rata – Rata Kelas


Untuk menghitung nilai rata – rata kelas digunakan rumus sebagai berikut

∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖
𝑋= ∑ 𝑓𝑖
(Sudjana, 2005 : 67)

Dimana :

fi = Banyak siswa

xi = Nilai masing – masing siswa

3. Menentukan Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa (Individual)

Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa (individual) digunakan rumus

sebagai berikut :
𝑇
𝐾𝐵 = 𝑇 × 100% (Trianto, 2010 : 241)
𝑡

Dimana :

KB = Ketuntasan belajar

T = Jumlah skor yang diperoleh siswa

Tt = Jumlah skor total

Dengan criteria :

0% < T < 70% : Tidak tuntas

70% < T < 100% : Tuntas


4. Menentukan Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa (Klasikal)

Selanjutnya dapat juga diketahui apakah ketuntasan belajar klasikal telah

tercapai, dilihat dari persentase siswa yang sudah tuntas dalam belajar yang

dirumuskan sebagai berikut :

𝐴
𝑃𝑅𝑆 = × 100% (Trianto, 2010 : 243)
𝐵

Keterangan :

PRS = Persentase respons siswa

A = Banyak siswa yang ketuntasan belajar ≥ 70%

B = Banyak subjek penelitian

Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar, jika dikelas telah tercapai 85%

yang telah mencapai hasil ≥ 70%, maka ketuntasan belajar secara klasikal telah

tercapai.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan unutk meningkatkan minat belajar matematika pada

siswa. Peningkatan minat siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran.

Penelitian ini merupakan penelitian tindak kelas (PTK). Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) ini dirasa sangat cocok digunakan, karena penelitian ini sangat cocok

digunakan, karena penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang timbul di

dalam kelas, guna memperbaiki pembelajaran yang timbul dalam kelas, guna

memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih

efektif. PTK dipilih karena mempunyai beberapa keistemewaan yaitu mudah

dilakukan guru, dan tidak mengganggu jam kerja guru, selain itu sambil mengajar

bisa sekaligus melakukan penelitian serta tidak memerlukan perbandingan.

Data hasil penelitian yang akan dilakukan adalah upaya meningkat minat

belajar matematika menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match

pada peserta didik SMA Harapan Mekar, dengan mengacu pada tujuan penelitian

yaitu mampu meningkatkan minat belajar matematika pada siswa SMA Harapan

Mekar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif make a match.


B. Hasil Penelitian

1. Paparan Siklus I

Siklus I dilakukan dalam satu pertemuan yaitu dengan alokasi 2 x 45 menit.

Dalam materi ini membahas tentang turunan fungsi. Berikut ini adalah tahapan

penelitian dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match,

a. Perencanaan (planning)

Penelitian ini diawalin dengan observasi untuk menetukan kelas mana

yang akan digunakan sabagai target penelitian. Observasi dilakukan dihari yang

sama dengan penelitian. Setelah berkoordinasi dengan wakil kepala sekola maka

kelas yang di gunakan sebagai target penelitian adalah kelas XI IPS yang siswa

nya berjumlah 26 orang.

Pada tahap ini peneliti juga menyiapkam beberapa instrument yaitu

instrument pembelajaran yang terdiri dari RPP (Rancangan Pelaksanaa

Pembelajaran) dan sebagai instrument pengumpulan data yaitu dengan LKS

(Lembar Kerja Siswa).

Indicator keberhasilan yang ingin dicapai oleh peneliti setelah menerapkan

model Pembelajaran tipe Make a Match adalah meningkatnya minat siswa dalam

mempelajari matematika, dan dengan maningkatnya minat siswa maka akan dapat

meningkat hasil belajar siswa pula.


b. Pelaksanaan (Acting)

Pada siklus I pelaksanaan tindakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh peneliti. RPP yang digunakan dalam siklus

I sebagai berikut :

1. Kegiatan Awal

a. guru mengkondisikan kelas, berdoa, dan mengabsen

b. guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2. kegiatan Inti

a. guru menyampaikan materi aplikasi turunan fungsi

b. guru menanyakan mengenai bentuk umum dari fungsi turunan

c. siswa mendiskusikan tentang aplikasi turunan fungsi

d. guru menjelaskan cara bermain flashcard

e. setiap siswa diberikan satu buah kartu

f. guru memberikan contoh cara bermain flashcard

g. siswa mencari pasangan

h. guru memberi poin kepada siswa yang lebih dahulu menemukan

pasangan

i. siswa berdiskusi dengan pasangannya

j. setiap siswa maju ke depan kelas untuk membacakan kartu soal

dan kartu jawabannya

k. siswa yang lain memperhatikan

3. kegiatan akhir

a. guru menyimpulkan pelajaran

b. penilain
c. guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama

c. Observasi

Observasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Pengamatan

dilakukan oleh teman sejawat. Observasi dilakukan untuk mengetahui

keberhasilan atau kekurangan dalam pembelajaran. Hal yang di amati adalah

aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan hasil pengamatan

secara garis besar. Aktivitas belajar siswa juga masih belum memperlihatkan hasil

yang diinginkkan. Hal ini terlihat dengfan adanya masih siswa yang tidak

memperhatikan guru ketika kegiatan belajar mengajar dilakukan.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi ini dilakukan di akhir pelajaran. Peneliti mengajukan

beberapa pertanyaan kepada siswa. Beberapa siswa mengatakan bahwa mereka

masih bingung dengan model Make a Match. Hal itu wajar karena mereka baru

mencoba untuk pertama kali. Untuk meminimalisir kebingungan siswa, peneliti

kembali menjelaskan dengan lebih baik lagi kepada siswa. Selain itu peneliti juga

mendampingi siswa dalam mencari pasangan kartu dengan mendatangi siswa satu

persatu. Maka dalam siklus I dibangtu gteman sejawat maka di peroleh beberapa

hal sebagai berikut :


a. Dalam pelaksanaan pembelajaran didalam kelas siswa kurang aktif

dalam mengikuti pembelajaran dan masih bingung dengan

pembelajaran yang menggunakan model make a macth.

b. Ketika siswa di bagi kelompok tidak semua siswa antusias dalam

mengikuti arahan dari guru.

c. Tindakan yang diberikan oleh si peneliti untuk mengetahui seberapa

minat mereka dalam belajar matematika, apakah dapat meningkatkan

minat belajar atau tidak, jika belum maka akan dilakukan di siklus

berikutnya.

Masalah – masalah yang timbul dalam permasalahan diatas atas adalah di

sebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran

b. Siswa masih tidak antusias dalam membuat kelompok yang di buat

oleh sipeneliti.

c. Minat belajar matematika pada siswa tidak meningkat.

Kegiatan pembelajran pada siklus I masih terdapat kekurangan baik pada

kegiatan pembelajaran maupun pada si peneliti. Hal ini terlihat dengan munculnya

beberapa masalah dan beberapa faktor penyebannya. Oleh karena itu pada siklus

selanjutnya akan dilakukan perbaikan. Upaya yang akan dilakukan peneliti

adalah:

a. Peneliti menjelaskan dengan jelas model yang akan digunakan untuk

memudahkan memahami materi pembelajaran.


b. Peneliti berusaha memotivasi siswa agar lebih semangat dalam

mengikuti pembelajaran.

c. Peneliti memberi semangat kepada siswa untuk belajar agar minat

belajar matematika dapat meningkat.

d. Peneliti berusa menjelaskan materi dengan jelas agar siswa dapat

memahami materi dengan baik dan dapat diaplikasikan dengan

menggunakan metode yang diberikan oleh peneliti.

2. Paparan Siklus II

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II dilakukan

di kelas yang sama dalam satu kali pertemuan yang terdiri dari 2 x 45 menit.

Adapun materi yang disampaikan adalah materi yang sama disampaikan pada

siklus I untuk memperbaiki yang dilakukan pada siklus I. proses dari siklus II

akan diuraikan sebagai berikut :

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini peneliti menggunakan instrument yang sama dengan siklus

yang pertama dimana indicator nya sama dengan siklus I yaitu menerapkan model

make a match untuk meningkatkan minat beajar matematika pada siswa. Pada

tahap ini peneliti memperbaiki apa yang kurang di dalam siklus I.

b. Pelaksanaan (Acting)
Pada siklus I pelaksanaan tindakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh peneliti. RPP yang digunakan dalam siklus

I sebagai berikut :

1. Kegiatan Awal

a. guru mengkondisikan kelas, berdoa, dan mengabsen

b. guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2. kegiatan inti

a. guru menyampaikan materi aplikasi turunan fungsi

b. guru menanyakan mengenai bentuk umum dari fungsi turunan

c. siswa mendiskusikan tentang aplikasi turunan fungsi

d. guru menjelaskan cara bermain flashcard

e. setiap siswa diberikan satu buah kartu

f. guru memberikan contoh cara bermain flashcard

g. siswa mencari pasangan

h. guru memberi poin kepada siswa yang lebih dahulu menemukan

pasangan

i. siswa berdiskusi dengan pasangannya

j. setiap siswa maju ke depan kelas untuk membacakan kartu soal

dan kartu jawabannya

k. siswa yang lain memperhatikan

3. kegiatan akhir

a. guru menyimpulkan pelajaran

b. penilain

c. guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama


c. Observasi

Observasi dilakukan pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Pada

tahap pengamatan, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengamati.

Observasi dilakukan pada setiap pembelajaran dengan mengamati siswa didalam

kelas. Observasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau

kekurangan guru dalam mengajar. pada kegiatan penutup guru membuat

kesimpulan dan menutup pelajaran.

Hal yang di amati adalah siswa didalam kelas ketika pembelajaran

berlangsung. Dan diamati dalam segala aspek. Guru juga dapat mengkondisikan

kelas dengan baik. Hal ini sesuai dengan sktifitas siswa yang lebih aktif sehingga

aktifitas belajar siswa menunjukkan peningkatan dari pada siklus I.

d. Refleksi

Refleksi tindakkan ini menjelaskan hasil observasi yang telah dilaksanakan.

Dan peneliti tetap mengajukan pertayaan mengenai model make a macth dan

mereka mulai sedikit mengerti dengan model yang di pakai, dan pendapat mereka

adalah model ini sedikit memudahkan mereka belajar, walaupun tidak semua

siswa mengerti akan model yang dipakai. Dan peneliti tetap menjelaskan kembali

model yang dipakai dengan baik. Maka dalam siklus II ini juga dibantu dengan

teman sejawat dan yang diperoleh adalah :

a. Dalam pelaksanaan pembelajaran didalam kelas sudah sedikit ada

peningkatan keaktifan siswa dalam kelas dalam mengikuti pembelajaran.

b. Adanya sedikit peningkatan dalam antusian siswa dalam pembagian

kelompok
c. Dalam siklus ini hanya beberapa siswa yang mulai tertarik dan minat

belajar matematika.

Masalah – masalah yang timbul dalam permasalahan diatas adalah

disebabkan beberapa faktor yaitu :

a. Masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran.

b. Beberapa siswa sudah mulai berantusias dalam membentuk kelompok

untuk pembelajaran.

c. Ada sedikit peningkatan minat belajar matematika pada siswa.

Karena pada kegiatan pembelajaran yang ada pada siklus I masih terdapat

kekuramgan baik pada pembelajaran maupun pada si peneliti. Maka dilakukan

kembali pada siklus II, dan dalam siklus II terdapat upaya perbaikan juga, dimana

upaya yang akan dilakukan adalah :

a. Peneliti kembali menjelaskan model yang digunakan agar siswa semakin

faham dengan model yang akan digunakan

b. Peneliti kembali memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

c. Dan peneliti kembali memberi semangat kepada siswa untuk lebih minat

dalam belajar matematika

d. Peneliti mengulang menjelaskan materi yang sama dengan menggunakan

metode yang sama juga agar siswa sudah mahir dalam mennggunakan

model yang di beri oleh peneliti.

C. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Proses model pembelajaran kooperatif tipe make a macth pada

pembelajaran Matematika.

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan minat

belajar matematika peserta didik dalam pembelajaran matematika melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipr make a match. Dengan

menerapkan model tersebut pembelajaran matematatika akan lebih aktif

dan dapat lebih memahami materi secara mendalam.

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Sebelum melakukan

tindakan
BAB V

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Misna Muthiah. 2016. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model

pembelajaran Kooperatif Tipe Make-A Match pada materi Barisan Dan

Deret kelas X MAN Siglu 1 Pidie” (Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh )

Nur Azizah. 2017. “Penerapan Metode Pembelajaran Make-A Match Dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Untuk Materi Bangun Datar

Pada Siswa Kelas 1 MI Baitul Halim Khusus Yatim/Yatim Piatu

Palembang” (Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah

Palembang)

Suhardjono. 2007. “pengertian penelitian tindakan kelas.

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/04/12-pengertian-penelitian-

tindakan-kelas-menurut-para-ahli.html

Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252). “pengertian belajar”

https://www.zonareferensi.com/pengertian-belajar/

Suyatno (2009 : 72). “pengertian Make-A Match”

http://rantaiguru.blogspot.com/2016/05/pengertian-dan-langkah-langkah-

model-pembelajaran-make-a-match.html#.XBguLaIlQXY

Anda mungkin juga menyukai