Oleh
Rindayani, S. Pd.
Guru Mata Pelajaran Matematika di SMP IT Al-Biruni Mandiri
KOTA MAKASSAR
Rindayani, S.Pd putri dari Bapak Baharuddin dan Ibu Subaedah lahir di Makassar, 14 Januari
1983, Ia adalah anak kedua dari dua bersaudara dan mempunyai suami bernama A. Fadli dan dikarunia
satu orang anak bernama A. Muhammad Nabil Fadly.
Memulai Pendidikan pertamanya pada tahun 1990–1996 di SDN Bara-Barayya III, 1996-1998
di SMPN 8 Makassar, 1998-2001 di SMAN 10 Makassar, dan menyelesaikan Kuliahnya dengan
jurusan Pendidikan Matematika 2002–2007 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Pada tahun 2009-2015 menjadi pengajar Matematika pada SMP IT Al-Biruni Mandiri Divisi Jipang,
2015-2019 menjadi Bendahara Sekolah SIT Al-Biruni Mandiri Makassar dan tahun 2019 – Sekarang
mengabdikan diri untuk meningkatkan standar keprofesionalannya dalam bidang pendidikan dengan
mengajar Matematika di SMP IT Al-Biruni Mandiri Divisi Karantina Kota Makassar.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, hidayah dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Best Practice ini. Karya tulis ini berjudul ”
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DIPADUKAN
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI
PERSAMAAN GARIS LURUS. “ yang diterapkan pada kelas VIII semester ganjil pada SMP IT Al-
Biruni Mandiri Karantina.
Melalui penyusunan Best Practice ini penulis memamparkan pengalaman mengajar Matematika
pada sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas
lulusan dalam hal ini peserta didik. Dalam Best Practice ini memuat langkah-langkah pembelajaran,
dan kegiatan di dalam kelas yang menyenangkan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
berkontribusi positif untuk terselesaikannya Best Practice ini. Penulis juga menyadari dalam pembuatan
Best Practice ini masih banyak kekurangannya karena keterbatasan waktu dan ilmu, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan karya tulis ini.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendali diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Pendidikan sebagai proses awal manusia untuk mengenal tentang segala
sesuatu yang ada dalam kehidupan. Melalui pendidikan, diharapkan akan tercipta insan yang berbudi
luhur dan berakhlak mulia serta mempunyai tingkat pengetahuan yang mumpuni dalam kehidupan dan
berguna bagi agama, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan yang dilaksanakan di sekolah berlangsung secara formal. Di dalamnya memuat berbagai
macam unsur dalam pendidikan, meliputi pendidik, peserta didik, sarana dan prasarana, kurikulum,
pembelajaran, dan lain-lain. Salah satunya adalah berupa mata pelajaran matematika. Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai ciri khas yang unik dan sangat menantang. Hal
ini didasari atas penyelesaian soal yang berkaitan dengan matematika bisa dilalui dengan berbagai
macam cara. Hal ini membutuhkan semangat kreativitas sehingga dapat membangun diri peserta didik
menjadi insan yang kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Dalam pembelajaran matematika, seorang guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi yang
dilanjutkan dengan pemberian latihan dan berakhir pada tes. Namun, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh guru untuk menciptakan suatu pembelajaran yang efektif. Dalam teori belajar yang
dikemukakan oleh Jerome S. Brunner, bahwa belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-
konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari
hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematikanya (dalam Hudoyo:1990). Dalam
pembelajaran matematika, hendaknya pembelajaran diawali dengan pengenalan masalah (contextual
problem). Kemudian secara bertahap dengan bimbingan guru, peserta didik akan menguasai konsep
matematika sesuai dengan materi pembelajarannya. Untuk meningkatkan efektifitas dalam
pembelajarannya, sekolah diharapkan menyediakan serta menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi baik berupa komputer, jaringan internet, media pembelajaran/alat peraga, atau media yang
lainnya. Hal ini didasarkan pada teorinya yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif
pada diri peserta didik untuk mendapatkan informasi atau menemukan suatu hal baru yang berasal dari
luar. Dengan demikian, peserta didik mampu menghubungkan antara ilmu yang diperolehnya dengan
hal baru yang berada di lingkungan sekitar.
Kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak pelaksanaan pembelajaran
yang masih belum sesuai dengan seperti teori yang sudah dijelaskan. Bahkan masih jauh dari kata
mengarah pada pembelajaran abad 21. Pertama, pembelajaran masih konvensional. Pembelajaran hanya
masih berkutat pada mencatat, diterangkan, mengerjakan latihan, dan mengerjakan tes. Hal ini terlihat
membosankan sehingga peserta didik hanya duduk diam manis dan mendengarkan. Keaktifan peserta
didik juga berkurang. Kedua, guru jarang menggunakan alat peraga. Hal ini terlihat dari pembelajaran
yang hanya sekedar menerangkan materi yang disampaikan oleh guru. Materi disampaikan secara vokal
saja. Padahal hakikatnya alat peraga sebagai media untuk mengkonversi konsep yang berupa abstrak
menjadi hal yang bersifat konkret sehingga memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
Pembelajaran matematika di era Abad 21 dituntut harus menekankan aspek-aspek Transfer
Knowledge, kreativitas dan inovasi (Creativity and Innovation), berpikir kritis dan pemecahan masalah
(Critical Thinking and Problem Solving), komunikasi dan kolaborasi (Communication and
Collaboration). Aspek kreativitas dan inovasi dimaksudkan para peserta didik dapat menggunakan
berbagai teknik untuk membuat ide-ide baru yang bermanfaat, merinci, memperbaiki, menganalisis, dan
mengevaluasi ide-ide mereka guna mengembangkan dan memaksimalkan usaha kreatif dan
mendemonstrasikan keaslian temuan, baik secara individu maupun kelompok.
Aspek berpikir kritis dan pemecahan masalah dimaksudkan para peserta didik dapat bernalar secara
efektif. Mereka berpikir sistemik, memahami bahwa antar bagian berinteraksi satu sama lain. Mereka
membuat pilihan-pilihan, keputusan, dan menyelesaikan masalah, baik secara konvensional maupun
inovatif. Aspek komunikasi dan kolaborasi dimaksudkan bahwa para peserta didik mengetahui
bagaimana mengartikulasikan pemikiran dan ide-ide secara efektif, melalui komunikasi lisan, tulisan
maupun nonverbal. Mereka juga harus dapat mendengarkan secara efektif untuk menerjemahkan atau
menguraikan makna pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan tujuan. Mereka juga harus mampu
berkomunikasi pada lingkup yang luas pada berbagai kelompok dan lingkungan yang berbeda.
Dalam pelaksanaan pembelajarannya, Matematika harus dirancang sesuai dengan kebutuhan,
karakter,dan kemampuan peserta didik. Tidak bisa hanya dilakukan dengan sekedar transfer ilmu
(Transfer Knowledge) dari guru ke peserta didik. Tetapi harus mengarahkan peserta didik untuk berfikir
kritis dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri atau problem solving yang disebut dengan
pembelajaran Higher Order Thinking Skill. Selain itu, menurut hasil temuan Depdiknas proses
pembelajaran Matematika selama ini masih berorientasi pada penguasaan teori dan hafalan. Metode
pembelajaran yang terlalu berorientasi kepada guru cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan
peserta didik, sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan dan mencerdaskan kurang optimal.
Salah satu model pembelajaran yang berorientasi HOTS adalah Problem Based Learning, Model
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah metode pembelajaran yang dipicu
oleh permasalahan, yang mendorong siswa untuk belajar dan bekerja kooperatif dalam kelompok untuk
mendapatkan solusi, berpikir kritis dan analitis, mampu menetapkan serta menggunakan sumber
daya pembelajaran yang sesuai . Di akhir pembelajaran diharapkan peserta didik mendapatkan
pembelajaran komplit , tentunya dengan konfirmasi dan penguatan dari guru selaku fasilitator.
Oleh karena penulis dalam program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) yang berorientasi
pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) akan memperbaiki
pembelajaran yang di tuangkan dalam Best Practice dengan judul ”PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DIPADUKAN DENGAN PENDEKATAN
SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS”
B. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan Best Practice ini adalah kegiatan pembelajaran
Matematika Kelas VIII semester ganjil dalam pokok bahasan Persamaan Garis Lurus dengan judul
”PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DIPADUKAN
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI
PERSAMAAN GARIS LURUS”.
C. Manfaat Kegiatan
Manfaat penulisan Best Practice adalah meningkatkan kompetensi peserta didik dalam
Kompetensi Dasar Menganalisis fungsi linear sebagai persamaan garis lurus dan menginterpretasikan
grafiknya yang dihubungkan dengan masalah kontekstual.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
B. Bahan/Materi Kegiatan
Bahan yang digunakan dalam Best Practice pembelajaran ini adalah materi kelas VIII
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2023/2024 pada pokok bahasan Persamaan Garis Lurus, dengan
rincian KD sebagai berikut :
3.4 Menganalisis fungsi linear sebagai persamaan garis lurus dan menginterpretasikan grafiknya
yang dihubungkan dengan masalah kontekstual.
4.5 Masalah kontekstual yang berkaitan dengan fungsi linear sebagai persamaan garis lurus.
4.4 Masalah kontekstual yang berkaitan dengan fungsi linear sebagai persamaan garis
lurus.
2. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator Pendukung
3.4.1 Menggambar grafik persamaan garis lurus sebagai fungsi linear
Indikator Kunci
3.4.2 Menganalisis fungsi linear (sebagai persamaan garis lurus) untuk dapat
menentukan gradien suatu persamaan garis lurus jika diketahui dua titik yang
dilaluinya dari permasalahan kontekstual
3.4.3 Menganalisis fungsi linear (sebagai persamaan garis lurus) untuk dapat
menentukan persamaan garis lurus jika diketahui gradien dan suatu titik pada
garis tersebut
3.4.4 Menganalisis fungsi linear (sebagai persamaan garis lurus) untuk dapat
menentukan persamaan garis lurus jika diketahui dua titik pada garis tersebut
3.4.5 Menginterpretasikan grafik fungsi linear (sebagai persamaan garis lurus) dari
permasalahan kontekstual untuk menemukan penyelesaiannya
4.4.1 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan fungsi linear
sebagai persamaan garis lurus
A. Hasil Kegiatan
Hasil yang dapat diilaporkan dari Best Practice ini diuraikan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran ini menerapkan model Problem Based Learning, peserta didik
menjadi lebih aktif dan menumbuhkan saling bekerja sama untuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan guru. Aktivitas model pembelajaran dengan model ini
menerapkan peserta didik untuk aktif selama proses pembelajaran.
2. Pada pembelajaran sebelumnya penulis belum menerapkan pembelajaran HOTS masih
menggunakan metode ceramah peserta didik selama proses pembelajaran cenderung
kurang aktif walaupun tujuan pembelajaran tercapai. Sedangakan jika di terapkan
dengan pembelajaran HOTS dan dengan metode diskusi kelompok peserta didik
menjadi lebih bisa berfikir kritis selama kegiatan diskusi dan menjadi lebih tanggung
jawab untuk menyelesaikan tugasnya karena akan dibandingkan dengan kelompok lain
hasilnya.
3. Dengan menerapakan pembelajaran yang HOTS juga peserta didik dilatih untuk
memecahkan masalahnya sendiri atau Problem Solving untuk menyelesaikan LKPD
yang disediakan guru maupun dikaitkan dengan penerapan kehidupan sehari-hari.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, berikut disampaikan rekomendasi
yang relevan.
1. Guru sebaiknya aktif menyiapkan dan membuat inovasi model pembelajaran yang
lebih menyenangkan peserta didik, sehingga tidak terpaku hanya dengan 1 model
pembelajaran saja dan memiliki banyak referensi sumber belajar yang lain tidak
hanya buku guru dan buku peserta didik yang akan menunjang kemampuan
profesional guru pada saat proses pembelajaran.
2. Peserta didik diharapkan dapat menerapkan kemampuan berpikir kritis dalam belajar,
tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini akan membantu
peserta didik menguasai materi secara lebih mendalam.
3. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana dan prasarana yang memadai
untuk berlangsungnya pembelajaran HOTS dan untuk mendesiminasikan best
practice ini agar menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran HOTS.
DAFTAR PUSTAKA
Website
http://nurohimasysyifa.gurusiana.id/article/pola-gaya-belajar-matematika-di-era-abad-21-822861
https://www.rijal09.com/2018/11/model-model-pembelajaran-hots-higher-order-thinking-
skill.html
https://edukasi.kompas.com/read/2018/11/12/21323171/mendikbud-imbau-guru-kembangkan-
pembelajaran-hots
Lampiran-lampiran