Reservoir Adalah Suatu Tempat Terakumulasinya Minyak Dan Gas Bumi
Reservoir Adalah Suatu Tempat Terakumulasinya Minyak Dan Gas Bumi
Pada
umumnya reservoir minyak memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung
dari komposisi, temperature dan tekanan pada tempat dimana terjadi akumulasi
hidrokarbon didalamnya. Suatu reservoir minyak biasanya mempunyai tiga unsur
utama yaitu adanya batuan reservoir, lapisan penutup dan perangkap.
Dimana :
∅ = Porositas absolute (total), fraksi (%)
Vp = Volume pori-pori, cc
Vb = Volume batuan (total), cc
Vgr = Volume butiran, cc
Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap
volume batuan total yang dinyatakan dalam persen, atau secara matematik dapat
ditulis sesuai persamaan sebagai berikut :
Dimana :
∅e = Porositas efektif, fraksi (%)
ρg = Densitas butiran, gr/cc
ρb = Densitas total, gr/cc
ρf = Densitas formasi, gr/cc
Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu :
1. Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan
dengan proses pengendapan berlangsung.
2. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses
pengendapan.
Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir,
susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan.
Untuk pegangan dilapangan, ukuran porositas dapat dilihat pada Tabel 1. berikut :
1.2. Permeabilitas ( k )
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk
meloloskan/melewatkan fluida. Apabila media berporinya tidak saling
berhubungan maka batuan tersebut tidak mempunyai permeabilitas. Oleh karena
itu ada hubungan antara permeabilitas batuan dengan porositas efektif.
Sekitar tahun 1856, Henry Darcy seorang ahli hidrologi dari Prancis mempelajari
aliran air yang melewati suatu lapisan batu pasir. Hasil penemuannya
diformulasikan kedalam hukum aliran fluida dan diberi nama Hukum Darcy. Dapat
dilihat pada gambar 2 dibawah :
Dimana :
Q = laju alir fluida, cc/det
k = permeabilitas, darcy
μ = viskositas, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
A = luas penampang, cm2
Besaran permeabilitas satu darcy didefinisikan sebagai permeabilitas yang
melewatkan fluida dengan viskositas 1 centipoises dengan kecepatan alir 1 cc/det
melalui suatu penampang dengan luas 1 cm2 dengan penurunan tekanan 1
atm/cm. Persamaan 4 Darcy berlaku pada kondisi :
1. Alirannya mantap (steady state)
2. Fluida yang mengalir satu fasa
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan
4. Kondisi aliran isothermal
5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal
6. Fluidanya incompressible
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
• Permeabilitas absolute (Kabs)
Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir
melalui media berpori tersebut hanya satu fasa atau disaturasi 100% fluida,
misalnya hanya minyak atau gas saja.
• Permeabilitas efektif (Keff)
Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir
lebih dari satu fasa, misalnya (minyak dan air), (air dan gas), (gas dan minyak) atau
ketiga-tiganya. Harga permeabilitas efektif dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana
masing-masing untuk minyak, gas dan air.
• Permeabilitas relatif (Krel)
Yaitu perbandingan antara permeabilitas efektif pada kondisi saturasi tertentu
terhadap permeabilitas absolute. Harga permeabilitas relative antara 0 – 1 darcy.
Dapat juga dituliskan sebagai beikut :
1.3. Saturasi
Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi fluida
formasi tertentu terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi fluida atau
jumlah kejenuhan fluida dalam batuan reservoir per satuan volume pori. Oleh
karena didalam reservoir terdapat tiga jenis fluida, maka saturasi dibagi menjadi
tiga yaitu saturasi air (Sw), saturasi minyak (So) dan saturasi gas (Sg), dimana
secara matematis dapat ditulis :
Dimana :
St = saturasi total fluida terproduksi
Swirr = saturasi air tersisa (iireducible)
Sgirr = saturasi gas tersisa (iireducible)
Soirr = saturasi minyak tersisa (iireducible)
1.4. Resistiviti
Batuan reservoir terdiri atas campuran mineral-mineral, fragmen dan pori-pori.
Padatan-padatan mineral tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik kecuali
mineral clay. Sifat kelistrikan batuan reservoir tergantung pada geometri pori-pori
batuan dan fluida yang mengisi pori. Minyak dan gas bersifat tidak
menghantarkan arus listrik sedangkan air bersifat menghantarkan arus listrik
apabila air melarutkan garam.
Arus listrik akan terhantarkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion
elektronik. Untuk menentukan apakah material didalam reservoir bersifat
menghantar arus listrik atau tidak maka digunakan parameter resistiviti. Resistiviti
didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu material untuk menghantarkan arus
listrik, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Dimana :
ρ = resistiviti fluida didalam batuan, ohm-m
r = tahanan, ohm
A = luas area konduktor, m2
L = panjang konduktor, m
Konsep dasar untuk mempelajari sifat kelistrikan batuan diformasi digunakan
konsep “faktor formasi” dari Archie yang didefinisikan :
Dimana :
Ro = resistiviti batuan yang terisi minyak
Rw = resistiviti batuan yang terisi air
1.5. Wettabiliti
Wettabiliti didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi oleh
fasa fluida atau kecenderungan dari suatu fluida untuk menyebar atau melekat ke
permukaan batuan. Sebuah cairan fluida akan bersifat membasahi bila gaya
adhesi antara batuan dan partikel cairan lebih besar dari pada gaya kohesi antara
partikel cairan itu sendiri. Tegangan adhesi merupakan fungsi tegangan
permukaan setiap fasa didalam batuan sehingga wettabiliti berhubungan dengan
sifat interaksi (gaya tarik menarik) antara batuan dengan fasa fluidanya.
Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak atau gas yang
terletak diantara matrik batuan.
Dimana :
AT = tegangan adhesi, dyne/cm
σso = tegangan permukaan benda padat-minyak, dyne/cm
σsw = tegangan permukaan benda padat-air, dyne/cm
σwo = tegangan permukaan air-minyak, dyne/cm
θ = sudut kontak air-minyak
1.5.1. Wetting-Phase Fluid dan Non-Wetting Phase Fluid
A. Wetting-Phase FluidFasa fluida pembasah biasanya akan dengan mudah
membasahi permukaan batuan. Akan tetapi karena adanya gaya tarik menarik
antara batuan dan fluida, maka fasa pembasah akan mengisi ke pori-pori yang
lebih kecil dahulu dari batuan berpori. Fasa fluida pembasah umumnya sangat
sukar bergerak ke reservoir hidrokarbon.
B. Non-Wetting Phase Fluid
Non-wetting phase fluid sukar membasahi permukaan batuan. Dengan adanya
gaya repulsive (tolak) antara batuan dan fluida menyebabkan non-weting phase
fluid umumnya sangat mudah bergerak.
1.5.2. Batuan Reservoir Water Wet
Batuan reservoir umumnya water wet dimana air akan membasahi permukaan
batuan. Kondisi batuan yang water wet adalah :
• Tegangan adhesinya bernilai positif
• σsw ≥ σso, AT > 0
• Sudut kontaknya (0°< θ <90°)>
1.5.4. Imbibisi dan Drainage
Imbibisi adalah proses aliran fluida dimana saturasi fasa pembasah (water)
meningkat sedangkan saturasi non-wetting phase (oil) menurun. Mobilitas fasa
pembasah meningkat seiring dengan meningkatnya saturasi fasa pembasah.
Misalnya pada proses pendesakan pada reservoir minyak dimana batuan reservoir
sebagai water wet.
Drainage adalah proses kebalikan dari imbibisi, dimana saturasi fasa pembasah
menurun dan saturasi non-wetting phase meningkat.
Adapun skema proses imbibisi dan drainage dapat dilihat pada gambar 4 berikut :
1.6. Tekanan Kapiler (Pc)
Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan tekanan
antara fluida yang membasahi batuan dengan fluida yang bersifat tidak
membasahi batuan jika didalam batuan tersebut terdapat dua atau lebih fasa
fluida yang tidak bercampur dalam kondisi statis. Secara matematis dapat dilihat
bahwa :
Dimana :
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2
Pnw = tekanan pada permukaan fluida non wetting phase, dyne/cm2
Pw = tekanan pada permukaan fluida wetting phase, dyne/cm2
Hubungan tekanan kapiler di dalam rongga pori batuan dapat dilukiskan dengan
sebuah sistim tabung kapiler. Dimana cairan fluida akan cenderung untuk naik bila
ditempatkan didalam sebuah pipa kapiler dengan jari-jari yang sangat kecil. Hal ini
diakibatkan oleh adanya tegangan adhesi yang bekerja pada permukaan tabung.
Besarnya tegangan adhesi dapat diukur dari kenaikkan fluida , dimana gaya total
untuk menaikan cairan sama dengan berat kolom fluida. Sehingga dapat
dikatakan bahwa tekanan kapiler merupakan kecenderungan rongga pori batuan
untuk menata atau mengisi setiap pori batuan dengan fluida yang berisi bersifat
membasahi.
Tekanan didalam tabung kapiler diukur pada sisi batas antara permukaan dua fasa
fluida. Fluida pada sisi konkaf (cekung) mempunyai tekanan lebih besar dari pada
sisi konvek (cembung). Perbedaan tekanan diantara dua fasa fluida terebut
merupakan besarnya tekanan kapiler didalam tabung.
Dimana :
Pa = tekanan udara, dyne/cm2
Pw = tekanan air, dyne/cm2
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2
ρw = densitas air, gr/cc
ρo = densitas minyak, gr/cc
g = percepatan gravitasi, m/det2
h = tinggi kolom, m
Dimana :
ρo = densitas minyak, lb/ft3
m = massa minyak, lb
V = volume minyak, ft3
Sedangkan spesifik grafiti merupakan perbandingan dari densitas suatu fluida
(minyak) terhadap densitas air. Baik densitas air maupun fluida tersebut diukur
pada kondisi yang sama (60° F dan 14.7 Psia).
Dimana :
γo = spesifik grafiti minyak
ρo = densitas minyak mentah, lb/ft3
ρw = densitas air, lb/ft3
Meskipun densitas dan spesifik grafiti dipergunakan secara meluas dalam industri
perminyakan, namun API grafiti merupakan skala yang lebih sering dipakai. Grafiti
ini merupakan spesifik grafiti yang dinyatakan dengan rumus :
API grafiti dari minyak mentah pada umumnya memiliki nilai antara 47 °API untuk
minyak ringan sampai 10 °API untuk minyak berat.
Dimana :
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STBO
T = temperature, °F
Rs = kelarutan gas, SCF/STBO
C = faktor tambahan seperti perhitungan Rs
Faktor volume formasi minyak merupakan fungsi dari tekanan. Gambar 7
memperlihatkan faktor volume formasi minyak.
Terdapat dua hal penting dari gambar 7 diatas, yaitu :
1. Jika kondisi tekanan reservoir berada diatas Pb, maka Bo akan naik dengan
berkurangnya tekanan sampai mencapai Pb, sehingga volume sistem cairan
bertambah sebagai akibat terjadinya pengembangan minyak.
2. Setelah Pb dicapai, maka harga Bo akan turun dengan berkurangnya tekanan,
disebabkan karena semakin banyak gas yang dibebaskan.
2.4. Kelarutan Gas ( Rs )Kelarutan gas bumi didefinisikan sebagai cuft gas yang
diukur pada keadaan standar (14.7 Psi ; 60 °F) didalam larutan minyak sebanyak
satu barrel stock tank minyak pada saat minyak dan gas berada pada tekanan dan
temperatur reservoir.
Kelarutan gas dalam minyak (Rs) dipengaruhi oleh tekanan, temperatur dan
komposisi minyak dan gas. Pada temperatur minyak yang tetap, kelarutan gas
tertentu akan bertambah pada setiap penambahan tekanan. Pada tekanan yang
tetap kelarutan gas akan berkurang terhadap kenaikan temperatur.