Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KELOMPOK

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

RUANG BAITUSSALAM 2

Dosen Pembimbing :

Ns. Muh. Abdurrouf, M.Kep

Disusun Oleh :

Verani Kisworo Wati (30901800192)


Vidya Nila Putika Sari (30901800193)
Vita Dwi Febriyanti (30901800194)
Vita Marischa Putri (30901800195)
Widya (30901800196)
Widya Yuliana Sari (30901800197)
Yani Fariza (30901800198)
Yayuk Fitriyah (30901800199)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu profesi pelaku pemberi pelayanan kesehatan,


memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan kesehatan secara
keseluruhan. Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat
keperawatan. Tenaga perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan
kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit, karena pelayanan yang di berikannya
berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik
dan dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan, hal ini merupakan
kelebihan tersendiri dibanding profesi kesehatan lainnya (Achmadi et al., 2015).

Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari sistem kesehatan di sebuah


rumah sakit. Pelayanan keperawatan merupakan kegiatan yang selalu ada yaitu
selama 24 jam di rumah sakit, sehingga baik buruknya sebuah rumah sakit sangat
dipengaruhi oleh kualitas pelayanan keperawatan. Untuk mempertahankan
eksistensinya dalam persaingan bebas ini adalah dengan cara meningkatkan
kepuasan pelanggan (pasien dan keluarga). Kepuasan pasien tersebut bisa dicapai
diantaranya dengan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Nursalam,
2011). Salah satu bentuk pelayanan keperawatan dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan adalah memberikan rasa tanggung jawab perawat yang lebih
tinggi sehingga terjadi peningkatan kerja dan kinerja dan kepuasan pasien (Hidayah,
2014).

Mutu pelayanan kesehatan dapat memberikan kepuasan kepada setiap pemakai


jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata yang
sebagaimana telah ditetapkan berdasarkan standar dan kode etik profesi. Mutu
pelayanan kesehatan dapat memenuhi seluruh harapan pelanggan melalui
peningkatan yang dilakukan berkelanjutan melalui proses yang dijalankan.
Pelanggan yaitu, pasien, keluarga, dan lainnya yang datang untuk mendatkan
pelayanan (Azwar, 1996 dan Zimmerman; Satrianegara, 2014 dalam (Toliaso et al.,
2018)).Kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat, alat
kesehatan dan proses pemberian pelayanan (Ratna & Rumondang, 2011).

Model metode asuhan keperawatan (MAKP) primary nursing merupakan


metode penugasan dimana perawat bertanggung jawab kepada pasien selama 24 jam
mulai saat pasien masuk sampai dengan keluar, metode ini mewujudkan
kemandirian para perawat dalam melaksakan asuhan (Nursalam, 2014), dan model
metode asuhan keperawatan (MAKP) primary nursing dapat meningkatkan kualitas
pelayanan asuhan keperawatanya itu secara signifikan dapat menurunkan angka
kejadian Infeksi kateter urine, flebitis, angka kejadian jatuh dan kejadian decubitus
(Molin et al, 2018) dalam (Mendrofa & Sagala, 2019).

Keberhasilan manajemen keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan


situasi dan sumber daya yang terdapat disuatu ruangan ,termasuk juga dukungan
pemangku kebijakan.Tingkat pengetahuan,skill,afektif dan perilaku dari perawat
juga berpengaruh terhadap kualitas pelayanan keperawatan.Nilai-nilai dan
keyakinan serta pengelolaan ruangan harus melibatkan setiap praktisi keperawatan,
sehingga diharapkan sumber daya manusia berjalan seperti seharusnya dalam
mencapai tujuan bersama.keberhasilan manajemen ruangan tidak hanya menjadi
tanggung jawab kepala ruangan,tetapi tanggung jawab semua perawat yang ada
diruangan.Tindakan asuhan keperawatan yang diberikan anggota tim
berkesinambungan dengan tindakan asuhan keperawatan yang diberikan ketua tim
dan kepala ruang.

B. Rumusan Masalah

Kegiatan ini adalah Clinical Exposure (pembelajaran klinik) keperawatan,


Manajemen Keperawatan, bagi mahasiswa prodi S1 Keperawatan semester V dalam
bentuk field study, Berdasarkan hal tersebut dapat di evaluasi bagaimana tingkat
pemahaman mahasiswa tentang manajemen keperawatan ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di ruang Baitussalam 2
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang diharapkan mahasiswa mampu
mengelola pelayanan dan asuhan keperawatan serta bimbingan praktek klinik
keperawatan di ruang rawat inap menggunakan ketrampilan manajemen dan
kepemimpinan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data yang meliputi Man, Material, Method,
Money, Market/ Mutu.
b. Menganalisa hasil pengkajian pada setiap sub unsur input, proses dan
output.
c. Mengidentifikasi masalah manajemen di ruang Baitussalam 2 RSIA
Semarang.
d. Mengimplementasikan masalah manajemen dengan menganalisis SWOT.
e. Melaksanakan dan mengevaluasi tindakan sesuai rencana yang telah
disusun.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum RSI

Rumah Sakit Islam Sultan Agung (RSISA) didirikan pada 17 Agustus 1971,
terletak di Jl. Raya Kaligawe KM.4 dan berdekatan dengan pusat pertumbuhan
industri ( LIK & Terboyo Industri Park ), RSI SA memulai pengabdiannya dengan
pelayanan poliklinik umum, Kesehatan Ibu dan Anak untuk warga sekitar. Dimana
falsafah rumah sakit ini adalah wadah peningkatan kualitas kesehatan jasmani dan
rohani umat, melalui dakwah bi al-Haal dalam bentuk pelayanan, serta pendidikan
Islam, dan fastabiq al-Khairat.

Pada tanggal 16 Juli 2014 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
dinyatakan lulus tipe B tingkat paripurna oleh komite Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) oleh ketua KARS yaitu Dr. dr. Sutoto, M.kes.Teraktreditsi A sebagai
rumah sakit syariah oleh DSN MUI.

Pegawai rumah sakit ini dalam kegiatan sehari-hari memiliki motto yang
dijadikan sebagai salah satu bentuk motivasi, yaitu “Mencintai Allah, Menyayangi
Sesama”. Kerahaman, kenyamanan, dan kebersihan merupakan sapa keseharian
rumah sakit ini. Kasih sayang menjadi sentuhan khas yang dihadirkan, dan falsafah
selamat menyelamatkan, selamat dunia dan akhirat menjadi landasan pengelolaan
rumah sakit.

Visi rumah sakit ini yaitu “Menjadi rumah sakit pendidikan Islam terkemuka
dalam pelayanan kesehatan yang selamat menyelamatkan, pelayanan pendidikan
dalam rangka membangun generasi Khaira Ummah dan pengembangan peradaban
Islam menuju masyarakat sehat sejahtera yang dirahmati Allah”.

Misi rumah sakit ini adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang


selamat menyelamatkan dan dijiwai semangat mencintai Allah menyanyangi
sesama, menyelenggarakan pelayanan pendidikan dalam rangka membangun
generasi khaira ummah, dan membangun peradaban Islam menuju masyarakat sehat
sejahtera yang dirahmati Allah.
Berbagai macam jenis pelayanan dilakukan oleh pihak rumah sakit guna
mendukung mensukseskan visi dan misi yang telah dibuat dimasa yang akan datang.
Rumah sakit pada umumnya menyediakan pelayanan dalam bidang kesehatan dan
penunjang kesehtan. Namun tidak menutup kemungkinan pelayanan Dakwah Isslam
juga disertakan dalam suatu kegiatan.

RSI Sultan Agung Semarang membedakan pelayanan rawat inap bagi pasien
laki-laki dan perempuan, dengan mengambil nama-nama bangsal bernuansa islami.
Jenis pelayanan RSI Sultan Agung Semarang secara rinci sebagai berikut (Taufik,
2005: 46-47): dalam (Amalia, 2019) :

1. Instalasi Pelayanan Kesehatan, meliputi:


a. Pelayanan Poliklinik Umum dan Instalasi Gawat Darurat (24 jam)
b. Pelayanan Poliklinik Spesialis dan Sub Spesialis yang terdiri dari:
kesehatan anak, penyakit dalam, kebidanan dan kandungan, badan
umum, telinga hidung dan tenggorokan (selanjutnya disebut THT), mata,
onkologi, syaraf, paru-paru, orthopedic bedah digestuve, bedah urologi,
kesehatan gigi dan mulut, kulit dan kelamin, kecantikan dan sedot lemak
2. Pelayanan Penunjang Kesehatan (24 jam) yang meliputi radiodiagnostik
konventional, mobile radiodiagnostik, ultrasonografi, computerized
tomography scanner, electroencephalograph, electrocardiograph, lithoclast,
hearing aid, laboratarium klinik, 48 laboratarium patologi anatomi, klinik
psikologi, fisioterapi, dan instalasi farmasi
3. Pelayanan Rawat Inap meliputi bait as-Syifa' (kelas I B), bait an-Nissa (Kelas
II dan Kelas III), bait ar-Rijjal (Kelas II dan Kelas III), bait asSalam (Kelas
III), bait al-Izzah (Kelas III), bait ar-Rohman (Kelas II), dan bait al-Ma'ruf
(Kelas VIP dan Kelas I A)
4. Rehabilitasi Medik yang terdiri dari exercise massage, infra red, nebulizer,
ultra sonic, dan diathermi
5. Pelayanan lain meliputi medical chek up, hearing center, pelayanan
ambulance, dan perawatan jenazah
6. Layanan Unggulan yaitu Semarang Eye Center(selanjutnya disebut SEC) dan
urologi center. SEC merupakan layanan unggulan RSI Sultan Agung
Semarang di bidang mata. Produk layanan SEC meliputi oftalmologi umum,
kelainan retina, katarak (konventional dan phaco), infeksi mata luar, tumor,
dan kelainan refaraksi. Urologi center terdiri dari beberapa layanan, yaitu
Extracorporeal Shock Wave Lithotriper(selanjutnya disebut ESWL), Trans
Urethra Needle Ablatin (selanjutnya disebut TUNA terapi), uroflowmeter,
dan hemodialisa.ESWL adalah alat pemecah batu ginjal dan saluran kemih
dengan gelombang kejut tanpa pembedahan. ESWL mempunyai kelebihan
antara lain, pasien tidak perlu rawat inap, pengobatan lebih singkat, tidak
memerlukan pembedahan, efek samping lebih sedikit dibandingkan dengan
operasi terbuka. TUNA terapi adalah terapi bagi pasien yang mengalami
Benign Prostatic Hyperplasia (selanjutnya disebut BPH) atau pembesaran
prostat yang menghambat aliran seni. Kelebihan TUNA terapi
menyembuhkan BPH adalah waktu pengobatan lebih singkat, sangat sedikit
efek sampingnya, pasien cepat pulih, dan menghilangkan resiko mengompol
abadi. Uroflowmeter merupakan pemeriksaan kekuatan pancar air seni, alat
ini akan menunjukan seberapa besar kekuatan pancaran air seni. Hemodialisa,
merupakan alat yang digunakan mencuci darah pasien akibat kurang
berfungsinya ginjal.
7. Bidang Bimbingan dan Pelayanan Islami (selanjutnya disebut BPI). BPI
terdiri dari bimbingan rohani Islam dan pelayanan Dakwah& al-Husna.
Bimbingan rohani Islam meliputi bimbingan psikospiritual bagi pasien
maupun karyawan, bimbingan fiqh orang sakit, konsultasi psikospiritual baik
off line maupun on line, dan qur’anic healing. Pelayanan Dakwah & al-Husna
meliputi dakwah bagi masyarakat, seperti bantuan dana pemakmuran masjid,
pembinaan majlis taklim, desa binaan, dan sebagainya, serta perawatan
jenazah al-Husna.
B. Gambaran Umum Ruang Perawatan
Ruang Baitussalam 2 merupakan salah satu ruang rawat inap di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung Semarang yang terletak di gedung B lantai 2. Di ruang
Baitussalam 2 terdapat kamar kelas II dan kelas III. Kelas II, kapasitas 6 meliputi
kamar G,H dan I dengan masing masing kamar terdapat 2 bed, fasilitas AC,
Kamar mandi, bed pasien, almari pasien, head bed, kursi penunggu pasien, alat
sholat dan tayamum pad. Kelas III, meliputi kamar C : dengan kapasitas 10 bed,
khusus pasien perempuan, fasilitas AC, Bed, 1 kamar mandi untuk 1 kamar,1
Almari pasien, 1 kursi penungu pasien, head bed, alat sholat dan tayamum pad. Dan
untuk kamar D,E dan F:Kapasitas 3 bed, fasilitas AC, Kamar mandi, bed pasien,
almari pasien, head bed, kursi penunggu pasien, alat sholat dan tayamum pad.
Ruang Baitussalam 2 merupakan ruang rawat inap yang merawat sebagian besar
(99%) pasien dengan kasus bedah. Karakteristik pasien diruang Baitussalam 2
merupakan pasien dewasa sampai lansia dengan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan.
Perawat di ruang Baitussalam 2 masing-masing memiliki kedudukan sebagai
perawat profesi dan vokasi, dimana jumlah perawat ada 19. Perawat S1 1 orang,
perawat Ners 2 orang, dan perawat D3 17 orang. Untuk struktur organisasi dalam 1
ruang yaitu satu kepala ruang, dua orang TIM yaitu TIM A dan TIM B, setiap TIM
memiliki penanggung jawab sebagai ketua TIM dan Ketua Shift, dan setiap ketua
tim memiliki PA.

C. Strategi

Menggunakan strategi balanced scorecard tujuannya untuk mengintegrasikan


ukuran-ukuran utama terhadap keberhasilan organisasi kedalam perencanaan
tindakan.
Sejak tahun 2005 RSI Sultan Agung telah melaksanakan perencanaan stategi
dengan pendekatan balanced scorecard, selanjutnya untuk penilaian kinerja
dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategis. Data
dari penelitian pendahuluan didapatkan pada pelaksanaan rencana strategis tersebut
didapatkan kesulitan dalam internalisasi, dan sosialisasi visi dalam rumah sakit
sehingga menjadi visi bersama. Kondisi ini menurut responden dikarenakan visi
yang ada terlalu panjang sehingga sulit untuk di ingat. Data Renstra yang ada di
rumah sakit telah kadaluwarsa terhitung sejak tahun 2011, informasi dari informan
kunci mengatakan bahwa rancangan rencana strategis yang baru telah di usulkan
kepada yayasan, namun belum disahkan sampai saat ini, sehingga dalam kurun
waktu 2011 sampai sekarang rumah sakit bekerja tanpa adanya rencana
strategis(Yuliyanti et.al, 2015).
HASIL PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Man (M1)
Struktur Organisasi di Ruang Baitussalam 2

Manajer Keperawatan

Kep.Bagian Rawat Inap

Penjab. Baitussalam 2

Katim A Katim B

PA PA PA PA PA PA

PA PA PA PA PA PA

PA PA PA PA PA

Model asuhan keperawatan yang digunakan di ruang Baitussalam 2 adalah dengan


metode TIM, dimana terdapat TIM I dan TIM II. Perawat puas dengan struktur
organisasi yang telah dibuat, tida ada keberatan atau penolakan dan menerima dengan
baik sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.
Perawat juga mendapatkan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kemampuan
perawat. Untuk pembagian tugas di ruangan baitussalam 2 itu tergantung jumlah pasien
dan indeks ketergantungan pasien. Kepala ruang juga sudah melaksanakan tugas yang
sesuai, tugas dilaksanakan dengan baik tapi masih ada kekurangan namun kasubag
berusaha untuk mengoptimalkan tugas dari kepala ruang mulai dari tenaga, pelayanan
sehingga tugas tugas tersebut menjadi optimal dan meminimalisir komplain dan jika
ada komplain langsung dituntaskan pada saat itu juga.
Kinerja ketua tim/ PP di baitussalam 2 secara keseluruhan, ketua tim memiliki lima
tugas dan tanggung jawab membuat perencanaan, membuat supervisi, dan evaluasi dan
tugas itu sudah dikerjakan dengan baik. Kinerja ketua tim/ PP dinilai setiap 6 bulan
sekali dari 2 sistem DP3 dan GPA, GP3 masuknya melalui yayasan dan GPA milik
rumah sakit poinnya banyak tidak hanya skill juga mengutamakan keagamaan karna
kita RS Syariah, jika ada kekurangan dari kasubag langsung melakukan bimbingan dan
mencari tau masalahnya,karna jika ada rapot merah aka menghambat di kenaikan
tingkat perawat, jika perawat masih bermasalah dan sudah dilakukan konseling akan
tetap naik tapi dengan catatan.
Kepala ruang sangat membutuhkan pelatihan/ pendidikan tambahan untuk
melaksanakan pekerjaan , pelatihan tersebut digunakan untuk menunjang kinerja skill
para perawat terutama di ruang baitussalam 2 . Dari pihak ruangan sudah mengajukan
untuk melaksanakan pelatihan tetapi karma masa pandemi jadi masih di undur untuk
pelatihan tersebut.
Kebijakan rumah sakit sangat memberikan peluang, untuk kebijakan rumah sakit
terkait pelatihan/pendidikan dari diklat nanti akan menghubungi ruangan- ruangan yang
belom mendapat pelatihan, kemudian akan dilakukan pelatihan. Untuk Pendidikan
biasanya dari rumah sakit memberikan support untuk melakukan perawat yang belum
ke jenjang profesi agar dapat meraih dengan jenjang hingga lebih tinggi lagi dan mereka
merasa puas atas pelatihan/pendidikan tersebut.
Untuk jumlah pendapatan yang diterima sesuai dengan latar belakang pendidikan
seperti S1,D3 dan seterusnya dan mereka merasa puas karena sesuai dengan kinerja
masing-masing.
Rata-rata jam kerja di baitussalam 2 dalam sebulan yaitu 167 jam, seminggu 40 jam.
Jam kerja tidak boleh melbihi satu sift atau 8 jam. Dan para perawat merasa cukup puas
dengan penjadwalan diruangan.
Ada kesempatan untuk mengambil cuti kerja contohnya cuti hamil, cuti melahirkan,
cuti tahunan, cuti nikah, dan cuti apabila ada keluarga inti yang meninggal.
Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien, tingkat beban kerja diruangan
disesuaikan dengan kondisi pasien , tingkat beban diruangan sebenarnya tidak terlalu
meberatkan karena pasien bedres tidak terlalu banyak dan jika sudah beberapa hari akan
bisa melakukan mobilisasi secara mandiridan jarang bergantung pada perawat. Dan
biasanya pasien paling cepet tiga hari sudah pulang dan yang paling bisa sampai satu
minggu lebih.
Peran post/asisten perawat di ruangan baitussalam 2 sangat membantu meringankan
pekerjaan, karena untuk mempermudah dan memperlancar dalam pelayanan. Perawat
Membantu dalam informasi pengkajian pasien dan perencanaan asuhan, mengevaluasi
keadaan dan kebutuhan klien, asisten keperawatan membantu mengimplementasikan
asuhan keperawatan secara spesifik atas instruksi seorang ners (berlisensi).
Di ruang baitussalam 2 rasio jumlah perawat dengan pasien belum sesuai
dikarenakan pada saat pandemi ini banyak perawat senior dan perawat yang
berkompenten di pindahkan diruang covid untuk penanganan covid 19. Hasil evaluasi di
18 rumah sakit di 9 propinsi pusat regional tahun 2007, didapatkan gambaran
berdasarkan pendidikan sebagai berikut (D3 keperawatan 79,7% , SPK 14,2% , S1
Keperawatan 4,5%, diluar S1 Keperawatan 1,6%) . 77% Rasio perawat dengan pasien
tidak sesuai, 22% perawata melakukan tindakan tidak sesuai prosedur, 58% perawat
ICU yang belum mendapatkan pelatihan dan 65% perawat bekerja tidak sesuai dengan
kemampuan (Kemenkes 2011).
Adapun kasus besar atau penyakit yang sering muncul diruangan baitussalam 2
yairu batu ginjal, tumor, batu empedu, patah tulang atau fraktur, dan pemasangan alat
bantu HD.
Untuk bor dan alos sendiri dihasilkan dari data wawancara dengan karu.
 BOR: 86,4 % (Bulan November)
 ALOS: 3,20 % (Bulan November)
Keterangan
BOR : = Jumlah hari perawatan RS : Jumlah TT X Jumlah hari dalam periode X 100
ALOS = jumlah hari dirawat : jumlah pasien pulang (hidup+mati)
B. MATERIAL (M2)

Gambaran denah ruang baitussalam 2


Peralatan dan fasilitas di ruang Baitussalam 2
No Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Keterangan
.
1. Tempat tidur/bed 25 buah Baik 1:1 Cukup
2. Lemari pasien 25 buah Baik 1:1 Cukup
3. AC 15 buah Baik 8 ruangan Cukup
4.
No KursiAlat
Nama roda 2 buah
Jumlah Baik
Kondisi 2-3/ruangan
Ideal Cukup
Keterangan
5. Jam Dinding 8 buah Baik 1/ruangan Cukup
1 Stetoskop 4 Baik 1: 8
6. Timbangan badan 1 buah Baik 1/ruangan Cukup
2 Tabung O2 mobile 1 Baik 1
7. Kamar mandi dan 10 buah Baik Kls 2 : 1:2, Cukup
3 Lampu senter
toilet 2 Baik Kls 32: 1:3
4 Gunting verban 2 Baik 1 : 410

5 Tensi Meter 2 Baik Perawat


2 1:7
8.6 Tempat sampah 15 buah Baik 1/kamar Cukup
Suction 1 Baik 2 Pengajuan
9. Wastafel 6 buah Baik Cukup
7 Lemari obat 1 Baik 1
10. Lemari kaca 3 buah Baik 1/ruangan Cukup
8 Mesin WSD 2 Baik 1
11. Telepon 1 buah Baik 1/ruangan Cukup
9 Bed side monitor 1 Baik 1
12. Alat pemadam 1 buah Baik 1/ruangan Cukup
10 Troli Emergency 1 Baik 1
kebakaran
11
13. Ambubag
Kulkas 1
1 buah Baik
Baik 1/ruang1 Cukup
12
14. Mesin
Kursi EKG
pengunjung 1
2 buah Baik 1

13
15. Puls Oxymetri
Kursi penunggu 1
25 buah Baik 1

14 pasien
Nebulizer 1 Baik 1
16.
15 Almari linen
Glucotest 2 buah
1 Baik 1
17. Trolly linen kotor 1 buah
16 Termometer air 1 Baik 1
18. Trolly linen
raksa 1 buah
bersih
17 Flow meter 11 Baik 20 Pengajuan
19. Trolly barang 1 buah
18 Blood Warmer 4 Baik 4
20. Almari BHP 1 buah
ALAT MEDIS
21. Almari dokumen 1 buah
22. Tiang infuse 25 buah
23. Trolly tindakan 4 buah
24. Meja counter 2 buah
25. Counter 1 buah
Komsibin 20 buah
26. Paketperalatansh 8 buah
olat
27. Counter 1 buah
mahasiswa
Ruang Baitussalam 2 merupakan ruang rawat inap yang merawat sebagian besar
(99%) pasien dengan kasus bedah. Karakteristik pasien diruang Baitussalam 2
merupakan pasien dewasa sampai lansia dengan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Berikut gambaran pengorganisasian ruang Baitussalam 2 :
Kapasitas tempat tidur: 25 bed
1) Kelas III, meliputi
 Kamar C : kapasitas 10 bed, khusus pasien perempuan, fasilitas AC, Bed,
1 kamar mandi untuk 1 kamar,1 Almari pasien, 1 kursi penungu pasien,
head bed, alat sholat dan tayamum pad.
 Kamar D,E dan F: Kapasitas 3 bed, fasilitas AC, Kamar mandi, bed
pasien, almari pasien, head bed, kursi penunggu pasien, alat sholat dan
tayamum pad.
2) Kelas II, kapasitas 6 meliputi kamar G,H dan I dengan masing masing kamar
terdapat 2 bed, fasilitas AC, Kamar mandi, bed pasien, almari pasien, head bed,
kursi penunggu pasien, alat sholat dan tayamum pad.
Untuk kondisi ruangan saat ini ada yang layak ada yang tidak layak, yang tidak
layak seperti AC, ada rencana yang akan diganti sejumlah 3 unit di kelas III ada 2
unit kemudian di kelas II ada 1 unite. Terus ada bad pasien yang akan diganti karena
kurang layak dari segi keamanannya gampang lepas, pengungkit untuk menaikkan
kepala ada beberapa yang berat. Jika terjadi seperti itu maka akan langsung
dilaporkan kepada tehnik, jika tidak memungkinkan untuk dibenarkan maka kamar
tersebut akan dikosongkan.
Denah diruangan baitussalam 2 belum baik dikarenakan di ruangan baitussalam
2 denahnya tidak sesuai seperti tempat untuk cuci tangan berada di belakang
sehingga petugas merasa lebih ribet. Rencananya yang mau direnovasi itu bagian
konter perawat,kamar mandi perawat dan sebagian kamar mandi pasien ada juga
beberapa yang sudah terlaksana direnovasi.
Peralatan kesehatan di ruangan Baitussalam 2 Sudah sesuai walaupun ada
beberapa yang rusak tapi sudah ada penggantinya. Berdasarkan pengkajian rencana
penambahan peralatan kesehatan di ruangan Baitussalam 2 didapatkan hasil
sebagai berikut: Suction, pengantian Ekg, dan pengantian lampu rontgen/Xray
film viewe.Jumlah alat di ruangan Baitussalam 2 masih kurang tetapi masih dapa
digunakan dan cukup tidak ada kendala. Untuk fasilitas diruangan Baitussalam 2
sudah lengkap, berikut fasilitas yang ada di ruangan:
fasilitas yang ada di ruangan:

No NamaBarang Jumlah Kondisi Ideal keterangan


1. Tempattidur/bed 25 buah Baik 1:1 Cukup
2. Lemari pasien 25 buah Baik 1:1 Cukup
3. AC 15 buah Baik 8 ruangan Cukup
4. Kursiroda 2 buah Baik 2-3/ruangan Cukup
5. Jam Dinding 8 buah Baik 1/ruangan Cukup
6. Timbangan badan 1 buah Baik 1/ruangan Cukup
7. Kamar mandi dan 10 buah Baik Kls 2 : 1:2, Cukup
toilet Kls 3 : 1:3
1 : 10
Perawat 1:7
8. Tempat sampah 15 buah Baik 1/kamar Cukup
9. Wastafel 6 buah Baik Cukup

Kepala ruang mengatakan perawat diruang baitussalam 2 mampu menggunakan


peralatan dengan baik dan ntuk administrasi penunjangnya sudah memadai

C. METODE (M3)
1. MKAP
Model asuhan keperawatan yang digunakan di ruang Baitussalam 2 yaitu Modular,
biasanya PPJP yang membagi tugas pengelolaan pasien kepada perawat pelaksana, jika
pagi PPJP dilakukan oleh ketua tim. Kepala ruang sangat mengerti dan memahami
model asuhan keperawatan yang digunakan di ruang Baitussalam 2.
Model asuhan keperawatan dengan menggunakan model modular di ruang
Baitussalam 2 sebenarnya belum sesuai karena seharusnya jumlah petugas dan pasien
sebanding, tapi ini tidak sebanding karena tenaga keperawatannya masih kurang jadi
menggunakan model modular dilakukan dengan cara pendokumentasian pelaksanaan
ke pasien hanya dicampur, tetapi secara dokumen tetap ada yang bertanggung jawab
sesuai pasien yang sudah dibagi. Model asuhan keperawatan dengan model modular
sudah sesuai dengan visi dan misi.
Model asuhan keperawatan yang digunakan di ruang baitussalam 2 berpengaruh
terhadap lama perawatan pasien. Memonitoring pasien dengan kontinu, mengevaluasi,
di berikan intervensi sesuai dengan kebutuhan pasien, akan mempercepat proses
penyembuhan dari pasien itu sendiri. Rata-rata lamanya lebih dari satu minggu dan
untuk yang jangka pendek 3 hari pasien sudah pulang.
Model modular yang digunakan meningkatkan kepercayaan pasien sudah terjamin,
dengan dilakukannya implementasi dengan benar dan tepat maka akan menciptakan
trust dari pasien. Model yang digunakan tidak meningkatkan beban kerja perawat malah
lebih meringankan bagi perawat karena pembagian tugas dari PPJP sudah jelas dan
terkoordinir dengan baik. Dan modal modular ini tidak memberatkan pembiayaan,
sejauh ini belum ada complain yang masuk dari pasien tentang model asuhan yang
memberatkan.
Model modular yang digunakan tidak pernah mendapatkan kritik atau komplain
dari pasien, akan tetapi pernah ada pasien yang komplain tentang pelayanan yang
diberikan kepada pasien.
Komunikasi yang terdapat di ruang baitussalam 2 dapat terjalin dengan baik atau
adekuat antara tim kesehatan. Dan rencana keperawatan sudah dilakukan secara
kontinyu. (PP/PA) sering mendapat bimbingan dari kepala ruang untuk meningkatkan
kinerja tim agar bisa menjadi lebih baik lagi. Tindakan keperawatan yang dilakukan
diruang baitussalam 2 sudah sesuai dengan menggunakan sistem asuhan keperawatan
moduler tersebut.
Untuk pembagian tugas kepala ruang sendiri sudah jelas yaitu seperti mengawasi
tim dan memberi bimbingan kepeda perawat lain. Dengan digunakan model modular
diruangan baitussalam 2 tugas keperawatan sudah sesuai dan dilakukan sengan baik.
Kondisi pasien dapat selalu terpantau dan kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara
optimal dan baik
2. Operan Jaga M3
Operan jaga di ruang baitussalam 2 di lakukan 3 kali dalam sehari, yaitu di pagi haru
pukul 07.00, siang 14.00 dan malam 21.00 WIB. Overan jaga selalu di laksanakan tepat
waktu, terkadang di lakukan sebelum waktunya. Overan jaga juga selalu di hadiri oleh
ke dua perawat shift, yaitu perawat shift sebelumnya dan yang akan melaksanakan shift
setelahnya. Biasanya overan jaga di pimpin oleh PPJP/TIM, atau perawat yang di tunjuk
untuk memimpin disesuaikan dengan keadaan.
Yang harus di persiapkan dalam overran jaga ruang baaitussalam 2 yaitu hand over,
rekam medis dan harus di pastikan di hadiri oleh perawat dari 2 shift. Handover itu
mengoperkan hanya pokoknya saja, untuk secara detailnya adalah rekam medis
Tindakan yang disampaikan dalam overan seperti yang ditulis di rekam medis yaitu
yaitu diagnosa, keluhan, hari perawatan, alat infasif yang dipasang, tindakan yang
belum dilakukan, tindakan yang sudah dilakukan, dan program terapia pasaja yang akan
dilakukan oleh dokter, dokter penanggung jawab.
Buku khusus untuk mencatat hasil laporan overan yaitu hand over, tapi itu nanti
masuknya kerekam medis pasien dan tidak ada keslitan bagi perawat dalam melakukan
pendokumentasian. Saat melakukan overan jaga / handover shift lama ke shift baru akan
mengunjungi ke ruang per ruang pasien, jadi terdapat interaksi didalamnya.
Diruang baitussalam 2 tehnik pelaporan overan untuk mengunjungi pasien saat
overan seperti mendoakan pasien agar cepat sembuh, memperkenalkan diri,
menyebutkan satu persatu masalah , menyebutkan pasien dengan post tindakan apa,
cross check kondisi pasien sekitar kurang dari 5 menit/lebih dari 5 menit sesuai dengan
kebutuhan pasien. Setiap pergantian shift overan, kepala ruang akan memberikan
bimbingan dan pengevaluasian hand over.
3. Ronde Keperawatan M3
Di ruang baitussalam 2 ronde keperawatan sangat mendukung dulu pernah
dilakukan 4 bulan yang lalu,tetapi sekarang belum dilakukan lagi karna masih pandemi.
Sebagian besar perawat sudah mengerti dan paham adanya ronde keperawatan.Untuk
pelaksanaan ronde keperawatan diruang baitussalam 2 belum optimal karena belum
sempat bertemu antar perawat-perawat yang lain untuk membahas masalah ronde
keperawatan, dan juga di karenakan personil perawat gonta-ganti di sebabkan adanya
covid 19, banyak perawat senior yang dipindahkan keruang covid 19.
Ronde keperawatan dalam satu bulan seharusnya dilakukan 1-2 kali, tapi untuk 4
bulan akhir ini belum dilakukan ronde keperawatan. Untuk keluarga pasien sudah
mengerti tentang adanya ronde keperawatan yang ada diruangan baitussalam 2 tersebut.
Tim yang terlibat yaitu PPJP/PPJA,PP/PA dan mereka hadir semua dalam pelaksanaan
ronde keperawatan dan sudah mengikuti secara optimal dan baik
4. Supervisi M3
Kepala ruang baitussalam 2 menyebutkan bahwa ia sudah paham mengenai
supervisi yaitu proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi utk
menjamin agar semua pekerjaan yg sedang dilakukan berjalan sesuai dg rencana yg
telah ditetapkan.
Pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi pernah dilakukan akan tetapi sudah lama jangka
waktunya dan sampai sekarang belum dilakukan kembali sehingga frekuensi supervisi sendiri
menjadi tidak teratur. Yang melakukan supervisi diruangan adalah kepala ruang bersama
perawat, tidak semua perawat di lakukan supervisi dan supervise di lakukan di waktu-
waktu tertentu saja.
Di ruang Baitussalam 2 ada format buku untuk supervisi dan juga ada log book
untuk setiap perawat. Format yang ada lebih sesuai dengan kompetensi (PK). Untuk
formatnya sudah sesuai dengan standar keperawatan saat ini. Supervisi yang di
samapikan adalah hal yang bersangkutan dengan pekerjaan,attitude,etika,tindakan dan
penampilan.
Hasil supervisi di ruang Baitussalam 2 akan di sampaikan kepada perawat yang
bersangkutan dan ketika briefing akan di sampaikan lagi sebagai pembelajaran untuk
lebih baik selanjutnya dengan harapan meningkatkan mutu kinerja perawat. Setelah
selesai di lakukannya supervisi selalu ada umpan balik atau feed back disetiap tindakan.
Dengan hasil umpan balik kepala ruang mengatakan cukup puas asalkan ada yang bisa
dijelaskan dengan baik/rasional. Kepala ruang pasti akan merubah/memperbaiki sesuai
yang didapat dari hasil supervisi jika memang itu tidak sesuai, masalah etika, perilaku,
penampilan.
5. Perencanaan Pulang Pasien M3
Untuk apa itu yang dimaksud dengan perencanaan pulang kepala ruang, clinical
instructur (CI) dan semua perawat-perawat khususnya didalam Ruang Baitussalam 2
sudah paham dengan apa itu perencanaan pulang. Didalam Ruang Baitussalam 2
perencanaan pulang sudah bisa dilakukan pada saat klien sudah ditentukan diagnosanya
dan sudah dilakukan tindakan baru bisa direncanakan klien untuk pulang. Dan biasanya
perawat di Ruangan Baitussalam 2 sudah memahami prosedur-prosedur yang ada,
bagaimana alur-alurnya, dan semua itu ada bagian bagiannya misalnya seperti MPP.
MPP itu sendiri berfungsi untuk menindaklanjuti misalkan ada perencanaan pulang
pasien-pasien yang nantinya pulang dengan membawa alat-alat intansif seperti alat DC,
NGT dan sebagainya. Dan biasanya ada tindaklanjut dari petugas MPP atau bisa disebut
case manager.
Yang diberikan pada saat perencanaan pulang di Ruangan Baitussalam 2 yang
terpenting adalah mendeteksi terlebih dahulu, pertama lihat diagnosanya pasien dan
tindakannya apa saja yang telah diberikan kepada pasien tersebut dan baru seorang
perawat yang akan memberikan perencanaan pulang tahu kebutuhan-kebutuhan pasien
yang akan pulang nanti. Entah itu dari nutrisi, alat medis yang akan dibawa, edukasi-
edukasi dan lainnya. Termasuk juga dengan penjelasan-penjelasan yang akan diberikan
perawat kepada pasien ataupun keluarga, misalnya tentang waktu kontrol, pemberian
obat saat pulang seperti memberi tahu pasien dan keluarganya obat saat pulang itu
diminum waktu kapan dan berapa kali perharinya dan juga penjelasan tentang terapi-
terapi yang akan dilakukan saat rawat inap maupun saat dirumah dan itu semua
diberikan bisa pada saat pasien masih dirawat inap bukan hanya pada saat pasien akan
pulang.
Untuk bersedia atau tidaknya memberi perencanaan pulang dari masuk hingga
keluar rumah sakit semua perawat di Ruang Baitussalam 2 dan juga kepala ruang
bersedia untuk memberikan rencana pulang dari saat pasien masuk kerumah sakit dan
saat pasien akan pulang dari rumah sakit. Alasannya karena rencana pulang merupakan
bagian dari integritas dalam pelayanan dari pasien awal masuk dan sampai pasien
pulang itu sudah ada didalam satu lingkup discharge planning atau dapat disebut juga
discharge summary (ringkasan pulang). Jadi semua perawat harus mengetahui dari awal
pasien masuk dan pulang harus bisa memberikan rencana pulang dan harus
mengetahuinya.
Untuk pembagian tugas pasien pulang di Ruang Baitussalam itu sendiri sesuai
dengan kelolaan masing-masing perawat pada pasien,di Ruangan Baitussalam 2 tidak
terdapat perawat khusus untuk melakukan discharge planning.Semua perawat harus
mendapatkan tugas untuk merancanakan pasien untuk pulangnya. Karena kan nantinya
perawat tidak mengelola semua pasien namun pasien tersebut dibagi-bagi. Misalnya
didalam ruangan baitussalam 2 terdapat 2 perawat shif malam dan 10 pasien nanti dari
10 pasien itu dibagi jadi 1 orang perawat mengelola 5 pasien dalam shif malam tersebut.
Didalam RuanganBaitussalam 2 terdapat 2 kelas yaitu kelas 2 dan 3 sudah memiliki
brosur dan leaflet yang cukup dan memadai sesuai dengan kasus yang ada didalam
ruangan misalnya seperti leaflet cara mencuci tangan 6 langkah dan disitu ruangan kami
sediakan leaflet menempel ditembok dekat wastafel tujuannya agar pasien ataupun
keluarga pasien dapat mencuci tangan sesuai prosedur 6 benar tersebut sehingga
transmisi penularan kuman dari luar itu bisa terantisipasi.
Komunikasi bahasa yang digunakan saat melakukan perencanaan pulang di Ruang
Baitussalam 2 yaitu komunikasi informasi edukasi yang dapat mudah dipahami oleh
pasien dan keluarga pasien, tentang menjaga kesehatan setelah pulang, mengontrol
makanan serta kegiatan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit pasien.
Tehnik yang digunakan dalam perencanaan pasien pulang itu ada dua yaitu lisan dan
tertulis. Menggunakan teknik lisan pada saat memberikan informasi dan edukasi
sedangkan menggunakan tertulis untuk pendokumentasian yang resmi dari pihak pasien
ke Rumah Sakit.
Bahasa yang digunakan dalam melakukan perencanaan pulang dengan bahasa awam
sehingga mudah dipahami oleh pasien/keluarga. Saat melakukan edukasi kepada pasien,
perawat selalu menanyakan tingkat pemahaman pasien terhadap apa yang diucapkan
oleh perawat, dan dari itu perawat mendapatkan feed back dari pasien.
Pada saat perencanaan pulang pasien semua yng dilakukan pasien wajib di
dokumentasikan dengan menggunakan form yang tertulis dan atas izin semua pihak
yang berhubungan dengan pasien.
6. Dokumentasi M3
Model dokumentasi keperawatan yang digunakan di ruang Baitussalam 2 yaitu
dengan dokumentasi problem dan intervensi.Sudah ada format pedokumentasian yang
baku di ruang Baitussalam 2. Kepala ruang sudah mengerti cara pengisian format
dokumentasi dengan baik dan benar dan format yang ada akan memudahkan petugas
untuk melaksanakan tindakan. Untuk format pendokumentasian belum dilakukan secara
tepat waktu dan format ini sudah banyak yang dirubah dan diganti dengan cek list jadi
untuk tulis menulis yang panjang sudah tidak ada.
D. Money (M4)
Kepala ruang dilibatkan dalam penyusunan rencana anggaran tahunan, karena
kepala ruang yang tau jadi harus tetap dilibatkan dalam penyusunanan anggaran
tahunan. Dan juga kepala ruang dilibatkan dalam koordinasi tentang hal apa saja yang
dibutuhkan dalam ruangan seperti, dalam penyusunanan anggaran tahunan, antara lain
kebutuhan-kebutuhan alat, renov, pelatihan. Untuk anggaran kebutuhan ruangan
baitussalam 2 sudah mencukupi semua kebutuhan pada ruangan tersebut, karena sudah
direncanakan dari setahun sebelumnya. Sampai saat ini tidak ada kesulitan dalam
anggaran setiap program yang telah direncanakan, karena setiap kegiatan sudah ada
anggaranya masing-masing sehingga tidak ada kesulitan dalam hal anggaran.
Jenis pembayarannya di ruang baitussalam 2ada jenis BPJS pemerintah yang mana
biasanya BPJS pemerintah itu digunakan diruangan kelas 3 dan juga ruangan kelas 2,
namun kebanyakan dari kelas 3 itu memakai PBI tapi juga ada pasien umum kalau
asuransi swasta jarang dan mungkin lebih ke PBI atau Non PBI atau juga ikut secara
umum. Tarif untuk masing masing tindakan yang dilakukan di ruangan, memang
adatarifnya tapi kalo soal nominal berapa tidak tertera tarifnya. Cuma selama
tindakannya saja, kalau mau lihat tarifnya harus melihat di rujuk tindakannya apa saja
kalau cuma masukin bironya tidak ada nominalnya.
E. Market (M5)
Gambaran karakteristik pasien di Ruangan Baitussalam 2 sebagian besar pasien
berasal dari Demak. Untuk tingkat pendidikan pasien bervariasimulaidari SD,SMP, ada
beberapa juga yang SMA maupun Perguruan Tinggi. Sedangkan untuk pekerjaan pasien
bermacam-macamantara lain pedagang, wiraswastadan PNS. Usaha yang dilakukan
ruangan untuk meningkatkan mutupelayanan pasien adalah selalu memonitor pelayanan
dan melakukan TL (tindak lanjut segera) saat terjadi masalah.
Berdasarkan hasil wawancara kami dengan kepala ruang bahwa ruangan
Baitussalam 2 memiliki unit penjamin mutu di RS (KMKP). Mutu di Ruang
Baitussalam 2 di monitor oleh penjab namun data di masukkan ke sistem setiap hari
oleh perawat dinas malam, semua tim juga sudah bekerja secara optimal.
Gambaran mutu pelayanan di Ruang Baitussalam 2 dilihat dari tingkat kepuasan
pasien kepala ruang mengatakan tingkat kepuasan pasien 97%. Dilihat dari pasien safety
menurut kepala ruang sejauh ini angka kejadian pasien jatuh , angka kejadian
dekubitus,angka kejadian luka restarin, dan angka kejadian medical error mencapai
target 0% (tidak ada kejadian) dan untuk pelaporannya 100% karena ada atau tidaknya
kejadian harus tetap di laporkan. Dilihat dari tingkat pengetahuan pasien, pengetahuan
pasien tentang tingkat mutu pelayanan sesuai dengan pendidikan jadi ada beberapa yang
tidak mengetahui jika tingkat pendidikan rendah. Dan dilihat dari kebutuhan personal
hygiene sejauh ini terpenuhi sesuai IKP pasien.

F. ANALISIS SWOT (M1-M5)

N Analisis SWOT Bobot Rating Bobot Hasil


O x
Rating
1. M1
Strenght S-W
 Untuk memimpin 0,4 4 1,6 4,0– 3,0 =
ruangan membutuhkan 1,0
pelatihan atau pendidikan
 Kepala ruang sudah
melakukan tugas sesuai 0,3 4 1,2
dengan optimal, sesuai
tugas supervisi dan
tugasnya sudah di
laksanakan dengan baik.
 peran POS sangat
membantu karena lebih 0,3 4 1,2
mempermudah dan
memperlancar dalam
pelayanan dan juga
meringankan pekerjaan

Total 1,0 4,0


2. Weakness
 Rasio jumlah perawat dan 1,0 3 3,0
pasien belum sesuai
karena kurangnya tenaga
tambahan
Total 1,0 3,0
3. Opportunity
 Rumah sakit 0,5 4 2,0 O-T
memeberikan peluang 3,5 – 0=
untuk melakukan 3,5
pelatihan atau pendidikan
untuk meningkatkan
kinerja.
 pihak rumah sakit 0,5 3 1,5
memberikan kesempatan
untuk mengambil cuti
Total 1,0 3,5
4. Threatened
-
ANALISIS SWOT M1
N ANALISIS SWOT B R BOBOT X
O O A RATING
B T
O I
T N
G
2 M2 S-W
Strenght (Kekuatan) =
A. Adanya 2,8-
peralatan kesehatan 0 4 1 3,1=
yang sudah lengkap , , 0,3
B. Adanya 4 6
kebutuhan pasien
sesuai dengan 3
keinginan pasien
C. Adanyaperawat 0 0
ankepadapasiensesuaiv , 1 ,
isimisi 3 9

0 0
Total
, ,
3 3
1 2
, ,
0 8
Weakness(Kelemaha
n) 0 2 0
A. Adanya denah , ,
ruangan tidak sesuai 3 3 6
B. Adanya
beberapa alat maupun 0 0
fasilitas yang , 4 ,
rusakdanhilang 3 9
C. Adanya
perawat kurang
mampu menggunakan 0 1
alat dengan baik , .
4 6

Total

1 3
, ,
0 1

Opportunity O-
(Kesempatan) T=
A. Adanya 0 2 1 2,8-
pergantian alat dan , , 0 =
fasilitas yang rusak 6 2 2,8
B. Adanya
rencana merenovasi 4
bagian ruangan
tertentu 0 1
, ,
4 6
Total

1 2
, ,
0 8
Threatened - - - -
(Hambatan)
Tidak terdapat
ancaman
ANALISIS SWOT M2

NO Analisis SWOT B R Bobot X


o at Rating
b in
o g
t
M3 (Metode) S-W
Strenght (Kekuatan) = 3,2
a. Model asuhan keperawatan – 2,0
0, 2 0
yang digunakan adalah = 1,2
1 ,
modular sudah sesuai visi 2
misi dan terordinir dengan
baik
b. Terdapat jadwal operan
2
jaga yang dilaksanakan 0,
1 0
tepat waktu
,
c. Terdapat komunikasi yang 4 2
efektif antara perawat dan
0,
klien 3
1
d. Terdapat pendokumentasian
3 ,
kegiatan yang baik 2
e. Semua perawat siap dalam
0, 4
memberikan discharge 2
summary.
0
f. Terdapat brosur/leaflet yang 0, ,
2 2 6
cukup disemua ruangan

0
,
0, 8
TOTAL 1

0
,
1, 2
0

3
,
2

Weakness (Kelemahan)
a. Model asuhan keperawatan
0, 4 0
dengan jenis modular 4 ,
8
namun belum sesuai karena
petugas dan pasien tidak
sebanding
b. Terdapat ronde 2
0,
keperawatan yang belum
3 3 0
optimal ,
0, 6
c. Supervise hanya dilakukan
3
Pada waktu tertentu jika 0
,
memang sangat diperlukan
6

TOTAL

1,
0

2
,
0
Opportunity (Peluang) O –
T
a. Adanya anggaran ruangan
1, 3 3 = 3,0
yang mencukupi 0 , – 0=
0 3,0

TOTAL
Threat (Ancaman)
a. Tidak terdapat ancaman

TOTAL
ANALISIS SWOT M3
No Analisa SWOT Bobot Ratting Bobot x Hasil
Rating
M4 MONEY
Strength S-W
1. Kepala ruang 0,5 2 1,0 = 2,0 -1,0
dilibatkan dalam =1,0
anggaran tahunan
2. Anggaran yang 0,5 2 1,0
dibutuhkan sudah
memenuhi kebutuhan
TOTAL 2,0
Weakness
1. Jumlah tariff 1,0 1 1,0
tindakan yang mahal
akan diterima sesuai
dengan tindakan yang
dilakukan
TOTAL 1,0
Opportunity
1. Pengeluaran 0,5 2 1,0 O–T
ruangan dibiaya oleh = 1,5 – 0
pihak rumah sakit = 1,5
2. Penganggaran 0,5 1 0,5
kebutuhan ruangan
mencukupi
TOTAL 1,5
Threat
Tidak ada ancaman
ANALISIS SWOT M4

No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Hasil


Rating
5 M5
Strenght S-W
 Memiliki unit 0,3 4 1,2 3,6 –
penjamin mutu yang 3,0 =
bekerja secara optimal 0,6
 Tingkat 0,3 4 1,2
kepuasan pasien 97%
 Tidak ada 0,1 3 0,3
angkakejadian pasien
jatuh 0,1 3 0,3

 Tidak ada
angka kejadian 0,1 3 0,3

dekubitus
 Tidak ada 0,1 3 0,3

angka kejadian luka


restrain
 Tidak ada 1,0 3,6

angka kejadian
medical error

Total
1,0 3 3,0
Weakness
 pengetahuan
pasien tentang tingkat
mutu pelayanan sesuai
dengan pendidikan 1,0 3,0
jadi ada beberapa
yang tidak
mengetahui jika 1,0 3 3,0 O–T
tingkat pendidikan 3,0 –
rendah 0 =
3,0
Total

Opportunity
 Usaha yang 1,0 3,0
dilakukan ruangan
untuk meningkatkan
mutu pelayanan
pasien adalah selalu
memonitor pelayanan
dan melakukan TL
(tindak lanjut segera)
saat terjadi masalah
Total

Threatened
-
ANALISIS SWOT M5
G. DIAGRAM LAYANG
M1 = SW (1,0) , OT (3,5)
M2 = SW (0,3) , OT (2,8)
M3 = SW (1,2) , OT (3,0)
M4 = SW (1,0) , 0T (1,5)
M5 = SW (O,6) , OT (3,0)

4 M1

3 M5, M3

2 M2

1 M4
W -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 S
-1

-2

-3

-4

-5

H. Identifikasi Masalah
1. Ketenaga kerjaan (M1)
Jumlah tenaga tidak sebanding dengan pasien ( kurangnya tenaga karena perawat
senior pindah di bangsal covid)
2. Sarana dan prasarana (M2)
Kurangnya fasilitas (alat yang rusak, tidak layak dan harus diganti)
3. Metode (M3)
a. Belum diterapkannya lagi Ronde keperawatan (ronde keperawatan belum
dilakukan lagi selama 4 bulan ini seharusnya tiap 1 bulan
b. Pelaksanaan sistem keperawatan moduler masih terhambat dengan tenaga dan
sementara masih beralan secara pendokumen
4. Money (M4)
Tarif untuk masing-masing tindakan mahal
5. Marketing (M5)
Pengetahuan pasien tentang tingkat mutu pelayanan sesuai dengan pendidikan jadi
ada beberapa yang tidak mengetahui jika tingkat pendidikan rendah
I. Plan of Action
Berdasarkan hasil dari Pengkajian masalah yang ada di M1

N MASALAH TUJUAN PROGRAM INIKATOR WAKTU PENANGGU


O KEBERHA NG JAWAB
SILAN
1 Jumlah tenaga Agar perawat tidak Open Jumlah 15 Manajer
tidak sebanding mempunyai terlalu recruitment perawat dan Desember keperawatan
dengan jumlah banyak beban pasien 2020
pasien pekerjaan terlalu sebanding
banyak sehingga
tingkat pelayanan
pasien maksimal

2
Perawat Untuk Open 15 Manajer
diruangan meningkatkan recruitment Tenaga Desember keperawatan
sebagian besar mutu pelayanan keperawatan 2020
berpendidikan D3 yang berkualitas D3 dan
dan perempuan S1/Ners
sebanding
dan sesuai
kebutuhan

Berdasarkan hasil dari Pengkajian masalah yang ada di M2


NO MASALAH TUJUAN PROGRAM INDIKATOR WAKTU PENANGGUNG
KEBERHASILAN JAWAB
1 Kurangnya fasilitas (alat Agar dapat meningkatan Melakukan Tersedianyaa 15 Desember Kepala ruang
yang rusak, tidak layak kualitas , mutu pelayanan koordinasi dengan peralatan kesehatan 2020
dan harus diganti) dan sarana prasarana bagian SDM yang baru atau
sehingga menjadikan melakukan
pelanggan loyal perbaikan pada alat-
alat yang rusak

Berdasarkan hasil dari Pengkajian masalah yang ada di M3


N MASALAH TUJUAN PROGRAM INIKATOR WAKTU PENANGGU
O KEBERHA NG JAWAB
SILAN
1 Belum Untuk Melakukan Berjalannya 15 Kepala Ruang,
diterapkannya meningkatkan koordinasi kembali Desember Manajer
lagi Ronde mutu pelayanan dengan kegiatan 2020 keperawatan
keperawatan keperawatan dan Kepala ronde
(ronde untuk mengetahui Ruang atau keperawatan
keperawatan pelaksanaan Manajer
belum dilakukan standar asuhan Keperawatan
lagi selama 4 keperawatan yang
bulan ini telah dijalankan,
seharusnya tiap 1 meliputi
bulan) dokumentasi
keperawatan,
persepsi pasien
terhadap mutu
2 asuhan
keperawatan, 15 Kepala Ruang
tindakan Melakukan Tidak ada Desember
keperawatan, koordinasi hambatan 2020
memantau dengan pelaksanaan
Pelaksanaan penampilan dari Kepala sistem
sistem setiap perawat Ruang moduler dan
keperawatan dapat
moduler masih berjalan
terhambat dengan Memfasilitasi dengan
tenaga dan pelayanan lancar.
sementara masih keperawatan yang
beralan secara komprehensif dan
pendokumen holistik dengan
pertanggung
jawaban yang jelas,
konflik atau
perbedaan
pendapat antar staf
dapat ditekan
melalui rapat tim
yang juga efektif
untuk
pembelajaran,
memungkinkan
menyatukan
kemampuan
anggota tim yang
berbeda-beda
dengan efektif dan
aman serta
produktif karena
adanya kerjasama
dan komunikasi.

Berdasarkan hasil dari Pengkajian masalah yangada di M4


N MASALAH TUJUAN PROGRAM INIKATOR WAKTU PENANGGU
O KEBERHAS NG JAWAB
ILAN
1 Tarif untuk Diharapkan dengan Melakukan Direksi 15 Manajer
masing-masing tarif yang rendah koordinasi rumah sakit Desember Keperawatan
tindakan mahal maka akses pasien dengan memberikan 2020
yang tidak direksi kebijakan
memiliki jaminan Rumah Sakit baru
kesehatan menjadi mengenai
lebih baik. tarif

Berdasarkan hasil dari Pengkajian masalah yangada di M5


N MASALAH TUJUAN PROGRAM INIKATOR WAKTU PENANGGU
O KEBERHAS NG JAWAB
ILAN
1 pengetahuan Untuk mendapat Melakukan Pasien serta 15 Kepala ruang
pasien tentang gambaran sejauh edukasi keluarga Desember
tingkat mutu mana keberhasilan ataupun paham 2020
pelayanan sesuai pemenuhan standar kuesioner mengenai
dengan yang telah tingkat mutu
pendidikan jadi ditetapkan pelayanan
ada beberapa oleh rumah sakit rumah sakit
yang
tidakmengetahui
jika tingkat
pendidikan
rendah
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ruang Baitussalam 2 merupakan salah satu ruang rawat inap berlokasi di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang yang memberikan pelayanan
terdiri dari 2 Kelas yaitu mulai dari kelas II dan kelas III. Ruang Baitussalam 2
merupakan bangsal perawatan penyakitdalam di RSISA Semarang diruangan
tersebut menerima pasien laki-laki maupun perempuan namun tetap ada
pembatas untuk privasi klien dan pelayanan syariah pun tetap terjaga. Di
ruangan Baitussalam 2 memiliki Jumlah Perawat pelaksana 19 orang dan
Petugas Administrasi pasien 1 orang dengan masing masing pendidikan S1
sejumlah 1 perawat, Ners 2 perawat, dan D3 Keperawatan berjumlah 17
perawat. untuk pembagian tugas dalam sudah ditentukan dan sesuai dengan
tanggung jawab masing-masing kepada pasien tersebut.

Didalam ruangan Baitussalam 2 terdapat PPJA yang akan bertanggung


jawab sesuai dengan tugasnnya sedangkan PA bertanggung jawab kepada
timnya masing-masing dan kepada pasiennya, di ruangan Baitussalam 2 tidak
hanya melakukan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada pasien
kelolaan masing-masing namun juga berkerja sama terkait dengan
pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan seperti halnya perencanaan pulang
namun ronde dalam ruangan Baitussalam 2 tidak berjalan dengan lancar.

Upaya yang dilakukan kepala ruang Baitussalam 2 untuk meningkatkan


mutu pelayanan pasien yaitu dengan menginput data berupa indikator mutu
pelayanan. Indikator yang dimaksud antara lain kejadian pasien jatuh, kejadian
dekubitus indikator tersebut memiliki 0% kejadian atau bisa dinyatakan
berhasil, untuk indikator sarana dan prasarana ada beberapa alat-alat yang
perlu diperbaiki, untuk ketersediaan leaflet dan brosur disetiap ruangan
Baitussalam 2 memiliki jumlah yang cukup dan sesuai dengan kasus. Maka
dari penilaian indikator mutu tersebut maka akan bisa menentukan bagaimana
mutu pelayanan di ruang Baitussalam 2.
B. Saran
Alangkah lebih baik jika jumlah perawat di ruangan Baitussalam 2
dilakukan rekuitmen agar mutu pelayanan dapat bertambah sehingga
berkualitas, memberikan edukasi kepada pasien atau memberikan kuesioner
tentang tingkat mutu pelayanansehingga dapat menjadi gambaran sejauh
mana keberhasilan pemenuhan standar yang telah ditetapkan oleh rumah sakit
dan menambahkan fasilitas kesehatan yang lebih memadai. Ronde
keperawatan juga sebaiknya dilaksanakan kembali, karena sangat penting
untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan untuk mengetahui
pelaksanaan standar asuhan keperawatan yang telah dijalankan. Dandapat
terselesaikannya faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan sistem
keperawatan moduler.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, L. D. L., Pondaag, L., & Babakal, A. (2015). GAMBARAN TINGKAT


PENGETAHUAN PERAWAT DALAM PENERAPAN STANDAR
ASUAHAN KEPERAWATAN DIRUANGAN RAWAT INAP INTERNA
RSUD DATOE BHINANGKANG. E-Journal Keperawatan (e-Kp), 3, 2–5.

Amalia, R. (2019). PROYEK INOVASI STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG BAITUSSALAM 2 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG.

Hidayah, N. (2014). Manajemen model asuhan keperawatan profesional (makp)


tim dalam peningkatan kepuasan pasien di rumah sakit. Jurnal Kesehatan, 7.

Mendrofa, H. K., & Sagala, L. (2019). PENGARUH PELATIHAN DAN


PENERAPAN MODEL METODE ASUHAN KEPERAWATAN
PROFESIONAL ( MAKP ) PRIMARY NURSING TERHADAP.
Indonesian Trust Health Journal Volume 2, No.2 - November 2019 Cetak
ISSN : 2620-5564 Online ISSN : 2655-1292, 2(2), 237–245.

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan (3 ed.).

Ratna, & Rumondang. (2011). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat.

Toliaso, C. S., Mandagi, C. K. F., & Kolibu, F. K. (2018). HUBUNGAN MUTU


PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI
PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO. Jurnal KESMAS, 7.

Anda mungkin juga menyukai