Anda di halaman 1dari 10

ETIKA ADMINISTRASI NEGARA

DILEMA ETIS APARATUR SIPIL NEGARA DALAM BERMASYARAKAT

Disusun Oleh:

1. Yudha Izul Mahendra (18040674026)


2. M. Fariz Zarvan (18040674073)
3. Syahrul Ramadhan (18040674087)
4. Alvin Nanda Sasmita (18040674116)

S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA/2018C


ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena dengan karunia-Nya kami
diberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktu yang telah ditetapkan. Shalawat dan salam tak lupa kami limpahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW yang syafaatnya dinantikan dihari akhir kelak. Kami
membahas tentang etika Aparatur Sipil Negara dalam bermasyarakat.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan


makalah ini, tentu kami menyadari bahwa tugas ini tidak sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan atau kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharap kritik dan
saran dari pembaca agar kedepannya dapat membuatnya dengan lebih baik lagi. Mohon
maaf atas kesahalan dan kekurangan yang ada. Demikian yang dapat kami sampaikan,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Terima kasih.

Surabaya, 05 Desember 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang ASN (Aparatur Sipil Negara) merupakan abdi negara dan juga abdi
masyarakat. Jika mengacu pada kalimat tersebut maka seharusnya seorang ASN akan
bekerja untuk melayani masyarakat. Melayani bukan hanya sekedar menggugurkan
kewajibannya saja sebagai pelayan masyarakat namun juga melayani dengan maksimal
sehingga membuat masyarakat menjadi puas. Namun, hingga saat ini masih banyak para
ASN yang lebih mengabdi kepada atasannya atau pimpinannya karena mereka
beranggapan akan lebih dimudahkan urusannya dalam bekerja. Sikap dan sifat seperti
ini yang harus dihilangkan agara para ASN bisa terfokus memberikan pelayanan kepada
semua masyarakat tanpa ragu lagi akan posisinya atau jabatannya. Dengan begitu maka
pelayanan yang diberikan akan menjadi pelayanan yang benar-benar prima dan
memuaskan. Saat pelayanan yang diberikan sudah maksimal dan memuaskan
masyarakat maka tingkat kepercayaan masyarakat kepada ASN akan menjadi tinggi.
Tingginya kepercayaan masyarakat kepada ASN menjadikan integritas dari ASN juga
ikut tinggi. Tingkat integritas ASN yang tinggi ini pada akhirnya akan membuat
Indonesia perlahan-lahan akan menjadi negara yang maju dari segi pelayanan kepada
publik. Semua pihak harus saling mendukung untuk mewujudkan integritas tersebut.

Dalam menjalakan tugasnya, seorang ASN pasti akan menemui banyak


rintangan, tantangan dan juga hambatan. Hal ini akan pasti dialami oleh para ASN
dimana saja mereka berada. Memang tidak mudah dalam menghadapi permasalahan
yang seringkali menjadi batu hambatan dalam mereka bekerja sehari-hari. Dibutuhkan
sikap-sikap yang tepat untuk menghadapinya agar mereka mampu mengontrol
hambatan tersebut dan mampu mengatasinya dengan solusi yang tepat. Oleh karena itu,
untuk mengatur hal tersebut pemerintah menetapkan sebuah Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri
Sipil. Dalam peraturan pemerintah ini terdapat nilai-nilai dasar yang harus dimiliki
sebagai seorang Aparatur Sipil Negara. Peraturan ini juga juga menjelaskan bahwa
dalam menjalankan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari setiap ASN harus
bersikap dan berpedoman pada beberapa etika yang telah tercantum pada peraturan ini.
Etika-etika tersebut ialah etika dalam bernegara, etika dalam berorganisasi, etika dalam
bermasyarakat, etika terhadap diri sendiri, dan yang terakhir yaitu etika terhadap sesama
Aparatur Sipil Negara. Dalam tulisan ini kami akan memfokuskan pembahasan kami
pada etika seorang Aparatur Sipil Negara pada saat mereka bermasyarakat. Etika dalam
bermasyarakat ini meliputi banyak hal. Tentunya hal tersebut berkaitan dengan sikap
dan perilaku seorang ASN dalam kehidupan sehari-harinya dalam bermasyarakat.
Dalam menjalamnkan tugasnya seorang ASN juga pasti akan mengalami dilema. Dalam
tulisan ini kami membahas tentang dilema etis ASN dalam bermasyarakat. kami akan
mencoba membahas perihal seorang ASN dinas kesehatan. ASN tersebut memiliki
saudara yang akan mengadakan acara hajatan besar yang nantinya tentu akan
mengundang banyak orang padahal saat ini masih dalam keadaan pandemi. ASN
tersebut pastinya akan mengalami dilema etis. Di satu sisi dia berkewajiban untuk
melarang dan tidak memberikan rekomendasi acara tersebut di sisi lain acara tersebut
yang mengadakan ialah saudaranya sendiri tentu ASN tersebut akan merasa sangat tidak
enak. Dilema inilah yang akan kami bahas lebh dalam pada tulisan ini.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk dilema etis yang terjadi pada keputusan ASN dinas kesehatan jika
kerabatnya akan mengadakan acara dikala pademi ?
2. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi dilema etis pada keputusan ASN dinas
kesehatan jika kerabatnya akan mengadakan acara dikala pandemi?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui bentuk dilema etis yang terjadi pada keputusan ASN dinas
kesehatan untuk mengikuti arahan pemerintah atau membiarkan kerabatnya
mengadakan acara dikala pandemi.
2. Untuk mengetahui solusi yang tepat untuk mengatasi dilema etis pada ASN dinas
kesehatan jika kerabatnya akan mengadakan acara dikala pandemi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Etika

Kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya ialah kebiasaan.
Etika adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia yang baik dan yang
buruk atau yang pantas dan yang tidak pantas serta memperlihatkan perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Etika yang dalam bentuk
jamaknya yaitu etha artinya ialah adat istiadat.

Adapun menurut Maryani dan Ludigdo etika ialah sebagai seperangkat norma,
aturan yang mengatur segala tingkah laku manusia, mengenai hal yang harus dilakukan
dan yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok masyarakat. Dari pernyataan
tersebut menjelaskan bahwa etika merupakan suatu hal yang sangat memengaruhi setiap
perbuatan dari manusia dalam berkehidupan sehari-hari. Setiap perbuatan yang
dilakukan tidak pernah terlepas dari etika baik itu yang baik maupun yang buruk. Setiap
perilaku harus dipertanggungjawabkan naik itu sebuah pujian atau cacian. Semuanya
pasti akan dituntut pertanggungjawaban.

2.2. Definisi Dilema Etis

Dilema adalah pilihan sulit yang sama-sama tidak mengenakkan utuk memilih
salah satunya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dilema ialah situasi sulit dimana
seseorang harus menentukan pilihan di antara dua pilihan atau kemungkinan yang sama-
sama tidak menguntungkan atau menyenangkan. Dilema juga bisa dikatakan sebagi
suatu kondisi yang sangat membingungkan sehingga sangat berat untuk memutuskan.

Menurut Gunz dan McCutcheon (2002) dilema etik yaitu situasi dimana para
pekerja professional harus memilih antara dua pilihan atau lebih yang relevan, namun
pilihan tersebut bertentangan secara arahan etika. Dengan kata lain setiap alternatif
pilihan akan menghasilkan hasil yang tidak diinginkan oleh satu orang atau lebih.
Sedangkan menurut Thompson (1985) dilema etik yaitu dilema dimana terdapat
alternatif pilihan yang tidak memuaskan secara sebanding. Jadi dapat disimpulkan
bahwa dilema etik ialah suatu keadaan yang sangat membingungkan dan sulit untuk
diputuskan karena perbandingannya sama-sama tidak menguntungkan.

2.3. Definisi Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil dari proses mental
atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa
alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu
pilihan final. Hasilnya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap
pilihan-pilihan yang sudah ada sebelumnya. Menurut George R. Terry pengambilan
keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih
alternatif yang ada.

Menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan


yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat. Sedangkan menurut James
A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu
tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Dari definisi para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang dilakukan
untuk memilih keputusan yang paling tepat dari beberapa alternatif keputusan agar
keputusan yang diambil tersebut bisa menjadi solusi paling tepat dalam menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Indentifikasi Masalah

Keputusan adalah pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Keputusan


biasa nya diambil ketika terjadi masalah, untuk mengatasi masalah yang terjadi
diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan keputusan yang baik dalam menentukan
strategi, sehingga menimbulkan pemikiran tentang cara-cara baru untuk
melanjutkannya. Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa
tujuan, seperti tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan
dengan masalah lain) dan tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat
bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif).
Dilema yang dialami pada pengambilan keputusan ASN ini, disebabkan oleh
Pandemi Covid-19 yang masih memakan korban, dimana pemerintah pusat dan daerah
menentapkan peraturan PSBB untuk mencegah semakin banyaknya penyebaran
pandemi ini yaitu melarang adanya kegiatan yang menyebabkan orang-orang
berkerumunan. Tetapi di lain sisi, kerabat dari ASN ini sedang ingin mengadakan acara
yang tidak bisa diundur lagi. Sehingga dalam proses pengambilan keputusan ASN ini, ia
dihadapkan menjadi dilema etis yang di satu sisi dia harus menjalankan etika sebagai
ASN di sisi lain ada etika masyarakat sejak lama yang mengedepankan kerabat di
indonesia.
Sejak bulan Maret, pemerintah melalui kementrian kesehatan telah
mengumumkan bahwa corona virus deseas (covid – 19) telah masuk ke Indonesia.
Bersamaan dengan hal tersebut banyak ditemukannya kasus positif virus corona yang
terjadi di Indonesia. Hingga kini, virus corona telah menginfeksi lebih dari 586 ribu
rakyat Indonesia dan peningkatan kasus positif yang masih terjadi. Berbagai kebijakan
telah diambil oleh pemerintah, termasuk salah satunya adalah menginstruksikan untuk
Penerapan PP 21 tahun 2020 tentang pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Penerapan social distancing, physcial distancing, dan kebijakan pembatasan sosial
berskala besar (PSBB) ini bertujuan agar rantai penularan Covid-19 dapat terhambat di
Indonesia, terutama di batasinya dan dihentikannya kegiatan yang disinyilir dapat
menimbulkan masyarakat berkerumunan.
Di Masa new normal atau kenormalan baru yang dilaksanakan di banyak daerah
membawa perubahan di berbagai lini kehidupan, termasuk saat mengadakan acara
resepsi pernikahan. Berbagai persiapan dan penyesuaian juga mesti dilakukan agar
acara resepsi berjalan lancar dengan meminimalkan potensi penularan virus corona atau
COVID-19. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyatakan pemerintah
daerah memiliki kewenangan untuk membubarkan acara resepsi pernikahan saat tatanan
normal baru atau new normal diterapkan apabila tidak menerapkan protokol kesehatan.
Hal itu tertuang dalam Keputusan Mendagri (Kepmendagri) Nomor 440-830 Tahun
2020 tentang pedoman tatanan normal baru, apalagi didaerah yang masih tinggi angka
penyebaran covid-19.
Dilema mulai timbul bagi ASN dinas kesehatan, jika kerabatnya akan
mengadakan acara ketika derahnya sendiri memiliki angka penyebaran sangat tinggi.
Disisi lain ia ingin memberitahu kerabatnya untuk mengentikan atau membatalkan acara
mengikuti aturan dari pemerintah untuk daerah yangmasih rawan, tetapi disisi lainnya
dia ragu dikarenakan acara kerabatnya akan rugi besar jika acaranya diundur atau
dibatalkan.

3.1 Analisis Permasalahan Dilema Etik

Terdapat pendekatan yang dalam melakukan analisis terhadap dilema etis


mengenai pengambilan keputusan ASN bidang kesehatan dalam memilih mengukuti
aturan pemerintah atau membiarkan kerabatnya mengadakan acara di kala pandemi.
Pendekatan ini membantu untuk mengidentifikasi dari sisi mana kebenaran yang
dijadikan acuan oleh ASN untuk mengambil keputusan. Pendekatan dalam dilema etis
juga berfungsi untuk mengidentifikasi kemana arah dari keputusan ini di arahkan.
Pendekatan pertama yakni pendekatan deontologi. Dalam pandangan ini
dijelaskan bahwasannya etika merupakan prinsip – prinsip moral yang harus dilakukan
karena adanya dorongan dalam diri seseorang. Tindakan baik atau buruk dinilai
berdasarkan paham yang dianut oleh diri seorang individu. Maka keputusan yang
diambil dalam penerapan suatu kebijakan dinilai baik dan benar bukan dari tujuan yang
ingin dicapai. Akan tetapi dari dorongan batin seseorang yang dijadikan untuk
mengukur kesesuaian apakah kebijakan tersebut baik atau benar.
Sedangkan pendekatan kedua adalah pendekatan utilitarianisme yang berbasis
pada kefaedahan dengan mengupayakan yang terbaik untuk banyak orang. Titik
penekanan dari pendekatan ini bahwasannya adalah keputusan yang diambil oleh
pemerintah memiliki nilai manfaat yang besar bagi hajat hidup masyarakat.
Keberhasilan kebijakan dinilai dari seberapa besar manfaat yang dapat diambil dari
keputusan yang telah disepakati serta seberapa besar kebijakan tersebut memiliki nilai
guna bagi semua komponen masyarakat.
Dalam pendekatan deontologi, dilema etis dalam pengambilan keputusan bagi
ASN tersebut yakni bagaimana seorang pengambil keputusan menilai seberapa baik
keputusan tersebut apabila diambil. Dari analisis ini hanya menampakkan dampak dari
keputusan ASN apabila ia mengikuti arahan dari pemerintah dan melarang kerabatnya
mengadakan acara dikarenakan pandemi sebagai ASN yang taat pada aturan
pemerintah.
Sedangkan dalam pendekatan utilitarianisme, penerapan keputusan ASN
memungkinkan adanya pertimbangan terhadap dampak yang terjadi karena pada
pendekatan ini menekankan nilai guna dari apa yang diputuskan. Sehingga pendekatan
utilitarianisme mampu melihat seberapa jauh dampak keputusannya bukan hanya
sebagai ASN tetapi juga sebagai kerabat, kita bisa melihat dampak kerugian yang besar
dari kerabat jika membatalkan acaranya dan dampak bagi masyarakat sekitar jika acara
tetap dijalankan.
Keputusan ASN ini pastinya memiliki dampak bagi kerabat dan karirnya sebagai
profesional. Hal ini menjadi konflik pertentangan kepentingan dalam menciptakan
solusi yang terbaik untuk menyelesaikan permasalahan ini. Melalui kedua pendekatan
deologi dan utilitarianisme, pengambilan keputusan ini memerlukan pemecahan untuk
melaksanakan atau tidaknya acaranya dikala pandemi.
Pada sisi kerabat dan masyarakat, dilema yang terjadi apabila dilihat dari
pendekatan deontologi, Keputusan dijalankannya acara akan dinilai tidak professional
dan dapat makin meningkatkan angka kasus didaerah tersebut. Sedangkan pada sisi
professional ASN dan pemerintah, jika acaranya ini dibatalkan atau dihentikan, akan
mengakibatkan kerugian yang sangat besar kepada keluarga dan kerabat.
Poin penting dari dilema etis yang dialami oleh pemerintah dalam apabila
pertentangan kepentingan antara kedua sisi tersebut. Etis ASN sebagai sikap
professional dalam menjalankan tugas dan arahan pemerintah. Namun, juga perlu
dipertimbangkan bagaimana nasib keluarga dan kerabat yang mengalami kerugian besar
jika acara di undur atau dibatalkan. Untuk menghadapi dilema etis yang dialami oleh
ASN bidang kesehatan dalam mengambil keputusan. Ketegasan menjadi kunci ketika
menghadapi sebuah dilema etis seperti pertentangan kepentingan dalam sebuah
keputusan apapun itu.

Anda mungkin juga menyukai