Anda di halaman 1dari 22

RUANG LINGKUP ETIKA

Oleh : Kelompok III

Aprilia Ananda NIM PO7131312 414


Aulia Nur Inayah NIM PO7131312 416
Cindy Novilia NIM PO7131312 417
Devi Trisna Ramadhani NIM PO7131312 418
Fazrina Khasanah NIM PO7131312 422
Ginna Gitta Saputri NIM PO7131312 423
Indah Razmayanti NIM PO7131312 426
Laila Hasanah NIM PO7131312 428
May Syarah NIM PO7131312 430
Rayani Nahampun NIM PO7131312 438
Ria Desta Anggraini NIM PO7131312 439
Suci Lestari NIM PO7131312 444

Dosen Pembimbing
Yessi Alza, SST, M.Biomed

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN GIZI
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Permasalahan gizi di Indonesia semakin kompleks seiring terjadinya transisi
epidemiologis. Berbagai permasalahan gizi kurang, menunjukkan angka penurunan
seperti Prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) sementara itu dilain pihak masalah
gizi lebih dan penyakit degeneratif justru menunjukkan peningkatan bahkan dari
laporan terakhir masalah gizi kurang saat ini cenderung tetap.
Untuk menanggulangi berbagai permasalahan gizi tersebut dibutuhkan tenaga
kesehatan dan ahli gizi serta ilmuwan yang dinamis, mandiri dan menjunjung etik
profesional yang tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi dalam upaya berbagai
pengembangan ilmu dan pelayanan kesehatan diberbagai bidang termasuk bidang gizi
Selain itu perkembangan globalisasi yang ditandai dengan kesepakatan
perdagangan bebas di tingkat Asia melalui Asian Free Trade Aggreement (AFTA)
pada tahun 2003 dan tingkat dunia tahun 2010 (WTO) memungkinkan masuknya
tenaga asing dengan bebas ke indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan
tenaga gizi yang profesional dengan kemampuan keilmuan/kompetensi lulusan setara
dengan standar profesional gizi di tingkat internasional. Disamping untuk
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan gizi di masyarakat baik secara
individu maupun kelompok
Tenaga gizi yang ada diIndonesia saat ini ;ebih banyak yang berlatar belakang
pendidikan Diploma III, sedangkan pendidikan sarjana gizi baru saja dimulai. Adanya
dua jenis tenaga gizi ini tentunya mempunyai wewenang dan kompetensi yang
berbeda. Selain tenaga gizi tersebut, adapula tenaga kesehatan lain yang melakukan
kegiatan gizi yang sama. Oleh karena itu, standar profesi Gizi dapat digunakan
sebagai pedoman bagi tenaga gizi dengan tujuan untuk mencegah tumpang tindih
kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi.
Untuk itu persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) harus menyikapi dan
mengantisipasi hal tersebut dengan meningkatkan kualitas sumber daya yang ada
melalui Penetapan Standar Profesi Gizi

1.2. Tujuan
Adapun Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui ruang lingkup etika
b. Mengetahui etika pergaulan
c. Mengetahui pengembangan kepribadian

1.3. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Apa saja ruang lingkup etika?
b. Bagaimana menerapkan etika pergaulan sebagai seorang mahasiswa?
c. Bagaimana cara pengembangan kepribadian?

1.4. Manfaat
Adapun manfaat dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Dapat memahami ruang lingkup etika
b. Dapat memahami etika pergaulan
c. Dapat memahami pengembangan kepribadian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ruang Lingkup  Etika Profesi


2.1.1 Kriteria atau ciri-ciri Profesi
Secara umum ada beberapa ciri atau kriteria yang selalu melekat pada profesi
baik profesi pada umumnya ataupun profesi luhur yaitu sebagai berikut :
1.      Adanya pengetahuan khusus
2.      Adanya kaedah dan standar moral yang tinggi
3.      Mengabdi kepada kepentingan masyarakat
4.      Ada izin khusus untuk bisa menjalankan suatu profesi
5.      Kaum profesional biasanya menjadi angggota dari suatu profesi

Menurut Akhmad Tafsir seseorang di sebut memiliki profesi bila ia memenuhi


kriteria sebagai berikut :
1.     Profesi harus memiliki keahlian yang khusus
2.     Profesi harus sebagai pemenuhan panggilan hidup, artinya lapangan
pengabdian.
3.    Profesi memiliki teori –teori yang baku secara universal
4.    Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri
5.    Profesi harus di lengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompotensi
aplikatif
6.    Pemegang profesi memiliki otonom dalam melakukan profesinya
7.    Profesi hendaknya memiliki kode etik
8.    Profesi harus memiliki klien yang jelas ( pemakai jasa profesi)
9.    Profesi memerlukan organisasi
10.  Mengenali hubungan profesi dengan bidang – bidang lain.
Menurut Pakar Pendidikan Winarno Surrakhmad (hermawan,1979 )
menyatakan bahwa sebuah profesi harus mempunyai kriteria sebagai berikut  :
1.      Profesi harus mempunyai bidang pekerjaan tertentu (spesifik)  tidak boleh 
sama dengan  pekerjaan yang di lakukan oleh profesi yang lain.
2.     Bidang pekerjaan profesi itu harus bersifat pengabdian kepada masyarakat
(public sevice) pekerjaan yang bersifat pengabdian lazimnya lebih banyak
pengorbanannya dari pada keuntungan ekonomi finansialnya.
3.     Profesi harus mempunyai keterampilan khusus, yang tidak dimiliki oleh
profesi yang lain.
4.     Profesi harus mempunyai sikap dan kpribadian yang khas, yang
menandakan Profesi itu berbeda dengan profesi yang lain.
5.     Profesi harus mempunyai organisasi profesi, yang akan berfungsi sebagai
wadah untuk menghimpun, mengelola dan melayani anggota profesinya.
6.     Profesi harus mempunyai pedoman sikap dan tingkah laku bagi para
anggotanya yang di kenal dengan nama kode etik profesi.
7.    Profesi harus mempunyai dewan kehormatan Profesi, yaitu organisasi yang
bertugas mengawasi perilaku para anggotanya dalam melaksakan tugasnya
sehari- hari dan memberikan pertimbangan kepada pengurus pusat
pelanggaran kode etik yang dilakukan para anggotanya.

Etika mencakup etika deskriptif, normatif dan metaetika.


1.    Etika Deskriptif
Yakni etika yang melihat secara kritis dan rasional sikap dan perilaku dan
tujuan hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai.
2.    Etika Normatif
Yakni etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku ideal yang harus
dimiliki manusia sebagai sesuatu yang bernilai.
3.     Metaetika
Yakni studi tentang etika normative yang bergerak lebih tinggi daripada
perilaku etis.

2.1.2. Ruang Lingkup Etika Profesi Gizi


a. Gizi sebagai profesi
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari bdan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sodial dan ekonomis.
Sedangkan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan

b. Ahli gizi sebagai tenaga kerja profesional


Ahli gizi termasuk ahli madya gizi adalah pekerja profesional. Persyaratan
sebagai pekerja profesional telah dimiliki oleh ahli gizi maupun ahli madya gizi
tersebut. Persyaratan tersebut adalah
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau
spesialis
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
4. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah
5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas
6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur
7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
8. Memiliki etika ahli gizi
9. Memiliki standar praktek
10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi
sesuai dengan kebutuhan pelayanan
11. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi

2.2. Etika Pergaulan


Etika pergaulan itu merupakan tata-cara bergaul yang bermoral dan beradab
baik itu bergaul dengan teman, lebih tua, lebih muda. Etika bergaul itu sangat penting
karena kita sebagai manusia adalah makhluk yang beradab sehingga dengan adanya
etika, itu menunjukkan bahwa kita bukanlah mindless creature. Etika bergaul itu ada
bermacam-macam seperti etika berbicara dengan orang yang lebih tua dan etika
berbicara dengan orang yang lebih muda itu berbeda jika kita bicara dengan orang
yang lebih tua tentunya harus sopan dan dengan senyuman jika kita bicara dengan
orang yang lebih muda maka kita harus berbicara halus dan tidak menimbulkan
intimidasi. Etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat
dalam kodrat manusia” “baik dan buruk suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.”
Dari pernyataan itu kita bisa menyimpulkan kalau etika bergaul kita
merepresentasikan cara hidup dan nilai kita dalam memandang baik dan buruknya
sesuatu tapi alangkah baiknya jika kita tidak mempermasalahkan perspektif, tapi lebih
menilai sesuatu secara objektif

2.2.1. Etika pergaulan dengan partner bisnis.


Sebagai makhluk sosial manusia pasti membutuhkan pertolongan
orang lain dalam hal apapun terutama dalam berbisinis maka dari itu saat
berbisnis seseorang tidak boleh mengkhianati partner bisnis nya sendiri karena
itu juga akan mempengaruhi bisnis yang mereka jalankan
  

2.2.2. Etika pergaulan dengan orang yang berbeda agama dan Ras.
Dalam Agama (khususnya islam) kita di ajarkan untuk saling
menghormati satu-sama lain baik itu berbeda ras, suku serta agama karena
bagaimanapun jug kita pasti akan berinteraksi dengan orang yang berbeda
suku, ras dan agama dan akan menjalin relasi simbiosis mutualisme dengan
mereka sehingga kita memerlukan etika dalam bergaul dengan orang yang
berbeda agama dan ras agar kita bisa menjaga tingkah laku dan perbuatan
serta omongan kita untuk tidak menyinggung orang yang bereda ras dan
agama

2.2.3. Etika Pergaulan Mahasiswa


Etika pergaulan mahasiswa yang sesuai dengan PP 60 tahun 1999
tentang Sistem Pendidikan Tinggi, diwujudkan dengan diberlakukannya tata
tertib kehidupan kampus,tata tertib ujian, ketentuan-ketentuan pemilihan
lembaga kemahaiswaan yang prinsipnya mengatur tentang perilaku
mahasiswa guna menunjang tercapainya tujuanpendidikan tinggi seperti yang
diisyaratkan di dalam PP 60 tahun 1999 tersebut.

1. Faktor Kunci Keberhasilan Mahasiswa dalam Belajar


Perlu diingat bahwa tugas mahasiswa adalah belajar. Untuk mencapai
keberhasilan,maka perlu diketahui faktor-faktor yang menjadi kunci yakni :
1). Atribut Individu
Atribut individu / mahasiswa adalah karekteristik yang dimiliki oleh
setiap mahasiswa yang menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan
mahasiswa dalam belajar. Ada tiga karakteristik yang melekat dalam setiap
mahasiswa dengan proporsi yang berbeda-beda yakni :
a. Karakteristik Demografi seperti umur dan jenis kelamin
b. Karakteristik Kompetensi seperti kecerdasan dan kemampuan
c. Karakteristik Psikologi seperti nilai, perilaku dan kepribadian.

2). Keinginan Kerja


Keinginan kerja ini artinya keinginan untuk belajar, karena tugas
mahasiswa adalah belajar. Selain itu juga harus ada motivasi, baik dari dalam
maupun dari luar. Motivasi dari dalam berasal dari diri sendiri untuk berhasil
dalam rangka menyongsong masa depan yang lebih baik. Motivasi dari luar
berasal dari luar diri sendiri baik berasal dari orang tua atau dari pihak lain.

3). Dukungan Organisasi


Dukungan organisasi adalah segala sesuatu yang mendukung kepada
mahasiswa untuk memaksimalkan hasil dari belajar. Untuk mencapai hasil
yang optimal, maka ketiga faktor tersebut harus dimaksimalkan.Kehilangan
salah satu faktor saja, maka hasilnya tidak dapat optimal.
Berdasarkan pengamatan terhadap para alumni yang sukses meniti
karier di tempatnya bekerja, maka berikut ini saran-saran yang perlu
dikemukakan agar dapat meraih kesuksesan di masa depan :

a. Perbanyak Menggunakan Komputer


Komputer adalah benda mati yang diciptakan oleh daya nalar (logika)
manusia, karenanya, prinsip kerja komputer sama dengan cara kerja nalar
manusia..Komputertak ubahnya sebagai "pembantu" kerja yang dapat
diperintah dengan perintah yangsesuai dengan logika atau nalar.

b. Memilih Teman
Penyesalan biasanya datang terlambat. Ini banyak dialami mahasiswa
yang merasa"tertipu" oleh dirinya sendiri karena salah memilih teman
bergaul. Kesenangan sesaat justru menjerumuskan mereka ke kepedihan yang
berkepanjangan. Pilihlah teman, dan bentuklah kelompok-kelompok belajar
yang memiliki jiwa inovatif. Artinya, tidak hanya mengulang pelajaran yang
sudah diberikan oleh dosen, melainkan mencari referensi lain yang
mendukung pelajaran tersebut, dan kuasai materi berikutnya yang akan
diajarkan dosen di kelas.
c. Jangan Mudah Mengeluh
Orang yang sering berkeluh-kesah menandakan kurang memiliki
kemampuan.Dalam ilmu psikologi, ada satu alat ukur kemampuan seorang
manusia yang disebutdengan

d. Kembangkan Gairah Membaca dan Menulis


Gunakan waktu-waktu senggang untuk membaca dan menulis yang
berkaitan dengan tugas belajar. Keengganan membeli buku dan membaca
buku yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dijalaninya akan
menghambat proses belajar. Mahasiswa pada umumnya sangat gemar meng-
copy transparansi dosen, padahal, transparansi itu adalah sarana untuk
mengajar, bukan sarana untuk belajar.

e. Jauhkan Sifat Sombong


Tidak ada satupun manusia yang segala kemampuannya melebihi
orang lain.Kesombongan hanya akan menjauhkan diri kita pada kesempatan
baik yangsemestinya dapat kita raih. Bisa saja, karena sifat sombong kita,
teman kita yang tadinya mau mengajak bekerja di perusahaan besar menjadi
enggan, teman-teman yang tadinya simpati karena kepintaran kita, menjadi
antipati. Seorang professor, yang sangat ahli dan sangat menguasai bidangnya,
ia tetap tidak bisa sombong, karena, ilmu terus berkembang, dan suatu saat
apa yang telah dikuasainya ternyata belum apa-apa, karenanya ia harus terus
belajar. Konsep belajar adalah long-life education (belajar seumur hidup),
tidak ada hentinya.

f. Miliki Target-terget Pribadi


Biasakan memiliki target-target pribadi, misalkan, di semester depan
IPK saya harus naik, di tahun kelima saya harus bisa membuka usaha di
bidang informatika, dan sebagainya. Untuk mencapai target-target tersebut,
maka kita harus memiliki strategi atau siasat-siasat yang mungkin dapat kita
kerjakan. Kita harus dapat menilai tentang kemampuan diri kita (apa yang kita
miliki, apa kelebihan kita, apa kekurangan kita), selanjutnya kita harus dapat
memandang masa depan (apa peluang yang bisa kita raih, apa tantangan yang
bakal kita hadapi), dan dari sana kita dapat melakukan manajemen diri
(mengatur waktu, mengatasi kekurangan, memilih teman, dan sebagainya).
Dengan memiliki target-target pribadi, maka, jalan hidup kita menjadi lebih
terarah, dan kita tahu prioritas apa yang harus dikerjakan terlebih dulu. Bila
target itu tidak terpenuhi, maka susun target baru sambil mengintrospeksi diri,
mengapa target tersebut tidak tercapai, dan benahi.

 
2.2.4. Etika dalam Berperilaku Mahasiswa
Dalam rangka menciptakan kehidupan ilmiah yang kondusif di dalam
dan di luar lingkungan kampus, maka perlu diketahui etika perilaku sebagai
mahasiswa adalah sebagai berikut :
1). Etika Pergaulan di Lingkungan Kampus
a. Berpakaian dan bersepatu rapi di lingkungan kampus
b. Menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah
c. Mengetahui, memahami dan melaksanakan peraturan-peraturan yang
berlaku di lingkungan kampus dan berusaha tidak melanggar
d. Memberi contoh yang baik dalam berperilaku kepada adik tingkat, teman
setingkat dan kakak tingkat
e. Saling menghormati dan menghargai terhadap sesama mahasiswa
f. Berperilaku dan bertutur kata yang sopan, baik di dalam kelas dan di luar
kelas yang mencerminkan perilaku sebagai mahasiswa dan dijiwai oleh
nilai-nilai agama / kepercayaan yang dianut
g. Tidak berperilaku asusila atau tidak bermoral
Bersedia menerima sanksi yang ditetapkan atas pelanggaran terhadap
peraturan yang berlaku sebagai bagian dari pendidikan disiplin.

2). Etika Pergaulan di Luar Kampusa.


a. Menjadi contoh yang baik di lingkungan dimana mahasiswa tersebut berada
b. Berperilaku dan bertutur kata yang baik yang mencerminkan sebagai
mahasiswa
c. Berupaya mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah
dipelajarinya di masyarakat sebagai wujud pengabdian
d. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar kampus

2.2.5. Tata Krama Dalam Pergaulan


Tata krama dalam pergaulan merupakan aturan kehidupan yang mengatur
hubungan antar sesama manusia. Tata krama pergaulan berkaitan erat dengan
etiket atau etika. Kata etiket berasal dari bahasa perancis Etiquette yang berarti
tata cara bergaul yang baik, dan etika berasal dari bahasa latin Ethic merupakan
pedoman cara hidup yang benar dilihat dari sudut Budaya, Susila dan Agama.

Dasar - dasar etiket terdiri dari:


1. Bersikap sopan dan ramah kepada siapa saja.
2. Memberi perhatian kepada orang lain.
3. Berusaha selalu menjaga perasaan orang lain.
4. Bersikap ingin membantu.
5. Memiliki rasa toleransi yang tinggi.
6. Dapat menguasai diri, mengendalikan emosi dalam situasi apapun.
2.2.6. Etiket Perkenalan
Suatu hubungan antar individu biasanya dimulai dengan suatu
perkenalan, dan hal ini mungkin akan menjadi pertemuan pertama yang akan
melahirkan “First Image” dan hal ini akan mempengaruhi penilaian seseorang
pada hubungan selanjutnya

Cara mengenalkan : 
1. Pada waktu mengenalkan orang, ucapkan namanya dengan jelas, dan apabila tidak
terdengar jelas tanyakan sekali lagi.
2. Tipe individu terdiri dari introvert dan extrovert oleh karena itu pada waktu
mengenalkan seseorang berikan sedikit informasi mengenai orang tersebut.
3. Lakukan Personal Contact dengan cara sebagai berikut :
- Jabatlah tangannya dalam waktu 3 - 4 detik.
- Pandanglah mata orang yang diperkenalkan pada anda.
- Tersenyumlah.
- Tubuh sedikit dibungkukkan kedepan.

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam suatu perkenalan : 


1. Orang yang lebih muda diperkenalkan kepada yang lebih tua.
2. Seorang pria diperkenalkan kepada wanita
3. Wanita dikenalkan kepada pria, apabila pria itu orang yang perlu dihormati seperti:
Kepala Negara, Menteri, Gubernur, Duta Besar, Ulama/Tokoh agama atau pria
yang jauh lebih tua Lebih kurang 20 tahun.
4. Anda boleh mengenalkan diri terlebih dahulu apabila hal tersebut sekiranya
diperlukan.
5. Hindari perkenalan ditempat yang ramai seperti : Jalan raya, pasar, lift,
restoran,dsb.
Hal - hal yang dapat dilakukan ketika sedang diperkenalkan : 
1. Pda waktu diperkenalkan wanita tidak perlu berdiri, kecuali bila menghadapi orang
orang yang pantas dihormati
2. Pada waktu menyambut tamu - tamu tuan dan nyonya rumah harus berdiri.
3. Tamu yang akan pulang harus diantar sampai ke depan pintu oleh tuan dan nyonya
rumah.
4. Seorang pria harus berdiri pada waktu :
Berjabat tangan dengan wanita atau pria., Seorang wanita memasuki ruangan.,
Seorang wanita mendekati ia duduk., Seorang wanita yang duduk disampingnya
berdiri akan meninggalkan tempat.

2.2.7. Etiket Dalam Percakapan


 Percakapan merupakan unsur penting dalam hubungan sesama
manusia, nilai suatu percakapan akan mempengaruhi suasana dan kelanjutan
dari suatu hubungan. Dalam menciptakan suatu percakapan yang
menyenangkan diperlukan seni tersendiri dan hal ini pun memerlukan etika
tersendiri. Communication Field terdiri dari :  1.Facial Expression. 2.Body
Position. 3.Good ( Clear ) Voice 
.
Sikap Pokok Yang Harus Dimiliki Pada Saat Berbicara 
1. Mutual Respect  (Saling Menghargai)
2. Speak Up (Berbicara Dengan Terang Dan Jelas)
3. Careful Listening (Mendengar Dengan Sungguh-Sungguh)
4. Communication Ability  (Kemampuan Berkomunikasi)
5. Positive Thinking (Berpikir Positif)
Sikap pada waktu bicara hendaknya sopan: 
1. Jangan sambil mengunyah permen karet
2. Jangan menggaruk-garuk badan atau kepala
3. Jangan bertolak pinggang atau tangan disaku
4. Jangan tetap duduk jika seseorang datang mengajak kita berbicara, sedangkan
orang itu tetap berdiri (tentu tergantung siapa orangnya)
5. Tataplah wajah lawan bicara kita
6. Janganlah berbicara dengan rokok dimulut
7. Bila sedang duduk dengan sikap yang santai sekali, dan seorang yang lebih tua
datang, duduk disebelah kita dan mengajak bicara, hendaknya sikap duduk
diperbaiki
8. Jangan terus menerus bicara sehingga tidak memberi kesempatan pada orang lain.

Apabila berbicara dengan orang lain, yang harus diperhatikan ialah: 


1. Volume suara, keras atau lembut disesuaikan dengan situasi
2. Kecepatan berbicara
3. Tinggi rendahnya nada suara, jangan cempreng atau melengking
4. Nada suara hendaknya mengandung keramahan5. Pilihlah kata yang sopan

Dalam melakukan pembicaraan (conversation): 


1. Jika baru berkenalan jangan membicarakan agama, politik atau hal-hal yang
sifatnya sangat pribadi.
2. Jangan memonopoli pembicaraan
3. Bila ingin mengundurkan diri, carilah alasan yang dapat diterima
4. Jangan terlalu memperhatikan apa yang dikenakan oleh lawan bicara kita
5. Ucapkanlah kata-kata dengan jelas dan terang, bila kita kurang menangkap apa
yang dikatakan oleh lawan bicara kita jangan menggunakan hata “ha” atau“apa”
melainkan gunakan maaf…..bisa diulang atau dibantu.
 
Cara dan gaya bahasa berbicara dengan baik antara lain: 
1. Berbicara cukup perlahan, tidak terlalu keras dan tidak terlalu lemah
2. Berbicara bersemangat
3. Berbicara ada tekanan tertentu
Ada selingan antara tinggi rendah suara. Ada tekanan-tekanan tinggi bagi pesan
yang penting.
4. Berbicara tidak hanya satu arah, tetapi kepelbagai arah kelompok khalayak sesuai
dengan situasi dan kondisi
5. Pergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

Seseorang menjadi pendengar yang efektif: 


1. Berhentilah bicara karena seseorang tidak akan dapat mendengarkan dengan baik
pada waktu ia bicara
2. Timbulnya suasana yang memungkinkan orang yang berbicara melakukannya
dalam suasana bebas tanpa diliputi oleh rasa takut.
3. Tunjukkan kepada orang yang sedang bicara bahwa anda ingin mendengarkan hal-
hal yang ingin disampaikannya.
4. Tumbuhnya rasa empati
5. Bersikap sabar, jangan melakukan interupsi dalam bentuk apapun
6. Pendengar hendaknya jangan emosional
7. Pendengar sebaiknya mengajukan pertanyaan, misalnya untuk kejelasan yang
sekaligus berarti ia adalaah seorang pendengar yang betul-betul menaruh minat
pada hal yang sedang dibicarakan

2.2.8. Etiket dalam Penampilan


 Busana 
1. Mempergunakan busana yang tidak melanggar aturan, norma, kepatutan dalam
lingkungan dimana kita berada. (di kampus jangan mempergunakan pakaian yang
terbuka/terlihat aurat atau anggota tubuh yang seharusnya ditutupi).
2. Bisa mengikuti mode, tapi tetap harus sesuai acara, sesuai waktu, sesuai tempat
3. Hindari menggunakan pakaian yang terlalu mencolok atau menarik perhatian
orang, terutama di tempat umum (misl, di kampus)
4. Hindari busana yang membuat anda sulit bergerak/melangkah
5. Hindari aksesoris yang menimbulkan bunyi-bunyi waktu anda bergerak
6. Hindari aksesoris yang menimbulkan bunyi-bunyi dan yang mudah tersangkut
.7. Hindari sepatu yang tidak nyaman dan bersuara keras waktu melangkah
8. Pastikan busana anda sudah rapih, jangan membetulkan/ merapihkan sembarangan

2.3. Pengembangan Kepribadian


2.3.1.Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah tentang diri pribadi seseorang secara keseluruhan.
Kepribadian adalah suatu hal yang unik pada diri kita masing - masing.
Kepribadian mempunyai sifat yang umum dan unik. Meskipun secara individu
berbeda.

2.3.2.Pengembangan Kepribadian.
Perkembangan kepribadian merupakan hasil atau produk lingkungan sosial
budaya, yang meliputi :
 Peran orang tua.
 Anggota keluarga.
 Sosial budaya.
 Dan pengaruh kemampuan motorik.

fase-fase pengembangan kepribadian :


   Masa bayi
 Masa kanak-kanak
     Masa dewasa

2.3.3. Faktor Penghambat Kepribadian

a)    Faktor dari dalam diri


 Tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas
 Kurangnya motivasi dalam hidup
 Faktor usia
 Memponyai problema
 Tidak percaya diri
 Kurang kreatif
 Tidak pernah bersyukur
 Mudah menyerah

b)    Faktor dari luar


 Faktor tradisi budaya
 Pengaruh pertambahan usia
 Pengaruh perkembangan zaman
 Pengaruh perubahan situasi yang tiba-tiba

2.3.4. Sikap Dan Perilaku Positif Dan Negatif Dalam Kepribadian

1.    Sikap Positif


Merupakan wujud nyata dari intensitas perasaan yang memperhatikan hal –
hal positif untuk menyatakan sifat yang positif, seseorang tidak hanya
mengekspresikannya hanya melalui wajah, tetapi juga dengan cara berbicaranya,
dan cara menghadapi masalah.Usaha yang dapat dilakukan untuk menuju sikap
positif adalah :
 Tumbuhkan pada diri sendiri suatu motif yang kuat.
 Selalu mengingatkan diri pada sesuatu yang positif akan diperoleh dari
kebiasaan baru.
 Jangan biarkan perkecualian sebelum kebiasaan baru mengakar di
kehidupan pribadi.
 Berlatih dan berlatih terus dalam setiap kesempatan, tanpa rasa jenuh dan
bosan.
2.    Sikap Negatif
Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada
kesulitan diri dan kegagalan, sikap ini bisa tercermin pada muka muram, sedih suara
parau, penampilan diri yang tidak bersahabat, ketidak menyenangkan, dan tidak
percaya diri.

Untuk menghilangkan sifat negatif adalah :


 Belajar mengenali sifat negatif diri.
 Selalu jujur kepada setiap orang.
 Mengakui sifat negatif yang sudah dilakukan.

2.3.5. Memelihara Dan Memupuk Rasa Percaya Diri Dalam Kepribadian


Rasa pede yang telah tumbuh dalam diri kita pun harus dipelihara dan
dipupuk, supaya meningkat dan memberi efek yang lebih besar. Memelihara dan
memupuk berarti menjaga agar tetap eksim, modal yang kamu miliki adalah :
 Belajar bersyukur.
 Evaluasi diri secara objektif.
 Selalu semangat.
 Terus berekpresi.
 Tulis dan bacalah buku harianmu.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Untuk menanggulangi berbagai permasalahan gizi tersebut dibutuhkan tenaga
kesehatan dan ahli gizi serta ilmuwan yang dinamis, mandiri dan menjunjung etik
profesional yang tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi dalam upaya berbagai
pengembangan ilmu dan pelayanan kesehatan diberbagai bidang termasuk bidang gizi
Adapun ruang lingkup etika profesi gizi yaitu Gizi sebagai profesi dan Ahli gizi
sebagai tenaga kerja profesional
Etika pergaulan itu merupakan tata-cara bergaul yang bermoral dan beradab
baik itu bergaul dengan teman, lebih tua, lebih muda. Etika bergaul itu sangat penting
karena kita sebagai manusia adalah makhluk yang beradab sehingga dengan adanya
etika, itu menunjukkan bahwa kita bukanlah mindless creature.
Pengembangan kepribadian bukanlah hal yang sulit dipelajari dan dijalani.
Karena kepribadian merupakan hal yang bisa tumbuh, dibangun dan diupayakan
sehingga ada faktor – faktor penghambat kepribadian, sikap positif dan negatif dalam
kepribadian

3.2. Saran
Harapan kami kepada para pembaca supaya dapat memberi sebuah kritikan
atau saran terhadap makalah ini, karena makalah ini mempunyai suatu kelebihan dan
kekurangan yang sifatnya mendidik atau membimbing.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Akhmad. Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta : Bulan Bintang, 1975.

Basuki, Sulistyo. Pengantar Kearsipan, Jakarta: Unversitas Terbuka


(Depdikbud),1996.

Hartono. Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, 1996.

Hermawan, Rachman. Etika Kepustakawanan, Jakarta: Sanggung Seto, 2006. hal 64.

Salam, Burhanuddin. Etika Sosial : Asas Moral Dalam Kkehidupan Manusia,


Jakarta : Rineka Cipta,1997. Hal 142.

Tafsir, Akhmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Jakarta : Remaja Rosda,
1991. hal 112.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,1990.

Anda mungkin juga menyukai