AJ Referat - Hipertensi Dalam Kehamilan PDF
AJ Referat - Hipertensi Dalam Kehamilan PDF
Oleh :
Pembimbing :
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui :
KPS PPDS OBGIN
FK UNAND RS. Dr. M. DJAMIL PADANG
Hasil Penilaian
2 Keterampilan
3 Attitude
2
DAFTAR ISI
i
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Definisi dan Klasifikasi Hipertensi pada Wanita Hamil & Tidak Hamil .. 8
Tabel 2 Angka Prevalensi Faktor Resiko Hipertensi Kronis (sumber: ................. 11
Tabel 3 Pemilihan waktu untuk melahirkan pada pasien hipertensi kronis .......... 14
Tabel 4 pemilihan obat hipertensi kronik dengan penyakit penyerta lainnya ....... 14
Tabel 5 klasifikasi dan diagnosis preeklampsia .................................................... 17
Tabel 6 Klasifikasi risiko yang dapat dinilai pada kunjungan antenatal pertama . 24
Tabel 7 Kriteria untuk dilakukan terminasi kehamilan ......................................... 28
Tabel 8 tatalaksana preeklampsi menurut Magee 2018 ........................................ 29
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hipertensi terjadi pada 10-15% seluruh kehamilan di dunia. Ini merupakan
sindrom paling umum yang terjadi sebagai salah satu penyebab utama kematian
ibu dan bayi.1 2
Setiap tahunnya sindrom ini terjadi pada jutaan wanita hamil
yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.3, 4 Berdasarkan data ASEAN
Statistical Report on Millennium Development Goals 2017, angka kematian ibu di
Indonesia pada tahun 2015 menempati urutan kedua tertinggi dengan 305/100.000
kelahiran hidup. Angka ini meningkat pesat dibandingkan pada tahun 2010 lalu
dengan 228 / 100.000 kelahiran hidup.5
Hipertensi dalam kehamilan merupakan diagnosa empiris ketika tekanan
darah sistolik diatas 140 mmHg atau diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi dalam
kehamilan terdiri dari 4 kriteria yaitu hipertensi kronis,, hipertensi kronis dengan
superimposed eklampsi, Hipertensi gestasional, & Preeklampsia-eklampsi.6, 7
Pada beberapa literatur terdapat kriteria tambahan lain seperti White Coat
Hypertension, Masked Hypertension, & Transient Gestational Hypertension5, 8, 9
Preeklampsi merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu setiap
tahunnya dilaporkan 50.000-60.000 orang meninggal dunia.10 Etiologi terjadinya
preeklampsi masih belum diketahui. Tetapi patofiologiny disebabkan oleh
plasenta iskemik dimana terjadi hipoperfusi pada perkembangan plasenta.
Plasenta yang hipoxia mengeluarkan antiangiogenic dan pro inflammatory factor
yang menyebabkan disfungsi endotel pembuluh darah ibu, hipertensi, dan
kerusakan organ lainnya3, 6
Komplikasi maternal karena hipertensi dalam kehamilan yaitu eklampsi,
stroke, dan kerusakan hepar dan ginjal.4 Juga sangat beresiko terjadi hipertensi
1
kronik yang tetap terjadi setelah kehamilan, penyakit cardiovaskular, Gagal ginjal
kronik, stroke iskemik atau pendarahan, dan kematian.11 efek terhadap janin juga
memperlihatkan bahwa hipertensi dalam kehamilan dapat menyebabkan Fetal
Growth restriction dan plasenta abrupsi.12-15
Sangat dibutuhkan tatalaksana yang tepat untuk mencegah terjadinya
preeklampsi dan efek buruk lebih lanjut pada ibu dan janin.16 Manajemen
hipertensi dalam kehamilan terbaik adalah melahirkan bayi dan plasentanya.17
Pengobatan dengan pemberian obat antihipertensi harus diberikan dalam 30-60
menit setelah dikonfirmasi terjadinya hipertensi berat. Obat lini pertama yang
digunakan pada semua jenis hipertensi berat dalam kehamilan adalah Labetalol
dan hydrazaline (jika IV tersedia), atau nifedipin oral.11 18
ACOG & ISSHP saat ini sudah tidak menggunakan klasifikasi
preeklampsi ringan dan berat dikarenakan setiap preeklampsia merupakan kondisi
yang berbahaya dan dapat mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas
secara signifikan dalam waktu singkat, sehingga sekarang preeklampsi
dikategorikan preeklampsi dan preeklampsi dengan gejala berat. Proteinuria tidak
digunakan lagi sebagai prediktor komplikasi maternal pada preeklampsi
berdasarkan hasil penelitian terbaru. 4, 7, 19
Atas dasar besarnya masalah yang muncul akibat dari hipertensi terhadap
ibu dan janin, baik antepartum, inpartu, & postpartum dimana penyakit ini dikenal
sebagai penyakit “Nature Syndrome” dimana sulit diprediksi, tetapi dengan
mengetahui cara skrining awal dan tatacara penanganan yang tepat dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menurunkan angka kematian ibu &
bayi ke depannya. Atas dasar hal demikian, penulis tertarik untuk melakukan
pembuatan refrat mengenai hipertensi dalam kehamilan.
2
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui definisi,
etiologi, faktor risiko, klasifikasi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,
diagnosis banding, komplikasi, tatalaksana dan prognosis dari hipertensi dalam
kehamilan.
3. Tujuan Penulisan
a. Memahami etiologi, faktor risiko, klasifikasi, patogenesis, manifestasi
klinis, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, tatalaksana dan
prognosis hipertensi dalam kehamilan.
b. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang
kedokteran
4. Metoda Penulisan
Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu
kepada beberapa literatur.
3
BAB 2
2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90
mmHg. Sebelumnya peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg atau diastolik
≥ 15 mmHg dari hasil pemeriksaan awal tekanan darah pada pertengahan
kehamilan dimasukkan ke dalam kriteria hipertensi, tetapi saat ini sudah tidak
digunakan, tetapi tetap menjadi perhatian khusus karena beberapa kejang
eclampsia terjadi pada tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.8, 20
4
2.1.3 Klasifikasi & Diagnosa
Klasifikasi dasar Hipertensi dalam kehamilan terdiri 4 kriteria,4, 8, 9, 20 yaitu
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum hamil & atau
usia kehamilan 20 minggu dimana sebelumnya tekanan darah normal.
2. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan >
20 minggu tanpa disertai tanda-tanda preeklamsia dan hipertensi
menghilang setelah 3 bulan postpartum.
3. Preeklamsia-eklamsia
a. Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia kehamilan
20 minggu disertai dengan salah satu gejala yaitu proteinuria,
trombositopenia, kelaian fungsi ginjal, gangguan fungsi liver,
gejala cerebral, pulmonary edema.
b. Preeklampsi dengan gejala berat
c. Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai dengan kejang-kejang
dan/atau koma.
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia adalah hipertensi
kronik disertai tanda-tanda preeklamsia pada > 20 minggu.
Penegakan Diagnosa hipertensi dalam kehamilan menurut Canada
5
International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy (ISSHP) 2018
membagi klasifikasi hipertensi dalam kehamilan kedalam gambar berikut:1
Tabel 1 Pembagian klasifikasi hipertensi dalam kehamilan menurut ISSHP 2018 (Sumber:
Magee LA, von Dadelszen P. State-of-the-Art Diagnosis and Treatment of Hypertension in
Pregnancy. Mayo Clinic proceedings. 2018;93(11):1664-77.)
6
3. Transient Gestasional Hypertension
Merupakan hipertensi yang terjadi pada usia kehamilan > 20 minggu
terdekteksi ≥ 140/90 mmHg saat diperiksa di rumah sakit/klinik tetapi
kembali normal setelah diperiksa lagi dalam beberapa jam kemudian.
Jenis ini beresiko 40% berkembang menjadi true gestational hypertension
atau preeklampsia.
4. Hipertensi Postpartum
Hipertensi yang terjadi pada wanita yang normotensi gestasional yang
menjadi hipertensi pada periode 2 minggu sampai 6 bulan postpartum.
Biasanya terjadi pada pasien yang memiliki riwayat preeclampsia. 9
2.2.1 Definisi
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang terjadi sejak sebelum hamil atau
sebelum usia kehamilan 20 minggu.9, 22
terjadi pada 5% seluruh wanita hamil.
7
Dan 10% diantaranya terjadi pada wanita usia reproduktif. 25-30% wanita dengan
hipertensi kronik berkembang menjadi superimposed eklampsi. Dengan
pemberian terapi lebih awal dapat mengurangi angka kematian ibu dan janin. 16
2.2.2 Klasifikasi
ACOG dan ISSHP menjelaskan klasifikasi hipertensi kronik sebagai
berikut16
Tabel 2 : Definisi dan Klasifikasi Hipertensi pada Wanita Hamil dan Tidak Hamil (Sumber:
Chahine KM, Sibai BM. Chronic Hypertension in Pregnancy: New Concepts for Classification and
Management. American journal of perinatology. 2018.)
8
Meskipun secara umum wanita hipertensi kronik dengan jenis
essential hypertension, tetap harus diperhatikan kemungkinan dari
secondary hypertension.
9
2.2.4 Manajemen / tatalaksana
Dibagi menjadi 2 bagian, yaitu antepartum & postpartum. Berikut adalah
tahapan awal screening hipertensi kronik:
Gambar 3 Alur Pemeriksaan Awal Pasien dengan Hipertensi Kronis (sumber: Chahine KM,
Sibai BM. Chronic Hypertension in Pregnancy: New Concepts for Classification and Management.
American journal of perinatology. 2018.)
10
Berikut ini adalah data efek maternal dan perinatal pada hipertensi kronis:
Tabel 3 Angka Prevalensi Faktor Resiko Hipertensi Kronis (sumber: Chahine KM, Sibai BM.
Chronic Hypertension in Pregnancy: New Concepts for Classification and Management. American
journal of perinatology. 2018.)
11
Berikut ini bagan tatalaksana pasien dengan hipertensi kronis
Gambar 4 Alur Penatalaksanaan Pasien dengan Hipertensi Kronis (sumber: Chahine KM, Sibai
BM. Chronic Hypertension in Pregnancy: New Concepts for Classification and Management.
American journal of perinatology. 2018.
12
Gambar 5 Pilihan Obat Mild-moderate Chronic Hypertension (Sumber: Podymow T, August P.
New Evidence in the Management of Chronic Hypertension in Pregnancy. Seminars in nephrology.
2017;37(4):398-403.)
13
c. Pemberian nifedipin dan MgSo4 yang sama-sama Calcium
antagonist secara bersamaan harus menggunakan monitor tanda-
tanda vital maternal. dapat menyebabkan blok otot halus dan
depresi nafas. 16, 18
Tabel 4 Pemilihan waktu untuk melahirkan pada pasien hipertensi kronis ( sumber: Khalil M
Chahine MD & Baha M MD dalam Chronic Hypertension in Pregnancy: New Concepts for
Classification and Management. 2018)
Tabel 5 pemilihan obat untuk hipertensi kronik dengan penyakit penyerta lainnya ( sumber:
Khalil M Chahine MD & Baha M MD dalam Chronic Hypertension in Pregnancy: New Concepts
for Classification and Management. 2018)
Dari gambar diatas terdapat beberapa jenis obat antihipertensi yang digunakan
sesuai dengan penyakit penyerta pada ibu hamil.
14
Berikut adalah algoritma pemberian terapi anti hipertensi berat
Dari gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 pilihan obat lini
pertama pada hipertensi berat. Pemberian obat antihipertensi disertai dengan
pemberian MgSO4 dalam dosis awal dan lanjutan. Pemberian MgSO4 sebagai
anti kejang, bukan untuk antihipertensi7
15
2.2.6 Manajemen Postpartum
2.4 Preeklampsia
2.4.1 Definisi
Preeklamsia merupakan sindrom spesifik dalam kehamilan yang dapat
memperngaruhi semua sistem organ. Penegakan kriteria preeklampsia tidak hanya
dengan pemeriksaan protein urin, tetapi juga kegagalan multi organ lainnya.
Preeklamsia adalah keadaan serius yang muncul setelah kehamilan 20 minggu
dengan faktor kontribusi utama adalah peningkatan tekanan darah.8
16
2.4.2 Klasifikasi dan Diagnosa
Pembagian preeklampsia ringan dan berat hanya digunakan secara
administratif, seperti dalam coding ICD. Secara klinis dan sesuai literatur terbaru
hanya digunakan istilah preeklampsia dan preeklampsia berat dengan tujuan tidak
meringankan preeklampsia terutama difasilitas kesehatan dasar.
Berikut ini Tabel klasifikasi dan diagnosis hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan8:
Kondisi Kriteria
Hipertensi gestasional TD > 140/90 mmHg setelah 20 minggu dimana
sebelumnya normotensi tanpa diikuti gejala
preeklampsi
Preeklampsi : Hipertensi dengan
Proteinuria ≥ 300mg/ 24 jam, atau
Rasio Protein urin: kreatinin ≥ 0.3, atau
Dipstick 1+ menetap
atau
trombositopeni Trombosit < 100.000/ul
Gangguan ginjal Level kreatinin > 1.1 mg/dL atau meningkat 2x
lipat dari normal
Gangguan liver AST & ALT Meningkat 2x diatas batas normal
Cerebral Symptoms Sakit kepala, gangguan penglihatan, konvulsi
Pulmonary edema Sesak nafas, ronkhi
Microangiopathic hemolysis Peningkatan LDH
Gangguan pertumbuhan janin Oligohidramnion
FGR
Adanya (Absent or Reversed end Diastolic
Velocity) ARDV
Tabel 6 klasifikasi dan diagnosis preeklampsia (sumber: Cunningham L, Bloom, Dashe.
Hypertensive Disorders. Williams Obstetric 25 ed. New York: Mc Graw Hill; 2017. p. 1086-8.)
17
Gambar 7 Gejala klinis Preeklampsia berat ( Sumber: ACOG. Task Force on Hypertension in
Pregnancy. In: James M Roberts PAA, George Bakris, John R. Barton, editor. Classification of
Hypertensive Disorders. Washington DC: ACOG; 2013. p. 13-73.)
18
Gambar 8 Rangkuman Executive hipertensi dalam kehamilan. ( Sumber: ACOG. Task
Force on Hypertension in Pregnancy. In: James M Roberts PAA, George Bakris, John R. Barton,
editor. Classification of Hypertensive Disorders. Washington DC: ACOG; 2013. p. 13-73.)
2.4.3 Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai sekarang belum dapat diketahui dengan pasti.
Banyak teori-teori dikemukakan tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban
yang memuaskan tentang penyebabnya sehingga disebut sebagai “penyakit teori”8,
12
19
inkomplet karena invasi trofoblas yang dangkal. Pembuluh desidua akan dilapisi
oleh trofoblas endovaskular. Arteriola miomerrium yang lebih dalam tidak
kehilangan lapisan endotel dan jaringan muskuloelastik dan rerata diameter
eksternal hanya setengah diameter pembuluh pada plasenta normal.3, 8
Pada gambar di atas gambar sebelah kiri : kehamilan normal terjadi perubahan
pada cabang arteri spiralis dari dinding otot yang tebal menjadi dinding pembuluh
darah yang lunak sehingga memungkinkan terjadinya sejumlah aliran darah ke
uteroplasenta. Sedangkan pada gambar sebelah kanan : preeklampsia, perubahan
arteri spiralis ini tidak terjadi dengan sempurna sehingga dinding otot tetap kaku
dan sempit dan akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke sirkulasi
uteroplasenta yang mengakibatkan hipoksia di plasenta yang berakibat
terganggunya pertumbuhan janin intra uterin hingga kematian bayi.23
20
2.4.4 Patofisiologi
Plasenta merupakan kunci utama dalam patogenesis Hipertensi Dalam
Kehamilan (HDK). Karena awal terjadi dan berakhirnya HDK berhubungan
dengan ada atau tidaknya plasenta, dan hanya melepaskan plasenta dapat
menghilangkan gejala preeklampsi. Plasenta menghubungkan perkembangan fetus
dengan sistem uterus dengan krusial dengan peran krusial seperti transpor Gas,
nutrisi dan limbah fetus dan ibu, imunoproteksi dan pelepasan zat kimia yang
dibutuhkan dalam kehamilan.3, 10
Plasenta iskemik merupakan pusat keluarnya berbagai kimia dan sinyal
sebagai pencetus hipertensi dalam kehamilan. Konsep ini terkenal dengan “two
stage theory”. Stage 1 berupa banyak faktor termasuk genetik, imunologi,
pengaruh lingkungan yang dapat menyebabkan plasentasi abnormal sehingga
aliran darah berkurang sehingga terjadi plasenta iskemik. Pada Stage 2 dimana
plasenta mengeluarkan kimiawi atau molekul ke dalam sirkulasi3, 10, 24, 25
21
Gambar 11 Skema preeklampsia (Sumber : Williams Obstetric, 25rd edition. 2017)
Gambar 12 plasenta iskemik berdasarkan 3 kondisi (Sumber: Gao Q, Tang J, Li N, Liu B, Zhang
M, Sun M, et al. What is precise pathophysiology in development of hypertension in pregnancy?
22
Precision medicine requires precise physiology and pathophysiology. Drug discovery today.
2018;23(2):286-99.)
Suatu kondisi lokal iskemik seperti pada plasenta berhubungan dengan sistem
vaskular atas 3 kondisi,yaitu peningkatan resisten vaskular, berkurangnya
vaskular tone, dan perubahan diameter pembuluh darah yang pada akhirnya
menyebabkan plasenta iskemik.3 teori yang menyatakan penyebab terjadinya
preeklampsi adalah teori keseimbangan antara faktor angiogenic dan anti-
angiogenik. Dengan pengukuran sirkulasi protein angiogenic dan anti-angiogenik
dapat membedakan preeklampsi dengan gestasional hipertensi dan kronik
glomerulonefritis10 selain itu karena terjadi disfungsi plasenta mengeluarkan
mediator patogen kedalam darah ibu yang menyebabkan disfunsi endotelial
semua,gangguan koagulasi, hipertensi, dan disfungsi organ15
Kehamilan pertama
Riwayat Eklampsia atau Preeklampsi pada hamil sebelumnya
Jarak anak sebelumnya >10 tahun
Usia > 40 tahun
Riwayat Preeklampsia pada keluarga (ibu & saudara perempuan)
Memiliki riwayat penyakit Hipertensi, ginjal & diabetes.
Multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru
Kehamilan multipel
Sindrom antifosfolipid (APS)
Kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit, dan embrio
Obesitas sebelum hamil26
23
klinis karena penyakit tersebut. Dan tersier merupakan berupa tatalaksana. Yang
akan dibahas pada bagian ini pencegahan primer dan sekunder. 27
Pencegahan primer
Dilakukan dengan menelaah Faktor risiko yang telah diidentifikasi pada
kunjungan awal antenatal. Berdasarkan hasil penelitian dan panduan Internasional
terbaru kami membagi dua bagian besar faktor risiko yaitu risiko tinggi / mayor
dan risiko tambahan / minor. 27
Tabel 7 Klasifikasi risiko yang dapat dinilai pada kunjungan antenatal pertama (Sumber:
POGI Cabang Jawa Barat. Panduan Praktek Klinis Hipertensi Dalam Kehamilan 2018. Diakses
Oktober 2018. dari: https://www.scribd.com/doc/254569755/PNPK-Preeklampsia-POGI)
24
Pencegahan Sekunder
Istirahat
Istirahat dirumah tidak direkomendasikan untuk pencegahan primer
eklampsi. Tirah baring tidak direkomendasikan untuk memperbaiki luaran
pada wanita hamil dengan hipertensi (dengan atau tanpa proteinuria).
Restriksi garam
Pembatasan garam untuk mencegah terjadinya preeklampsi masih
kontroversi. Diet makanan harus dikonsulkan ke ahli gizi. Disarankan
garam yang dikomsumsi 2-4gr/hari2
Aspirin dosis rendah
Hasil penelitian penggunaan aspirin setelah 16 minggu kehamilan dapat
mengurangi insidensi 10%. ACOG 2013 merekomendasikan penggunaan
aspirin dosis rendah (60-80mg/hari) direkomendasikan untuk prevensi
preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi. Aspirin dosis rendah
sebaiknya digunakan sebelum usia gestasi 16 minggu sampai 37 minggu.
Suplemen Kalsium
Suplementasi kalsium minimal 1 g/hari direkomendasikan terutama pada
wanita dengan asupan kalsium yang rendah
Suplemen antioksidan
Pemberian vitamin C dan E dosis tinggi tidak menurunkan risiko
hipertensi dalam kehamilan, preeklampsia dan eklampsia, serta berat lahir
bayi rendah, bayi kecil masa kehamilan atau kematian perinatal. Sehingga
tidak direkomendasikan. 6, 9, 19
25
maternal seperti gagal ginjal, sindrom HELLP, angka seksio sesar, atau
solusio plasenta. Sebaliknya dapat memperpanjang usia kehamilan, serta
mengurangi morbiditas perinatal seperti penyakit membran hialin,
necrotizing enterocolitis, kebutuhan perawatan intensif dan ventilator
serta lama perawatan. Berat lahir bayi rata – rata lebih besar pada
manajemen ekspektatif, namun insiden pertumbuhan janin terhambat
juga lebih banyak. 27
Pemberian kortikosteroid mengurangi kejadian sindrom gawat
napas, perdarahan intraventrikular, infeksi neonatal serta kematian
neonatal.7, 27
26
Tatalaksana Ekspetatif pada Preeklampsi
Gambar 13 Alur manajemen ekspetatif (Sumber: POGI Cabang Jawa Barat. Panduan Praktek Klinis
Hipertensi Dalam Kehamilan2018 Oktober 2018. Available from:
https://www.scribd.com/doc/254569755/PNPK-Preeklampsia-POGI._)
27
Rekomendasi:
Manajemen ekspektatif dipertimbangkan pada kasus preeklampsi
pada usia kehamilan 26-34 minggu bertujuan untuk memperbaiki
luaran perinatal
Perawatan poliklinis secara ketat dapat dilakukan pada kasus
preeklampsia tanpa gejala berat.
Evaluasi ketat yang dilakukan adalah:
Evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap hari oleh
pasien
Evaluasi tekanan darah 2 kali dalam seminggu secara
poliklinis
Evaluasi jumlah trombosit dan fungsi liver setiap minggu
Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara berkala (dianjurkan 2
kali dalam seminggu)
Jika didapatkan tanda pertumbuhan janin terhambat, evaluasi
menggunakan Doppler velocimetry terhadap arteri umbilikal
direkomendasikan.18, 27
Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan patokan untuk dilakukan terminasi
segera:27
28
2.4.8 Terapi Farmakologi pada Preeklampsia
Tabel 9 tatalaksana preeklampsi menurut Magee 2018 (Sumber: Magee LA, von Dadelszen P.
State-of-the-Art Diagnosis and Treatment of Hypertension in Pregnancy. Mayo Clinic proceedings.
2018;93(11):1664-77)
Antihipertensi diberikan terutama bila tekanan darah sistolik > 160 mmHg
dan diastolik > 110 mmHg. Untuk keadaan gawat darurat dapat diberikan
nifedipin 10 mg per oral dan dapat diulangi setiap 30 menit (maksimal 120 mg/24
jam) sampai terjadi penurunan MABP 20% . Selanjutnya diberikan dosis rumatan
3x10mg ( pemberian nifedipine tidak diperkenankan diberikan sub lingual).
Nikardipine diberikan bila tekanan darah ≥ 180/110 mmHg/ hipertensi emergensi
29
dengan dosis 1 ampul 10 mg dalam larutan 50cc per jam atau 2 ampul 10 mg
dalam larutan 100cc tetes per menit mikro drip. Pelarut yang tidak dapat
digunakan adalah ringer laktat dan bikarbonat natrikus.27 20
30
disebabkan akibat hipotensi relatif setelah pemberian penghambat kanal
kalsium.27
Metildopa, agonis reseptor-α yang bekerja di sistem saraf pusat, adalah
obat antihipertensi yang paling sering digunakan untuk wanita hamil dengan
hipertensi kronis. Digunakan sejak tahun 1960, metildopa mempunyai batas aman
yang luas (paling aman). Walaupun metildopa bekerja terutama pada sistem saraf
pusat, namun juga memiliki sedikit efek perifer yang akan menurunkan tonus
simpatis dan tekanan darah arteri. Frekuensi nadi, curah jantung, dan aliran darah
ginjal relatif tidak terpengaruh. Efek samping pada ibu antara lain letargi, mulut
kering, mengantuk, depresi, hipertensi postural, anemia hemolitik dan hepatitis
yang disebabkan obat.1 21
Hydralazine merupakan obat antihipertensi yang banyak digunakan di
Amerika Serikat untuk terapi pada perempuan yang mengalami hipertensi
gestasional berat. Hydralazine diberikan secara intravena dalam dosis inisial 5 mg,
diikuti dengan dosis 5 hingga 10 mg dalam interval 15- 20 menit hingga
tercapainya respons yang diharapkan.9 Hydralazine yang diberikan dengan cara
tadi telah terbukti sangat efektif dalam mencegah perdarahan otak. Awitan
kerjanya dapat secepat l0 menit. Meskipun secara teoritis, pemberian berulang
tiap 15 hingga 20 menit dapat menyebabkan hipotensi yang tidak diharapkan.
Didalam penelitian Patel dkk 2017, Hydralazine mempunyai efikasi yang sama
dengan labetalol.8, 17
Atenolol merupakan penghambat β- kardioselektif bekerja pada reseptor
β1 dibandingkan β 2). Atenolol dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
terutama digunakan untuk jangka waktu yang lama selama kehamilan atau
diberikan pada trimester pertama, sehingga penggunaannya dibatasi pada keadaan
pemberian antihipertensi lainnya tidak efektif.27
31
saraf dengan menghambat transmisi neuromuscular yang membutuhkan kalsium
pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium akan menggeser
kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi.8, 27
Cara pemberian MGSO4 menurut Guideline RCOG merekomendasikan
dosis loading magnesium sulfat 4-6 g selama 5 – 10 menit, dilanjutkan dengan
dosis pemeliharaan 1-2 g/jam selama 24 jam post partum atau setelah kejang
terakhir, kecuali terdapat alasan tertentu untuk melanjutkan pemberian
magnesium sulfat. MgSo4 dalam dilakukan dengan pemberian intravena dan
intramuscular. Dari penelitian tidak ada perbedaan signifikan untuk tingkat
keefektifannya. 8, 27
32
2.4 Eklampsia
33
diterminasi meskipun masih preterm karena wanita tersebut sangat
beresiko terjadinya abrupsi plasenta, pendarahan serebral, dan gagal
jantung peripartum. Tatalaksana dan manajemen superimposed eclampsia
dengan gejala berat sama dengan preeklampsi dengan gejala berat-
eclampsia. 8, 27
34
KESIMPULAN
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang terjadi sejak sebelum hamil atau
sebelum usia kehamilan 20 minggu. terjadi pada 5% seluruh wanita hamil. Dan
10% diantaranya terjadi pada wanita usia reproduktif. 25-30% wanita dengan
hipertensi kronik berkembang menjadi superimposed eklampsi.9, 22
Dengan
pemberian terapi lebih awal dapat mengurangi angka kematian ibu dan janin.
Terdiri dari 2 jenis dari tingkat keparahan (Mild-Moderate Chronic hypertension
& Severe Chronic hypertension), dan berdasarkan etiologinya Essential &
secondary Chronic hypertension. Obat lini pertama untuk mild-severe chronic
hypertension yaitu metildopa. Lini kedua nifedipine, labelatol dan Hydralazine.16,
18
35
preeklampsi sampai saat ini masih belum dapat ditentukan. Secara patofiologi
disebabkan oleh iskemik plasenta yang terdiri dari 2 tingkatan1, 8
Pencegahan terjadinya preeklampsi dapat dilakukan dengan pemberian
aspirin dosis rendah secara rutin (60-80mg/hari) dimulai pada 16 sampai 37
minggu kehamilan, aktivitas fisik rutin, komsumsi suplemen kalsium 1gr/hari. dan
pembatasan penggunaan garam tidak direkomendasikan. 6, 9, 19
36
DAFTAR PUSTAKA
37
13. Du MC, Ouyang YQ, Nie XF, Huang Y, Redding SR. Effects of physical
exercise during pregnancy on maternal and infant outcomes in
overweight and obese pregnant women: A meta-analysis. Birth. 2018.
14. Miller MJ, Butler P, Gilchriest J, Taylor A, Lutgendorf MA. Implementation
of a standardized nurse initiated protocol to manage severe hypertension
in pregnancy. The journal of maternal-fetal & neonatal medicine : the
official journal of the European Association of Perinatal Medicine, the
Federation of Asia and Oceania Perinatal Societies, the International
Society of Perinatal Obstet. 2018:1-7.
15. Webster LM, Gill C, Seed PT, Bramham K, Wiesender C, Nelson-Piercy C,
et al. Chronic hypertension in pregnancy: impact of ethnicity and
superimposed preeclampsia on placental, endothelial, and renal
biomarkers. American journal of physiology Regulatory, integrative and
comparative physiology. 2018;315(1):R36-R47.
16. Chahine KM, Sibai BM. Chronic Hypertension in Pregnancy: New Concepts
for Classification and Management. American journal of perinatology.
2018.
17. Patel P, Koli D, Maitra N, Sheth T, Vaishnav P. Comparison of Efficacy and
Safety of Intravenous Labetalol Versus Hydralazine for Management of
Severe Hypertension in Pregnancy. Journal of obstetrics and gynaecology
of India. 2018;68(5):376-81.
18. Committee on Obstetric P. Committee Opinion No. 692: Emergent
Therapy for Acute-Onset, Severe Hypertension During Pregnancy and the
Postpartum Period. Obstetrics and gynecology. 2017;129(4):e90-e5.
19. Brown MA, Magee LA, Kenny LC, Karumanchi SA, McCarthy FP, Saito S, et
al. The hypertensive disorders of pregnancy: ISSHP classification,
diagnosis & management recommendations for international practice.
Pregnancy hypertension. 2018;13:291-310.
20. Carol Lai M, Stephanie A. Coulter M, Amy Woodruff M. Hypertension and
Pregnancy. Texas Heart Institute Journal. 2017;44:350-8.
21. Dymara-Konopka W, Laskowska M, Oleszczuk J. Preeclampsia - Current
Management and Future Approach. Current pharmaceutical
biotechnology. 2018.
22. Podymow T, August P. New Evidence in the Management of Chronic
Hypertension in Pregnancy. Seminars in nephrology. 2017;37(4):398-403.
23. Treatment of Severe Persistent Hypertension in Pregnancy. Maine
Medical Partners. (Hypertensive Disorders in Pregnancy). 2017;4:2-8.
24. Przybyl L, Haase N, Golic M, Rugor J, Solano ME, Arck PC, et al. CD74-
Downregulation of Placental Macrophage-Trophoblastic Interactions in
Preeclampsia. Circulation research. 2016;119(1):55-68.
25. Zhang D, Liu H, Zeng J, Miao X, Huang W, Chen H, et al. Glucocorticoid
exposure in early placentation induces preeclampsia in rats via interfering
trophoblast development. General and comparative endocrinology.
2016;225:61-70.
38
26. Vineeta Singh MS. Associated risk factors with pregnancy-induced
hypertension: A hospital-based KAP study. International Journal of
Medicine and Public Health. 2015;5(1):59-61.
27. POGI (Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia) Cabang Jawa Barat.
Panduan Praktek Klinis Hipertensi Dalam Kehamilan. 2018. diakses
Oktober 2018. tersedia di
https://www.scribd.com/doc/254569755/PNPK-Preeklampsia-POGI.
39