Carpal Tunnel Syndrome Sebagai Penyakit Okupasi
Carpal Tunnel Syndrome Sebagai Penyakit Okupasi
Terjemahan dari
Hilda Citrajaya
1202006070
Pembimbing
DIVISION OF SURGERY
FACULTY OF MEDICINE
UDAYANA UNIVERSITY
DENPASAR
2017
Carpal Tunnel Syndrome Sebagai Penyakit Okupasi
Klaus Giersiepen, Michael Spallek
Deutsches Ärzteblatt International | Dtsch Arztebl Int 2011; 108(14): 238–42
Ringkasan
Latar Belakang
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) telah terdaftar sejak tahun 2003 dalam daftar
penyakit okupasi Uni Eropa. Pada tahun 2001 CTS menempati tempat keenam
dalam frekuensi diantara semua penyakit okupasi lainnya yang diakui di Uni
Eropa. CTS tidak terdaftar sebagai penyakit okupasi di Jerman hingga Juli 2009,
ketika panel penasihat ahli medis dari Kementerian Tenaga Kerja dan Sosial
Federal Jerman mengeluarkan dokumen evaluatif yang mendudukng pendaftaran
CTS dalam daftar penyakit okupasi.
Metode
Kami secara selektif mengulas literatur mengenai potensi kegiatan dalam okupasi
sebagai penyebab CTS.
Hasil
Tugas pekerjaan manual yang berulang-ulang yang melibatkan fleksi dan ekstensi
pada pergelangan tangan, pegangan kuat dengan tangan,dan / atau getaran dari
tangan dan lengan, seperti yang diinduksi (misalnya) dengan alat getar genggam,
dapat merusak saraf median dan menyebabkan CTS. Kombinasi eksposur tersebut
telah ditemukan dapat meningkatkan risiko CTS. Eksposur berbahaya timbul
dalam berbagai macam pekerjaan; dalam menilai apakah suatu kasus CTS berasal
dari okupasi, dokter harus mempertimbangkan tugas manual yang sebenarnya
dilakukan oleh pasien, bukan hanya nama pekerjaan. Bekerja menggunakan
keyboard komputer tampaknya tidak meningkatkan risiko CTS.
Kesimpulan
Penyebab dari CTS oleh kegiatan okpuasi, baik sebagai faktor tunggal atau dalam
kombinasi dengan faktor-faktor lain, telah didokumentasikan dengan baik oleh
data epidemiologi dan masuk akal secara patofisiologi. Di Jerman, dokter yang
mendiagnosis sindrom carpal tunnel pada karyawan dengan yang paparan okupasi
yang relevan dan membahayakan, diwajibkan untuk melaporkan kasus ini ke
Asuransi Kecelakaan Sosial Jerman.
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan hasil dari kompresi, biasanya
kronis, saraf median pada pergelangan tangan. CTS adalah satu neuropati
kompresi yang mudah didiagnosis dan, di Jerman, memenuhi kriteria
patofisiologis resmi Penyakit Okupasi no 2106 (“Defisit Neruologis diakibatkan
oleh Kompresi”). Pada revisi terbaru penyakit okupasi yang diakui pada tahun
2001, walaupun demikian, dengan pengatur otoritas mengeksklusi CTS-bersama
dengan penyakit pada tulang belakang yang timbul dari diskus intervertebralis (1).
CTS telah terdaftar sebagai penyakit okupasi nomor 506.45 pada daftar penyakit
okupasi Uni Eropa sejak tahun 2003, dan diakui sebagai penyakit okupasi pada 9
dari yang dahulu 12 anggota Uni Eropa sejak tahun 2001. Pada saat itu CTS
menempati urutan 6 diantara penyakit okupasi yang diakui (2). Di Skandinavia,
beserta negara-negara diluar Eropa, kompensasi untuk penyakit yang timbul
sepenuhnya atau sebagian dari okupasi diperkenalkan bertahun0tahun yang lalu
(3,4). Pada tahun 2009, Kementerian Tenaga Kerja dan Sosial Federal Jerman
mengeluarkan tulisan penelitian ilmiah dari panel penasihat ahli medis yang
mendukung pencatatan CTS sebagai penyakit okupasi (5).
Gejala klinis dari CTS meliputi gejala iritatif seperti paresthesia nocturnal,
nyeri spontan yang ditandai oleh radiasi proximal, “tanda getar” (hilangnya gejala
setelah mengepakkan tangan dengan kuat dan cepat), deficit saraf, dan hasil
positif pada tes provokasi standar. Hal-hal tersebut meliputi tanda Tinel, dipicu
oleh perkusi dari carpal tunnel; pasien melaporkan nyeri menyerupai sengatan
listrik sepanjang aliran safar mendian hingga ke ujung jari (Gambar 1). Pada tes
Phalen, parestesi pada area yang dilayani saraf median disebabkan oleh topangan
lawanan antar tangan dalam posisi fleksi palmar penuh; parestesi mulai terjadi
setelah 30 detik -120 detik mempertahankan posisi tersebut (Gambar 2). Walapun
demikian, tidak ada salah satu diantara gejala klinis cukup untuk menegakkan
diagnosis CTS. Biasanya terdapat deficit motoric dan sensorik pada area yang
dilayani oleh saraf median. Satu parameter esensial, objektif dan dapat dilihat
berulang kali adalah perubahan patologis pada kecepatan konduksi motoric dan
sensorik (6, e2).
Gambar
Gambar12 : Tes TesPhalen.
Tinel. Diambil
Diambilseizin
seizin dariecomed
dari (e1) (e1) Verlag
ecomedMedizin,
Verlag
Medizin, Landsberg,
Landsberg, Jerman Jerman
Dalam sebuah laporan dari Swedia Utara, Atroshi et al. memastikan hasil
perbedaan tingginya prevalensi pada wanita dibandikan laki-laki. Sebuah survei
dimana wanita usia 25 hingga 74 tahun ditanyakan mengenai gejala mendapatkan
hasil 17.3%. Pemeriksaan klinis dari kelompok yang sama hanya menunjukan
prevalensi 4.6%. Berdasarkan pemeriksaan elektrofisiologis saja, 5.2% dari
seluruh wanita memiliki CTS. Jika hasil positif pemeriksaan klinis dan temuan
pemeriksaan elektrofisilogis yang patologis dibutuhkan untuk diagnosis CTS,
prevalensi menjadi 3.0% dari seluruh wanita. Untuk laki-laki di Utara Swedia,
prevalensi CTS adalah 10.4% (survei), 2.8% (pemeriksaan klinis), (4.3%
(pemeriksaan elektrofisiologi), dan 2.1% (pemeriksaan klinis dan elektrofisiologi)
(8).
Dengan persentase CTS yang sama di Jerman, diantara 818,000 hingga 4,7
juta wanita dan 570,000 hingga 2.8 juta laki-laki berusia 25 hingga 74 tahun akan
mengalami CTS.
Di Siena (Itali), insiden tahunan adalah 13,9 per 10,000 orang-tahun untuk
laki-laki dan 50.6 per 10,000 orang-tahun untuk wanita. Insiden puncak pada
wanita terdapat pada kelompok usia 50 hingga 59 tahun, sementara pada laki-laki
terdapat dua titik puncak, satu pada kelompok usia 50 hingga 59 tahun dan 70
hingga 79 tahun (15). Prevalensi operasi CTS tertinggi pada populasi umum
tercatat di Ontario (Kanada) pada tahun 1988: 37 per 10,000 wanita usia 50
hingga <55 tahun, dan 24 per 10,000 laki-laki usia 75 hingga <80 tahun (16).
Terdapat bukti patofisiologi dan epidemiologi yang cukup untuk hubungan sebab-
akibat yang dapat diasumsikan diantara tugas manual pada berbagai okupasi dan
kejadian CTS (18-20) (Box 1).
Karakteristik umum pada tugas tersebut adalah gerakan tangan yang dapat
menyebabkan peningkatan volume jaringan dalam terowongan karpal dan
berujung pada peningkatan tekanan terhadap saraf median. Tugas-tugas semacam
itu dapat menjadi bagian dari pekerjaan berbagai okupasi yang berbeda (Gambar
3). Dalam menilai kemungkinan hubungan akibat dalam suatu kasus, seorang
perlu melihat pekerjaan yang sesungguhnya dikerjakan, tidak hanya nama jabatan
pekerjaan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kombinasi faktor yang
berhubungan dengan pekerjaan dapat menyebabkan peningkatan resiko CTS.
Secara khusus, dapat diasumsikan bahwa bekerja dengan alat getar genggam
meliputi genggaman erat dengan jari-jari dan maka dari itu postur yang
dipaksakan dari jari dan pergelangan, agar beberapa komponen eksposur muncul
bersamaan (18,19). Ulasan terbaru mengindikasikan, sebagai contoh, bahwa CTS
dapat dikaitkan dengan faktor yang berhubungan dengan pekerjaan pada orang
dengan okupasi yang meliputi rata-rata >4kg kekuatan tangan atau tugas berulang
denganwaktu putaran <10 detik, atau tugas berulang serupa lebih dari setengah
waktu siklus (20).
Waktu Latensi
Hal ini juga disadari oleh panel penasihat ahli medis Kementerian Tenaga
Kerja dan Sosial Federal Jerman dengan publikasi pembuktian ilmiah, dengan
konsekuensi bahwa masalah pdalam penilaian akan menjadi subjek untuk studi
edepan.
Mengurangi Kapasitas Pendapatan dan Kompensasi yang dapat
Diharapkan
Pesan Kunci
Sejak 2001, CTS menempati urutan ke-6 diantara penyakit okupasi yang
diakui di Uni Eropa.
Di Jerman, pengakuan CTS sebagai penyakit okupasi menjadi mungkin
pada tahun 2009.
Efek buruk dapat diharapkan sebagai hasil aktivitas yang meliputi
gerakan tangan fleksi dan ekstensi pada pergelangan tangan, tugas
dengan genggaman tangan yang kuat, dan eksposur terhadap alat getar
genggam yang menuntun pada peningkatan tekanan terowongan karpal.
Kombinasi dari faktor tersebut meningkatkan resiko CTS.
Laporan resmi penyakit okupasi harus dikumpulkan ketika diagnosis
CTS sudah dikonfirmasi dan pekerjaan pasien meliputi eksposur faktor
yang mempuruk dalam periode beberapa bulan.
Hingga saat ini, tidak ada peningkatan resiko yang telah terbukti untuk
pekerjaan kantor secara umum ataupun penggunaan keyboard computer
secara khusus.
DAFTAR PUSTAKA
3. Gorsche RG, Wiley JP, Brant R, Renger RF, Sasyniuk TM, Burke N:
Comparison of outcomes of untreated carpal tunnel syndrome and asymptomatic
controls in meat packers. Occup Med (Lond) 2002;52: 491–6.
www.uni-duesseldorf.de/AWMF/ll/005–003m.htm
16. Liss GM, Armstrong C, Kusiak RA, Gailitis MM: Use of provincial health
insurance plan billing data to estimate carpal tunnel syndrome morbidity and
surgery rates. Am J Ind Med 1992; 22: 395–409.
17. McDiarmid M, Oliver M, Ruser J, Gucer P: Male and female rate differences
in carpal tunnel syndrome injuries: personal attributes or job tasks? Environ Res
2000; 83: 23–32.
18. Bernard BP, (ed.): Musculoskeletal disorders and workplace factors. A critical
review of epidemiologic evidence for work-related musculoskeletal disorders of
the neck, upper extremity, and low back. US Department of Health and Human
Services, National Institute for
19. Palmer KT, Harris EC, Coggon D: Carpal tunnel syndrome and its relation to
occupation: a systematic literature review. Occup Med 2007; 57: 57–66.
20. van Rijn RM, Huisstede BMA, Koes BW, Burdorf A: Associations between
work-related factors and the carpal tunnel syndrome – a systematic review. Scand
J Work Environ Health 2009; 35: 19–35.
21. Andersen JH, Thomsen JF, Overgaard E, et al.: Computer use and carpal
tunnel syndrome: a 1-year follow-up study. JAMA 2003; 2963–9.
22. Masear VR, Hayes JM, Hyde AG: An industrial cause of carpal tunnel
syndrome. J Hand Surg [Am] 1986; 11: 222–7.
23. Gorsche RG, Wiley JP, Renger RF, Brant RF, Gemer TY, Sasyniuk TM:
Prevalence and incidence of carpal tunnel syndrome in a meat packing plant.
Occup Med 1999; 56: 417–22.
24. Chiang HC, Ying-Chi KO, et al.: Prevalence of shoulder and upperlimb
disorders among workers in the fish-processing industry. Scand J Work Environ
Health 1993; 19: 126–31.
25. Armstrong T, Dale AM, Franzblau A, Evanoff BA: Risk factors for carpal
tunnel syndrome and median neuropathy in a working population. J Occup
Environ Med 2008; 50: 1355–64.
DAFTAR PUSTAKA ELEKTRONIK