Anda di halaman 1dari 15

JOURNAL READING

Sindrom Terowongan Karpal Sebagai Penyakit Okupasi

Terjemahan dari

Carpal Tunnel Syndrome as an Occupational Disease

Hilda Citrajaya

1202006070

Pembimbing

dr. Made Bramantya Karna, Sp.OT (K)

DIVISION OF SURGERY
FACULTY OF MEDICINE
UDAYANA UNIVERSITY
DENPASAR
2017
Carpal Tunnel Syndrome Sebagai Penyakit Okupasi
Klaus Giersiepen, Michael Spallek
Deutsches Ärzteblatt International | Dtsch Arztebl Int 2011; 108(14): 238–42
Ringkasan
Latar Belakang
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) telah terdaftar sejak tahun 2003 dalam daftar
penyakit okupasi Uni Eropa. Pada tahun 2001 CTS menempati tempat keenam
dalam frekuensi diantara semua penyakit okupasi lainnya yang diakui di Uni
Eropa. CTS tidak terdaftar sebagai penyakit okupasi di Jerman hingga Juli 2009,
ketika panel penasihat ahli medis dari Kementerian Tenaga Kerja dan Sosial
Federal Jerman mengeluarkan dokumen evaluatif yang mendudukng pendaftaran
CTS dalam daftar penyakit okupasi.
Metode
Kami secara selektif mengulas literatur mengenai potensi kegiatan dalam okupasi
sebagai penyebab CTS.
Hasil
Tugas pekerjaan manual yang berulang-ulang yang melibatkan fleksi dan ekstensi
pada pergelangan tangan, pegangan kuat dengan tangan,dan / atau getaran dari
tangan dan lengan, seperti yang diinduksi (misalnya) dengan alat getar genggam,
dapat merusak saraf median dan menyebabkan CTS. Kombinasi eksposur tersebut
telah ditemukan dapat meningkatkan risiko CTS. Eksposur berbahaya timbul
dalam berbagai macam pekerjaan; dalam menilai apakah suatu kasus CTS berasal
dari okupasi, dokter harus mempertimbangkan tugas manual yang sebenarnya
dilakukan oleh pasien, bukan hanya nama pekerjaan. Bekerja menggunakan
keyboard komputer tampaknya tidak meningkatkan risiko CTS.
Kesimpulan
Penyebab dari CTS oleh kegiatan okpuasi, baik sebagai faktor tunggal atau dalam
kombinasi dengan faktor-faktor lain, telah didokumentasikan dengan baik oleh
data epidemiologi dan masuk akal secara patofisiologi. Di Jerman, dokter yang
mendiagnosis sindrom carpal tunnel pada karyawan dengan yang paparan okupasi
yang relevan dan membahayakan, diwajibkan untuk melaporkan kasus ini ke
Asuransi Kecelakaan Sosial Jerman.
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan hasil dari kompresi, biasanya
kronis, saraf median pada pergelangan tangan. CTS adalah satu neuropati
kompresi yang mudah didiagnosis dan, di Jerman, memenuhi kriteria
patofisiologis resmi Penyakit Okupasi no 2106 (“Defisit Neruologis diakibatkan
oleh Kompresi”). Pada revisi terbaru penyakit okupasi yang diakui pada tahun
2001, walaupun demikian, dengan pengatur otoritas mengeksklusi CTS-bersama
dengan penyakit pada tulang belakang yang timbul dari diskus intervertebralis (1).
CTS telah terdaftar sebagai penyakit okupasi nomor 506.45 pada daftar penyakit
okupasi Uni Eropa sejak tahun 2003, dan diakui sebagai penyakit okupasi pada 9
dari yang dahulu 12 anggota Uni Eropa sejak tahun 2001. Pada saat itu CTS
menempati urutan 6 diantara penyakit okupasi yang diakui (2). Di Skandinavia,
beserta negara-negara diluar Eropa, kompensasi untuk penyakit yang timbul
sepenuhnya atau sebagian dari okupasi diperkenalkan bertahun0tahun yang lalu
(3,4). Pada tahun 2009, Kementerian Tenaga Kerja dan Sosial Federal Jerman
mengeluarkan tulisan penelitian ilmiah dari panel penasihat ahli medis yang
mendukung pencatatan CTS sebagai penyakit okupasi (5).

Pada artikel ini kami membahas argumen-argumen ilmiah untuk inklusi


CTS dalam daftar penyakit okpuasi Jerman khususnya berkaitan dengan
hubungan sebab-akibat dengan aktivitas okupasi yang di deskripsikan di literature.
Terlebih, kami menjelaskan pada kasus apa sebuah laporan penyakit okupasi
harus dikumpulkan ke badan asuransi yang bertanggungjawab (German Social
Acident Insurance) dana pa yang bisa diharapkan sebagai kompensasi.

Gejala Klinis dan Diagnosis:

Gejala klinis dari CTS meliputi gejala iritatif seperti paresthesia nocturnal,
nyeri spontan yang ditandai oleh radiasi proximal, “tanda getar” (hilangnya gejala
setelah mengepakkan tangan dengan kuat dan cepat), deficit saraf, dan hasil
positif pada tes provokasi standar. Hal-hal tersebut meliputi tanda Tinel, dipicu
oleh perkusi dari carpal tunnel; pasien melaporkan nyeri menyerupai sengatan
listrik sepanjang aliran safar mendian hingga ke ujung jari (Gambar 1). Pada tes
Phalen, parestesi pada area yang dilayani saraf median disebabkan oleh topangan
lawanan antar tangan dalam posisi fleksi palmar penuh; parestesi mulai terjadi
setelah 30 detik -120 detik mempertahankan posisi tersebut (Gambar 2). Walapun
demikian, tidak ada salah satu diantara gejala klinis cukup untuk menegakkan
diagnosis CTS. Biasanya terdapat deficit motoric dan sensorik pada area yang
dilayani oleh saraf median. Satu parameter esensial, objektif dan dapat dilihat
berulang kali adalah perubahan patologis pada kecepatan konduksi motoric dan
sensorik (6, e2).

Gambar
Gambar12 : Tes TesPhalen.
Tinel. Diambil
Diambilseizin
seizin dariecomed
dari (e1) (e1) Verlag
ecomedMedizin,
Verlag
Medizin, Landsberg,
Landsberg, Jerman Jerman

CTS merupakan lesi saraf perifer non-trauma paling umum. Wanita


mengalami 3 hingga 10 kali lebih sering daripada laki-laki, dan tidak jarang CTS
terjadi bilateral (7).

Prevalensi: Kriteria Pendaftaran Dapat Menentukan

Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan CTS memainkan peran


yang patut diperhitungkan dalam menegakkan prevalensi. Literatur menunjukan
bahwa ketika hanya keluhan subjektif yang dicatat, prevalensi adalah jauh lebih
tinggi dibandingkan ketika kriteria neurologis dan klinis juga diperhitungkan.
Dalam sebuah studi di Belanda, prevalensi dalam populasi wanita usia 25 hingga
74 tahun adalah 9.2%. Sebanyak 5.8% dari wanita-wanita tersebut, mempunyai
gejala dan temuan positif pada uji neurologis tetapi belum pernah terdiagnosa
dengan CTS sebelumnya. Prevalensi keseluruhan dalam kelompok laki-laki usia
25 hingga 74 tahun jauh lebih rendah yaitu 0.6% (7).

Dalam sebuah laporan dari Swedia Utara, Atroshi et al. memastikan hasil
perbedaan tingginya prevalensi pada wanita dibandikan laki-laki. Sebuah survei
dimana wanita usia 25 hingga 74 tahun ditanyakan mengenai gejala mendapatkan
hasil 17.3%. Pemeriksaan klinis dari kelompok yang sama hanya menunjukan
prevalensi 4.6%. Berdasarkan pemeriksaan elektrofisiologis saja, 5.2% dari
seluruh wanita memiliki CTS. Jika hasil positif pemeriksaan klinis dan temuan
pemeriksaan elektrofisilogis yang patologis dibutuhkan untuk diagnosis CTS,
prevalensi menjadi 3.0% dari seluruh wanita. Untuk laki-laki di Utara Swedia,
prevalensi CTS adalah 10.4% (survei), 2.8% (pemeriksaan klinis), (4.3%
(pemeriksaan elektrofisiologi), dan 2.1% (pemeriksaan klinis dan elektrofisiologi)
(8).

Dengan persentase CTS yang sama di Jerman, diantara 818,000 hingga 4,7
juta wanita dan 570,000 hingga 2.8 juta laki-laki berusia 25 hingga 74 tahun akan
mengalami CTS.

Investigasi perusahaan telahh menunjukkan, sebagai contoh, persentase


sebanyak 24% hingga 43% diantara pekerja yang bekerja pada sabuk berjalan
(conveyor belts) (9,10).

Jumlah Kasus Baru per Tahun (Insiden)

Dekompresi terowongan karpal merupakan salah satu operasi intervensi


yang paling paling sering dilakukan di Jerman. Setiap tahun sekitar 300,000
operasi dikerjakan dan sekitar 90% dari angkat tersebut merupakan operasi one
day care (11). Untuk populasi umum di Amerika Serikat, Nordstrom et al.
melaporkan 35 kasus baru per 10,000 orang-tahun, i.e., dalam suatu tahun, 35 dari
10,000 orang sehat mengalami CTS untuk pertama kalinya (12). Di Kanada, 9
operasi CTS per 10,000 orang-tahun tercatat, sementara di Bremen (Jerman)
teradapat 10 operasi CTS per 10,000 orang-tahun pada laki-laki usia 21 hingga 64
tahun dan 24 operasi CTS per 10,000 orang-tahun pada wanita dengan usia 21
hingga 64 tahun. Dalam beberapa kasus, dilakukan operasi pada kedua tangan
(13,14).

Di Siena (Itali), insiden tahunan adalah 13,9 per 10,000 orang-tahun untuk
laki-laki dan 50.6 per 10,000 orang-tahun untuk wanita. Insiden puncak pada
wanita terdapat pada kelompok usia 50 hingga 59 tahun, sementara pada laki-laki
terdapat dua titik puncak, satu pada kelompok usia 50 hingga 59 tahun dan 70
hingga 79 tahun (15). Prevalensi operasi CTS tertinggi pada populasi umum
tercatat di Ontario (Kanada) pada tahun 1988: 37 per 10,000 wanita usia 50
hingga <55 tahun, dan 24 per 10,000 laki-laki usia 75 hingga <80 tahun (16).

Pertimbangan Diagnosis Banding

Dikarenakan distribusi yang luas dari CTS pada populasi umum,


investigasi dari penyebab yang berhubungan dengan pekerjaan harus meliputi
tidak hanya uji diagnostic neurologis yang telaten dan tidak ambigu, tetapi juga
pengawasan ketat dari parameter yang telah disebutkan diatas dan pertimbangan
serius alasan medis dan psikologis yang memungkinkan untuk gejala yang timbul
(Box 1 dan 2). Penanganan CTS jatuh diluar liputan studi ini tetapi dibahas dalam
pedoman Association of the Scientific Medical Societies di Jerman (6).

Angka CTS yang lebih tinggi pada perempuan sebagian kemungkinan


disebabkan oleh faktor hormonal, entah secara natural atau dari kontrasepsi,
dengan hasil kecendrungan menuju terbentuknya edema. CTS yang terjadi ketika
kehamilan umumnya membaik secara spontan setelah melahikan. Terlebih, wanita
lebih sering memiliki okupasi dimana terdapat resiko CTS, dan pekerjaan rumah
dapat meliputi eksposur yang mirip. Maka dari itu, tidak benar untuk mengatakan
resiko CTS pada wanita lebih tinggi hanya karena perbedaan hormonal diantara
kedua jenis kelamin (17).

Box 1 : Faktor Resiko


 Tugas manual berulang dengan fleksi dan ekstensi tangan pada
pergelangan dan atau
 Genggaman kuat tangan, dan atau
 Getaran tangan-lengan, contoh, dari pemakaian alat getar genggam
seperti gergaji mesin dan bor batu, yang menyebabkan peningkatan
volume sehingga terjadi peningkatan tekanan di terowongan karpal.
Mereka yang beresiko meliputi pekerja yang bekerja pada sabuk berjalan,
pengemas daging, pekerja produk daging, tukang kebun, musisi, petani,
mekanik, pekerja pabrik, pekerja konstruksi, pekerja hutan yang menggunakan
alat getar genggam, kasir supermarket yang menganggkat dan memindahkan
barang-barang , tukang pijat. (18-20).

Box 2 : Diagnosis Banding (6)


Diagnosis Banding yang sering dijumpai
 Radikulopati cervical C6 dan C7
 Polineuropati
Diagnosis Banding yang jarang ditemui
 Lesi atau sindrom kompresi lain seperti sindrom pronator, syndrome
outlet thoraxcic, atau sindrom scalenus
 Penyakit non-neurogenik atau penyakit dari asal berbeda seperti
sindrom compartment lengan bawah, polymyalgia, sindrom Raynaud,
atau borreliosis.

Tugas Beresiko Tinggi dan Okupasi

Terdapat bukti patofisiologi dan epidemiologi yang cukup untuk hubungan sebab-
akibat yang dapat diasumsikan diantara tugas manual pada berbagai okupasi dan
kejadian CTS (18-20) (Box 1).

Karakteristik umum pada tugas tersebut adalah gerakan tangan yang dapat
menyebabkan peningkatan volume jaringan dalam terowongan karpal dan
berujung pada peningkatan tekanan terhadap saraf median. Tugas-tugas semacam
itu dapat menjadi bagian dari pekerjaan berbagai okupasi yang berbeda (Gambar
3). Dalam menilai kemungkinan hubungan akibat dalam suatu kasus, seorang
perlu melihat pekerjaan yang sesungguhnya dikerjakan, tidak hanya nama jabatan
pekerjaan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kombinasi faktor yang
berhubungan dengan pekerjaan dapat menyebabkan peningkatan resiko CTS.
Secara khusus, dapat diasumsikan bahwa bekerja dengan alat getar genggam
meliputi genggaman erat dengan jari-jari dan maka dari itu postur yang
dipaksakan dari jari dan pergelangan, agar beberapa komponen eksposur muncul
bersamaan (18,19). Ulasan terbaru mengindikasikan, sebagai contoh, bahwa CTS
dapat dikaitkan dengan faktor yang berhubungan dengan pekerjaan pada orang
dengan okupasi yang meliputi rata-rata >4kg kekuatan tangan atau tugas berulang
denganwaktu putaran <10 detik, atau tugas berulang serupa lebih dari setengah
waktu siklus (20).

Terdapat kesenjangan antara hasil berkenaan dengan bekerja


menggunakan keyboard computer dan mouse, dikarenakan kriteria diagnostic
heterogen, kurangnya perbandingan antar rancangan studi, dan beberapa faktor
indivisual dan psikososial (21, e3-e5). Hingga saat ini, ulasan sistematik dan
ulasan lainnya belum menunjukkan peningkatan resiko (19,20, e6, e7).

Waktu Latensi

Perbedaan waktu latensi sebelum terjadinya CTS dilaporkan dalam


literatur, tetapi sebagian besar dari publikasi menyimpulkan bahwa eksposur
singkat adalah cukup (22). Gorsche et al.,
Semua Sektor sebagai contoh, menemukan bahwa
Agrikultur dan Kehutanan
insiden tahunan dari 11 kasus per 100
Memancing
Buruh Pabrik
orang-tahun pada perusahaan pengemas
Listrik, Gas dan Air daging (23). Menurut Chiang et al., resiko
Konstruksi pada industri pengolah ikan Taiwan
Pedagang
adalah tertinggi dalam waktu eksposur
Hotel dan Restoran
yaitu kurang dari 12 bulan (24).
Transportasi, Penyimpanan dan Komunikasi
Pegawai Negeri Hubungan sebab-akibat adalah mungkin
Pendidikan pada pasien yang terdiagnosa dengan CTS
Petugas Kesehatan dan Sosial beberapa bulan ataupun bahkan tahun
Petugas Sosial dan Pelayanan non-profit lain
setelah eksposur. Terlebih, CTS terjadi
Aktivitas Rumah Tangga
pada usia muda pada pasien dengan

Gambar 3: Insiden CTS dalam berbagai Okupasi. (diadaptasi dari e8)


penyebab yang berhubungan dengan pekerjaan dibandingkan dengan populasi
umum (18, 22).

Melaporkan CTS Sebagai Penyakit Okupasi

Sebuah laporan harus dikumpulkan kepada badan asurasi yang


bertanggung jawab (German Social Accident Insurance) dalam kasus-kasus
dimana gejala menetap untuk beberapa bulan dan berhubungan dengan tugas
manual berulang meliputi tangan, seperti, genggaman kuat atau pemakaian lama
mesin getar genggam seperti bor batu dan gergaji mesin.

Menurut pengetahuan saat ini, penyebab dari okupasi lebih cenderung


terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita; hal ini juga adalah benar pada
kelompuk usia lebih muda. Onset CTS sebelum menopause cenderung mengarah
pada patogenesis okupasi pada wanita.

CTS seharusnya dikonfirmasi dengan investigasi neurologis dari kedua


pergelangan (saraf median), dengan eksklusi dari diagnosis banding (Box 2).
Lebih lanjut, lesi pada saraf ulna haru dieksklusi.

Keterlibatan dari faktor okupasi dalam penyebab CTS telah


didokumentasikan dalam berbagai ulasan (13,14, 18-20, 22, 25). Masalah dalam
menilai asosiasi dengan tekanan okpuasi dapat dihadapi jika berbagai tugas yang
terlibat sebagai faktor penyebab yang telah disebutkan dalam pembuktian ilmiah
terjadi hanya, sebentar, jarang atau memerlukan sedikit usaha. Delineasi dari
definisi pekerjaan okupasi juga terkadang sulit dalam kasus-kasus dimana dua
atau lebih kondisi ditemukan bersamaan pada tungkai yang sama; seorang penata
rambut, sebagai contoh, munkin memiliki epikondilitis, CTS dan mungkin juga
tendovaginitis.

Hal ini juga disadari oleh panel penasihat ahli medis Kementerian Tenaga
Kerja dan Sosial Federal Jerman dengan publikasi pembuktian ilmiah, dengan
konsekuensi bahwa masalah pdalam penilaian akan menjadi subjek untuk studi
edepan.
Mengurangi Kapasitas Pendapatan dan Kompensasi yang dapat
Diharapkan

Hukum asuransi kecelakaan Jerman menggolongkan lesi penuh saraf


median, sebagai contoh, sebagai kecelakaan kerja sebagai pengurangan kapasitas
pendapatan sebanyak 25%, pada kasus jarang hingga maksimum 30% dari
pendapatan. Dikarenakan perlakuan yang menguntungkan, kebanyakan kasus CTS
berujung tidak pada lesi komplit ataupun menetap dari saraf median, tetapi hanya
hingga deficit ataupun iritasi sensorimotor tingkat rendah. Untuk alasan tersebut,
kompensasi finansial dapat diharapkan hanya apabila penyakit okupasi lainnya
terjadi atau jika pasien telah mendapat pembayaran menguntungkan menurut
paragraph yang relevan terhadap German Social Code (§ 56 I 2 SGB VII) Setelah
kecelakaan kerja.

Independen dari tingkat pengurangan penghasilan kapasitas, namun, biaya


perawatan medis untuk penyakit diakui sebagai gangguan kerja yang diasumsikan
oleh perusahaan asuransi kecelakaan dan dapat digantikan oleh penyedia asuransi
kesehatan wajib (pengakuanvtanpa pembayaran manfaat). pergeseran biaya ini
akan mengakibatkan peningkatan upaya oleh German Social Accident Insurance
dan pengusaha untuk meningkatkan kondisi ergonomic dan organisasi di tempat
kerja untuk mencegah terjadinya CTS.

Pesan Kunci
 Sejak 2001, CTS menempati urutan ke-6 diantara penyakit okupasi yang
diakui di Uni Eropa.
 Di Jerman, pengakuan CTS sebagai penyakit okupasi menjadi mungkin
pada tahun 2009.
 Efek buruk dapat diharapkan sebagai hasil aktivitas yang meliputi
gerakan tangan fleksi dan ekstensi pada pergelangan tangan, tugas
dengan genggaman tangan yang kuat, dan eksposur terhadap alat getar
genggam yang menuntun pada peningkatan tekanan terowongan karpal.
Kombinasi dari faktor tersebut meningkatkan resiko CTS.
 Laporan resmi penyakit okupasi harus dikumpulkan ketika diagnosis
CTS sudah dikonfirmasi dan pekerjaan pasien meliputi eksposur faktor
yang mempuruk dalam periode beberapa bulan.
 Hingga saat ini, tidak ada peningkatan resiko yang telah terbukti untuk
pekerjaan kantor secara umum ataupun penggunaan keyboard computer
secara khusus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Deutsche Gesellschaft für Arbeitsmedizin und Umweltmedizin:


Berufskrankheitenverordnung.
www.dgaum.de/index.php/recht/berufskrankheiten-verordnung/merkblaetter/190-
merkblatt2106drucknerven

2. Karjalainen A, Niederlaender E: Occupational diseases in Europe in 2001.


European Communities: Statistics in focus. 15/2004
http://epp.eurostat.ec.europa.eu/cache/ITY_OFFPUB/KSNK-04–015/EN/KS-NK-
04–015-EN.PDF

3. Gorsche RG, Wiley JP, Brant R, Renger RF, Sasyniuk TM, Burke N:
Comparison of outcomes of untreated carpal tunnel syndrome and asymptomatic
controls in meat packers. Occup Med (Lond) 2002;52: 491–6.

4. Bylund SH, Burström L, Knutsson A: A descriptive study of women injured by


hand-arm vibration. Ann Occup Hyg 2002; 46: 299–307.

5. Bundesministerium für Arbeit und Sozialordnung: Wissenschaftliche


Begründung für die Berufskrankheit „Druckschädigung des Nervus medianus im
Carpaltunnel. Gemeinsames Ministerialblatt 2009; 27:573–81.

6. Arbeitsgemeinschaft der wissenschaftlichen medizinischen Fachgesellschaften:


Leitlinie: Diagnostik und Therapie des Karpaltunnelsyndroms.Version 11/2006

www.uni-duesseldorf.de/AWMF/ll/005–003m.htm

7. de Krom MCTFM, Kester ADN, Knipschild PG: Carpal tunnel syndrome:


prevalence in the general population. J Clin Epidemiol 1992; 45: 373–6.

8. Atroshi I, Gummesson C, Johnsson R, Ornstein E, Ranstam J, Rosen I:


Prevalence of carpal tunnel syndrome in a general population. JAMA 1999; 282:
153–8.

9. Werner RA, Franzblau A, Gell N, Hartigan AG, Ebersole M, Armstrong TJ:


Incidence of carpal tunnel syndrome among automobile assembly workers and
assessment of risk factors. J Occup Environ Med 2005; 47: 1044–50.

10. Bonfiglioli R, Mattioli S, Spagnolo MR, Violante FS: Course of symptoms


and median nerve conduction values in workers performing repetitive jobs at risk
for carpal tunnel syndrome. Occup Med 2006;56: 115–21.

11. Bundesgeschäftsstelle Qualitätssicherung: Karpaltunnelsyndrom. 2007.


www.bqs-
qualitaetsindikatoren.de/2007/ergebnisse/leistungsbereiche/karpaltunnelsyndrom/i
ndex_html
12. Nordstrom, DL, DeStefano F, Vierkant RA, Layde PM: Risk factors for carpal
tunnel syndrome in a general population. Occup Environ Med 1997; 54: 734–40.

13. Rossignol M, Stock S, Patry L, Armstrong B: Carpal tunnel syndrome: what is


attributable to work? The Montreal study. Occup Environ Med 1997; 54: 519–23.

14. Giersiepen K, Eberle E, Pohlabeln H: Populationsbezogene Fall-


Kontrollstudie stützt Zusammenhang zwischen beruflichen Einflüssen und dem
Carpaltunnel-Syndrom. In: A.W.Rettenmeier, C. Feldhaus, (eds.):
Dokumentationsband der 39. Jahrestagung der Deutschen Gesellschaft für
Arbeitsmedizin und Umweltmedizin e.V., 1999;403–07.

15. Mondelli M, Giannini F, Giacchi M: Carpal tunnel syndrome incidence in a


general population. Neurology 2002; 58: 289–94.

16. Liss GM, Armstrong C, Kusiak RA, Gailitis MM: Use of provincial health
insurance plan billing data to estimate carpal tunnel syndrome morbidity and
surgery rates. Am J Ind Med 1992; 22: 395–409.

17. McDiarmid M, Oliver M, Ruser J, Gucer P: Male and female rate differences
in carpal tunnel syndrome injuries: personal attributes or job tasks? Environ Res
2000; 83: 23–32.

18. Bernard BP, (ed.): Musculoskeletal disorders and workplace factors. A critical
review of epidemiologic evidence for work-related musculoskeletal disorders of
the neck, upper extremity, and low back. US Department of Health and Human
Services, National Institute for

Occupational Safety and Health 1997. http://www.cdc.gov/niosh/ docs/97-141/

19. Palmer KT, Harris EC, Coggon D: Carpal tunnel syndrome and its relation to
occupation: a systematic literature review. Occup Med 2007; 57: 57–66.

20. van Rijn RM, Huisstede BMA, Koes BW, Burdorf A: Associations between
work-related factors and the carpal tunnel syndrome – a systematic review. Scand
J Work Environ Health 2009; 35: 19–35.
21. Andersen JH, Thomsen JF, Overgaard E, et al.: Computer use and carpal
tunnel syndrome: a 1-year follow-up study. JAMA 2003; 2963–9.

22. Masear VR, Hayes JM, Hyde AG: An industrial cause of carpal tunnel
syndrome. J Hand Surg [Am] 1986; 11: 222–7.

23. Gorsche RG, Wiley JP, Renger RF, Brant RF, Gemer TY, Sasyniuk TM:
Prevalence and incidence of carpal tunnel syndrome in a meat packing plant.
Occup Med 1999; 56: 417–22.

24. Chiang HC, Ying-Chi KO, et al.: Prevalence of shoulder and upperlimb
disorders among workers in the fish-processing industry. Scand J Work Environ
Health 1993; 19: 126–31.

25. Armstrong T, Dale AM, Franzblau A, Evanoff BA: Risk factors for carpal
tunnel syndrome and median neuropathy in a working population. J Occup
Environ Med 2008; 50: 1355–64.
DAFTAR PUSTAKA ELEKTRONIK

e1. Spallek M, Kuhn W: Funktionsorientierte körperliche Untersu -


chungssystematik. Die fokus Methode zur Beurteilung des Bewegungsapparates
in der Arbeits- und Allgemeinmedizin. Heidelberg, München, Landsberg: Ecomed
Verlag Medizin 2009.
e2. Boocock MG, Collier J, McNair PJ, Simmonds M, Larmer PJ, Armstrong B:
A framework for the classification and diagnosis of Works related upper extremity
conditions: systematic review. J Semarthrit 2009; 38: 296–311.
e3. Al-Hashem FH, Khali ME: The effect of long-term use of Computer mouse
devices on median nerve entrapment. Neurosciences 2008; 13: 131–5.
e4. Aydeniz A, Gürsoy S: Upper extremity musculoskeletal disorders among
computer users. Türk J Med Sci 2008; 38: 235–8.
e5. Tornqvist EW, Hagberg M, Hagman M, Risberg EH, Toomingas A: The
influence of working conditions and individual factors on The incidence of neck
and upper limb symptoms among profesional computer users. Int Arch Occup
Environ Health 2009; 82:689–702.
e6. Friedebold A, Scutaru C, Mache S, Quarcoo D, Groneberg DA, Spallek M:
Das Karpaltunnelsyndrom – eine klinische Übersicht. Zbl Arbeitsmed 2009; 59:
242–51.
e7. Thomsen JF, Gerr F, Atroshi I: Carpal tunnel syndrome and the Ude of
computer mouse and keyboard: a systematic review. BMC Musculoskelet Disord
2008; 9: 134.
e8. Schneider E, Irastorza X (European Agency for Safety and Heath ot work
(EU-OSHA)): Work related muskuloskeletal disorders Ni the EU-fact and figures
2010. http: osha.europa.eu/en/publications/reports/TER009009ENC/view

Anda mungkin juga menyukai