Percobaan IV
Reaksi Saponifikasi “Pembuatan Sabun”
Asisten:
Yolanda Devia Aprilia
Dosen Pengampu:
Drs. Irdoni, HS. MS
Catatan:
➢ Lembar kendali wajib dibawa setiap melakukan resposi, revisi, dan asistensi.
➢ Lembar kendali dibuat sebanyak jumlah kelompok.
KIMIA ORGANIK
Catatan Tambahan:
i
Praktikum Kimia Organik/Lina Hakimi Puteri/S.Ganjil/2020-2021
ABSTRAK
Sabun adalah hasil reaksi kimia antara asam lemak dan alkali. Saponifikasi atau reaksi
penyabunan adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat (KOH/NaOH).
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan
gliserin sebagai produk samping. Tujuan percobaan ini yaitu membuat dan memahami
reaksi penyabunan pada proses pembuatan sabun di laboratorium, serta dapat menjelaskan
beberapa sifat sabun berdasarkan percobaan yang dilakukan. Pembuatan sabun dilakukan
dengan memanaskan minyak zaitun sebagai bahan utama hingga suhu 100°C lalu ditambah
etanol sebagai pelarut dan NaOH sebagai basa sambal diaduk. Setelah itu ditambahkan
asan stearat yang sudah dilelehkan, gliserin, dan NaCl. Setelah itu didinginkan pada suhu
kamar, divakum dan dicetak. Sabun yang didapatkan bersifat basa, dapat menghasilkan
busa, dan dapat membersihkan kotoran. Dilakuakan uji karakteristik pada sabun percobaan
dengan hasil stabilitas busa 49,46%, Kadar alkali bebas 16%, dan kadar air 83,06%.
ABSTRAK
Soap is the result of a chemical reaction between fatty acids and alkalis. Saponification or
saponification reaction is the hydrolysis reaction of fatty acids in the presence of a strong
base (KOH / NaOH). Soap-making or saponification reactions produce soap as the main
product and glycerin as a by-product. The purpose of this experiment is to make and
understand the lathering reaction in the soap making process in the laboratory, and to
explain some of the properties of soap based on the experiments conducted. Making soap
is done by heating olive oil as the main ingredient to a temperature of 100 ° C then adding
ethanol as a solvent and stirring NaOH as the base. After that, the melted stearic acid,
glycerin, and NaCl are added. After that it is cooled to room temperature, vacuumed and
molded. The soap you get is alkaline, can produce foam, and can clean dirt. The
characteristic test was carried out on the experimental soap with the results of the foam
stability of 49.46%, the free alkaline content, and the water content of 83.06%.
ii
Praktikum Kimia Organik/Lina Hakimi Puteri/S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR ISI
iii
Praktikum Kimia Organik/Lina Hakimi Puteri/S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR TABEL
iv
Praktikum Kimia Organik/Lina Hakimi Puteri/S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR GAMBAR
v
Praktikum Kimia Organik/Lina Hakimi Puteri/S.Ganjil/2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN
1
Praktikum Kimia Organik/Lina Hakimi Puteri/S.Ganjil/2020-2021 2
sabun yang umum digunakan adalah dari jenis pomace, karena harganya tidak begitu
mahal.. Minyak zaitun juga mengandung asam lemak tidak jenuh jenis oleat. Kandungan
asam oleat tersebut dapat mencapai 55-83% dari total asam lemak dalam minyak zaitun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Alkali
Senyawa alkali adalah garam-garam alkali terlarut dari logam alkali. Alkali
dimanfaatkan untuk zat kimia yang tergolong basa dan akan bereaksi serta menetralisir
asam. Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,
KOH,Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda
kaustikdalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam
pembuatan sabunkeras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena
sifatnya yang mudah larutdalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali
yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan
trigliserida (minyak atau lemak). Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini,
yaitusabun dan gliserin. Secara teknik, sabun adalah hasil reaksi kimia antara asam lemak
dan alkali (Wibowo, 2014).
a) NaOH
Natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang menerima proton
dari Na+. Natrium hidroksida mengandung unsur dari golongan alkali, yakni
natrium (Na+). Ciri-ciri yang dimiliki golongan alkali antara lain, seperti reduktor
uat dan mampu mereduksi asam, mudah larut dalam air dan etanol (95%) P,
merupakan penghantar arus listrik yang baik dan pans, dan memili urutan
kereaktifan yang meningkat seiring dengan bertambahnya berat atom (Linggih dan
Wibowo, 1988)
Pembahan NaOH harus dilakukan dengan jumlah yang tepat pada proses
pembuatan sabun. Apabila NaOH yang ditambahkan terlalu pekat, maka alkali
bebas yang tidak berikatan dengan trigliserida atau asam lemak akan terlalu tinggi
sehingga dapat mengiritasi kulit. Sebaliknya apabila NaOH yang dtambahkan
terlalu encer atau terlalu sedikit, maka sabun yang dihasilkan akan mengandung
asam lemak bebas yang tinggi (Kamikaze, 2002)
Karakteristik Nilai
Warna Putih
Masa molar 39,9971 gr/mol
Densitas dan fase 2,1 gr/cm3, padat dan cair
Bentuk Butiran, serpihan, pelet, butiran
3. Asam Stearat
Asam stearate adalah campuran asam organic padat yang diperoleh dari lemak,
Sebagian besar dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam heksadekanoat C16H32O2.
Asam stearat dikategorikan sebagai asam lemak jenuh karena tidak memiliki ikatan
rangkap diantara atom karbonya. Asam stearate berupa hablur padat, keras, mengkilap,
warna putih atau kekuningan pucat. Asam stearate praktis tidak larut dalam air dan etanol
95% namun larut dalam kloroform dan eter (Depkes RI, 1979)
Asam stearat berperan dalam memberiakan konsistensi dan kekerasan pada sabun,
serta dapat menstabilkan busa. Asam lemak dengan rantai pendek dan ikatan tak jenuh akan
menghasilkan sabun cair sedangkan asam lemak rantai Panjang dan jenuh akan
menghasilkan sabun padat (Wibowo, 2014).
4. Etanol
etanol merupakan cairan yang mudah menguap, jernih, tidak berwarna, dan
memiliki bau khas. Etanol memiliki sifat mudah menguap walaupun pada suhu yang
rendah, dan dapat mendidih pada suhu 78°C. kelarutannya dapat bercampur dengan air,
dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik (Depkes RI, 1979).
2. Bahan aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun
yangbertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen.
Bahan-bahan aditif tersebut antara lain: Builders, Fillersinert, Anti oksidan, Pewarna,dan
parfum.
a. Builders (Bahan Pembentuk/Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat
mineral-mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan-bahan lain yang berfungsi
untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi
utamanya. Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar
proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan
dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas.
b. Pengawat
Pengawet atau preservatives berfungsi untuk mencegah oksidasi selama
penyimpanan. Oksidasi dapat tejadi karena adanya penggunaan asam lemak tak
tersaturasi (seperti oleat, linoleate linolenat). Dan adanya bahan tambahan seperti
Fragrance. Pengawet yang digunakan dapat terdiri dari agen pengkelat logam,
seperti EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acid) atau antitoksin seperti BHT (
Butylated Hydroxy Toluene) (Barel dalam Setyoningrum, 2010).
c. Surfaktan sintetik
Penggunaan surfaktan sintetik sering digunakan untuk meningkatkan
penempilan dari sabun batangan, meningkatkan kenyamana pada kulit, iritasi
rendah, dan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembusaan, jumlah
surfaktan yang digunakan berkisar oada range level dari 5% (combar level rendah)
hingga 80% (dyndet) (Barel dalam Setyoningrum, 2010). Bahan surfaktan yang
umum dipakai adalah Emal 20C, Emal TD, Texhapon, dan sebagainya.
d. Filler (Bahan Pengisi)
Filler (bahan pengisi) ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran
bahan baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar
Reaksi Saponifikasi “Pembuatan Sabun”
Praktikum Kimia Organik/Lina Hakimi Puteri/S.Ganjil/2020-2021 10
volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata-mata
ditinjau dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun yang
digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi,
yaitu tetra sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna
putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.
e. Bahan Antioksidan
Bahan antioksidan pada sabun juga dapat menstabilkan sabun terutama pada
bau tengik atau rancid. Natrium Silikat, natrium hiposulfid, dan natrium tiosulfat
diketahui dapat digunakan sebagai antioksidan.
f. Bahan Pewarna (Coloring Agent)
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna sabun. Hal ini ditujukan agar
memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun
membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna-warna sabun itu
terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun orange.
g. Bahan Pewangi (Fragrances)
Pewangi ialah suatu zatbahan bila dicampurkan pada produk sabun seperti
sabun wajaht5 dan sabun badan yang bertujuan untuk menutupi bau yang tidak
enak. Jumlah umum yang diperlukan sekitar 0,05% hingga 2% untuk campuran
sabun.. Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan sabun
diantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring flower (Setyoningrum, 2010).
Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun
yang lebih keras. Sabunmemiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut
menjadi partikel yang lebihkecil, melainkan larut dalam bentuk ion. Prinsip dalam proses
saponifikasi, yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun
mentah. Proses pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan membentuk suatu
cairan yang mengental, yang disebut trace. Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan
garam NaCl. Garam NaCl ditambahkan untukmemisahkan antara produk sabun dan
gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagaisabun padat yang memisah dari
geliserol (Setyonigrum, 2010).
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak.
Gugus induk lemak disebut fattyacids yang terdiri dari rantai hidrokarbon Panjang (C12
sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek
jarang digunakankarena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah
hidrolisis basa suatueter dengan alkali (NaOH/KOH). Range atom C diatas mempengaruhi
sifat-sifat sabun sepertikelarutan, proses emulsi, dan pembasahan. Sabun murni terdiri dari
95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin, garam, dan kemurnian lainnya. Semua
minyak atau lemak padadasarnya dapat digunakan untuk membuat sabun. Lemak
merupakan campuran ester yangdibuat dari alkohol dan asam karboksilat seperti asam
stearat, asam oleat, dan asam palmitat.Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan
asam palmiat sedangkan minya, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam
oleat (Fessenden,1982).
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak
alami.Surfaktan mempunyai struktur bipolar. Bagian kepala bersifat hidrolik dan bagian
ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mammpu mengangkat kotoran (biasanya
lemak) daribadan dan pakaian. Selain itu, pada larutan, surfaktan akan menggerombol
2.3 Sabun
Sabun yang secara kimia dikenal sebagai alkil karboksilat merupakan pembersih
kulit yang tertua. Teknologi untuk pembuatan sabun telah berkembang dari hanya
berfungsi sebagai pembersih hingga mengandung bahan pelembab yang dapat
melembabkan, memberikan kelembutan dan efek lain terhadap kesehatan kulit. Formula
sabun sendiri telah mengalami perubahan dan peningkatan denganpenambahan bahan aktif
yang bertindak sebagai antioksidan, seperti asam askorbat,palmitat, dan sebagainya
(Setyonigrum, 2010).
Selain itu, sabun memiliki keistimewaan tertentu, yaitu jika dilarutkan dalam air, akan
bersifat surfaktan (surface active agent) yaitu menurukan tegangan permukaan air, yang
bersifat sebagai pembersih. Molekul sabun tersusun dari ”ekor” alkil yang non-polar (larut
dalam minyak) dan”kepala” ion karboksilat yang polar (larut dalam air). Prinsip tersebut
yang menyebabkan sabun memiliki daya pembersih.Ketika kita mandi atau mencuci
dengan menggunakan sabun, “ekor” non-polar dari sabun akan menempel pada kotoran
dan kepala polarnya menempel pada air. Hal ini mengakibatkan tegangan permukaan air
akan semakin berkurang, sehingga air akan jauh lebih mudah untuk menarik kotoran
(Usmania, 2012).
Pada umumnya sabun dibedakan atas dua bentuk yaitu sabun padat dan
cair.Perbedaan utama dari kedua bentuk sabun ini adalah alkali yang digunakan
dalamreaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda
kaustik(NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai
alkali.
Pembuatan sabun umumnya terdiri dari 3 metode, yaitu (Novitasari, 2016):
1. Metode panas
Proses ini melibatkan reaksi saponifikasi dengan pemberian panas yangcukup
tinggi yang menghasilkan sabun sebagai produk utama dan Gliserinsebagai produk
samping. Kemudian diberikan penambahan garam untukmemisahkan campuran menjadi
dua yaitu lapisan atas yang merupakan sabundan lapisan bawah yang merupakan minyak
yang tidak tersabunkan, Gliserin,sisa alkali, impurities dan yang lainnya.
2. Metode dingin
Cara ini merupakan cara paling mudah untuk dilakukan dan hematenergi karena
tidak adanya pemberian panas. Namun cara ini hanya dapat dilakukan terhadap minyak
yang pada suhu kamar memang sudah berbentuk cair.Dalam proses ini, Gliserin yang
dihasilkan tidak dipisahkan namundibiarkan dalam campuran sabun tersebut. Hal ini
dikarenakan kandunganGliserin dapat memberikan efek kelembaban pada kulit sehinggan
menjadinilai tambah pada sabun yang dihasilkan.
3. Metode semi-panas
Teknik ini merupakan modifikasi dari cara dingin. Perbedaannya hanyaterletak
pada penggunaan panas 70-80°C. Cara ini memungkinkan pembuatansabun hanya dengan
lemak bertitik leleh lebih tinggi.
2. Sabun Padat
Sabun padat dibagi menjadi tiga macam yaitu sabun opaque, sabuntranslucent, dan
sabun transparan. Ketiga jenis sabun ini dapat dibedakandengan mudah, dilihat dari segi
tampilan atau penampakannya.. Sabun opaqueadalah jenis sabun yang paling banyak
digunakan sebagai sabun mandi sehari-hari yang berbentuk padat dan tidak tembus cahaya,
sabun transparanmerupakan sabun yang paling mudah tembus cahaya jika pada batang
sabundilewatkan cahaya, sedangkan sabun translucent adalah jenis sabun yang
sifattampilannya di antara sabun transparan dan sabun opaque (Nugraha, 2015).
3. Sabun Transparan
Sabun transparan merupakan salah satu inovasi sabun yang menjadikan
sabunterlihat lebih menarik. Sabun transparan mempunyai busa yang lebih
halusdibandingkan dengan sabun opaque. Ketransparanan sabun dipengaruhi
olehkandungan alkohol, gula, dan gliserin dalam sabun.. Kandungan gliserin baik
untukkulit karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit dan membentuk fasa gel
padasabun (Widyasanti,2016).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
16
Praktikum Kimia Organik/Lina Hakimi Puteri/S.Ganjil/2020-2021 17
10) Tabung reaksi yang bersih diambil, kemudian sedikit sabun dilarutkan dalam
5 ml etanol.
Keterangan:
Tba = Tinggi Busa Awal
Tbk = Tinggi Busa Akhir
Keterangan :
V = Volume HCl yang digunakan untuk titrasi (ml)
W = Berat sampel (g)
N = Normalitas HCl
BM = Berat molekul (NaOH/KOH)
Keterangan :
W = Berat sampel sabun (gr)
W1 = Berat sabun + cawan (gr)
W2 = Berat sabun + cawan setelah pengeringan (gr)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
20
Praktikum Kimia Organik/Lina Hakimi Puteri/S.Ganjil/2020-2021 21
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembuatan Sabun
Sabun yang secara kimia dikenal sebagai alkil karboksilat merupakan pembersih
kulit yang tertua. Saponifikasi atau eaksi penyabunan merupakan proses hidrolisis basa
terhadap lemak dan minyak. Dalam percobaan ini basa yang digunakan yaitu NaoH,
sedangkan minyak yang digunakan yaitu minyak zaitun. Minyak zaitun digunakan karena
Minyak zaitun mempenetrasi kulit secara lebih baik dari minyak cair lainnya, tidak
membuat pori-pori tersumbat, membuat kulit lebih kencang dan harganya tidak begitu
mahal. Sebelum memulai praktikum, terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan.
Minyak zaitun sebanyak 350 ml dipanaskan dalam gelas piala pada suhu 100°C,
setelah itu ditambahkan etanol sambal diaduk Etanol berfungsi sebagai pelarut
penambahan etanol pada minyak zaitun tidak menyebabkan perubahan warna pada minyak.
Selanjutnya ditambahkan basa NaOH 5N sambal diaduk. Penambahan NaOH
menyebabkan warna larutan menjadi kuni dan kental. Pembahan NaOH harus dilakukan
dengan jumlah yang tepat pada proses pembuatan sabun. Apabila NaOH yang
ditambahkan terlalu pekat, maka alkali bebas yang tidak berikatan dengan
trigliserida atau asam lemak akan terlalu tinggi sehingga dapat mengiritasi kulit.
Sebaliknya apabila NaOH yang dtambahkan terlalu encer atau terlalu sedikit, maka
sabun yang dihasilkan akan mengandung asam lemak bebas yang tinggi (Kamikaze,
2002). Setelah itu asam stearat yang telah dilelehkan ditambahkan pada larutan
sehingga menyebakan larutan berubah warna menjadi kuning susu dan semakin
kental. Asam stearat berperan dalam memberiakan konsistensi dan kekerasan pada sabun,
serta dapat menstabilkan busa (Wibowo, 2014). Selanjutnya ditambahkan gliserin ke
ladalm larutan sambil diaduk dan tidak terjadi perubahan warna dan tekstur pada larutan.
Kemudian ditambahkan NaCl. NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan
gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang
tinggi, sedangkan sabun akan mengendap (Wibowo, 2014). Setelah itu bahan diaga pada
suhu 70°C sambal diaduk selama 30 menit. Setelah selesai sabun diidnginkan pada suhu
ruang, kemudian sabun divakumkan menggunakan corong buchner dan dicetak.
lapisan bawah merupakan aquades dan lapisan atas merupakan kerosen. Aquades dan
kerosen tidak bisa bercampur karena sifat molekulnya yang berbeda. Molekul air adalah
molekul polar, artinya salah satu ujung molekul memiliki muatan positif dan ujung lainnya
memiliki muatan negatife. Sedangkan minyak memiliki jenis molekul non-polar.
Perbedaan dnsitas antara kerosen dan aquades juga merupakan salah satu factor air dan
kerosen tidak dapat Bersatu.
Campuran kerosen dan air ditambahkan dengan sedikit sabun lalu dikocok
Kembali hingga larutan menjadi homogen. Hal ini terjadi karena sabun dapat menurunkan
tegangan permukaan air, sehingga memungkinkan air dan kerosen menyatu. Sabun
bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak dan sabun
teradsorpsi pada butiran kotoran (Setyonigrum, 2010).
Pada tabung reaksi dicampurkan sedikit sabun dengan air panas lalu dikocok.
Perlakuan ini menyebabkan tericptanya busa pada permukaan atas tabung reaksi. Lalu
larutan kalsium sulfat ditambahkan sebanyak 8 tetes ke dalam tabung reaksi yang
menyebabkan busa menghilang. Busa menghilang karena kandungan mineral dan kapur
pada kalsium sulfat. Selanjutnya sabun direaksikan dengan etanol dan tidak menyebabkan
perubahan apapun. Hal ini karena air tidak bereaksi dengan etanil. Selain itu, etanol
mempunyai kelarutan yang relatif tinggi dan bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan
komponen lainnya. Etanol adalah solubility promotor yang memiliki gugus hidrofilik (–
OH) yang mampu melarutkan molekul air yang bersifat polar (Nurhasanah,2019).
2. Uji Stabilitas Busa
Uji Stabilitas busa bertujuan untuk mengetahui stabilitas busa yang diketahui
dengan cara menghitung tinggi busa dalam tabung reaksi dengan skala dengan rentan
waktu tertentu dan kemampuan surfaktan untuk menghasilkan busa. Uji stabilitas busa
dilakukan pada 2 sambel yaitu sabun hasil percobaan dan sabun komersil. Percobaan
dilakukan dengan memasukkan sabun sebanyak 1 gram ke dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan 10 ml aquades sambal dikocok. Pengocokan bertujuan agar sabun
mengeluarkan busa. Tinggi awal sabun hasil praktikum yaitu 9,3 cm, sedangkan tinggi awal
sabun komersil yaitu 23,6 cm. Larutan didiamkan selama 30 menit sambal diamati
perubahan tinggi busanya setiap 5 menit. Pada sabun percobaan tinggi sabun masing-
masing setiap 5 menit kedua, ketiga dan keempat yaitu 7,4 cm, 6,2 cm, 4,7 cm, sedangkan
pada sabun komersil tidak terjadi perubahan tinggi busa. Dari hasil pengamatan tersebut
didapatkan stabilitas sabun percobaan yaitu 49,46%, sedangkan stabilitas sabun komersil
yaitu 0%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Sabun adalah hasil reaksi kimia antara asam lemak dan alkali. Saponifikasi atau
reaksi penyabunan adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa kuat
(KOH/NaOH). Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun
sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping.
2. Sabun memiliki beberapa sifat yaitu bersifat basa dalam air, dapat menghasilkan
busa bila dikocok, dapat membersihkan kotoran karena sabun mempunyai
gugus polar dan non polar.
5.2 Saran
1. Diharuskan menggunakan alat pelindung diri selama praktikum.
2. Sebelum praktikum, pahami materi praktikum terlebihi dahulu.
25
Praktikum Kimia Organik/Lina Hakimi Puteri/S.Ganjil/2020-2021
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Jakarta, pp. 124, 57, 412, 698.
Fessenden, 1982, Bilangan Saponifikasi, Gramedia, Jakarta.
Gebellin, C., G., 2005, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta.
Herbamart, 2011, Bilangan penyabunan,Gramedia, Jakarta.
Hutauruk, H., P., Yamlean, P., dan Wiyono, W., 2020, Formulasi dan Uji Aktivitas
Sabun Cair Ekstrak Etanol Herba Seledri (Apium glaveolens L) Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus, Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol. 9, No. 1, hh.
73-81.
Izhar, H., Sumiati, dan Moeljadi P, 2009, Analisis Sikap Konsumen terhadap Atribut Sabun
Mandi. Universitas Brawijaya, Malang.
Jannah, B., 2009, Sifat Fisik Sabun Transparan dengan Penambahan Madu pada
Konsentrasi yang Berbeda, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kasor, Fatimah. 2015. Pengaruh Penggunaan Virgin Coconut Oil (VCO) Sebagai
Emolient Terhadap Sifat Fisik Dan Stabilitas Vitamin C Dalam Sabun
Transparan, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
Kamikaze, D. 2002. Studi Awal Pembuatan Sabun Mengandung Campuran Lemak
Abdomen Sapi dan Curd Susu Afkir, Skripsi, Institut Teknologi Bogor, Bogor
Ketaren, S. 1986. Pengantar teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas
Indonesia, Jakarta
Langingi, R, lidya, I. M. dan Maureen, G. K, 2012, Pembuatan Sabun Mandi
Padat dari VCO yang Mengandung Karetonoid Wortel. Jurnal Mipa Unsrat
Online, Vol. 1, No. 1, hh. 2-7.
Linggih, S.R dan P. Wibowo, 1988. Ringkasan Kimia. Ganeca, Exact Bandung, ITB,
Bandung
Lestari, Y., A., 2014, Pengaruh Temperatur dan Kecepatan Pengadukan Sludge
Industri Minyak Kelapa Sawit dalam Produksi Minyak untuk Pembuatan
Sabun Cair. Tugas Akhir, Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang.
Levenspiel, 1972, Penyabunan, Butamo, Surabaya.
Nugraha, F., C., 2015, Pengaruh Nisbah Konsentrasi Minyak Kelapa – Asam
Stearat dan Nisbah Konsentrasi Gula Pasir – Etanol terhadap Karakteristik
Sabun Sereh. Skripsi. Universitas Udayana, Bali.
vi
Praktikum Kimia Organik/Lina Hakimi Puteri/S.Ganjil/2020-2021
Nurhasanah, 2019, Pengaruh Jenis Solubility Promotor dan Waktu Reaksi pada
Sintesis α-Terpineol dari Minyak Terpentin Menggunakan Katalis Zeolit
Alam Lampung Teraktivasi, Jurnal Teknik Kimia, Vol. 8, No. 2, hh. 75-80.
Novitasari, 2016, Formula Pembuatan Sabun Transparan dengan Penambahan
Kulit Pisang Ambon dan Sumbangsihnya pada Materi Pemanfaatan Limbah
Organik di Kelas X SMA/MA. Skripsi. Universitas Islam Negeri Raden
Fatah, Palembang
Rizky, N., D., 2013, Penetapan Kadar Alkali Bebas Pada Sabun Mandi Sediaan
Padat Secara Titrimetri, Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Setyoningrym, E., N., M., 2010, Optimasi Formula Sabun Transparan Dengan Fase
Minyak Virgin Coconut Oil dan Surfaktan Cocoamidoprofyl Betadine:
Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,
Usmania, I., dan Widya R., P., 2012. Pembuatan Sabun Transparan Dari Minyak
Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil). Tugas Akhir, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Wibowo, S., C., 2014, Efek Perbedaan Basa Terhadap Karakteristik Fisik Sabun Batang
Transparan Minyak Jahe, Skripsi, Universitas Sanata Dharna, Yogyakarta.
Widiyanti, Yunita. 2009. Kajian Pengaruh Jenis Minyak terhadap Mutu Sabun Transparan.
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
Widyasanti, A., Chinty L., dan Dadan R., 2016. Pembuatan Sabun Padat
Transparan Menggunakan Minyak Kelapa Sawit (Palm Oil) Dengan
Penambahan Bahan Aktif Ekstrak Teh Putih (Camellia sinensis). Jurnal
Teknik Pertanian Lampung, Vol.5 No. 3, hh. 125-136
vii
Praktikum Kimia Organik/Lina Hakimi Puteri/S.Ganjil/2020-2021
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
viii
Praktikum Kimia Organik/Lina Hakimi Puteri/S.Ganjil/2020-2021
𝑚 = 8,47 𝑔𝑟𝑎𝑚
Jadi, untuk membuat larutan asam stearat 10 ml 8,47 gram asam stearat
• Sabun komersil
𝑇𝑏𝑎 − 𝑇𝑏𝑘
𝑠𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑢𝑠𝑎 = × 100%
𝑇𝑏𝑎
23,6 − 23,6
𝑠𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑢𝑠𝑎 = × 100%
23,6
𝑠𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑢𝑠𝑎 = 0%
ix
Praktikum Kimia Organik/Lina Hakimi Puteri/S.Ganjil/2020-2021
V = 20 ml
N = 0,1 N
BM = 40 g/mol
W = 5 gram
𝑉 × 𝑁 × 𝐵𝑀
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 = × 100%
𝑊 × 100
20 × 0,1 × 40
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 = × 100%
5 × 100
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠 = 16%
• Sabun komersil
𝑊 = 36,65 − 25,62
𝑊 = 10,03 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑊1 = 36,65𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑊2 = 32,67 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑊1 − 𝑊2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = × 100%
𝑊
36,65 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 32,67 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = × 100%
10,03 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 (%) = 29,71%