Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bagian ini penulis ingin membahas beberapa bagian, yakni latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan.

Latar Belakang Penulisan Paper


Kehadiran atau adanya seorang pemimpin dalam suatu organisasi, sangatlah
penting tanpa pemimpin maka tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam satu organisasi,
akan sulit untuk dicapai. Kepimpinan memegang peranan penting yang menentukan
maju-mundurnya suatu organisasi.1 Menurut Octavianus bahwa, pemimpin adalah
seorang yang mengetahui tujuannya dengan jelas serta mampu mempengaruhi;
menggerakkan; dan mengarahkan orang-orang lain untuk mencapai tujuan secara
efektif.2 Berdasarkan pentingnya kepemimpinan diatas, maka demi tercapainya suatu
tujuan, maka seorang pemimpin harus memiliki suatu kualifikasi dalam berbagai
aspek. Artinya untuk menjadi seorang pemimpin, dibutuhkan kriteria-kriteria tertentu
dan untuk mencapai kriteria-kriteria tersebutm, seorang pemimpin harus dipersiapkan
sedemikian rupa.
Gereja sangat membutuhkan pemimpin-pemimpin untuk mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditentukan. Sanders menjelaskan, gereja membutuhkan pemimpin
yang berwibawa rohani dan rela berkorban.3 Ini artinya bahwa seorang pemimpin
rohani harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai seorang pemimpin. Octavianus
mengatakan bahwa, ternyata untuk mencapai kepemimpinan rohani, kita harus

1
Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis, (Jakarta: YT.Leadership Foundation,
1997), hal. 5
2
Petrus Octavianus, Manajemen Dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah, (Malang:
Gandum Mas, 1991), hal. 55
3
J Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2001), hal. 17
2

membayar harga.4 Ini artinya untuk menjadi seorang pemimpin rohani, bukanlah
suatu perkara mudah Karena tanggung jawab besar yang harus dipikul. Oleh sebab
itu, seorang pemimpin rohani harus dipersiapkan dalam berbagai aspek. Agar seorang
pemimpin menjadi pribadi yang siap dalam menjalankan tugas kepemimpinannya,
sehingga tujuan yang digariskan Tuhan dapat tercapai.
Di jaman ini banyak pemimpin rohani-rohani yang gagal dalam
kepemimpinannya, karena tidak memiliki kualifikasi-kualifikasi yang dibutuhkan
seorang pemimpin serta tanpa disiapkan terlebih dahulu sebelum menjadi seorang
pemimpin. Oleh sebab itu, seorang pemimpin rohani harus, memenuhi kriteria-
kriteria sebagai seorang pemimpin dan harus dipersiapkan.
Berdasarkan hal diatas, maka penulis menuangkan pemikiran dalam karya tulis
ini dengan tema “Kriteria dan Persiapan Seorang Pemimpin Rohani sesuai
dengan Buku Manajemen dan Kepemimpinan menurut wahyu Allah ”.

Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang
yang telah diuraikan di atas adalah sebagai berikut:
1. Siapa Yang Boleh Menjadi Pemimpin Rohani ?
2. Bagaimana Persiapan Praktis Menjadi Seorang Pemimpin Rohani ?

Tujuan Penulisan Paper


Beberapa tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Kriteria Pemimpin Rohani.
2. Untuk mengetahui Persiapan Untuk Menjadi Pemimpin Rohani.

4
Petrus Octavianus, Manajemen Dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah, (Malang:
Gandum Mas, 1991), hal. 68
3

Sistematika penulisan
Pada bagian ini akan diuraikan secara besar Sistematika Penulisan berupa
uraian dari tiap-tiap bab pembahasan. Adapun garis besar dari tiap-tiap pembahasan
tersebut antara lain:
Bab I Dalam bab ini diuraikan suatu pendahuluan dari penelitian yang meliputi
Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Maksud dan Tujuan Penulisan,
dan Sistematika Penulisan.
Bab II. Dalam bab ini diuraikan beberapa bagian, yakni Siapa yang boleh
memimpin, dan Persiapan Praktis Menjadi Pemimpin.
Bab III. Dalam bab ini ditarik kesimpuloan dari pembahasan di bagian Bab kedua.
4

BAB II
PEMBAHASAN

Pada bagian ini penulis ingin membahas beberapa bagian, yakni Siapa yang
boleh memimpin, dan Persiapan Praktis Menjadi Pemimpin.

Siapa Yang Boleh Memimpin

1. Orang Yang dipilih Allah.


Pilihan Allah atas seorang pemimpin tidak bergantung atas materi fisik
manusia. Melainkan atas kehendak dan pembentukkan dari Tuhan itu sendiri sejak
orang itu berada dari dalam kandungan ibunya. Seperti ungkapan Daud dalam
Mazmur 139:13 sebagai berikut: “Sebab Engkaulah yang membentuk buah
pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.” Dan Daud tercatat sebagai
pemimpin yang paling berhasil dalam sejarah Israel. Nabi Yeremia dalam Yeremia
1:5 Dia juga telah menerima penetapan Tuhan atas dirinya sejak dikandungan ibunya
untuk menjadi seorang nabi atau penyuambung lidah Allah. Oleh karena itu, seorang
pemimpin yang dipilih oleh Tuhan, dia berfungsi sebagai penerus sejarah. Karena
Tuhan akan berbuat sesuatu, melalui seseorang pilihannya bagi dunia dan bagi
kerajaan surga.

2. Orang Yang Punya Tujuan Yang Jelas, Dan Mampu Mempengaruhi Orang
Lain, Untuk Mencapai Tujuan.
pemimpin adalah seorang yang harus mengetahui tujuannya dengan jelas, atau
mempunyai keyakinan pribadi tentang tujuan itu. Seorang pemimpin juga, harus
dapat mempengaruhi orang lain, serta mampu menggerakkan dan mengarahkan orang
lain untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif.
5

3. Orang Yang Mempunyai Ambisi Untuk Memimpin – Memiliki Kerinduan


Untuk Memimpin.
Ambisi seringkali diterjemahkan secara negatif atau hal-hal yang berlawanan
dengan kaidah moral. Ada yang berkata bahwa, ambisi adalah usaha untuk mencapai
kemajuan, kedudukan, atau kemuliaan diri sendiri. Maka, apabila itu motivasinya
maka ambisi itu negatif. Tetapi ada ambisi yang Rohaniah yang bersumber dari
Tuhan. Seperti yang dikatakan dalam 1 Timotius 3:1 yaitu: “Benarlah perkataan ini:
"Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang
indah."” Yang Paulus maksudkan “orang yang menghendaki pekerjaan itu” adalah
orang yang berambisi. Karena ada usaha untuk menjadi penilik jemaat atau pemimpin
jemaat, karena dia menginginkan perkara-perkara yang mulia.
Jadi, siapa yang boleh memimpin? adalah orang yang memiliki ambisi yang
mulia, yaitu setiap orang yang rindu mengerjakan pekerjaan yang mulia bagi Tuhan
dan rela mempertaruhkan hidupnya bagi pekerjaan itu. Itulah sebabnya, ambisi
memimpin dalam pekerjaan Tuhan mempunyai arti rohani yang mulia (memiliki
pengorbanan dalam melayani)

4. Pemimpin Yang Mengutamakan Fungsi Bukan Jabatan.


Jika melihat definisinya, maka Fungsi dapat dibedakan dari jabatan. Fungsi
menunjuk kepada, perwujudan tugas atau sekelompok aktivitas yang tergolong pada
jenis yang sama berdasarkan sifat atau pelaksanaannya. Sedangkan Jabatan menunjuk
kepada, kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
seorang dalam suatu organisasi.
Seseorang yang boleh memimpin, adalah orang yang bisa mengutamakan
fungsi daripada jabatan. Seringkali jabatan itu menjadi satu-satunya tolak ukur di
dalam pelayanan. Jadi tanpa jabatan, seperti orang tersebut tidak dapat melayani
Tuhan. Hal ini dianggap tidak benar karena di dalam pekerjaan Tuhan haruslah
sebaliknya yaitu memandang walaupun tidak memiliki jabatan tetapi tetap melayani
Tuhan. Karena itu fungsi pelayanan lebih utama dari pada jabatan atau kedudukan.
6

Hal itulah yang dapat membuat para pemimpin gereja, mampu bertahan dalam
penderitaan atau aniaya karena panggilan Tuhan dalam pelayanan.
Sebenarnya, jabatan juga penting dalam pelayanan Tuhan karena, dengan
adanya jabatan maka fungsi dalam pelayanan dapat berjalan dengan baik. Misalnya
contoh didalam Firman Tuhan bahwa,

Persiapan Praktis Menjadi Pemimpin

1. Persiapan Rohani.
Dalam persiapan rohani ini, ada dua yang dituntut Tuhan yaitu:
a. Orang itu harus berkenan dihadapan Tuhan. (1 Samuel 13:14).
b. Orang itu harus dipenuhi dengan Roh Kudus. (Bilangan 27:18-20).
Seorang pemimpin harus yang berkenan kepada Tuhan dan dipenuhi dengan Roh
Kudus karena banyak sekali pemimpin yang gagal karena kehilangan kuasa Roh
Kudus. Kedua persiapan rohani inilah yang menjadikan seorang pemimpin
berwibawa. Tuhan berkata kepada Yosua “semua rakyat akan mendengarkan dia dan
taat kepadanya.” Kekuatan kepemimpinan rohani terletak kepada kekuatan wibawa
rohani. Tanpa kekuatan dan wibawa rohani, kita tidak bisa menjalankan pekerjaan
rohani.

2. Persiapan Materi (Rela Berkorban).


Untuk kemajuan kepemimpinan rohani, kita harus membayarnya dengan
pengorbanan (harta benda; waktu; kesenangan pribadi; dan sewaktu-waktu, terpaksa
mengorbankan keluarga, dalam arti meninggalkan keluarga bila perlu dalam jangka
waku tertentu demi Tuhan karena Tuhan lebih utama dari segalanya.)

3. Persiapan Mental.
Seorang pemimpin, perlu mempersiapkan mental untuk masuk dalam masa
depan kepemimpinannya itu. Ada beberapa pokok penting yaitu:
7

a. Mengerjakan Pekerjaan Dianggap Hina.


Seorang pemimpin rohani harus bersedia mengerjakan pekerjaan yang hina
dianggap oleh manusia.

b. Mengerjakan Pekerjaan Dengan Sempurna.


Seorang pemimpin rohani haruslah mengusahakan dan mengerjakan setiap
pekerjaan yang sederhana sekalipun dengan sempurna. Karena Tuhan akan
mempercayakan pekerjaan yang lebih besar apabila, sebelumnya kita mau
mengerjakan pekerjaan yang sederhana dengan sebaik mungkin dan sesempurna
mungkin.

c. Dapat Mengembangkan Kebiasaan Yang Baik.


Kehidupan pribadi yang baik, senantiasa menarik perhatian orang lain oleh karena
itu, kehidupan yang baik itu harus dirawat dengan baik serta dikembangkan.
Karena, dengan menjaga kebiasaan yang baik dihadapan Tuhan sama pentingnya
dengan tugas lain yang dipercayakan Tuhan kepada seorang pemimpin.
Contohnya: mengurus tubuhnya dengan baik; hidup teratur; bekerja dengan tekun;
mengerjakan pekerjaan dengan tuntas. Jika dia tidak dapat melakukan kebiasaan
yang baik itu maka, hal inilah yang menjadi awal dari kegagalan seorang
pemimpin rohani.

d. Memperhatikan Orang Lain.


Hal-hal praktis yang harus dimiliki oleh seorang yang mau menjadi pemimpin, dia
harus bisa memperhatikan orang-orang yang ada disekitarnya dan itu sangat perlu.
Karena seorang pemimpin pada dasarnya dipercaya oleh orang lain. Karena itu
seorang pemimpin harus memperhatikan mereka yang dipimpin. Oleh karena itu,
seorang pemimpin perlu memperhatikan orang-orang yang dipercayakan
kepadanya. Berusaha mengerti bawahan merupakan salah satu tugas pemimpin
agar ia dapat berkomunikasi dan melakukan pendekatan.
8

e. Tetap Waspada.
Dalam mengatur kehidupan bersama, seorang pemimpin harus berhati-hati. Hidup
bersama lebih penting daripada hidup sendiri. Seorang pemimpin harus dapat
mengusahakan suasana yang hangat dalam persekutuan dan mengusahakan
suasana yang akrab serta mengusahakan kehangatan rohani. Hal-hal ini merupakan
tugas pemimpin.

4. Hidup Terbuka.
Yang dimaksudkan disini adalah, seorang pemimpin harus terbuka terhadap
pandangan orang lain. Terbuka terhadap kritik, terbuka melihat kesalahannya;
serta terbuka mengakui kesalahannya dan kekurangannya karena hal itu akan
menolong seorang pemimpin mengalami pertumbuhan dan kedewasaan pribadi.
Kalau seorang pemimpin terbuka, maka orang yang dipimpinnya akan terbuka.
9

BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari paper ini adalah sebagai berikut:
1. Jika seorang pemimpin rohani mempunyai kriteria-kriteria seperti:
a. Dipilih oleh Allah.
b. Mempunyai tujuan yang jelas.
c. Mempunyai ambisi yang positif dan rohani untuk memimpin.
d. Mengutamakan fungsi bukan jabatan.
Maka, menurut buku ”Manajemen dan Kepemimpinan menurut wahyu Allah”
karangan DR Petrus Octavianus, dia dapat menjadi pemimpin rohani yang handal dan
dapat dipercaya.
2. Jika seorang pemimpin dapat melakukan persiapan praktis seperti:
a. Mempersiapkan rohaninya.
b. Mempersiapkan materi dengan rela berkorban.
c. Mempunyai persiapan mental yang cukup.
d. Mampu mengerjakan pekerjaan yang hina.
e. Dapat mengerjakan pekerjaan dengan sempurna.
f. Dapat mengembangkan kebiasaan yang baik.
g. Dapat memperhatikan orang lain.
h. Mampu tetap waspada.
i. Mampu hidup terbuka.
Maka, menurut buku ”Manajemen dan Kepemimpinan menurut wahyu Allah”
karangan DR Petrus Octavianus, dia dapat menjadikan dirinya pemimpin yang siap
dan handal dalam kepemimpinan yang dia lakukan.
10

Anda mungkin juga menyukai