Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT

DALAM KOMUNITAS : KESEHATAN WANITA DAN PRIA

Disusun Oleh :

Nuzulia Ramadhani Syarfan (14220170022)


Yutia Ferianti Yunus Pada (14220170014)
Andi Masty Amirah (14220170027)
Della Relyana (14220170001)
Hasfirani Taher (14220170021)
Marfia Umagapy (14220170025)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………… i


Daftar isi …………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Penyakit Tidak Menular
1. Definisi …………………………………………………..
2. Prevalensi Penyakit Tidak Menular …………………………..
B. Hipertensi
1. Definisi ………………………………………………….
2. Etiologi ………………………………………………….
3. Patofisiologi Hipertensi ………………………………….
4. Tanda dan Gejala Hipertensi ………………………….
5. Faktor-faktor resiko hipertensi ………………………….
6. Komplikasi Hipertensi ………………………………….
7. Tingkatan Hipertensi ………………………………………….
8. Pengendalian Hipertensi ………………………………….
C. Kanker Payudara
1. Definisi ………………………………………………….
2. Etiologi ………………………………………………….
3. Faktor resiko kanker payudara ………………………….
4. Manifestasi klinis …………………………………………
5. Klasifikasi TNM kanker payudara & harapan hidup ………….
6. Tipe kanker payudara …………………………………………
7. Pemeriksaan penunjang …………………………………
8. Komplikasi …………………………………………………
9. Penatalaksanaan …………………………………………
10. Pengobatan kanker payudara …………………………………….
11. Pencegahan kanker payudara ……………………………………….
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian……………………………………………………………….
B. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………
C. Intervensi Keperawatan ………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian
secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang
terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya
disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. PTM juga membunuh penduduk
dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi
rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang
berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-
negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM
pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovascular
merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit
pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama
menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan diabetes.
Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit
Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia,
peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin.
Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat
penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes.
Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian
per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada
saat ini.
Secara global, regional dan Nasional pada tahun 2030 transisi
epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular semakin
jelas. Diproyeksikan jumlah kesakitan akibat penyakit tidak menular dan
kecelakaan akan meningkat dan penyakit menular akan menurun. PTM seperti
kanker, jantung, DM dan paru obstruktif kronik, serta penyakit kronik lainnya
akan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sementara itu
penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, Malaria, Diare dan penyakit infeksi
lainnya diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun 2030. Peningkatan
kejadian PTM berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan
gaya hidup seiring dengan perkembangan dunia yang makin modern,
pertumbuhan populasi dan peningkatan usia harapan hidup.
Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah
Triple Burden Diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah
ditandai dengan masih sering terjadi KLB beberapa penyakit menular tertentu ,
munculnya kembali beberapa penyakit menular lama (Re-Emerging Diseases).
Di sisi lain, PTM menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin
meningkat dari waktu ke waktu.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa
selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana
kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan
kematian karena penyakit menular semakin menurun.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2007), terdapat 50.1% responden
laki-laki yang terkena Hipertensi. Hal ini dikarenakan prevalensi merokok di
Indonesia sangat tinggi, terutama pada laki-laki mulai dari anak, remaja dan
dewasa. Data dari Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi perokok 16
kali lebih tinggi pada laki-laki (65.9%) dibandingkan perempuan (4.2%). Selain
dari merokok, hal lain yang memicu tingginya hipertensi disebabkan oleh
kebiasaan memakan makanan yang kadar asupan lemaknya >30%, aktivitas
fisik yang sangat kurang dan mengalami stress. Sedangkan, prevalensi asma
dan kanker di Indonesia cenderung lebih tinggi pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki. Prevalensi kanker cenderung lebih tinggi pada masyarakat
kota dibanding pedesaan dan cenderung lebih tinggi pada orang yang
berpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat,
kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, serta kurangnya aktivitas fisik
(Riskesdas, 2013).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi
prevalensi PTM di Indonesia, namun belum sepenuhnya mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Sebagai seorang perawat, peran kita tidak hanya
sebagai pemberi pengobatan ataupun perawatan di rumah sakit, namun juga
dapat berperan sebagai perawat komunitas yang berperan meliputi pendidik,
pengamat kesehatan, koordinator pelayanan kesehatan, peran pembaharu, role
model dan fasilitator kesehatan. Peran perawat komunitas dalam mengurangi
PTM yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal
mungkin melalui praktik keperawatan komunitas, dilakukan melalui
peningkatan kesehatan (Promotif), dan pencegahan penyakit (preventif) di
semua tingkat pencegahan (levels of prevention) tanpa mengabaikan aspek
kuratif dan rehabilitative.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Penyakit Tidak Menular


1. Definisi
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu atau masalah
kesehatan dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian
dalam dunia kesehatan karena merupakan salah satu penyebab dari kematian
(Jansje & Samodra 2013). Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal
sebagai penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mereka
memiliki durasi yang panjang dan pada umumnya berkembang secara
lambat (Riskesdas, 2013). Menurut Bustan (2007), dalam Buku
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular mengatakan bahwa yang tergolong
kedalam PTM antara lain adalah; Penyakit kardiovaskuler (jantung,
atherosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke), diabetes
mellitus serta kanker.
2. Prevalensi Penyakit Tidak Menular
Menurut data WHO, PTM merupakan penyebab kematian utama di
dunia di bandingkan penyebab lainnya. Hampir 80% kematian akibat PTM
terjadi di Negara – Negara berpenghasilan bawah - menengah (WHO, 2010).
Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia diprediksi akan
mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sifatnya yang
kronis dan menyerang usia produktif, menyebabkan permasalahan PTM
bukan hanya masalah kesehatan saja, akan tetapi mempengaruhi ketahanan
ekonomi Nasional jika tidak dikendalikan secara tepat, benar dan kontinyu.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa penyakit tidak
menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang
ke orang. Data PTM dalam Riskesdas 2013 meliputi : (1) asma; (2) penyakit
paru obstruksi kronis (PPOK); (3) kanker; (4) DM; (5) hipertiroid; (6)
hipertensi; (7) jantung koroner; (8) gagal jantung; (9) stroke; (10) gagal
ginjal kronis; (11) batu ginjal; (12) penyakit sendi / rematik.
Selain penyakit kanker, penyakit tidak menular (PTM) yang
menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah penyakit kardiovaskuler.
Tingginya angka mortalitas tersebut disebabkan oleh faktor risiko utama,
yaitu peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah seseorang akan
meningkatkan risiko terkena stroke dan penyakit jantung koroner (WHO,
2011). Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan
tekanan darah seseorang > 140/90 mmHg (Essop & Naidoo, 2009).
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi 2, yaitu: hipertensi
primer dan sekunder. Hipertensi primer / esensial merupakan hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya dan telah mendominasi 95% kasus-kasus
hipertensi. Sementara itu, hipertensi sekunder (5%) adalah hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain, seperti penyakit parenkim ginjal, penyakit
renovaskuler, endokrin, sindrom Cushing, dan hipertensi gestasional (Gray,
2002).
Global Atlas on Cardiovascular Diseases Prevention and Control
2011, PTM meningkatkan 36 juta kematian di dunia antara lain: penyakit
jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) 48%(17,3 juta), kanker
21%(7,5 juta), penyakit saluran pernapasan kronis 12% (4,3 juta),dan
penyakit diabetes melitus 3% (1 juta). Hampir 80% kematian akibat PTM
terjadi di negara - negara berpenghasilan rendah dan sedang sekitar 17 juta
kematian akibat penyakit kardiovaskular (penyakit jantung, stroke, dan
penyakit pembuluh darah perifer), 3 juta diantaranya terjadi pada usia
dibawah 60 tahun. WHO pada tahun 2006-2008 diperkirakan sebanyak 5,4
juta orang di dunia meninggal akibat rokok. Ada kecenderungan prevalensi
perokok ini selalu meningkat dari waktu ke waktu. Global Adult Tembacco
Survey (GATS) tahun 2011 menemukan di Indonesia terdapat perokok laki
-laki (67%), perokok perempuan (2,7%).
B. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi abnormal dan diukur paling
tidak pada 3 kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009). Sedangkan menurut
Wijaya dan Putri (2013) hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada
beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan suatu atau
beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam
mempertahankan tekanan darah secara normal. Hipertensi adalah
meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten (Nurarif dan Kusuma,
2013).
2. Etiologi
Menurut Sagala (2009), hipertensi tergantung pada kecepatan denyut
jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR).
Peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat
menyebabkan hipertensi.
Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada
peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas
yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut
akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR,
jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan demikian
menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas
pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam
afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan
diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel
kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Hipertrofi
menyebabkan kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat
sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi
untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung
juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya
menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup (Hayens,
2003).
3. Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak, dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah
(Sagala, 2009).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Sagala,
2009).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi
(Sagala, 2009).
4. Tanda dan Gejala Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus
optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis
pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada
malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (Blood Urea
Nitrogen) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat
menimbulkan strok atau serangan iskemiktransien yang bermanifestasi
sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam
penglihatan (Sagala, 2009).
Menurut Sagala (2009) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala
klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa : nyeri
kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial, penglihatan kabur akibat kerusakan
retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerolus, edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi
yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Sagala, 2009).
5. Faktor-faktor Resiko Hipertensi
a. Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena
dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko
hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan
meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di
dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan
hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan
menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur
(Yulianti, 2005).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya
hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi
penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi
setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause.
Laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi
6% dari pria dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat
menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4% wanita. Daerah perkotaan
Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita.
Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria
dan 13,7% pada wanita (Gunawan, 2001 dalam Sagala, 2009).
c. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu
masalah terjadinya hipertensi. Hipertensi cenderung merupakan
penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita memiliki riwayat
hipertensi maka sepanjang hidupnya memiliki kemungkinan 25%
terkena hipertensi (Sagala, 2009).
d. Garam Dapur
Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam
patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan
pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan
garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang
rendah jika asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi
hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam
terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004 dalam Sagala,
2009).
Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-
orang peka sodium lebih mudah meningkat sodium, yang
menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah (Sagala,
2009). Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah
tinggi gangguan pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku
pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika asupan garam kurang
dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi
jika asupan garam 5-15 gram perhari, akan meningkat prevalensinya
15-20% (Wiryowidagdo, 2004).
Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang
diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah karena
garam mempunyai sifat menahan air. Hindari pemakaian garam yang
berlebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti
menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan makanan.
Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi (Wijayakusuma,
2000 dalam Sagala, 2009).
e. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah,
adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu
darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan
memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin
(Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh
darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok
menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan
tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan
oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh (Sagala,
2009).
f. Aktivitas/Olahraga
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana
pada orang yang kurang aktvitas akan cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung
akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Otot jantung
semakin keras dan sering memompa maka makin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri (Sagala, 2009).
g. Depresi/Stres
Depresi juga sangat erat merupakan masalah yang memicu
terjadinya hipertensi dimana hubungan antara depresi dengan
hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf
dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).
Depresi yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan
di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh depresi
yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Dunitz,
2001 dalam Sagala, 2009).
6. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terpajan tekanan tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik
apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi
dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma (Sagala, 2009). Gejala terkena stroke adalah sakit kepala
secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku
seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit
digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak
dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara
mendadak (Santoso, 2006). Infark Miokard dapat terjadi apabila
arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup
oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.Karena
hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia
jantung yang menyebabkan infark.Hipertropi ventrikel dapat juga
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan (Sagala, 2009).
b. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal,
nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik
(Sagala, 2009).
c. Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam
memompa darah yang kembalinya kejantung dengan cepat
mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain
sering disebut edema. Cairan didalam paru – paru menyebabkan
sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak
atau sering dikatakan edema (Sagala, 2009).
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-
neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Sagala,
2009).
7. Tingkatan Hipertensi
Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7
Tekanan darah
Tekanan darah sistolik
Klasifikasi diastolic
(mmHg)
(mmHg)
Normal <120 Dan < 80
Prehipertensi 120 -139 Atau 80 – 90
Hipertensi tingkat 1 140 -159 Atau 90 – 99
Hipertensi tingkat 2 >160 Atau > 100

8. Pengendalian Hipertensi
Pengendalian hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga
dengan memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota
keluarga yang menderita hipertensi.Pengaturan pola hidup sehat sangat
penting pada klien hipertensi guna untuk mengurangai efek buruk dari pada
hipertensi.

Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok,


mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet.
Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi stress, olahraga, dan
istirahat (Sagala, 2009).

a. Berhenti merokok
Merokok sangat besar peranannya meningkatkan tekanan
darah, hal ini disebabkan oleh nikotin yag terdapat didalam rokok
yang memicu hormon adrenalin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah didalam
paru dan diedarkan keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi
penyempitan pembuluh darah.Hal ini menyebabkan kerja jantung
semakin meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh melalui
pembuluh darah yang sempit.
Berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan,
disamping itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak
akan bekerja secara optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas
obat akan meningkat (Santoso, 2006).
b. Mengurangi kelebihan berat badan
Pengurangan berat badan juga menurunkan resiko diabetes,
penyakit kardiovaskular, dan kanker. Tubuh yang berat akan semakin
tinggi tekanan darah, jika menerapkan pola makan seimbang maka
dapat mengurangi berat badan dan menurunkan tekanan darah
dengan cara yang terkontrol.
c. Menghindari alcohol
Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormon –
hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit atau
menyebabkan penumpukan natrium dan air. Minum-minuman yang
beralkohol yang berlebih juga dapat menyebabkan kekurangan gizi
yaitu penurunan kadar kalsium dan mengurangi mengkonsumsi
alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg dan diastolik 7
mmhg.
d. Modifikasi diet
Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada
klien hipertensi, tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi adalah
mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan
darah tinggi dan mengurangi penyakit kardiovaskuler.Ada empat
macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
keadaan tekanan darah yakni : diet rendah garam, diet rendah
kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori bila
kelebihan berat badan (Sagala, 2009).
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema
atau asites serta hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk
menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit
jantung (lemah jantung). Adapun yang disebut rendah garam bukan
hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi
makanan rendah sodium atau natrium (Na). Oleh karena itu yang
sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet rendah
garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat
– zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah
sodium dan natrium (Sagala, 2009).
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda
kue, baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet
makanan atau natrium benzoat (Biasanya terdapat didalam saos,
kecap, selai, jelly), makanan yang terbuat dari mentega serta obat
yang mengandung natrium (obat sakit kepala). Penderita hipertensi,
biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih
dahulu (Hayens, 2003).
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Tiga bagian lemak
didalam tubuh yaitu : kolestrol, trigliserid, dan pospolipid. Tubuh
memperoleh kolestrol dari makanan sehari – hari dan dari hasil
sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih
banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol
dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar
25 – 50 % dari setiap makanan (Sagala, 2009).
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi,
serat terdiri dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude Fiber) dan serat
kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah – buahan, sedangkan
serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang,
beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi
mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu
mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya
membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan
yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi (Mayo,
2005).
Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan
berat badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi
terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang yang berusia 40
tahun mudah terkena hipertensi.Perencanaan diet, perlu diperhatikan
hal – hal berikut :
a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau
500 kalori untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan
per minggu.
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat
gizi.
c) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
e. Manajemen stres/depresi
Stres/depresi tidak menyebabkan hipertensi yang menetap,
tetapi depresi berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang
bersifat sementara yang sangat tinggi. Apabila periode depresi sering
terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh darah,
jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap (Sagala, 2009).
f. Aktifitas olahraga
Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik
seperti jalan kaki, jogging, berenang dan bersepeda sangat mampu
meredam hipertensi. Pada olah raga isotonik mampu menyusutkan
hormone noradrenalin dan hormon – hormon lain penyebab naiknya
tekanan darah. Hindari olah raga isometrik seperti angkat beban,
karena justru dapat menaikkan tekanan darah (Mayer, 1980 dalam
Sagala, 2009).
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh
energi sel dalam tubuh, istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan
waktu. Waktu istirahat itu perlu dilakukan secara rutin diantara
ketegangan jam bekerja sehari – hari. Istirahat juga bukan berarti
melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi yang dimaksudkan
dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh
dan mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam tubuh (Sagala,
2009).

C. Kanker Payudara
1. Definisi
Carsinoma Mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,
berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas (Harianto 2005).
Jadi kanker payudara (ca mammae) adalah suatu gangguan pada sel
normal mammae yang tumbuh menjadi sel abnormal yang dapat berubah
menjadi ganas.
2. Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat
beberapa faktor resiko yang telah ditetapkan, yaitu lingkungan atau
genetik. Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel
yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat
hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal dan kemudian
berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa.
Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam
pembentukan kanker payudara (estradisol dan progesterone mengalami
perubahan dalam lingkungan seluler) (Brunner & Suddarth,2002).
3. Faktor resiko kanker payudara
a. Riwayat keluarga tentang kanker payudara
Keluarga tingkat pertama (keluarga maternal atau paternal ) dengan
kanker payudara 2-3 kali lebih besar terkena kanker.Ibu dan saudara
perempuan,atau 2 saudara perempuan terkena kanker payudara
mempunyai resiko 6 kali lebih besar terkena kanker payudara.
b. Usia
Usia 30-50 tahun mengalami peningkatan kasus ca.mammae dan
tingkat menurun saat menopause.
c. Lokasi geografis dan ras
Pada orang Eropa barat dan Amerika Utara mengalami peningkatan
kasus ca.mammae lebih dari 6-10 kali orang keturunan Amerika,
perempuan Afrika - Amerika sebelum usia 40 tahun.
d. Bentuk tubuh
Orang yang obesitas setiap penambahan 10 kg berat badan maka 80%
lebih besar terkena kanker payudara.
e. Sosial ekonomi dan status perkawinan
Perempuan tidak menikah 50% lebih sering terkena kanker payudara
dan kelompok sosial ekonomi menengah keatas.
f. Paparan radiasi
Peningkatan resiko untuk setiap radiasi pada perempuan muda dan
anak-anak,bermanifestasi setelah usia 30 tahun,periode laten minimun
10-15 tahun.
g. Kanker primer kedua
Orang dengan kanker ovarium primer memiliki resiko kanker payudara
3-4 kali lebih besar. Orang dengan kanker endometrium primer
memiliki resiko kanker payudara 2 kali lebih besar. Orang dengan
kanker kolorektal mempunyai resiko 2 kali lebih besar terhadap kanker
payudara (Price, A Sylvia. 2006).
h. Menarke dini.
i. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama.
j. Menopouse.
k. Riwayat penyakit payudara jinak.
l. Obesitas resiko terendah diantara wanita pascamenopouse.
m. Kontrasepsi oral lebih dari 7 tahun meningkatkan terjadinya
ca.mammae (Depkes RI,2007).
n. Terapi pergantian hormone.
o. Masukan alcohol
(Brunner & Sudarth,2002)
4. Manifestasi klinis
a. Nyeri
Nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi saat
menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak.
Nyeri yang jelas pada bagian yang ditunjuk dapat berhubungan dengan
kanker payudara pada kasus lebih lanjut. Biasanya nyeri timbul jika
kanker sudah bermetastase ke tulang (Brunner & Sudarth,2002).
b. Benjolan pada payudara
Benjolan ini mula-mula kecil makin lama semakin membesar, lalu
melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara
atau puting susu.
c. Erosi atau eksema puting susu
Kulit atau puting susu tertarik kedalam (retraksi) berwarna merah muda
atau kecoklat-coklatan sampai menjadi edema, hingga kulit terlihat
seperti jeruk (peau d’orange) mengkerut atau timbul borok (ulkus pada
payudara). Ulkus itu semakin lama semakin besar dan mendalam
sehingga dapat menghancurkan payudara, sering berbau busuk dan
mudah berdarah.
d. Timbul pembesaran kelenjar getah bening ketiak bengkak pada lengan
dan penyebaran kanker diseluruh tubuh.
e. Penglupasan papilla payudara
f. Keluar cairan abnormal dari puting susu berupa nanah darah, cairan
encer padahal ibu tidak sedang hamil ataupun menyusui.
5. Klasifikasi TNM Kanker Payudara dan Harapan Hidup
TUMOR PRIMER (T)
Tumor Primer

T0 Tidak ada bukti tumor primer

Tis Karsinoma in situ

T1 Tumor < 2 cm

T2 Tumor > 2 cm tapi <5 cm

T3 Tumor >5 cm

T4 Perluasan kedinding dada,


inflamasi

KELENJAR GETAH BENING REGIONAL(N)


Kelenjar Getah Bening Regional
N0 Tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening
regional
N1 Metastasis kekelenjar ipsiteral yang dapat
berpindah-pindah
N2 Metastase kekelenjar ipsiteral yang menetap
N3 Metastase kekelenjar mamaria interna
ipsilateral

METASTASIS JAUH (M)


Metastasis Jauh
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Metastasisi jauh (termasuk menyebar ke
kelenjar supraklavikular ipsilteral)

PENGELOMPOKAN STADIUM
Pengelompokan Bertahan hidup
stadium 5 tahun (%
pasien)
Stadium 0 N0 MO 99%
Stadium 1 N0 MO 92%
Stadium II A TQ N1 MO 82%
T1 N1 MO
T2 N0 MO
Stadium IIB T2 N1 MO 65%
T3 N0 MO
Stadium IIIA T0 N2 MO 47%
T1 N2 MO
T2 N2 MO
T3 N1,N2 MO
Stadium IIIB T4 N apa saja MO 44%
T apa saja N3 MO
Stadium IV T apa saja N apa saja M1 14%
(American Joint Committee on Cancer,1997.*National Cancer Institute-
Surveillance,Epidemiology,and End Result <SEER>,2001).

6. Tipe kanker payudara


a. Karsinoma duktal menginfiltrasi
Kanker ini terasa jelas sangat keras saat dipalpasi, biasanya
kanker ini bermetastasis ke nodus aksila.
b. Karsinoma Lobular menginfiltrasi
Tipe kanker ini dapat terjadi penebalan disalah satu area atau
kedua area payudara. Karsinoma duktal biasanya menyebar ketulang,
paru, hepar atau otak, sementara karsinoma lonular biasanya
bermetastasis kepermukaan meningeal atau tempat-tempat tidak
lazim lainnya.
c. Karsinoma medular
Ini tubuh didalam kapsul dalam tubuh, tipe tumor ini dapat
menjadi besar tetapi meluas dengan lambat.
d. Kanker musinus
Penghasil lendir, tumbuh dengan lambat, mempunyai
prognosis yang lebih baik.
e. Kanker duktal-tubular
Bermetastasis ke aksilaris secara histologi tidak lazim, maka
prognosisinya sangat baik.
f. Karsinoma inflamatori
Tumor setempat ini terasa nyeri tekan dan sangat nyeri,
payudara secara abnormal keras dan membesar, kulit diatas tumor ini
merah dan agak kehitaman, sering terjadi edema retraksi puting susu.
Penyakit menyebar dengan cepat pada bagian tubuh lainnya.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Non Invasif
1) Mammografi
Mammografi adalah teknik pencitraan payudara yang dapat
mendeteksi lesi yang tidak terpalpasi. Mammografi terakhir harus
dibandingkan dengan hasil mammografi terbaru. Keuntungan
dari pemeriksaan ini jauh lebih ringan dari resiko yang
ditimbulkan, pasien perlu menemukan pusat perawatan payudara
yang mempunyai akreditasi dalam mammografi berkaitan dengan
bergamnya setting satu ke setting lainnya. Pedoman ACS
menganjurkan setiap 1 atau 2 tahun bagi wanita di usia 40-50
tahun dan setelah usia 50 tahun. Mammografi bagi wanita antara
usia 35 dan 40 tahun belum dianjurkan.
2) USG (Ultrasonografi)
USG dilakukan untuk membedakan kista yang berisi cairan
dengan jenis lesi lainnya. Teknik ini 95% sampai 99% akurat
dalam mendiagnosisi kista tetapi tidak secara definitif
menyingkirkan lesi (Brunner & Sudarth,2002).
3) MRI
MRI digunakan untuk membedakan karsinoma mammae
yang rekuren atau jaringan parut, untuk memeriksa mammae
kontralateral pada wanita karsinoma payudara, menentukan
penyebaran dari karsinoma terutama karsinoma lobuler atau
menentukan respon terhadap kemoterapi neoadjuvan.
b. Invasif
a. Biopsi bedah
b. Biopsi eksisional
c. Tru-cut core biopsy
d. Biopsi stereotaktik
e. Aspirasi jarum halus
(Brunner & Sudarth,2002).
8. Komplikasi
Komplikasi terjadi karena kanker ini bermetastasis melalui saluran
limfe (limfogen) ke paru-paru,tulang dan hati.
9. Penatalaksanaan
a. Terapi Medis
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara,ada tiga
jenis mastektomi antara lain:
1) Modiefied Radical Mastectomy yaitu operasi pengangkatan
seluruh payudara, jaringan payudara ditulang dada, tulang
selangkang dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.
2) Total (Simple) Mastectomy yaitu pengangkatan diseluruh
payudara saja, tetapi bukan kelenjar ketiak.
3) Radicial Mastectomy yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara, biasanya disebut Lumpectomy yaitu pengangkatan
hanya pada bagian yang mengandung sel kanker bukan seluruh
payudara.
b. Terapi Non-Medis
1) Lintas Metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas
osteoklas dan resorpsi tulang yang sering digunakan untuk
melawan osteoporosis yang diinduksi oleh overian suppression,
hiperkalsemia dan kelainan metabolisme tulang, menunjukkan
efektivitas untuk menurunkan metastasisi sel kanker pudara
menuju tulang. Walaupun penggunaan dalam jangka panjang
dapat menimbulkan efek samping seperti osteonerkrosisi dan
turunnya fungsi ginjal.
2) Radiasi
3) Kemoterapi
 Kemoterapi Adjuvant
 Neoadjuvant Chemotheraphy
4) Terapi anti-estrogen
5) Terapi antibodi anti-HER 2/neu
10. Pengobatan
Pengobatan kanker payudara yang sudah disepakati oleh ahli kanker
menurut (Mediastore 2011) yaitu:
Stadium Pengobatan
I Dilakukan operasi dan kemoterapi
II Operasi dilanjutkan dengan kemoterapi,
hormonal
III Operasi dilanjutkan dengan kemoterapi
ditambah dengan radiasi dan hormonal
IV Dilakukan kemoterapi dilanjutkan dengan
radiasi dan hormonal
Selanjutnya Setelah diobati harapan hidup pasien paling
lama adlah 4 tahun

11. Pencegahan
a. Melakukan pemeriksaan payudara secara mandiri (SADARI).
b. Memberikan ASI pada bayi bagi ibu menyusui.
c. Jika menemukan benjolan/gumpalan segera kedokter.
d. Mencari tahu riwayat keluarga mengenai kanker payudara.
e. Mengurangi konsumsi alcohol.
f. Memperhatikan berat badan untuk mencegah obesitas dan
mengurangi makanan yang banyak mengandung lemak.
g. Untuk usia 50-40 dan usia lebih dari 50 tahun untuk melakukan
skrinning mammografi 1 atau 2 tahun sekali
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Geografi
- Apakah anda tingal di daerah pegunungan atau pantai ?
- Bagaimana keadaan tanah di daerah ini ?
- Berapa luas daerah ini ?
- Ada berapa batas wilayah di daerah ini dan apa saja nama wilayah di
masing-masing batasnya?
2. Demografi
- Berapakah jumlah KK di daerah ini ?
- Berapakah jumlah penduduk di daerah ini ?
- Bagaimana mobilitas penduduk, apakah penduduk jarang di rumah ketika
pagi dan siang hari karena bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah.?
- Apakah daerah ini termasuk daerah yang padat dengan penduduk?
3. Vital Statistik
- Bagaimana status kelahiran di daerah ini?
- Penyakit apa saja yang banyak terjadi di masyarakat khususnya pada wanita
usia dewasa?
- Penyakit apa saja yang banyak terjadi di daerah ini khususnya pada pria usia
dewasa?
- Apakah dalam satu bulan ini sudah terdapat banyak warga yang meninggal?
4. Kelompok Etnis
- Suku apa yang dianut di masyarakat?
5. Nilai dan Keyakinan
- Apakah ada masjid / mushola atau tempat ibadah lainnya?
- Apakah masyarakat menganut agama yang sama?
- Keyakinan apa yang di anut dalam masyarakat?
Pengakajian Sub Sistem
1. Lingkungan fisik
- Apakah rumah penduduk tergolong perumahan yang menetap?
- Apakah pencahayaan di rumah penduduk sudah cukup?
- Apakah di daerah ini sirkulasi udara sudah baik ? misalnya terdapat
pepohonan dan terdapat ventilasi yang cukup pada setiap rumah warga?
2. Pelayanan Kesehatan
- Apakah terdapat praktik klinik swasta di daerah ini ?
- Berapa jumlah tenaga kesehatan di daerah ini (perawat, bidan, dokter)?
- Apakah terdapat mushola atau tempat ibadah lainnya di daerah ini ?
- Ada berapa sekolah yang terdapat pada daerah ini ?
- Apakah terdapat panti sosial di daerah ini?
- Apakah terdapat pasar/swalayan/ toko yang menyediakan kebutuhan
masyarakat?
- Apakah ada tempat perkumpulan untuk melakukan musyawarah di daerah
ini ?
- Apakah program posyandu terlaksana di daerah ini? Posyandu apa saja yang
diselenggarakan di daerah ini? Apakah posyandu sudah berjalan aktif?
Berapa kali diselenggarakan?
- Apakah sanitasi warga sudah tergolong baik atau tidak ?
- Dari mana sumber air yang digunakan dalam masyarakat?
- Dimanakah pembuangan air limbah pada masyarakat?
- Apakah mayoritas warga telah memiliki jamban pada setiap rumah ?
- Dimanakah mayoritas warga melakukan MCK?
- Dimankah tempat penumpukan/pembuangan sampah ?
- Dari mana terdapatnya sumber polusi yang mungkin mengancam kesehatan
atau kegiatan sehari-hari?
- Apakah ada vektor penyebab penyakit di masyarakat?
3. Keamanan & Transportasi :
- Apakah ada pemadam kebakaran?
- Apakah ada terdapat siskamling atau hansip?
- Apakah ada transportasi umum atau pribadi yang bisa digunakan di
masyarakat?
- Apakah keadaan jalanan di daerah ini sudah dalam keadaan baik?
- Bagaimana cara pemilihan RT/RW di daerah ini ?
4. Pemerintah dan politik
- Ada berapa RT dan RW di desa ini ?
- Ada berapa kader di desa ini ?
- Apakah ada karang taruna di desa ini? Apakah sudah berjalan dengan baik
dan aktif?
- Apakah terdapat tokoh agama di desa ini ?
5. Pendidikan
- Tingkat pendidikan komunitas ?
- Apa fasilitas pendidikan yang tersedia?
- Jenis bahasa apa yang digunakan dalam pendidikan?
6. Rekreasi
- Apakah masyarakat sering melakukan rekreasi antar warga atau kelompok
tertentu?
- Fasilitas apa yang digunakan jika pergi berekreasi?
7. Ekonomi
- Apakah warga memiliki pekerjaan yang tetap?
- Berapa jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan?
- Berapa jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan?
- Berapa jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia?

Pengkajian komunitas pada klien hipertensi


1. Riwayat kesehatan
- Apakah anda pernah merasa berat di tengkuk?
- Apakah anda sering merasa pusing?
- Apakah anda pernah merasa pandangan kabur?
- Apakah anda merasa telinga berdengung?
- Apakah anda merasa kesulitan untuk tidur?
- Apakah anda sering merasa jantung berdebar-debar?
2. Riwayat kesehatan keluarga
- Apakah di dalam keluarga ada anggota keluarga yang mengalami hipertensi?
3. Makanan yang dikonsumsi
- Biasanya anda lebih sering makan makanan yang (Asin, manis, pedas)?
- Berapa banyak anda makan dalam sehari?
- Apakah anda sering mengemil makanan seperti kue, roti, biscuit, makanan
berlemak, santan, jeroan dan tetelan? Jika iya, berapa kali dalam seminggu?
- Apakah anda pernah mengkonsumsi alcohol?
- Apakah anda pernah mengkonsumsi kopi? Jika iya, berapa kali dalam
sehari?
- Apakah anda merokok? Jika iya, berapa batang yang anda habiskan dalam
sehari?
4. Aktivitas fisik
- Berapa kali anda berolahraga dalam seminggu? Berapa durasi waktunya?
5. Riwayat pengobatan
- Apakah yang anda lakukan dalam mengatasi rasa nyeri/berat di tengkuk
tersebut?
6. Komunikasi
- Darimanakah anda mendapatkan informasi mengenai hipertensi?
- Apakah yang telah anda lakukan dalam perawatan hipertensi dalam
kehidupan sehari-hari?
- Apakah ada papan pengumuman tentang hipertensi di lingkungan anda? Jika
iya, Apakah anda mengerti isi dari informasi tersebut?
- Apakah anda juga mendapatkan informasi mengenai hipertensi dari teman
terdekat atau tetangga?
Deteksi Kanker
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
1. Mempersiapkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Memetakan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama yang dapat melakukan pemeriksaan Kanker Leher Rahim dan
Kanker Payudara
2. Melakukan pemetaan peserta wanita sudah menikah dan wanita berisiko
dengan ketentuan:
a. Berisiko tinggi Kanker Leher Rahim, antara lain: menikah/hubungan
seksual pada usia muda, sering melahirkan, merokok, berganti-ganti
pasangan seksual, dan infeksi menular seksual.
1) Apakah anda sudah menikah?
2) Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual pada usia muda?
3) Berapakali anda melahirkan?
4) Apkah anda merokok ?
5) Apakah anda pernah berganti-ganti pasangan seksual?
6) Apakah anda pernah mengalami infeksi menular seksual ?
b. Berisiko tinggi Kanker Payudara, antara lain: riwayat keluarga ada yang
menderita Kanker Payudara, menstruasi dini, wanita yang mempunyai anak
pertama diatas usia 30 tahun, tidak pernah menyusui, menopause usia lanjut,
riwayat tumor jinak payudara, terapi hormon, pajanan radiasi, kontrasepsi oral
terlalu lama, alkohol dan trauma terus menerus.
1) Apakah ada keluarga anda yang menderita kangker payu dara?
2) Pada umur berapakah anda mulai menstruasi?
3) Pada usia berapa anda melahirkan anak pertama?
4) Apakah anda memberikan ASI kepada anak anda?
5) Apakah anda masih menstruasi setiap bulannya?
6) Kapan terkahir menstruasi?
7) Apakah sebelumnya anda mempunyai riwayat tumor jinak payudara?
8) Apakah anda pernah melakukan terpai hormon?
9) Apakah anda berada di lingkungan yang terpapar radiasi?
10) Apakah anda mengkonsumsi pik KB? Berapa lama anda mengkonsumsinya?
11) Apakah anda pernah mengkonsumsi alkohol?
12) Apakah anda pernah mengalami trauma yang terus-menrus?
c. Peserta mendapatkan rekomendasi dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
d. Peserta mendaftar dengan lembar kesediaan Formulir Permohonan Pelayanan
Deteksi Kanker Leher Rahim atau Kanker Payudara

B. Diagnosa Keperawatan
a. Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan olahraga bagi
kesehatan : suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan aktivitas fisik yang
rendah.
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan sosial : Hambatan
kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara yang
memperbaiki status kesehatan.
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d keterampilan komunikasi yang
tidak efektif : ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari
bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
d. Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada pemberi
layanan kesehatan.
e. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan sosial.

C. Intervensi Keperawatan
Dx.1 Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan
olahraga bagi kesehatan : 00168
Kriteria hasil :
1. (185520) Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku kesehatan:
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 5.
2. (185522) Strategi pencegahan penyakit : dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 5.
3. (185525) Manfaat dukungan sosial: dipertahankan pada 2 di tingkatkan ke
5.
4. (180502) Manfaat olahraga teratur : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke
5.
5. (182308) Perilaku meningkatkan kesehatan : dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 5.
NIC :
1. Peningkatan Latihan : Latihan kekuatan.
2. Terapi latihan : Latihan pergerakan sendi.
3. Bantuan modifikasi diri.
4. Fasilitasi tanggung jawab diri.
Dx. 2 Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan sosial :
00188
Kriteria hasil :
1. Penerimaan status kesehatan
a) 130016 : Mempertahankan hubungan : dipertahankan pada 3 di
tingkatkan 5.
b) 130007 : Menyesuaikan perubahan dalam status kesehatan :
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
c) 130011 : Membuat keputusan tentang kesehatan : dipertahankan
pada 2 ditingkatkan ke 4.
2. Kepercayaan mengenai kesehatan: Sumber-sumber yang diterima
a) 170303 : Merasakan dukungan dari tetangga
:dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.
b) 170304 : Merasakan dukungan dari penyedia layanan kesehatan :
dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.
c) 170305 : Merasakan dukungan dari dukungan kelompok sendiri :
dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5.
NIC :
1. Modifikasi perilaku.
2. Membangun hubungan yang kompleks.
3. Peningkatan koping.
4. Dukungan pengambilan keputusan.

Dx. 3 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d kurang pengetahuan


tentang keuntungan olahraga bagi kesehatan : 00099
Kriteria hasil :
1. Keseimbangan Gaya Hidup : 2013
a) 201301 : Mengenali kebutuhan untuk menyeimbangkan
aktivitas-aktivitas hidup : dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke
5.
b) 201302 : Mencari informasi tentang startegi untuk aktivitas
hidup yang seimbang : dipertahankan pada 2 ditingkatkan pada
4.
2. Pengetahuan : Manajemen Kanker : 1833
a) 183301 : hasil skrining abnormal : Dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
b) 183302 : Tanda dan gejala kanker : dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
c) 183303 : diagnosis kanker tertentu : dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
3. Pengetahuan : Manajemen Hipertensi : 1837
a) 183703 : Target tekanan darah dipertahankan pada 3
ditingkatkan ke 5.
b) 183705 : komplikasi potensial hipertensi dipertahankan pada 2
ditingkatkan pada 4.
c) 183706 : Pilihan pengobatan yang tersedia dipertahankan pada
2 ditingkatkan ke 4.
d) 183707 : manfaat pengobatan jangka panjang dipertahankan
pada 2 ditingkatkan ke 4.
4. Pengetahuan : gaya hidup sehat : 1855
a) 185522 : strategi pencegahan penyakit dipertahankan pada 2
ditingkatkan di 4.
b) 185527 : Pentingnya skrining pencegahan dipertahankan pada
2 ditingkatkan ke 4.
c) 185535 : strategi meningkatkan keseimbangan hidup
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
NIC :
1. Berikan pendidikan kesehatan.
2. Peningkatan kesadaran kesehatan.
3. Lakukan Skrining kesehatan.
4. Berikan panduan sistem pelayanan kesehatan.
5. Fasilitasi pembelajaran.

Dx. 4 Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada pemberi


layanan kesehatan : 00215
Kriteria hasil
1. Status imun komunitas : 2800
a) 280001 : Tingkat imunisasi sama dengan atau lebih besar dari
standar dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
b) 280007 : Skrining pada populasi beresiko infeksi dipertahankan
pada 1 ditingkatkan ke 4.
c) 280008 : Kepatuhan dengan rekomendasi imunisasi
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
2. Kontrol resiko komunitas penyakit kronik : 2801
a) 280101 : Penyediaan program pendidikan publik tentang
penyakit kronis dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
b) 280102 : Tingkat partisipasi populasi target dalam program
pengurangan resiko dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
c) 280103 : Ketersediaan program preventif dipertahankan pada 2
ditingkatkan ke 4.
d) 280105 : ketersediaan program pendidikan manajemen
penyakit kronis sendiri dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
e) 280119 : pemantauan insiden penyakit kronis dipertahankan
pada 2 ditingkatkan ke4.
f) 280123 : pemantauan komplikasi penyakit kronis dipertahakan
pada 2 ditingkatkan ke 5.
3. Kefektifan skrining kesehatan komunitas : 2807
a) 280701 : identifikasi kondisi berisiko tinggi yang umum di
komunitas dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
b) 280703 : pemilihan skrining difokuskan pada deteksi dini
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
c) 280707 : identifikasi kebutuhan skrining untuk orang dewasa
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
NIC :
1. Pengembangan kesehatan komunitas.
2. Manajemen sumber daya keuangan.
3. Skrining kesehatan.
Dx. 5 Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang dukungan sosial :
00078
Kriteria hasil :
1. Perilaku patuh : 1600
a) 160001 : Menanyakan pertanyaan terkait kesehatan
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4.
b) 160002 : mencari informasi kesehatan dari berbagai macam
sumber dipertahakan pada 2 ditingkatkan ke 4.
c) 160003 : Menggunakan informasi kesehatan yang dapat
dipercaya untuk mengembangkan strategi dipertahakan pada 2
ditingkatkan ke 4.
NIC :
1. Membangun hubungan yang kompleks.
2. Modifikasi perilaku.
3. Peningkatan koping.
4. Konseling.
5. Dukungan emosional.
6. Panduan sistem pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. (2011). Kanker Payudara. Diambil dari
http://medicastore.com/penyakit/1045/Kanker_Payudara.html. 13 Oktober
2017.
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume
2. Jakarta : EGC.
Bulechek, gloria m., dkk.2015 Nursing interventions cassifiction, NIC Edisi VI Ahli
Bahasa: Intrasi Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta
Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Rineka Cipta, .
Jakarta.
Depkes RI., 2007. InaSH Menyokong Penuh Penanggulangan Hipertensi. Intimedia.
Jakarta.
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya Media.
Gray, Huon H, dkk, 2002. Lucture Notes : Kardiologi (Edisi Keempat). Erlangga
Medical Series. Jakarta.
Guyton AC, JE Hall. Buku Ajar Fisiologi. Ed. 9. Alih Bahasa: Setiawan I, Santoso A.
Jakarta: EGC; 2006.
Harianto, Rina, M, dan Hery, S 2005. Risiko penggunaan pil kontrasepsi kombinasi
terhadap kejadian kanker payudara pada reseptor KB di Perjan RS Dr.
CiptoMangun kusumo, Jakarta: Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 2, No.1, hh.
84-99.
Hayens,B,dkk. (2003). Buku pintar menaklukkan Hipertensi. Jakarta : Ladang Pustaka.
Herdman t. Heather, S.Kamitsuru. 2015. NANDA Internasional Inc. Diagnosis
keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Ahli Bahasa Budi
Ana Keliat,dkk. Jakarta: EGC .
Jansje dan Samodra. 2013. Prevalensi Penyakit Tidak Menular Pada Tahun 2012 –
2013 di Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara Sulawesi Utara.
Diambil dari :
https://www.researchgate.net/publication/316992216_Prevalensi_Penyakit_Ti
dak_Menular_pada_Tahun_2012-
2013_di_Kecamatan_Airmadidi_Kabupaten_Minahasa_Utara_Sulawesi_Utar
a.
Mooheread,sue dkk. 2015. Nursing Interventions Cassification, NOC Edisi VI Ahli
Bahasa: Intrasi Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta.
Nur Arif dan Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda NIC-
NOC.Edisi Revisi. Jilid 1 dan 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.
_________________. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda NIC-
NOC.Edisi Revisi. Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.
Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses
Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC.
RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
_______________________________ . 2013 . Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Sagala, LMB.2010.Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku
Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe. Skripsi. Fakultas
Keperawatan. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Sheps, S. G. (2005). Mayo clinic hipertensi; mengatasi tekanan darah tinggi.
Jakarta:Intisari Mediatama.
Sudjaswadi,Wiryowidagdo, M.Sitanggang. 2002. Tanaman Obat untuk Penyakit
Jantung, Darah Tinggi, dan Kolesterol. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
WHO., 2010. The World Health Report 2010.
http://www.who.int./whr/2010/en/index.html Akses 13 Oktober 2017.
WHO, 2011. Noncommunicable Diseases Country Profiles 2011. http://-
whqlibdoc.who.int/publications/2011/9789241502283_eng.pdf.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.
Yulianti, Devi. 2005. Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai